Share

Part 17. Tidak Terduga

Author: Loyce
last update Last Updated: 2023-08-19 23:28:00

Untuk beberapa detik, Binar tidak menjawab. Namun selanjutnya, dia menggeleng dengan ekspresi mengejek. “Jangan mimpi di sore bolong begini, Ram.”

Ramon mengangkat bahunya tak acuh. “Siapa tahu kalian cocok. Dia juga duda, lo tahu ‘kan?”

Binar mengangguk. Dia sudah tahu status Kalandara. Uli sudah memberikan informasi itu secara cuma-cuma. Tapi tentu saja rencana bodoh yang diungkapkan oleh Ramon adalah hal yang tidak akan pernah terjadi.

“Dia itu sebenarnya orangnya baik, Bi. Lo cuma belum belum kenal baik aja sama dia.”

Binar tidak menanggapi ucapan Ramon dan memilih untuk menutup mulutnya rapat. Tidak ada yang perlu diperdebatkan tentang Kalandara. Di kantor pun dia juga tidak begitu banyak bersinggungan meskipun mereka ada dalam satu lingkup pekerjaan yang sama.

Setelah pertemuan dengan Ramon, dia kembali ke rumah miliknya. Rumah ini akhirnya ditempatinya sendiri setelah para parasit itu pergi dari sana. Binar keluar dari mobilnya dan menatap dua mobil lainnya. Satu mobil mili
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lhady Uriyama
lemah cengeng lo bi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 18. Ini Perintah

    Langkah Binar terhenti. Tubuhnya mau tak mau merasa menegang karena ucapan orang itu. Terlebih lagi, di sana ada Kalandara yang notabennya adalah sang bos. Lelaki itu yang tadinya tidak pernah tahu seluk beluk masalahnya dengan Rasya, pada akhirnya pasti akan tahu. “Binar, kenapa kamu tidak berani menatap kami? Kamu malu?” Nada cemoohan itu terdengar menyakitkan di telinga Binar. “Tidak perlu malu, semua orang pasti akan tahu siapa kamu sebenarnya. Kamu, si perempuan mandul yang tidak bisa menghasilkan keturunan.” Di tempat umum, mantan mertuanya itu dengan gamblang mencercanya dengan hinaan yang menyakitkan. Ada sebuah tangan yang memegang pundaknya. Binar mendongak dan tatapan matanya bersibobrok dengan mata Kala. Tatapan lelaki itu seolah mengatakan, ‘hadapi sekarang, aku di sini buat kamu’ kepada Binar. Membuat Binar akhirnya harus meneguhkan hatinya dan berbalik menatap gerombolan manusia-manusia tak berguna tersebut. Binar tersenyum. “Oh, ternyata mantan ibu mertua.” Meskipun

    Last Updated : 2023-08-20
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 19. Rasya Vs Kala

    Jika Binar tidak mengingat lelaki yang ada di depannya itu adalah bosnya, dia pasti sudah meneriaki Kala tepat di wajahnya dengan suara lantang. Sayangnya, Binar masih waras dan menggunakan sopan santunnya untuk menahan diri. Ini bahkan bukan di kantor, untuk apa Kala memberikan perintah yang tidak masuk akal seperti itu. “Tapi, ini bukan di kantor, Pak. Saya tidak perlu melakukan ‘perintah’ yang Bapak berikan kepada saya saat ini.” Binar menjawab sopan. Tapi dia juga memberikan penekanan pada kata ‘perintah’ yang dikatakan. Menatap berani pada Kala yang juga tengah menatapnya. Kala berdiri. Menjejalkan kedua tangannya di dalam saku celananya dan mengeluarkan aura dominan yang dimilikinya. “Saya, menawarkan kamu tumpangan, Binar.” Kala ikut menekankan setiap kata yang dikeluarkan. “Bukan memerintah kamu untuk maju di medan pertempuran.” Kala menggeleng pelan. “Tidak perlu berdebat lagi. Ayo pergi, saya akan mengantarkan kamu sampai rumah dengan selamat. Tenang saja, saya tidak akan

