Share

Aku juga bisa

Author: humaidah4455
last update Last Updated: 2023-09-18 12:33:51

Kau bisa, Aku juga 4

Aku merasa bebas merdeka hari libur begini sok iyes masuk kerja. Ah, begini lebih baik dari pada jadi kacvng seharian dirumah mertua.

Mengendarai hond4 b3at street sekend kesayanganku ini, kutelusuri jalanan weekend yang lumayan lengang. Para karyawan banyak yang libur, hanya beberapa sepeda motor serta kendaraan melintasi jalanan hitam jalur lintas menuju restoran.

Entahlah, caraku ini akan berhasil untuk melakukan perlawanan kepada suami dan mertuaku atau tidak. Yang jelas, aku ingin berubah, tak mengalah terus. Aku juga punya harga diri. Aku tahu, berdosa membangkang pada suami. Eits, tunggu dulu! Suami yang seperti apa dulu dong? Jika harus menuruti semua keinginan suami modelan Mas Heru, bisa ambruk cagakku nuruti angen-angenmu (rubuh tiangku menuruti kemauanmu).

Selama ini, aku sudah berusaha menjadi istri sekaligus menantu yang Soleha, nurut, dan berbakti kepada suami dan mertuaku. Tetapi, kenyataan hal itu malah membuat mereka layaknya tua-tua keladi semakin tua semakin menjadi, bikin aku sakit hati, shiiit!

Tanpa terasa aku sudah sampai ke area restoran dimana aku bekerja. Rasanya bahagia bisa menjalani rutinitas weekend yang berbeda.

"Hani?! Tumben weekend masuk!" Lukas karyawan bermukim di restoran ini menyapaku.

"Biasaaalah, butuh cuan tambahan! Ku pikir, lembur weekend lumayan juga! Bos udah datang?" sahutku basa-basi.

"Belum. Pak Aryan biasanya datang jam sepuluh. Kamu isi aja absen bagian lembur, nanti biar dicek sama beliau," terang Lukas.

Aku manggut-manggut seolah mengerti dengan sistem kerja di restoran ini. Biarlah mereka mengira aku karyawan biasa, malah lebih baik.

Aku segera membantu pekerjaan yang butuh bantuan, menyiapkan meja tamu, membenahi daftar menu yang ada diatas meja sambil mengamati apa yang kurang di restoran ini.

Hmmm, sepertinya harus ada inovasi tempat untuk spot foto yang ciamik keren nih, untuk menarik pelanggan datang. Restoran ini memang terkenal dengan rasa makanannya yang endulita. Namun, jika ditambah spot tempat keren pasti tambah oke. Baiklah akan ku usulkan ini nanti.

"Hani, kamu lembur? Nggak salah?!" Lea menyapaku saat ia melihat aku lembur.

"Hu'um! Bosen dirumah, pengen suasana baru," sahutku meliriknya sekilas. Segelas cappucino panas favoritku tergeletak di atas meja khusus karyawan beristirahat. Aku sedang sarapan roti panggang dan segelas kopi.

Lea menatapku sambil tersenyum, ada yang aneh kah dengan diriku?

"Hei, kau senyam-senyum liatin aku, kenapa? Ada upil di idungku? Atau lipstikku kurang beres?" Aku gupek sendiri berdiri menatap cermin. Ah, fine fine aja, kok.

"Aku lagi bayangin mertuamu sewot dan uring-uringan dirumah, Han. Selama ini dia 'kan selalu bergantung padamu," ujar Lea terkekeh.

Ooooh, kukira ada apa. Hmmm, iya juga ya? Bu Lasmi dan Rita 'kan biasanya dilayani. Apa kabar tuh hari ini tanpa aku? Mana gas, dan bahan makanan dirumah habis. Ah, terserah ... bukan urusan gue!

"Aaah, udahlah biarin aja. Mulai sekarang aku mau lembur tiap weekend. Biar banyak duit! Jaman now itu apa-apa diukur pake duit, semakin banyak duitnya, semakin banyak pula pengikutnya!" celotehku asal.

