"Aku bodoh? Kamu sendiri? Ayahmu memang sakit-sakitan, tapi dia masih bisa menstabilkan situasi Keluarga Halim. Kamu masih muda dan energik, tapi kamu bahkan lebih buruk dari ayahmu. Dasar pengecut."Edward sangat emosi dan langsung menampar ibu tirinya dengan telapak tangannya.Tamparan itu membuat ibu tirinya terhuyung dan hampir terjatuh.Sambil menutupi pipinya yang memerah, sang ibu tiri menatap Edward dengan tidak percaya."Kamu memukulku? Kamu baru saja menjadi kepala keluarga dan sekarang kamu berani memukulku?"Wajah Edward berubah gelap. Dia pun berteriak, "Kamu juga tahu aku sekarang adalah kepala keluarga? Siapa yang memberimu nyali untuk bicara seperti itu padaku?""Ingat, ini pertama kalinya dan juga terakhir kalinya. Kalau masih terjadi lagi, kamu juga nggak perlu jadi nyonya Keluarga Halim lagi."Minda sangat emosi hingga dadanya bergetar. Dia pun berkata dengan marah, "Edward, kamu benar-benar nggak tahu berterima kasih.""Saat aku membantumu, mulutmu begitu manis. Bah
"Namun di kediaman Halim sebelumnya, Nathan juga bisa lolos dari tangan tetua Keluarga Halim dengan selamat," ucap Tamara masih tidak mau menyerah.Emilia menggelengkan kepalanya. "Bu, Nathan mungkin punya beberapa kemampuan sekarang, tapi segalanya nggak seperti yang kamu lihat.""Setelah kembali dari kediaman Halim, aku sudah bertanya kepada dua tetua keluarga utama. Mereka semua bilang Nathan hanya memanfaatkan waktu yang tepat.""Kalau bukan karena mereka sudah menguras sebagian besar kekuatan tetua Keluarga Halim sebelumnya, Nathan pasti akan mati di atas panggung kemarin."Tamara seolah-olah menyadari sesuatu dan berkata, "Ternyata begitu. Waktu itu aku masih bertanya-tanya, mana mungkin Nathan akan begitu baik hati dan berinisiatif membantu Keluarga Sebastian?""Ternyata dia pintar memanfaatkan situasi untuk memamerkan kekuatannya!""Itu sebabnya, aku nggak berpikir untuk minta bantuan pada Nathan," kata Emilia."Sekarang Edward begitu berkuasa, Nathan saja nggak bisa melindungi
Emilia menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau menggunakan kekuatan, kita nggak akan bisa mengalahkan Keluarga Halim.""Satu-satunya solusi adalah menunda Edward sampai anggota dari keluarga utama sampai."Diikuti bantingan keras, pintu ruangan langsung ditendang hingga terbuka.Edward tampak menyeringai. Dia membawa belasan master Keluarga Halim dan menerobos masuk."Emilia, tunanganku tersayang, kapan kamu akan menikah denganku? Aku sudah nggak sabar lagi!"Begitu bertemu dengan Emilia, Edward langsung memasang ekspresi lembut, tetapi kata-katanya begitu agresif.Emilia menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Edward sambil berkata, "Edward, hubungan kita sudah lama berakhir.""Kalau kamu seorang pria sejati, nggak perlu gunakan cara seperti ini. Katakan padaku, apa yang kamu inginkan?"Edward mencibir. "Kita sudah berakhir? Pintar sekali kamu. Aku sudah berkorban begitu banyak untukmu dan sekarang kamu bilang kita sudah berakhir? Lantas, mau ditaruh di mana wajahku ini?"Emilia ber