    Last Updated : 2023-08-22
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 20. Melibatkan Diri

    Kala menatap Rasya dengan tatapan datarnya. Di tangan kanannya terdapat satu kantong putih berisi buku Binar yang ketinggalan di mobilnya. Dia rela putar balik dan kembali ke rumah Binar hanya untuk mengembalikan buku tersebut. Tapi, tidak menyangka akan bertemu dengan Rasya di sana. Di dalam kepalanya membentuk sebuah kesimpulan, mungkin saja Binar dan Rasya baru saja membicarakan tentang urusan mereka. “Sepertinya hubungan kalian sudah sangat dekat.” Rasya bersuara lebih dulu. Menatap Kala yang tengah menyandarkan tubuhnya di mobil. Rasya tampaknya bukan hanya menatap lelaki itu, tapi juga menilainya. Mungkin saja dia tengah membandingkan dirinya dengan ‘kekasih baru’ istrinya tersebut. Namun Kala sama sekali tak terpengaruh. Lelaki itu hanya menatap Rasya dengan mata elangnya. “Kenapa balik?” Suara Binar memecahkan keheningan yang tercipta. Tatapan Kala dan Rasya segera beralih pada satu titik yang sama; sosok Binar berdiri di halaman rumah di balik pagar. Namun Binar menatap K

    Last Updated : 2023-08-23
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 21. Tamu Tak Diundang

    “Melibatkan diri sampai akhir? Apa maksud Bapak dengan itu?” Binar mengulangi ucapan Kala. Menatap lelaki itu dengan serius menuntut penjelasan. Binar tidak ingin salah menafsirkan sehingga membuatnya salah paham. Kala bukanlah lelaki yang mudah dipahami. Jadi dia tak ingin menarik kesimpulan yang membuatnya tersesat semakin jauh. “Kamu bisa menjadikan saya senjata untuk menghadapi suamimu dan keluarganya. Karena yang sekarang mereka tahu, saya adalah orang yang sedang dekat dengan kamu.” “Jadi, apa yang sebenarnya Bapak dan Rasya bicarakan semalam?” Seolah mendapatkan kesempatan untuk mengungkit jawaban yang dibutuhkan, Binar kembali bertanya. Mengabaikan ucapan yang baru saja dilontarkan Kala kepadanya. Kala menatap Binar tanpa ekspresi, sebelum menjawab seadanya. “Intinya dia tidak suka saya dekat dengan kamu. Dan meminta agar saya menjauhi kamu.” Binar mendengus kecil. “Apa dia nggak tahu malu dengan mengatakan itu? Dia bahkan sudah melakukan sesuatu yang tak bermoral.” S

    Last Updated : 2023-08-24
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 22. Perdebatan Menyebalkan

    “Proses perceraian?” Bu Yuni tidak mampu menutupi keterkejutannya. “Bi, jangan bercanda dengan hal-hal seperti ini.” Ibu Binar masih tidak percaya dengan informasi yang didengar. “Ibu lihat kalian baik-baik saja selama ini. Dia juga sayang sama kamu, mertuamu juga baik. Lalu apa alasannya? Apa karena lelaki tadi?” Binar seketika menatap ibunya dengan kening berkerut. Laki-laki tadi? Kala maksudnya? Oh, tentu saja ibunya akan berpikir sampai sejauh itu, karena memang dia tadi bersama dengan Kala dengan posisi berpegangan tangan. Hal itu cukup membuat ibu Binar curiga. Inilah yang tidak disukai ketika ada salah satu keluarganya tahu tentang masalahnya. Mereka tidak akan membuat masalahnya selesai, tapi justru bertambah. Akan ada banyak pertanyaan dan dugaan yang ditujukan kepadanya. “Jadi benar, karena lelaki tadi?” Karena Binar tidak kunjung menjawab pertanyaan ibunya, maka dugaan itu menjadi-jadi. “Bukan!” Binar menjawab tegas. “Lelaki tadi bosku dan dia nggak ada sangkut paut