Memang iya, sekarang itu zamannya uang yang menentukan posisi kedudukan seseorang dimana pun. Lihatlah mereka yang banyak uang, asal tunjuk bebas, kentvt juga disanjung. Coba bandingkan dengan mereka yang k3r3 sebaik apapun atitude nya minim uang, dahlah kelaut aja! Nggak akan dianggap.

*

Hari ini restoran sangat ramai, rupanya dihari libur banyak kalangan elit makan disini. Tip yang kudapat dari pelanggan lumayan juga, tiga lembar uang pecahan seratus ribu berhasil ku dapatkan.

"Lho, kenapa ini nggak di sajikan ke depan?" tanyaku saat melihat beberapa piring berisi kepiting saos Padang, udang sambalado, cumi cabe ijo tidak ikut disajikan.

"Jangan heran, itu menu makanan yang sudah dibayar konsumen, tapi nggak dimakan. Rejeki karyawan kek kita-kita ini lah. Kamu boleh sisihin kalo mau bawa pulang, nggak papa, kok ... dari pada mubazir!" terang chef di restoran ini.

Ooooh, jadi kalau weekend banyak lauk sisa begini? Hmmm, baru tahu aku. Atau selama ini aku yang cuek, ya?

"Oke, aku boleh bawa cumi sama kepitingnya?" tanyaku minta izin.

Si chef menatapku. "Bawalah! Semuanya juga boleh! Weekend biasanya banyak makanan sisa, sayang lho kalo nggak kemakan! Yang lain juga udah pada nyisihin menu yang mereka mau, kok."

Baiklah, baiklah. Aku juga akan mengikuti seperti yang lainya. Toh mereka tak tahu siapa diriku sebenarnya. Kupindahkan dua menu lauk yang masih belum tersentuh. Heran deh, mereka mesen kenapa nggak dimakan, ya? Dasar orang kaya!

Hari sudah mulai malam saat aku pulang kerumah, uang tip dan lauk makan yang istimewa membuatku bahagia.

"Baguuus, jam segini baru pulang! Lembur apa dilembur, Mbak?!" Sambutan Rita membuatku mendadak hilang mood.

Aku melengos memutar bola mata malas melihatnya rebahan diatas kasur lantai depan tivi. Piring, gelas, serta beberapa bekas kemasan Snack berserakan. Joroknya eeeyuuuh!

"Bukan urusanmu, kebo!" ketusku.

"Apa?! Kau bilang apa tadi?!" Dia meradang.

Kutatap dia sambil tersenyum mengejek. "KE-BO! Ngapa, nggak terima? Atau pemalas kali, ya!" cibirku.

"Hei, aku bukan pemalas, tau!" kilahnya berapi-api dadanya naik turun emosi dah.

"Lantas kalo bukan pemalas apa? Piring, gelas kotor dan sampah di sekeliling mu, nggak risih, tah? Beresin semuanya! Mulai sekarang jangan harap bisa jadi princess di rumah ini, paham!" Ku tuding muka licinnya itu.

Aku segera ke kamar, meletakkan tas kerja berisi harta karun lauk makan istimewa, kemudian bersiap mandi. Tumben rumah sepi, kemana suami dan mertuaku? Bodo amatlah, aku mau mandi.

Selesai mandi dan berganti pakaian, samar kudengar suara perdebatan di ruang tivi.

"... pokoknya kamu harus bisa cari duit buat operasi Caesar adikmu ini, Her! Ibu nggak mau cucuku bernasib sama dengan anaknya Hani, mati sia-sia!"

Hatiku panas mendengar kalimat beliau. Rasanya ingin memaki wanita tua itu sekarang juga. Santuy, Hani! Santuy! Sekarang, panasin aja lauk makan istimewamu, ya! Isi perutmu sendiri nggak usah pedulikan mereka.

Ku ambil harta karun dari tas, kemudian kubawa kedapur. Malam begini yang tersisa biasanya cuma nasi saja. Kubuka Tidung saji, rupanya ada sisa kuah tongseng daging kambing, kuahnya saja astagfirullah!