Edward berkata sambil memasang ekspresi meledek, "Emilia, jarang-jarang lihat gadis cantik sepertimu begitu marah.""Kamu ingin aku melepaskan Keluarga Sebastian, 'kan? Gampang saja. Segera alokasikan dua triliun dari Grup Sebastian untuk membantu Keluarga Halim."Tanpa perlu mempertimbangkannya, Emilia langsung menolak. "Dua triliun? Bukankah persyaratanmu terlalu tinggi? Grup Sebastian nggak punya uang sebanyak itu."Bukankah dua triliun sama dengan meminta nyawa Grup Sebastian?Keluarga Halim sungguh kejam!Edward tersenyum sinis dan berkata, "Jangan buru-buru menolakku karena aku masih belum menyelesaikan kata-kataku.""Grup Sebastian bukan hanya harus mengalokasikan dua triliun untuk Keluarga Halim, tapi kamu juga harus menikah denganku dan menjadi wanitaku."Emilia sangat marah. "Edward, jangan harap!"Tamara juga berteriak, "Benar, jangan harap!""Putriku begitu cantik dan polos. Apa kamu nggak bisa bercermin dan melihat dirimu sendiri? Memangnya kamu pantas bersanding dengannya
Di belakangnya ada Tuan Besar Arga yang duduk di kursi roda."Aku mengundang Nathan ke sini untuk menyelamatkan Keluarga Sebastian!" seru Tuan Besar Arga dengan nada datar.Emilia berkata dengan cemas, "Kakek, keluarga kita ditindas Keluarga Halim sekarang. Percuma saja kamu mengundang Nathan ke sini.""Selain itu, kondisi tubuhmu nggak baik, bagaimana kamu bisa datang ke tempat seperti ini? Cepat kembalilah. Biarlah aku yang menangani semuanya."Tuan Besar Arga tiba-tiba berteriak, "Kamu mau bagaimana menanganinya?""Meski Keluarga Sebastian bukan keluarga bangsawan, kita juga tetap punya martabat.""Tapi sekarang, kamu sudah ditindas seperti ini dan menyembunyikan dariku. Apa kamu masih menganggapku sebagai kakekmu?"Omelan Tuan Besar Arga akhirnya membuat air mata Emilia jatuh."Kakek, cucumu nggak kompeten dan sudah membuat Kakek malu."Tuan Besar Arga mendengus dingin, "Kakek sudah bau tanah, jadi aku nggak peduli dengan harga diri lagi.""Aku hanya ingin tanyakan satu hal padamu.
"Nathan, kuserahkan segalanya padamu."Nathan mengangguk dan berdiri. "Edward, bawa orang-orang Keluarga Halim kalian keluar dari sini."Edward mengira dirinya salah dengar. Dia menyeringai. "Apa kamu bilang?"Nathan menatapnya tajam. "Aku bilang, bawa orang-orang Keluarga Halim keluar, apa masih nggak cukup jelas?"Edward sangat marah dan berteriak, "Nathan, kamu pikir kamu siapa?""Kalau kamu berani ikut campur masalahku dengan Keluarga Sebastian hari ini, aku pasti akan melawanmu sampai akhir."Sekarang dia adalah kepala Keluarga Halim dan termasuk pimpinan terkemuka di Beluno.Beraninya Nathan menyuruhnya keluar dari sini? Apa Nathan menganggapnya sebagai berandalan kecil?Mana mungkin Edward bisa menerima penghinaan seperti itu?Nathan menyipitkan matanya. Ada cahaya dingin melintas di matanya. "Sepertinya kamu masih belum kapok melihat akhir dari Tetua Keluarga Halim kemarin."Sembari berbicara, dia mengabaikan para master Keluarga Halim dan berjalan mendekati Edward.Edward keta
Emilia juga selalu merasa, sebagai seorang pria, Nathan kekurangan daya saing tinggi dan tidak ambisius.Selain itu, dia juga tidak punya motivasi dan tidak punya semangat juang.Namun setelah dilihat sekarang, Nathan bukannya kekurangan semangat juang, tetapi pria itu sudah berada di puncak dan memandang rendah semua orang.Di saat kekuatan seseorang tidak terkalahkan, tentunya akan melakukan segala sesuatu dengan santai, bagai penguasa hebat yang tersembunyi!"Kamu mematahkan kakiku. Beraninya