Di arena pacuan kuda klub, ada puluhan ribu orang yang menonton pacuan kuda.Baik di dalam maupun luar negeri, pacuan kuda merupakan aktivitas yang sangat digemari oleh orang-orang kelas atas di saat mereka punya waktu luang.Apalagi, hal yang paling banyak dibicarakan adalah taruhan kuda.Regina memegang lengan Nathan. Tiara yang berada di samping pun mencari tempat yang strategis untuk menonton.Ini adalah tempat yang hanya bisa dimasuki oleh anggota klub yang punya kualifikasi yang memenuhi syarat.Mereka yang bisa duduk di sini dan menonton pacuan kuda adalah orang kaya ataupun bangsawan.Di barisan tengah, wali kota Beluno, Samuel Kurniawan, tampak dikelilingi beberapa orang. Dia sedang memperhatikan pacuan kuda dengan saksama.Seperti yang diketahui semua orang, pemimpin Beluno ini tidak mahir dalam hal lain, tetapi dia sangat menyukai pacuan kuda."Paman Samuel, Anda juga ada di sini!"Regina berinisiatif maju ke depan dan menyapa.Samuel mendorong kacamatanya, lalu berkata samb
Setelah berjalan ke samping dan duduk, Tiara sudah tidak sabar untuk mengingatkannya. "Regina, Andre si tua bangka itu, jelas-jelas ingin membuat perselisihan di antara wali kota dan Keluarga Suteja kalian."Regina berkata dengan cuek, "Biarkan saja. Dia hanya seorang tokoh kecil. Kalau Pak Samuel nggak ada di sini, aku pasti akan menamparnya karena berani mengatakan hal seperti itu pada Nathan!"Tiara menatap Nathan, lalu berkata dengan jijik, "Terus terang saja, ini semua karena kamu, si pembawa sial.""Karena kamu, mungkin saat ini, Pak Samuel sudah nggak senang pada Regina!"Nathan mengerutkan kening. "Apa begitu penting untuk menyenangkan Pak Samuel?"Tiara langsung mendengus dingin. "Nathan, kamu ini benar-benar bodoh, atau hanya berpura-pura bodoh?""Pak Samuel itu wali kota, pemimpin di Beluno. Apa kamu nggak melihat ada begitu banyak orang di belakangnya yang memegang hadiah mahal, menunggu untuk menyanjungnya?""Asalkan Pak Samuel membuka mulut, tahukah kamu akan ada banyak s
Regina bertepuk tangan dengan gembira. "Dokter Nathan, kamu sangat hebat. Kuda nomor tujuh kita benar-benar menang. Hore!"Mendengar tawa kegirangannya, Edward, Andre, dan yang lainnya tampak murung.Samuel tersenyum dan berkata, "Jangan berkecil hati. Inilah pesona pacuan kuda. Sebelum sampai saat terakhir, nggak ada seorang pun yang bisa memprediksi siapa yang akan menjadi kuda hitam!"Lantaran pemimpin sudah menyampaikan pendapatnya, anak buahnya tentu harus segera mengutarakan tanggapan mereka"Plok, plok! Yang dikatakan Pak Samuel benar. Dalam sekejap, pemikiran kami langsung terbuka!""Pak Samuel memang hebat. Nggak ada yang bisa memprediksikan masa depan. Kita semua bisa menjadi kuda hitam. Anda benar-benar berwawasan luas!""Ronde berikutnya akan segera dimulai. Siapa yang bisa tertawa sampai akhir, dialah pemenangnya. Aku yakin Pak Samuel akan membawa kita ke garis akhir!"Dalam ronde kali ini, Pak Samuel memilih kuda nomor lima dengan penuh percaya diri."Dokter Nathan, kamu