Segera kupanaskan lauk makanku kemudian kumakan sendirian.

"Lho, kepiting, cumi? Kau dapat dari mana?!" Rita tiba-tiba muncul saat aku tengah santap malam. Tangannya terulur hendak mencomot capit kepiting yang montok.

Plak

Spontan ku pukul tangan clutak itu. Enak aja main comot! Mereka makan enak aja nggak ingat aku, kok!

"Mbak! Kok di pukul sih, sakit tau!" pekiknya penuh drama.

"Itu yang pantas buat tangan clutak, tau!" sindirku pedas. Kuambil capit kepiting itu langsung kulahap didepannya.

"Hmmmm, mantap!"

"Buuuu! Ibuuuu!" teriak Rita, biasalah anak emak pasti koar-koar kalo nggak berhasil dapetin keinginannya.

Bu Lasmi datang tergopoh-gopoh sebab teriakan Rita. "Apa, Rit?"

"Liat Mbak Hani!" Telunjuk wanita hamil itu mengarah kepadaku. "Aku mau minta capitnya nggak boleh!"

"Hani? Darimana kau dapat makanan itu?!" Bu Lasmi membelalak matanya melihat hidangan di dua piring berbeda.

"Beli, lah! Ngapa, mau?" sahutku sambil menikmati nasi hangat dan cumi cabe ijo.

"Kok kamu makan nggak ajak-ajak? Ibu juga mau, Han! Dasar serakah!"

"Ngapain ngajakin kalian? Wong kalian makan enak aja nggak ingat aku, kok! Gantian lah!" sahutku spontan. "Emang kalian doang yang bisa cuek?"

Related chapters

  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   ketika Hani berulah

    Kau Bisa, aku juga 5 Jangan remehkan seseorang yang sudah kenyang makan kecewa. Dia bisa melakukan apapun diluar dugaan."Hani! Kelewatan kamu, ya!" Bu Lasmi malah meninggikan suaranya. Iiieeuuuh! Kelewatan dia bilang? Aku mengerling malas. Kemudian kubuka tudung saji dimana ada mangkuk berisi sisa kuah tongseng kambing."Aku kelewatan? Terus ini apa?! Kalian makan tongseng kambing cuma nyisain kuahnya doang 'kan? Masa aku nggak boleh menikmati makanan hasil keringet ku sendiri?" Mulut ku sambil menikmati cumi cabe ijo yang mantap ini. "Kalo kalian mau, biar impas ... ku sisain kuahnya aja, ya!" Mataku mengerling sengaja ngejek kedua orang dihadapan ku ini. Bu Lasmi nampak merah padam wajahnya mata ibu mertuaku melotot tangannya juga mengepal. Ah, bodo amat. Mau marah, mau enggak terserah. Capek ngalah terus. Brak Meja makan di gebrak membuat sendok di piringku melompat ke lantai. "Keterlaluan kamu, Han! Rita ini hamil, kalo anaknya ileran gimana? Nggak peka banget sih sama oran

    Last Updated : 2023-09-18
  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   Korban Sebenarnya

    Kau bisa, Aku juga 6 Melangkah menenteng ember cucian aku masuk ke rumah. "Dari mana kamu, Han?!" sentak Bu Lasmi. Busyet ini, nanya apa ngajakin perang sih? Galak banget jadi mertua. Ooh, mungkin dulunya dia di galakin juga kali sama mertuanya, sekarang balas dendam ke akuh. Duh, ngenes! "Dari mana, kamu?! Jawab! Malah diem aja! Jam segini cucian piring masih numpuk, teh, ataupun kopi belum ada! Ngapain aja sih kamu?!" Bu Lasmi sudah seperti satpol PP sedang sidak. "Dari nyari pahala, Bu. Ampun, dah! Baru pada melek udah teriak-teriak! Ati-ati pita suara putus. Atau tensinya naik, lho!" Kuletakkan ember di kamar mandi. Tumpukan baju kotor Bu Lasmi dan Rita masih utuh disana. Ogah yaaa kalau disuruh nyuci lagi. "Nyari pahala, nyari pahala, pala Lo peang!" umpat Rita. "Cuciin gelas! Bikinin aku teh, cepetan!" Gantian Rita kini memerintah. Aku berdiri, meraih teko berisi air lalu ku tenggak isinya, gelas habis di rak piring, semua kotor teronggok di wastafel. "Punya kaki, punya