    Last Updated : 2023-08-26
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 23. Sikap Aneh Kala

    Binar masih belajar berdamai dengan masa lalu menyakitkan terkait orang tuanya. Masih berusaha untuk melupakan segala hal buruk yang pernah ditorehkan oleh mereka. Keinginan terbesarnya dulu setelah menikah adalah tidak ada perceraian, tapi nyatanya dia mengikuti jejak orang tuanya. Binar tersenyum miris. Mengutuk dirinya sendiri karena tidak mampu mempertahankan rumah tangganya bersama dengan Rasya. Tapi, siapa yang akan bersedia tetap bersama dengan orang yang tidak setia? Tentu saja tidak ada. Pun, dengan Binar. Deringan ponselnya membuat Binar membuyarkan lamunannya. Nama kepala bengkel muncul dan Binar segera menerimanya. Kepala bengkel mengatakan jika dia harus melakukan pelunasan karena mobil Kala sudah selesai diperbaiki. Tentu saja itu kabar yang baik. Dengan begitu dia sudah bebas masalah tentang mobil Kala. “Kamu mau ke bengkel ‘kan?” Binar menoleh ke arah sumber suara ketika mendengar orang yang berbicara dengannya. Binar mengangguk. “Iya, Pak.” “Kita ke sana sama-sam

    Last Updated : 2023-08-28
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 24. Membingungkan

    “Apa yang Bapak lakukan di sini?” Binar baru saja keluar dari rumah dan hendak pergi ke kantor ketika dikejutkan oleh keberadaan Kala di depan rumahnya. Lelaki itu berdiri sambil menyandarkan tubuhnya di mobil miliknya. Mobil yang baru selesai diperbaiki itu sudah dipakai kembali. Kala pun tidak sendirian, ada dua lelaki lain yang menggunakan seragam montir berdiri tak jauh darinya. Langkah Binar sempat memelan saat melihat sosok Kala. Dalam kepalanya bertanya apa yang tengah dilakukan oleh Kala di rumahnya. Dan saat dia sudah membuka pagarnya, Kala dengan seenaknya bersuara. “Itu mobilnya.” Begitu katanya tanpa memberikan jawaban atas pertanyaan Binar, Kala menunjuk salah satu mobil Binar yang terparkir di garasi. Dua montir itu mengucap permisi kepada Binar sebelum melewati perempuan itu dan berjalan mendekati mobil yang Kala tunjuk. Melihat dengan seksama mobil tersebut dan sedikit pengecekan. Jika dilihat dari belakang, mobil itu tampak baik-baik saja. Tapi saat dilihat dari d

    Last Updated : 2023-08-29
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 25. Kepura-puraan

    “Lo gila, Kal!” Ramon sedikit memekik ketika mendengar tujuan Kala akan menikahi Binar. Lelaki itu tidak akan pernah setuju dengan rencana Kala. Binar adalah sahabat Ramon yang paling disayangi. Dia tak ingin perempuan itu akan mengalami kegagalan untuk kedua kalinya. “Bukannya untuk melupakan seseorang kita perlu orang baru untuk membantu?” Kala menatap Ramon seolah tanpa dosa. “Jadi gue pikir ini cara yang baik. Gue dan Binar bisa sama-sama saling menguntungkan.” “Lo bisa cari orang lain, Kal. Bukan Binar.” “Kenapa harus orang lain kalau ada orang yang gue rasa cocok untuk gue.” “Lo gila. Binar sahabat gue, lo juga sahabat gue. Tapi gue nggak setuju dengan ide lo yang di luar nalar.” Ramon melotot marah mendengar penuturan Kala yang terdengar menyebalkan di telinganya. Yang membuat Ramon tampak uring-uringan adalah ketika Kala memiliki rencana, maka dia tidak akan mundur sampai dia mendapatkannya. Kekhawatiran di dalam hati Ramon tentu saja melambung begitu tinggi. Dia m