Regina yang berdiri di samping, menutup mulutnya dan tertawa kecil. Dia tiba-tiba merasa bahwa orang-orang kelas atas di Beluno ini sama sekali tidak pintar-pintar amat.Edward berkata dengan nada tegas, "Nathan, aku mewakili Pak Samuel menyatakan perang denganmu!""Jangan senang terlalu dini. Kamu mampu memenangkan dua pertandingan, tapi itu hanya perlindungan pemula.""Kali ini, keberuntungan nggak akan berpihak pada orang bodoh lagi!"Andre mendengus dingin. "Tuan Edward benar. Dia hanya beruntung saja.""Belum ada seorang pun di Beluno ini yang bisa menandingi Pak Samuel dalam pacuan kuda, apalagi dokter kecil sepertimu!""Sudahlah. Lagian, kita juga bukannya nggak bisa menerima kekalahan," kata Pak Samuel sambil tersenyum."Dokter Nathan, 'kan? Haha. Kalau kamu masih bisa memenangkan ronde ini, aku pasti akan punya pandangan berbeda terhadapmu!"Nathan tersenyum tipis dan berkata, "Kalau masih begini, aku bisa dengan yakin memberi tahu Pak Samuel, aku pasti nggak akan kalah.""Som
Kuda nomor dua memimpin dan telah melewati setengah lintasan balap, tanpa menunjukkan tanda-tanda mengurangi kecepatan.Meski kuda nomor empat yang dipilih oleh Nathan juga tidak kalah cepat, ia masih tertinggal setengah badan di belakang."Nggak perlu ditonton lagi. Pemenangnya sudah keluar!"Edward menarik pandangannya dan tersenyum pada Samuel.Andre langsung berseru, "Pak Samuel memimpin kita dan akhirnya berhasil memenangkan perlombaan. Dia telah menunjukkan keberanian seorang pemimpin!"Lantaran telah mengubah kekalahan menjadi kemenangan, amarah di hati Samuel akhirnya mereda. Dia merasa sangat gembira.Dia menoleh ke arah Nathan dan berkata sambil tersenyum, "Anak muda, apa pendapatmu tentang ronde ini?"Nathan menarik pandangannya dari lapangan kompetisi. "Benar, pemenangnya sudah keluar!"Samuel tertegun sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. "Dia mampu menerima kekalahannya. Anak ini mudah diajar!"Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Pak Samuel mungkin salah paham. P
"Karena Pak Samuel ingin tahu alasannya, aku akan menjelaskannya secara singkat!"Menghadapi permintaan nasihat dari pemimpin tertinggi Beluno, Nathan tidak terlihat sombong sedikit pun."Mudah saja. Untuk perlombaan pertama, kuda hibrida yang aku pilih memang nggak disukai semua orang karena daya ledaknya kurang dan nggak sebaik kuda ras asli. Siapa pun yang paham tentang pacuan kuda pasti tahu hal ini.""Tapi apa Pak Samuel pernah memikirkan hal ini sebelumnya? Kuda hibrida punya daya ledak yang buruk, tapi daya tahannya sangat baik. Ini juga merupakan kelebihan dari kuda hibrida.""Lintasan klub ini jelas lebih panjang sekitar 50 meter dari lintasan peternakan kuda biasa. Lintasan sepanjang 50 meter ini memberi ruang bagi kuda hibrida untuk berprestasi. Daya tahannya yang luar biasa akhirnya mengalahkan kuda lain, yang mana daya ledaknya kuat, tapi daya tahannya rata-rata. Kemenangan atau kekalahan hanya ada di antara keduanya!"Samuel mendengar dengan saksama, lalu bertanya, "Aku m
Salah seorang bos batu bara yang berperut buncit tertawa dan berkata, "Aku mengerti. Sama seperti pria dan wanita. Seberapa kuatnya seorang pria, terkadang dia juga harus bertekuk lutut di hadapan seorang wanita."Bos lainnya juga berkata dengan penuh emosional, "Benar. Aku pernah dengar orang bilang, bagi pria, satu-satunya jalan menuju surga berada di bawah kaki wanita. Ternyata prinsip yang sama juga berlaku untuk kuda!"Kutipan dari dua bos kaya barusan membuat wajah cantik Emilia, Regina, dan gadis-gadis lain yang hadir langsung merona tak terkendali.Yang lain juga tampak malu. Yang dikatakan kedua bos ini kedengarannya masuk akal, tetapi sepertinya juga ada yang janggal.Samuel tertegun sejenak, lalu menghela napas. "Aku menerima kekalahan ini dengan sepenuh hati!""Dokter Nathan dari Rumah Sakit Perdana, 'kan? Aku akan mengingatmu. Kamu memang hebat!"Menerima pujian seperti itu dari Pak Samuel, ekspresi di wajah Nathan masih tidak berubah.Sebaliknya, Andre, Edward, dan lainny