    Last Updated : 2023-10-06
  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   Aneh

    Pagi ini, aku berangkat kerja sambil membawa luka. Air mataku perlahan meleleh mengingat kejadian saat aku akan melahirkan Zidan. Sakit, payah, penuh derita serta tekanan dari suami dan mertua yang kurasakan. Berbeda sekali dengan Rita. Semoga dia merasakan apa yang dulu ku rasakan. Entahlah aku seperti sudah tak bisa lagi membedakan antara do'a dan dosa. Sebab hatiku ingin sekali melihat Rita dan Bu Lasmi merasakan apa yang dulu ku rasa. Ya Allah, tolong ampuni aku. Rasa sakit ini teramat sangat. Ampuni atas semua kesalahanku telah membangkang pada suami, dan mertua, aku lelah ya Allah, aku lelah. ***** POV Heru Mataku menatap tanpa kedip kepergian Hani, wanita yang dua tahun ini menjadi istriku. Entah mengapa kini dia berubah. Tak seperti kemarin-kemarin. Dia jadi lebih berani serta cenderung membangkang. Terlebih setelah dia tahu aku kasbon untuk adikku Rita. Sebagai istri, dia sungguh tak tahu diri. Dijatah lima ratus ribu sebulan masih kurang aja. Mentang-mentang sudah bis

    Last Updated : 2023-10-07
  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   Hari Naas

    POV HaniAku sampai di restoran, hari ini nggak ada alasan untuk menangis. Aku harus menunjukkan kepada mereka para orang-orang pelit itu bahwa aku bisa. Biar saja mereka sekarang kelabakan dirumah, mereka pikir aku akan selamanya jadi pesuruh mereka, sorry laa yau! Masuk ke restoran mengisi absensi lalu mulai bekerja. Tip lemburan kemarin membuatku ketagihan. "Eh, Lo ngapain hari Minggu masuk?" Sherin salah satu karyawati resto yang selalu rese padaku heran aku masuk kerja di hari libur. "Suka-suka gue, dong! Emang ada larangan karyawan lembur enggak 'kan?" sahutku malas. "Oooh, gue tau! Jangan-jangan Lo lembur gara-gara nggak dinafkahin sama laki Lo, ya? Hahaha, ngenes amat!" Aku yang hendak menuju ke ruangan khusus karyawan berhenti melangkah lalu berbalik menatap tajam Sherin. "Elo nggak berhak ngurusin hidup gue! Mau lembur atau enggak bukan urusan Elo, tau!" "Stop! Stop! Udah jangan brantem! Elu juga Sher, jangan gangguin Hani!" Lukas memisahkan kami. "Han, kamu dipanggil

    Last Updated : 2023-10-08
  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   Dasar pohon pisang!

    POV Hani Ya Allah, suamiku ini memang ma-ti rasa padaku atau apa sih? Yang dia pikirin hanya uang, uang, dan uang saja. Boro-boro bertanya bagaimana keadaanku sekarang. Rita juga, mulutnya minta di tamplok pakai ulekan sambel, ya Allah ... kuatkan hamba-Mu ini untuk menghadapi orang-orang model pohon pisang ini, mereka punya jantung, tetapi tidak punya hati. "Begini, Pak. Masalah biaya perawatan, akan ditanggung oleh restoran, sebab Hani kecelakaan saat mengantarkan pesanan makanan ke konsumen." Aryan mencoba menjelaskan. "Eh, Mbak! Lo itu jo-ngos, apa kurir sih? Kerjaan kok nggak jelas banget!" sewot Rita dia mengibaskan rambutnya yang tergerai sebahu. "Begini, Mbak ... kebetulan restoran kami sedang banjir pesanan delivery order, dan karyawan juga sibuk melayani pelanggan yang datang, kebetulan Hani bertugas mengantarkan pesanan gitu, Mbak. Tolong jangan salahkan Hani, ini kecelakaan." Aryan menjelaskan lagi. "Jangan salahkan Hani, jangan salahkan Hani, Bapak nggak tau, dia cel