    Last Updated : 2023-08-29

Latest chapter

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 45. Hidup Bahagia (Tamat)

    “Istriku.” Ancala baru saja sampai rumah ketika melihat penampilan Gemi yang sudah cantik. Meskipun hanya mengenakan daster rumahan kebanggaannya, kecantikan perempuan itu selalu terpancar. Dan inilah yang selalu disukai oleh Ancala, Gemi akan selalu menunggu kepulangannya di teras rumah sambil membaca buku. Tidak di rumah Kala, atau bahkan di rumah mereka sendiri, Gemi memiliki perpustakaan sendiri dengan koleksi buku-bukunya. Gemi tersenyum melihat Ancala yang berjalan ke arahnya. Perempuan itu beranjak untuk menerima tas kerja lelaki itu. “Suamiku capek banget kayaknya.” Ancala memeluk Gemi sambil mencium pipi perempuan itu. Bagi Ancala, energinya akan kembali ketika sudah bertemu dengan sang istri setelah seharian bekerja. Rasa lelah itu seolah menguap begitu saja. Pelukan mereka terurai. Masih dengan memeluk pinggang sang istri, Ancala sedikit menjauhkan tubuhnya untuk menatap wajah Gemi yang halus. “Makan apa malam ini?” tanyanya, “lama nggak ke angkringan. Kangen nasi

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 44. Cinta Sejati

    “Kalian udah datang?” Ancala mendekati istri dan kedua adiknya dengan senyum kecil. Meskipun pagi tadi dia sempat kesal, tetapi setelah Gemi sekarang datang ke kantor, perasaannya menjadi sedikit membaik. Tatapannya mengarah pada ‘tiga tamunya’ yang tidak membawa apa pun. “Jadi belanjanya?” tanyanya. Perempuan yang dimaksud oleh Laksa tadi tidak mengikuti Ancala dan kembali lebih dulu. Gemi tidak bertanya siapa perempuan tersebut karena dia tahu kalau itu adalah sekretaris Ancala. Laksa pun sebenarnya juga tahu, tetapi dia hanya pura-pura untuk mengerjai Gemi. “Bang, aku laper banget, lho.” Laksa mengadu. “Aku laper, Bang.” Ulangnya lagi. “Kalian nggak makan dulu tadi?” Ancala mengernyit aneh menatap satu per satu saudaranya. “Istri Abang ngambek karena diajak desak-desakan. Jadi, nggak memedulikan aku yang kelaparan. Tapi, aku nggak mau makan di kantin ini. Abang tolong pesankan aku makanan yang enak, ya.” Laksa memang benar-benar membuat kakak-kakaknya kesal kalau sudah me

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 43. Perkara Sepatu

    “Gem, bangun!” Ancala menepuk paha sang istri pelan ketika sudah sampai di rumah. Mereka baru saja sampai rumah ketika Gemi tidak sadarkan diri, tidur. Sepanjang jalan, Ancala memegangi tangan Gemi takut-takut kalau istrinya itu terjatuh. Bukannya apa-apa, Gemi tidur sepanjang jalan sedangkan mereka menggunakan motor. Kebanyakan makan kepala ayam membuat Gemi lemas sepertinya. “Bang, aku nggak sanggup jalan. Gendong.” Dengan suara lemas, perempuan itu masih memeluk pinggang Ancala dengan erat takut jatuh. Matanya masih tertutup erat enggan untuk terjaga. Napas panjang Ancala terbuang kasar. Menikahi Gemi adalah impiannya, tetapi kalau sifat manja perempuan keluar, maka habislah dia. “Iya, tapi tunggu dulu deh. Aku turun dulu.” Ancala melepaskan tangan Gemi dari pinggangnya sebelum dia turun dengan pelan dari motor. Baru setelahnya menarik tangan Gemi agar istrinya itu naik ke gendongannya. Diam-diam Ancala tersenyum kecil. Terkadang istrinya itu memang menyebalkan, tetapi juga me