Elton mencibir pada Nathan sambil berkata, "Nathan, kamu benar-benar nggak tahu malu.""Bukankah kamu hanya memenangkan tiga ronde pacuan kuda dan membuat Pak Samuel terkesan? Apa kamu masih ingin mengarang cerita agar Pak Samuel mendengarkanmu? Dengan begitu, dia akan memohon kepadamu dan memberimu muka?"Edward tersenyum geli dan berkata, "Nathan, ini bukanlah metode yang baik. Terus terang saja, menyanjung Pak Samuel dengan cara seperti ini terlalu naif."Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata dengan nada datar, "Nggak ada gunanya berbicara dengan orang-orang yang berpengetahuan dangkal!"Elton tertegun dan bertanya kepada Edward, "Tuan Edward, kamu dengar apa yang dia bilang barusan? Apa dia sedang memarahi kita?""Dia hanya mengeluhkan hal yang nggak penting saja. Ayo kita pergi!" ucap Edward dengan dingin.Elton mendengus dingin. Saat melewati Nathan, dia sengaja berkata dengan arogan, "Bukankah hanya gigolo yang mengandalkan diri pada wanita? Aku akan memberimu nasihat.""Ak
"Siapa yang berani pergi? Aku akan membunuhnya."Melihat tiga anggota Keluarga Sebastian hendak pergi, Edward menjadi gila.Dia langsung memerintahkan dua puluh pengawal Keluarga Halim masuk ke dalam dan mengepung tiga anggota Keluarga Sebastian itu.Tamara ketakutan hingga hampir kehilangan keseimbangan. Dia gemetar dan berkata, "Edward, apa yang ingin kamu lakukan? Dasar bajingan! Apa kamu ingin Emilia membencimu?"Ken mengangkat tangannya dan berkata dengan arogan, "Kita lihat saja siapa yang berani bertindak? Sialan! Keluarga Halim kalian hebat, tapi memangnya kamu bisa memaksa orang menikah denganmu?"Mata Edward memerah. Dia maju ke depan dan menampar wajah Ken.Plak! Plak! Plak!Tamparan demi tamparan itu membuat mulut dan hidung Ken menyemburkan darah. Dia menjerit dan bersiap untuk balik melawan Edward.Salah seorang pengawal Keluarga Halim mendengus dingin dan langsung menendang pinggang Ken.Sembari berteriak histeris, Ken langsung berguling-guling di tanah sambil memegangi
"Edward, aku sungguh nggak bisa menikah denganmu."Ekspresi putra sulung Keluarga Halim tiba-tiba berubah.Tanpa disadari, tangannya yang memegang mahkota juga bergetar.Tamara dan Ken juga panik."Emilia, omong kosong apa yang kamu bicarakan? Itu mahkota senilai 200 miliar. Apa kamu pikir hadiah lamaran yang mahal itu nggak berharga? Cepat ambil dulu!""Benar, Kak. Setidaknya kamu terima lamarannya dulu dan ambil mahkota itu. Kalau kamu memang nggak menyukainya, kamu masih bisa menolaknya nanti!"Emilia mengabaikan keserakahan dan rasa tidak tahu malu ibu dan adiknya.Sambil menatap Edward, dia berkata dengan nada serius, "Edward, aku rasa kita benar-benar nggak cocok untuk menikah sekarang."Jadi, aku minta maaf. Aku benar-benar nggak bisa menerima mahkota ini!"Putra sulung Keluarga Halim akhirnya sadar bahwa dirinya telah ditolak."Emilia, aku akan beri kamu satu kesempatan lagi. Pilih kata-kata yang tepat dan jawab aku dengan benar."Penghinaan, kemarahan, kegilaan, semua itu memb