    Last Updated : 2023-10-09
  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   musibah dan berkah

    POV Hani Usai Mas Heru dan Bu Lasmi pergi, Bayu datang menemaniku. Tangan ini terasa sakit sekali gara-gara dipukul keras oleh Bu Lasmi. "Bay, kok sakit banget tanganku ini, tadi habis di pukul keras sama mertuaku. Dia pikir aku cuma pura-pura." Aku meringis. "Apa pura-pura! Aaah, katarak orang itu! Mbak berita kecelakaan itu sudah jadi trending topik di media sosial dan media berita online tau! Em, lagian ini harusnya di urut, Mbak. Atau ... kita pulang aja ke kampung disana biar di urut Wak Hasanudin, beliau terkenal dukun pijat handal!" Ah, pulang ke kampung dalam keadaan begini, apa kata bapak dan ibu nanti. Usul Bayu kadang-kadang asal. Selama ini, mereka tahunya rumah tanggaku bahagia, meskipun aku menyembunyikan jati diri dari suamiku dan keluarganya. "Bay, aku malu pulang ke kampung," lirihku sambil merebahkan diri di bed yang di sering aggak tinggi. Tanganku kini dipasang arm sling, agar tanganku tidak bergeser. Bayu menatapku, sorot matanya sendu. "Sebenarnya aku kesin

    Last Updated : 2023-10-11
  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   Kamu yang maksa

    POV AuthorLasmi dan Heru pulang dari restoran dimana tempat Hani bekerja dengan tangan hampa. Keduanya tidak berhasil membawa pulang sepeda motor milik Hani. "Huh! Gara-gara dua satpam pe kok itu, gagal deh bawa motor si Hani!" Lasmi ngomel sepanjang jalan. "Kamu itu jadi laki-laki harus tegas, dong! Hani itu istrimu, dia harus wajib tunduk sama kamu, Heru!" Lasmi memukul keras helm anaknya. Heru mendadak hilang kendali sebab Lasmi terlalu kuat memukul helmnya. Sepeda motor Heru oleng hingga membuat mereka terperosok ke saluran air. "Aaaaaaw! Dasar 00n kamu, Her! Bisa-bisanya kita jatuh begini?!" umpat Lasmi meringis kesakitan ia tertimpa sepeda motor. "Aaaaw! Kakiku!" pekik Lasmi kesakitan. Heru berusaha bangkit lalu membenarkan posisi sepeda motornya. Keduanya jatuh di tempat sepi. Tebeng motor Heru sebelah kiri pecah, kaca lampu juga pecah. "Aduuuuh, kakiku!" Lasmi mengaduh, meringis memegangi pergelangan kakinya. Nampak biru diantara mata kaki wanita itu. "Ibu sih, pake muk

    Last Updated : 2023-10-13
  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   menghilangnya Hani

    POV AuthorSuara sentakan dari arah pintu ruang perawatan Hani membuat Heru menoleh sementara tangannya masih mencengkeram kuat rahang Hani. Ini kali pertama ia melakukan kekerasan terhadap istrinya. Tindakan Heru terlihat jelas dari pintu, tirai Hani hanya tertutup bagian samping saja. Tekanan mental yang ia hadapi saat ini sanggup membuat Heru bertindak kasar. Beban hutang yang dia tanggung sangat menggangu pikiran, ditambah sepeda motornya rusak, serta tuntutan Lasmi untuk mencari biaya operasi Caesar Rita membuat pikiran Heru gonjang-ganjing. "Huh!" Laki-laki itu melepaskan cengkraman tangannya kasar hingga membuat tubuh Hani berguncang. Wanita dengan kepala terbalut perban dan tangan menggunakan arm sling itu meringis kesakitan sebab tangan kirinya sempat tertekan Heru. "Siapa Kau? Jangan ikut campur urusanku! Dia istriku, mau kuapakan saja, suka-suka aku!" ujar Heru matanya menyiratkan api amarah. "Saya Habibi, Dokter yang merawat Nona Hani! Ada berurusan dengan saya, sebab