kamu mematahkan kakiku .... Nathan, baik itu kamu ataupun seluruh Keluarga Sebastian, aku pasti akan mengubur kalian semua!"Edward sangat marah dan hampir gila saat ini.Dia tidak pernah menyangka, setelah menguasai seluruh Keluarga Halim dan menjadi kepala keluarga bangsawan.Dia masih bisa berakhir dalam situasi seperti ini, bagaikan orang rendahan yang dibantai secara habis-habisan!Krek!Namun, terdengar lagi suara renyah seperti robekan.Ngeri sekali!Semua orang, termasuk para master Kel
Edward meraung, "Benar. Dia yang mematahkannya. Aku dan Nathan sudah ditakdirkan bermusuhan!"Kepala Keluarga Halim yang berada di ujung telepon sana terdiam.Setelah sekian lama, dia baru berkata dengan suara serak, "Kepala Keluarga, kamu sudah ceroboh.""Nathan setidaknya punya kekuatan setingkat Guru Besar junior. Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya. Jangan memprovokasinya. Kenapa kamu nggak mau dengar?"Edward menggertakkan giginya dan berkata, "Sudah kubilang, aku nggak memprovokasinya. Dia sendiri yang muncul dan merusak rencanaku serta mematahkan kakiku."Tetua Keluarga Halim menghela napas dan berkata, "Sudah terlambat untuk membicarakan hal ini sekarang. Sebaiknya kamu kembali ke kediaman Halim dulu dan pulihkan lukamu.""Lantaran salah satu dari dua master utama Keluarga Halim sudah mengasingkan diri untuk memulihkan diri dan hanya ada aku yang tersisa, aku benar-benar nggak yakin bisa melawannya."Edward tertegun sejenak. Dia tidak menyangka Tetua mereka akan mundur."Seba
Menjelaskan begitu banyak dalam satu tarikan napas telah membuat mulut Nona Regina terasa kering. Dia segera mengambil gelas berisi air dan meneguknya habis.Melihat Regina masih belum puas, Nathan tampak menggelengkan kepalanya.Dia sekarang yakin bahwa spekulasi Regina sepenuhnya disebabkan karena dia terlalu banyak membaca novel romantis atau terlalu sering menonton drama idola.Seperti yang kita ketahui, melodrama seperti itu telah menimbulkan banyak dampak buruk terhadap wanita dan mengakar dalam.Setelah keduanya selesai makan, mereka pun membawa piring-piring kembali ke dapur dan mencucinya.Waktu menunjukkan jam tujuh malam. Setelah berpikir sejenak, Nathan pun berkata, "Nona Regina, ini pertama kalinya kamu datang ke sini. Bagaimana kalau aku ajak kamu berkeliling?"Regina berkata, "Lain kali saja, Dokter Nathan. Aku harus pulang."Melihat wanita itu memutar jari-jarinya, tampak enggan untuk pergi, Nathan pun berkata dengan heran, "Sekarang masih awal. Kalau Nona Regina masih
Nathan hampir tersedak. "Bukan, kamu ...."Dia mengira Nona Regina sudah menyadari sesuatu atau mungkin telah menemukan beberapa petunjuk.Tak disangka, wanita itu malah mengucapkan kata-kata konyol seperti itu.Regina memasang ekspresi seakan dia memahami segalanya, lalu berkata sambil tersenyum, "Bima sekarang sudah hampir berusia enam puluh tahun. Dia belum pernah menikah. Ini juga bukan lagi rahasia di antara orang-orang kaya di Beluno!""Lelaki tua ini bukan hanya nggak menikah, dia juga nggak pernah mencari wanita di luar. Banyak orang yang terkejut dan bingung.""Dia punya kekayaan sebanyak itu, tapi nggak punya penerus. Bukankah itu aneh sekali?""Sebenarnya, banyak orang berspekulasi bahwa Bima pasti punya wanita di luar.""Hanya saja, dia nggak pernah mempublikasikannya, jadi nggak ada yang berani menyebarkan rumor.""Aku juga pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Tuan Bima pasti punya keluarga, tapi dia menyembunyikannya dengan baik.""Sampai aku bertemu denganmu, Dokter Nat