Nathan tentunya tidak tahu tentang percakapan antara Roland dengan Monika.Sekalipun tahu, dia mungkin juga tidak akan peduli."Begitu cepat keluar? Dokter Nathan, apa Nona Monika nggak mengajakmu berkencan?"Regina memperlihatkan tatapan ambigu. Dia terus mengedipkan matanya pada Nathan.Nathan merasa kepalanya berdenyut. "Aku nggak punya waktu."Regina berkata dengan nada tidak senang, "Jadi, gadis bernama Monika itu benar-benar mengajakmu, Dokter Nathan? Huh! Dia masih terlalu muda untuk bersaing denganku dalam mendapatkan pria."Tiara bertanya dengan penuh minat, "Nathan, Monika itu primadona Grup Valentino dan kecantikannya cukup populer di kalangan sosial kelas atas Beluno. Bahkan, banyak kepala keluarga bangsawan yang ingin menikahinya.""Kenapa kamu menolaknya?"Nathan mengangkat bahu dan berkata, "Aku nggak tertarik dengannya. Apalagi, kami juga nggak kenal, jadi aku menolaknya.""Kamu menolaknya dengan tegas, tapi kalau hal ini sempat ketahuan sama Liam, Julian, dan para play
Lelang terus berlangsung hingga larut malam.Banyak tamu yang masih belum puas.Bahkan, setelah meninggalkan acara lelang, mereka masih mengenang dua pertarungan seru yang terjadi barusan.Apalagi, semua kejadian itu berhubungan dengan pria bernama Nathan itu.Liam menghibur Edward. "Tuan Edward, berpikirlah positif. Bagaimanapun juga, mahkota berlian sudah menjadi milikmu.""Meski Nathan itu menyebalkan, pada akhirnya dia tetap dikalahkan olehmu, 'kan? Dia bahkan nggak berani bersaing denganmu."Senyum Edward tampak canggung.Apa Nathan, si bajingan itu, benar-benar dikalahkan oleh dirinya?Edward tidak merasa begitu.Bajingan itu jelas-jelas mencelakainya. Dia benar-benar keji.Meski Edward sadar dengan semua itu, dia masih harus memaksakan senyuman saat menghadapi Liam dan yang lainnya. Dia harus bersikap seakan dirinya baik-baik saja.Nyatanya, hatinya sudah hancur berkeping-keping dan hampir berdarah.Julian mendengus dingin. "Bocah ini cukup sombong.""Dia bukan hanya menyinggung
Edward merasa dadanya sudah hampir meledak karena emosi.Dia tidak menyangka Nathan akan memberikan pembalasan yang begitu kejam.Edward berteriak sambil menunjuk ruang VIP nomor satu, "Nathan, kalau kamu hebat, keluarlah dan tantang aku. Kita duel satu lawan satu."Bajingan ini keterlaluan.Semua orang memberi hormat pada Keluarga Halim. Dia malah sengaja merusak rencananya.Apalagi, dia juga terus mengincarnya tanpa henti. Yang jelas menunjukkan bahwa dia menganggap Keluarga Halim bukanlah apa-apa.Nathan tidak tergerak dan hanya tersenyum sinis. "Tuan Edward nggak menginginkan mahkota berlian lagi?""Atau Tuan Edward bersedia mengakui kekalahan dan memilih menjadi seorang pengecut?"Nathan sedang memprovokasinya!Beraninya Nathan memprovokasinya!Ekspresi wajah Edward langsung berubah.Tuan Edward berteriak keras, "200 miliar. Aku pasti menemanimu bermain sampai akhir malam ini."Dia sekarang sudah berada dalam situasi sulit, tetapi masih terus menawar sampai akhir.Karena mahkota b
Terdengar nada bicara datar dari ruang VIP nomor satu."50,02 miliar. Maaf, aku barusan tertidur dan lupa menawar. Sudah membuat kalian menunggu begitu lama!"Begitu kata-kata itu dilontarkan.Semua tamu yang hadir mulanya tercengang, kemudian meledak dengan suara riuh dan tawa yang belum pernah terjadi sebelumnya."Dia hanya menambah dua ratus ribu? Hahaha. Tuan Nathan sepertinya sedang balas dendam karena kelakuan Edward barusan!""Siapa bilang tuan ini nggak berani menantang Keluarga Halim? Lihat, sekarang sudah terjadi, 'kan? Seperti kata pepatah, pembalasan mungkin terlambat, tapi pasti akan datang. Sialan! Edward kalah telak kali ini!""Seru, seru sekali! Keluarga Halim biasanya suka menindas orang lain dengan mengandalkan kekuatan mereka. Thomas juga sering bertindak semena-mena. Edward bahkan sengaja menaikkan harga untuk menimbulkan masalah sebelumnya. Kali ini, bisa dikatakan mereka menerima balasannya."Penambahan harga yang ditawarkan Nathan bukan hanya mengejutkan para pen