    Last Updated : 2023-10-16

Latest chapter

  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   Kau pasti menyesal (24)

    POV Author Mbak Enik panik sebab tak mendengar suara Hani padahal tadi ia dengan jelas sekali mendengar wanita itu berteriak minta tolong. Didalam rumah .... "Jangan coba-coba teriak, atau kupatahkan sekalian tanganmu ini!" desis Heru mengancam Hani. Wanita dengan tangan masih mengenakan arm sling itu hanya bisa meneteskan air mata dalam diam sebab mulutnya dibekap kuat oleh Heru. "Hani! Han! Kamu nggak papa 'kan?" Mbak Enik terus memanggil Hani, ia hendak membuka pintu namun takut disebut pencuri sebab dirinya hanya sendirian. Mbak Enik bingung mencari bantuan, ia clingukan kesana kemari. Sepeda motor Heru masih di halaman rumah. Namun, kedua manusia itu tak menyahut dari dalam sana. "Heru, kamu akan menyesal melakukan ini padaku," lirih Hani. "Apa, menyesal? Nggak! Aku nggak akan menyesal! Ini hukuman untuk istri pembangkang sepertimu!" geram Heru masih mengunci tubuh Hani sambil menahan sakit pada area sensitifnya. Hani meneteskan air mata. Ia sadar, jika berteriak Heru ak

  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   Heru kalap (23)

    POV AuthorHani berjalan mencari makanan siap santap sambil menggendong tangannya yang retak. Rambutnya juga nggak di ikat. Biasanya jam segini, warung nasi uduk Ibu Hartati sudah siap nasi uduk, sayur matang, gorengan, dan es cendol juga ada, pedagang itu sering mangkal di sekolahan yang tak jauh dari rumah mertua Hani. "Mbak Hani! Ya Allah, itu Mbak Hani!" Para tetangga yang melihat Hani berjalan perlahan langsung menghampiri istrinya Heru itu. "Ya Allah, alhamdulilah, Mbak Hani selamat!" ungkap Bu Lis. "Si Hani, eta?!" Ceu Kokom ikutan heboh. Mereka mendekati Hani. "Aduuh hatur nuhun, Gusti, si Hani diselamet keun!" syukur Ceu Kokom. Hani tersenyum menanggapi para tetangga yang kepo terhadap dirinya. "Ya Allah, Han ... alhamdulilah kamu selamat. Aku liat berita di tv ngeri lho! Aku kemarin nanya sama mertuamu, dia malah cuek!" ujar Bu Lis. Dia terkenal biang kerok tukang adu ayam, eh domba. Dia senang jika melihat menantu dan mertua yang tidak akur."Alhamdulilah, aku selama

  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   Heru stres (22)

    POV Author Heru memacu sepeda motornya menuju ke rumah, ia harus masuk kerja hari ini agar tidak kena pinalti dan berakhir pemecatan. Kepalanya pusing sebab Deni tidak mau menanggung biaya operasi Caesar Rita. 'Kenapa rasanya ini sama dengan keadaan Hani dulu? Pas Hani mau SC ibu melarangku memberikan izin untuk SC hingga akhirnya tindakan itu telat dilakukan, dan sampai saat ini aku juga tak tau menau perihal biaya itu, orang tua Hani yang menanggung semuanya. Ya Allah, apakah ini namanya karma?' batin Heru kebingungan. Motor terus melaju membawanya menjauh dari area rumah sakit. Hatinya dongkol sebab Deni lebih mementingkan adik kandungnya sendiri dari pada Rita istrinya. 'Aku bingung dengan jalan pikiran Deni, dalam perut Rita itu anaknya, darah dagingnya, kenapa dia bersikap begini?' Sepertinya karma dimasa lalu kini tengah menghampiri Heru. Situasinya sama dengan masa-masa Hani akan melahirkan. Heru terkesan cuek dan bodo amat pada Hani. Erangan, serta rintihan perempuan itu