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 42. Pernikahan

    Perdebatan yang terjadi malam itu dianggap bukan apa-apa. Pernikahan antara Gemi dan Ancala bahkan akan segera dilakukan dalam waktu dua hari lagi. Pernikahan mewah itu akan dilakukan di outdoor di pinggir pantai. Tidak banyak yang diundang karena Gemi dan Ancala benar-benar memilih orang-orang terdekat mereka saja yang datang. Kabar pernikahan yang sudah merebak itu membuat banyak orang terkejut. Tidak pernah menyangka kalau Gemi dan Ancala akan menikah. Semua orang tahu jika Abimanyu dan Sambara group adalah saudara. Tentu saja hal itu menjadi perbincangan banyak orang. “Gimana rasanya mau menikah?” Denta datang ke rumah Ancala untuk sekedar menemani sahabatnya itu mengobrol. “Dan menikah dengan perempuan yang lo cintai?” “Setelah semua yang terjadi, tentu saja gue bahagia, Den.” Ancala memainkan kakinya yang ada di kolam renang, menimbulkan bunyi kecipak air. “Gue kira akan sulit mendapatkan restu dari para tetua.” Denial mengatakan itu merujuk pada nenek dan kakek Ancala, lela

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 41. Berbeda Pandangan

    “Kamu sudah benar-benar yakin akan menikah dengan Gemi, Bang?” Ramon meyakinkan sekali lagi kepada sang putra atas keputusan untuk meminang sang pencuri hati. Para tetua, nenek kakeknya sudah memberikan izin untuk mempersatukan dua keluarga yang seharusnya tetap menjadi keluarga yang sesungguhnya. Namun, mereka memilih untuk memberikan restu dan menyingkirkan segala ego yang ada. Dua anak manusia itu sudah tidak bisa dipisahkan, untuk apa lagi mereka menahannya dan akan berakhir buruk. “Aku udah yakin, Yah. Aku sudah berbicara dengan Gemi dan dia menerima lamaranku.” Senyum lebar tersemat di bibir Ancala dan wajah sumringah itu tidak bisa berbohong jika dia sangat bahagia. “Kalau begitu, Ayah dan Bunda akan berbicara kepada Papa Kala kalau kami akan segera melamar Gemi. Pikirkan juga kamu ingin menikah di mana? Outdoor atau indoor, masalah biaya jangan khawatir, semua biaya Ayah yang urus.” Rasa sayang Ramon yang diberikan kepada Ancala tidak surut sedikitpun sejak dulu. Lelaki it

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 40. Tidak Menepati Janji

    Setelah obrolan semalam, Gemi bangun tidur dengan perasaan yang terasa ringan. Hubungannya dengan sang ayah sudah membaik dan dia sudah memaafkan apa pun yang pernah sang ayah lakukan. Semua yang dilakukan oleh sang ayah semata untuk melindungi keluarganya. Suasana hati Gemi pun terlihat sangat baik seharian ini. Meskipun Ancala sejak tadi tak kunjung menghubunginya seperti yang sudah dijanjikan semalam, dia masih baik-baik saja. Seperti yang sudah Ancala bilang semalam, lelaki itu akan membicarakan masalah kerjaan dengan sang ayah. “Jadi, kamu mau balik kerja lagi?” Gemi yang baru saja duduk di sofa di samping sang bunda, segera mendapatkan pertanyaan tersebut. “Aku akan pikirkan lagi, Ma.” Sudah kebiasaan berada di rumah selama beberapa bulan, menjadikan Gemi enggan untuk kembali beraktivitas. “Tapi, Ma, Papa ngeluarin aku dari kantor dengan alasan apa, ya?” Benar, Binar pun tampaknya belum tahu tentang masalah tersebut karena dia tak pernah bertanya dengan Kala. “Mama juga