Arjun mengangkat bahu dengan acuh tak acuh, seolah-olah ingin mengatakan, setidaknya dia sudah mencoba membujuknya.Jika Nayana masih tidak mau dengar, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi.Bisa terlihat bahwa Tuan Nathan mengalah pada janda ini.Kalau saja orang seperti Liam berani bersikap kasar kepada Tuan Nathan, mereka pasti sudah ditampar berkali-kali.Setelah sampai di Cusio, hari sudah malam.Nathan mendorong pintu halaman rumahnya.Dia menemukan Bima sedang duduk di meja batu di bawah pohon sambil menikmati anggur dengan tenang.Selain Anggur Abadi milik Nathan, juga ada beberapa hidangan di atas meja itu.Bima tampak menikmati kacang goreng dan juga hidangan lainnya sambil menyesap anggur.Nathan berjalan mendekatinya, lalu meliriknya, dan berkata dengan tidak senang, "Sejak kapan lelaki tua sepertimu belajar menikmati kehidupan?""Tuan Muda, kamu sudah terlalu memujiku. Hidangan lezat seperti ini bukanlah hal yang bisa aku buat."Sembari berbicara, Bima pun menunjuk ke d
Nathan, Nayana, Arjun, dan juga anak buah mereka juga bergegas kembali ke Analin."Kak Arjun, Nyonya Nayana, aku hanya bisa membantu kalian sampai di sini saja."Tujuan provokasi telah tercapai, jadi Nathan tidak berniat mencampuri urusan dunia bawah tanah lagi."Tuan Nathan, Anda sudah banyak membantu kami," ucap Arjun."Saya juga nggak berani merepotkan Anda lagi. Biarlah Nayana dan saya yang menyelesaikan sisanya."Nayana tersenyum dan berkata, "Sayangku, kamu sudah membantu kami membuat Simon dengan Julian berselisih.""Bagaimana kalau kamu bantu kami sampai akhir dan menyingkirkan Simon untuk kami?"Tanpa perlu berpikir dua kali, Nathan langsung menolak. "Nyonya Nayana, kamu juga tahu aku punya aturan dalam bertindak.""Yang aku lakukan sudah jauh melampaui balasan ramuan legendaris yang akan kamu berikan padaku.""Sekarang, Nyonya Nayana masih mengajukan permintaan. Kamu nggak merasa itu sudah kelewat batas?""Benar, Nayana. Tuan Nathan sudah banyak membantu kita," seru Arjun."K
Tawa menghina Simon terdengar dari jauh. "Julian, sebelum kamu datang ke Beluno, Sirion-ku selalu jadi yang paling berkuasa.""Ada nggak-nya kamu di sini, sudah nggak penting lagi. Julian, aku beri tahu kamu, aku sudah lama bersabar padamu!""Enyahlah dari sini, dasar bajingan!"Julian yang ditinggal begitu saja tampak marah. Tatapan matanya seakan-akan ingin membunuh seseorang.Lantaran Simon telah menamparnya dan memutuskan hubungan dengannya.Julian juga tidak perlu merasa bersalah lagi. Hanya bisa dikatakan, Simon, penguasa Sirion, sudah salah membuat keputusan.Demi seorang wanita, Simon memilih untuk bermusuhan dengannya.Orang berpikiran sempit seperti itu tidak layak mendapatkan bantuan Julian.Arjun dan Nayana saling berpandangan saat ini. Keduanya seakan bisa melihat kegembiraan yang terpancar dari mata mereka masing-masing.Akhirnya dua musuh Sirion mereka, Simon dan Julian, berselisih juga.Kalau begitu, ini saatnya mereka tampil.Keduanya memandang Nathan secara bersamaan.