  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   Semoga doaku terkabul (21)

    POV HaniAku sedikit curiga melihat Bu Lasmi membawa buku KMS, ditambah ia bebenah baju dua tas berukuran besar serta Mas Heru dan Rita tidak ada dirumah. Jangan-jangan Rita sudah kontraksi dan akan melahirkan. Ahh, semoga saja dia juga merasakan apa yang kurasa dulu. Jahat? Yaa ... terserah deh mau dibilang apa, yang jelas, aku ingin sekali Rita merasakan apa yang aku rasakan dulu, saat berjuang melahirkan Zidan. Sakit, tertekan, dan setres. "Bu, Rita sama Mas Heru kemana? Ibu juga mau kemana pagi-pagi udah sibuk sama dua tas gede-gede gini. Mau liburan, kah?" Iseng aku kembali bertanya. "Udahlah kamu nggak usah kepo! Urusi aja rumah yang kacau ini. Pastikan semuanya bersih, sebelum kami pulang!" sentaknya. Aku berdecak kesal. "Bu, tanganku sakit. Jangankan beberes, ngiket rambutku sendiri aja aku kesusahan, gimana sih?!" Aku mencebik bibir. Aneh mertuaku ini, udah tahu mantunya masih cidera pasca kecelakaan, tetep aja nyuruh-nyuruh. Dasar mertua gaje! Aku duduk di kursi makan

  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   Mau kemana sepagi ini? (20)

    POV Hani Aku masih mengompres tanganku sambil duduk di ranjang. Mas Heru masih berdiri di dekat meja kerjanya. "Hani, bukanya istri itu tugasnya melayani suami, kau tau 'kan?" Dia mendekat. Aku mengerling sekilas, menatapnya sambil tersenyum. Kini dia membahas perihal tugas istri. Baiklah, akan kubahas juga tugas suami. "Iya, melayani urusan syahwat terutama. Sebab, pernikahan memang bertujuan untuk berkembang biak, bukan diperbudak. Dan selama ini, aku merasakan, hidup bersamamu dirumah ini, hanya dijadikan babu gratisan serta pemuas n4fsv mu aja. Kau tak pernah peduli dengan kebahagiaanku, kesejahteraan ku. Yang ada di pikiranmu cuma kebahagiaanmu dan keluarga intimu saja, ibu dan Rita, tanpa aku." "Tapi, Han ... surgaku ada pada ibuku, dan surgamu ada padaku!" Dia ngegas. "Ya udah kalo gitu. Kamu tetap pada pendirianmu, aku juga akan milih jalanku sendiri. Kalo kamu nggak bisa berubah, maaf ... aku mending nggak punya suami, deh! Buat apa punya suami, kalo kenyataannya lahir

  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   jangan bahas perceraian (19)

    POV HaniAku menautkan alis menatap sekilas suamiku yang tumben banget berubah sikapnya, ada apa ini? "Yuk, kita istirahat aja, Dek! Mas temenin!" Mas Heru menggamit lembut tanganku. Widih, ciyus? Kok jadi lembut kek brownis kukus begini, wah patut di curigai ini! Aku merasa aneh dengan perubahan sikap suamiku. Nggak ada angin, nggak ada hujan, dia yang tadinya cuek secuek bebek mendadak lembut dan romantis, wah kurasa ada yang nggak beres ini. Okelah, kita ikuti saja alur yang dibuat Mas Heru, ada misi apa sebenarnya? Kok hatiku bilang, dia sedang melakukan modus demi sesuatu, aku harus waspada! Mas Heru membimbingku masuk kamar. Mataku menyipit melihat bungkusan plastik serta paper bag pemberian Aryan. Kuambil plastik itu, oooh rupanya berisi buah. Baguslah, buah ini aman dikamarku. "Apa ini, Dek?" Mas Heru meraih paper bag pemberian Aryan. "Jangan! Ini dari menejerku!" Refleks tangan kananku langsung merebut paper bag itu. Bukan tanpa sebab, tadi sempat ku intip ada amplop d