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 39. Restu

    Binar dan Kala mendengar dengan jelas ucapan putri mereka meskipun kata-kata yang diucapkan terbata-bata. Mereka mendengarkan di balik dinding hanya untuk mengetahui reaksi Gemi ketika bertemu dengan Ancala. Nyatanya, Gemi mengatakan sesuatu yang membuat orang tuanya menahan kesedihannya. “Jangan bicara yang tidak-tidak. Sekarang fokuslah pada kesembuhanmu dulu. Papa bilang, kamu masih perlu bertemu dengan psikiater. Kapan jadwalnya? Aku temani ya?” “Aku nggak butuh psikiater lagi, Bang. Obatku udah ada di sini.” Kala mendesah pasrah mendengar jawaban Ancala atas ucapan sang putri. Sudah pasti perasaan Kala sekarang dipenuhi oleh rasa penyesalan yang amat besar. Di ruang tamu, Gemi dan Ancala melepaskan pelukan mereka. Ancala mengusap air mata Gemi yang mengalir menganak sungai di wajahnya. “Aku nggak akan ke mana-mana lagi, Gemi. Aku udah pulang sekarang. Jadi, kamu nggak perlu takut aku pergi lagi.” “Memangnya, Abang dari mana kemarin?” Ancala menyodorkan minuman yang disiapka

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 38. Pertemuan 

    Kala pasti tidak pernah menyangka jika Ramon akan menurunkan egonya untuk meminta putranya pulang. Dia tahu betul bagaimana Ramon menolak permintaannya saat itu. Namun, sekarang tiba-tiba Ancala sudah ada di rumahnya dan menanyakan kabar Gemi. Hal itu tentu saja membuat Kala sedikit bingung. Apa pun itu, Kala tentulah merasa senang dengan kedatangan Ancala ke rumahnya. “Keadaan Gemi sudah lebih baik. Dia sekarang sedang istirahat.” Tepat setelah itu, Binar datang dan segera duduk di samping Ancala. Perempuan paruh baya itu mengelus punggung Ancala tanpa berbicara. Kelegaan terpancar dari matanya. “Kamu dari mana saja, Bang?” tanyanya setelah itu, “Mama cariin kamu.” “Aku jalan-jalan, Ma,” jawab Ancala dengan lembut, “Mama baik-baik aja ‘kan?” “Mama baik. Anca, kamu masih mau nemuin Gemi ‘kan? Setelah waktu itu, dia murung dan tidak ingin berurusan dengan siapa pun.” “Tentu saja aku mau, Ma. Gemi adalah adikku. Kalau memang perlu, aku akan menemaninya sampai dia sembuh.” “Apa mak

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 37. Kedatangan Ancala

    “Aku harus pulang, Den. Sorry, ya.” Gemi memilih menghindar daripada harus menjawab ucapan Denta. Gadis itu berdiri, lalu buru-buru pergi meninggalkan Denta yang tampak kebingungan. “Gem!” Denta berteriak memanggil gadis itu, tetapi seolah tuli, Gemi tetap berjalan dan sesekali berlari untuk menghindari sahabat Ancala tersebut. Setelah memasuki komplek perumahannya, barulah dia berjalan dengan tenang. Gemi berpikir, kalau Denta saja tidak tahu keberadaan Ancala, itu artinya, kepergian lelaki itu dirahasiakan. Sepertinya, masalah ini benar-benar serius. Gemi berhenti di pinggir jalan, terpaku di tempatnya, lalu berpikir sejenak. Apa dia harus menghubungi Ancala? Apa lelaki itu akan menerima panggilannya kalau dia melakukannya? Kebingungan itu melanda dirinya. Gara-gara kedatangan Denta, menjadikannya berpikir lebih keras tentang Ancala. Gadis berdaster coklat itu kembali melangkah untuk kembali ke rumah. Meskipun dia banyak memikirkan banyak hal, tapi beruntung kini halusinasinya ti

DMCA.com Protection Status