Nathan tersenyum dan berkata, "Tuan Simon sangat mendominasi. Sikap nggak goyah seperti itu sungguh mengagumkan.""Nak, jangan banyak omong lagi. Cepat katakanlah," seru Simon dengan tidak sabar."Jangan kira aku nggak tahu. Nayana dan Arjun sekarang memilih untuk mengikuti kata-katamu.""Dalam hal menggunakan taktik, kamulah yang paling hebat.""Aku nggak pantas menerima pujian seperti itu," seru Nathan dengan cepat."Sebenarnya, aku hanya ingin memberitahumu sedikit informasi saja, Tuan Simon. Saat berada di ruang tunggu Vila Analin, aku menemukan barang bagus di dalam gelas anggur Tuan Julian dan Nona Vilda.""Barang bagus ini sangat langka. Namanya Bubuk Albunus. Dengar-dengar, kalau obat ini dikonsumsi oleh pria atau wanita sebelum berhubungan badan, bisa meningkatkan gairah dan juga bisa bersenang-senang dalam waktu yang lama ....""Cukup hentikan! Jangan dilanjutkan lagi."Sebelum Nathan selesai berbicara, Simon sudah tidak sanggup mendengarnya lagi.Rasa marah yang baru saja be
Julian berkata pada Simon dengan penuh tulus, "Kak Simon, tolong beri aku kesempatan sekali lagi.""Kali ini memang aku yang salah, tapi jangan khawatir. Aku pasti akan berjuang keras untuk Sirion demi menebus kesalahanku."Wajah Simon menegang. Dia jelas masih marah.Beberapa master Sirion maju ke depan, lalu mengepalkan tangan mereka, sambil berkata, "Tuan Simon, Tuan Julian sudah mengakui kesalahannya. Anda lihat, bukankah kita harus memaafkannya?""Benar, Tuan Simon. Tuan Julian hanya khilaf sesaat. Tapi bukankah dia bilang dia akan menebus dosanya? Aku rasa kita harus memberinya kesempatan.""Tuan Simon juga termasuk orang yang punya pemikiran terbuka. Bukankah hanya seorang wanita murahan saja? Campakkan saja."Simon menarik napas dalam-dalam. Dia sudah hampir berhasil dibujuk oleh saudara-saudaranya.Dia memang masih perlu mengandalkan Julian sekarang.Walau pria mesum ini sudah kelewat batas dan membuatnya ingin menamparnya sampai mati.Namun, dibandingkan dengan bantuan yang a
Simon merebut barang dari tangan anak buahnya dan melemparkannya ke wajah Julian."Julian, kamu bilang kamu dan Vilda, si jalang, itu datang ke sini hanya untuk beristirahat. Nggak terjadi apa pun ya, 'kan?"Simon menatap Julian dan berkata dengan nada ganas, "Kalau begitu, buka matamu dan lihat, apa yang ada di tanganku ini?"Julian mengambil barang yang dilemparkan Simon barusan dan melihatnya. Wajahnya seketika memerah. Dia merasa malu dan tidak tahu harus mencari alasan apa lagi.Karena itu adalah dua pasang pakaian dalam, yang dia dan Vilda tidak sempat kenakan barusan. Lantaran sibuk melarikan diri, mereka pun meninggalkannya di kamar.Simon menggertakkan giginya dan melemparkan salah satu sepatu kulit merah milik Julian yang hilang dan gulungan tisu bekas ke kepala Julian.Bukan hanya itu saja, Simon juga melemparkan kondom bekas ke kepala Julian sambil memasang ekspresi jijik dan benci.Julian tidak tahan menghadapi benda kotor seperti itu dan segera menghindarinya.Para master
Plak!Simon langsung menamparnya dengan keras."Dasar jalang! Kamu masih berani berkelit sekarang? Akan kuhabisi kamu!"Simon menamparnya dengan penuh benci.Vilda menjerit. Tubuhnya seketika terlempar sejauh empat hingga lima meter. Dia langsung menyemburkan darah. Kondisinya tampak sekarat.Kelopak mata Liam berkedut. Dia merasa ada hawa dingin yang menyelimuti hatinya.Sepertinya Simon bertekad membunuh Vilda!"Tuan Liam, bukankah kamu terus menekankan bahwa pasangan hina ini nggak ada di hotelmu?"Tepat di saat nyali Liam makin menciut, Simon langsung menatapnya dengan ekspresi datar.Liam terkejut. "Tuan Simon, sebenarnya aku ...."Simon tidak berniat mendengar penjelasannya sama sekali. Dia melambaikan tangannya dan berkata, "Bawa bajingan ini keluar dari sini. Jangan habisi dia. Kalau nggak, Keluarga Suteja akan datang mencari masalah.""Tapi aku mau dia merasakan apa yang namanya sengsara dan juga hidup menderita!"Dua lelaki kekar dari Sirion bergegas maju ke depan, kemudian m