Julian tersenyum sinis. Dia sangat tidak puas dengan kepura-puraan Edward yang telah mencuri perhatian semua orang.Tepat di saat dia hendak membantah, terdengar suara batuk yang mendominasi lagi."Aku Thomas Halim, datang ke sini untuk mendukung putraku, Edward. Mohon semuanya meninggalkan sedikit harga diri untukku."Buam!Terjadi kehebohan di acara lelang itu. Siapa sangka, bahkan kepala Keluarga Halim, tokoh paling berpengaruh di Beluno, pun akan hadir di sana."Thomas, si lelaki tua itu, ternyata datang juga. Huh!"Julian mendengus dingin di ruang VIP itu. Dia kemudian memutuskan untuk diam.Dia berani memprovokasi Edward, tetapi sebagai kepala keluarga bangsawan, Thomas masih berada pada level yang sama dengan pemimpin Sekte Pirata.Sebagai seorang junior, Julian masih tidak berani bersikap lancang.Selain itu, Julian tahu bahwa Thomas, pria tua yang sakit-sakitan ini, bukanlah orang baik sewaktu masih muda.Thomas adalah seorang master tingkat Guru Besar junior. Dia bisa membunu
Rumah lelang setidaknya mengambil keuntungan sebanyak puluhan miliar dari 400 miliar itu.Keuntungan besar!Regina dan Tiara juga sulit menerima kenyataan itu. Dia memandang Nathan dengan tatapan tidak percaya."Dokter Nathan, 400 miliar. Kita sepertinya sudah terlalu ceroboh!"Nathan berkata dengan nada datar, "Aku nggak tertarik bermain dengan sekelompok orang bodoh ini. Alih-alih membuang waktu, lebih baik aku keluarkan harga yang membuat mereka nggak berkutik."Ekspresi acuh tak acuh pria itu membuat Regina dan Tiara kebingungan.Apa bagi Nathan, transaksi sebesar 400 miliar ini tidak berarti apa-apa?Sekalipun mereka punya uang, dia juga tidak boleh sembarangan menawar harga setinggi langit, 'kan?Julian tertawa terbahak-bahak, lalu tersenyum menyeringai. "Menghabiskan 400 miliar untuk mendapatkan obat seperti itu? Nathan, aku benar-benar penasaran, kamu itu bodoh sungguhan atau hanya pura-pura bodoh?""Aku sebenarnya ingin terus menemanimu bermain, tapi melihat kelakuanmu, aku be
Julian tertawa dan berkata, "Tuan Edward, aku kagum dengan penawaran hargamu. Dalam hal nggak tahu malu, memang nggak ada yang bisa menandingimu."Liam juga angkat bicara dan tertawa, "Tuan Edward, kamu memang mengerti lelang. Aku mengagumimu!"Begitu mendengar kata-kata yang dilontarkan Julian dan Liam, putra sulung Keluarga Halim yang berada di ruang VIP itu langsung memperlihatkan ekspresi kejam di wajahnya.Yang dia inginkan adalah membunuh Nathan, si gigolo ini.Karena alasan inilah, sekalipun harus sementara memihak kubu yang sama dengan Julian, Edward juga tidak peduli.Emilia menatapnya dengan matanya yang indah dan berkata dengan nada dingin, "Apa seru berbuat seperti itu?"Edward berkata dengan kejam, "Kenapa nggak seru? Nathan sudah mengacau berkali-kali. Sekarang sudah saatnya gilirannya. Apa aku nggak boleh beri pelajaran padanya?"Emilia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku nggak bahas tentang penawaranmu. Karena ini lelang, siapa saja bisa mengajukan penawaran. Ini