  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   perhatian palsu

    POV Hani"Aku nggak jadikan sakit ini alasan. Memang aku perlu istirahat dan jangan banyak gerak dulu, tanganku retak. Atau, gini aja ... kalo kalian keberatan merawatku selama sakit, gampang ... aku akan minta Bayu menjemput kesini, dan pergi dari rumah ini selamanya. Buat apa punya suami dan mertua yang nggak peduli terhadapku?" "Apa?! Kau bilang, suami dan mertua nggak peduli sama kamu?!" Mas Heru berkomentar. Kutatap kedua ibu dan anak ini bergantian. "Iya. Emang bener, 'kan? Bahkan Mas sendiri tega menyakitiku saat di rumah sakit kemarin." Bodo amat sama perasaan mereka. Wong mereka aja nggak peduli dengan perasaanku. Kalau bicara masalah dendam, tentu saja iya. Balas dendam itu dosa! Hanya Allah yang tahu. "Hani, jangan kau kuliti aib keluargamu didepan orang lain!" Mas Heru mencengkeram kuat bahu tanganku yang sakit. "Aaaw, sakit! Lepas!" Kupukul tangan suamiku. Kurang 4jar emang, dia sengaja apa gimana sih?! Tu buh ini di dorong oleh Mas Heru hingga membuatku limbung. Ooh

  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   mulut bvsvk Rita

    POV Hani"Haniii! Buka pintunya!" Aku menutup telinga mendengar gedoran pintu kamar oleh si Rita pemalas itu. Teriak dan gedor saja sekuatmu, Ta! "Busyet, tuh iparmu rese bener ya, Han?" Lea nyengir duduk di lantai yang kini sudah digelari karpet. "Biarin ajalah, ntar juga capek sendiri. Masa dia nyuruh aku buat beberes dapur, katarak dia. Pokoknya akan kuberi pelajaran dia dan ibunya, Lee. Kebangetan lho, sakit begini masih aja disuruh-suruh." Aku ingat saat aku hamil dulu, setiap hari ada aja perintah dari Bu Lasmi maupun Rita, terlebih saat persiapan pernikahan anak itu, kebetulan aku sedang hamil trimester ke dua, seenak j1dat mereka mendikte perintah ini dan itu. Waktu hamil tua, hmm lebih parah lagi. Bahkan aku sampai tertekan hingga menyebabkan tensi darahku tinggi. Kutenteng map cokelat berisi hasil foto Rontgen tanganku, biar saja nanti mas Heru atau Bu Lasmi melihat sendiri kondisi tanganku. "Haniii! Kurang 4jar kamu, ya!" Terdengar umpatan Rita terhadapku dari luar

  • Bangkitnya Istri Yang Kau Hina   Kemana aku harus mencarimu (16)

    POV AuthorHari telah berlalu, Heru kebingungan mencari dimana keberadaan istrinya. "Hani, kemana aku harus mencarimu?" Ia frustasi sebab datang ke restoran dan menghubungi rekan kerja istrinya, hanya sia-sia belaka. Mereka tidak ada yang tahu dimana keberadaan Hani. Jam istirahat kantor digunakan Heru untuk mencari keberadaan istrinya. Sementara di rumah sakit ... "Bay, aku mau pulang. Bosen disini," ujar Hani. Berada di ruangan VIP membuatnya kesepian. "Enggak! Mbak nggak boleh pulang dulu. Pengobatan Mbak belum tuntas," sahut Bayu. Jelas saja Bayu melarang, ia tak ingin terjadi sesuatu pada kakak kesayangannya itu. Hani duduk di brankar pasien, ia sudah mandi dan berganti pakaian dibantu oleh Suster. "Tapi, Bay ... aku kesepian disini." Hani memelas. Bayu bangkit lalu mendekati kakaknya. "Mbak mau pulang? Kita pulang kerumah bapak, bukan pulang kerumah suaminya Mbak!" Hani spontan menatap Bayu, ia menelisik mata adiknya itu, sorot serius terpancar dari mata indah itu. "Aa

DMCA.com Protection Status