"Ma, Savira bisa makan sendiri," ucap Savira pada Jeslyn yang menyuapnya.
Wanita itu memang sakit, tapi dia bukan sakit parah yang memegang sendok saja tidak bisa. Bahkan Savira masih bisa berdiri jika dia mau saat ini. Pada dasarnya, Jeslyn saja yang overprotektif padanya.
"Enggak, apaan? Kamu itu lagi sakit, jadi harus Mama suapi," tolak Jeslyn tegas.
Savira meringis mendengar itu, dia bisa saja mengatakan sesuatu yang dapat menyakiti Jeslyn. Misalnya dia yang sudah bukan siapa-siapa wanita itu lagi, tapi Savira juga tahu adab sopan santun terhadap orang tua.
"Kan Savira bukan sakit parah." Alhasil Savira mencari kata yang tepat agar Jeslyn berhenti menyuapinya.
Sungguh demi apa pun, sebenarnya Savira tidak masalah kalau disuapi oleh Jeslyn, setidaknya itu bisa mengurangi rindunya pada sang ibu yang sudah tak ada. Tapi, di kamar ini bukan cuma Jeslyn saja tapi ada Daniel serta
"Pak Rendra mau menjual sekolahnya, siang nanti dia meminta bertemu untuk mengurus surat-suratnya."Axel yang tadi tengah sibuk mengetik di laptopnya, langsung terperangah saat mendengar perkataan Ron. Ini benar-benar di luar dugaan, padahal Axel hari ini akan mengurus perpindahan Raka ke sekolah yang lain tapi tiba-tiba saja dia mendapat kabar dari Ron kalau Rendra mau menjual sekolahnya."Jangan mengada-ada," kata Axel membuat Ron menggelengkan kepalanya cepat."Saya sama sekali tidak mengada-ada, Pak. Pak Rendra mau menjual sekolahnya," balas Ron.Ini memang benar, Ron tidak mengada-ada, Rendra menjual sekolahnya tanpa meminta saham atau bahkan meminta bertemu dengan Savira."Apa yang dia minta? Apa dia meminta untuk dipertemukan dengan Savira? Apa kamu mempertemukan keduanya?" Tanya Axel memberondong Ron dengan pertanyaan."Tidak ada, Pak. Dia menjual sekolahnya tanpa meminta saham atau bahkan minta dipertemukan dengan Savira."Ax
Savira dikagetkan dengan Axel yang datang di kontrakannya tiba-tiba tanpa dia ketahui, padahal ini masih pukul dua belas siang. Napas pria itu bahkan tersengal-sengal tidak tahu kenapa."Bapak ngapain ke sini?" Tanya Savira. Wanita itu bahkan sampai mengernyit heran melihat Axel yang terlihat begitu kusut dan acak-acakan."Saya kemari mau memastikan kalau kamu gak ketemu sama Rendra nanti malam," jawab Axel.Hah? Ketemu Rendra? Rendra lagi."Pak, saya gak kenal siapa Rendra yang Bapak maksud," ungkap Savira. Nyatanya, wanita itu memang tidak mengenal Rendra. Selama dia tinggal di kota ini, dia sama sekali belum pernah bertemu atau berkenalan dengan pria bernama Rendra."Rendra teman saya, kamu gak mungkin gak kenal sama dia," kata Axel membuat Savira membulatkan mulutnya hingga berbentuk huruf O."Kenapa? Kamu beneran mau ketemu sama Rendra?"
Axel mengetuk pintu rumah Savira berkali-kali, berharap pemilik rumah keluar. Pria itu melihat jendela rumah yang tertutup rapi, tapi Axel tetap mengetuk pintu.Melihat gorden jendela disingkap, Axel langsung mendekati jendela, dia mendapatkan anaknya tengah melihat keluar, mungkin saja ingin melihat tamu tak diundang.Sementara itu, Raka yang melihat papanya di depan dengan wajah cemasnya, langsung membuka pintu, menyuruh papanya masuk."Papa tumben ke rumah?" Raka bingung dengan papanya memang sangat jarang bertamu di kontrakan mereka, yang ada malah Savira dan Raka yang sering ke rumah orang tua Axel bahkan menginap di sana."Mama mana?"Raka mengernyit heran, kenapa papanya malah bertanya mamanya?"Lagi keluar sama temannya," jawab Raka tanpa tahu alasan papanya ke kontrakan mereka, padahal Axel ke kontrakan mereka karena takut Savira jalan berdua dengan
Setelah kejadian kemarin, Savira tak masuk kantor. Axel pun memakluminya, karena sudah pasti Savira ingat menenangkan diri. Tadi pagi juga dia mendapat telepon dari Raka, Raka bilang untuk tidak usah dijemput karena dia akan pulang dijemput mamanya dan Axel menyanggupinya. Axel langsung menelepon mamanya juga papanya, mengatakan pesan Raka untuk tak perlu dijemput.Sejak tadi, kerja Axel hanya menyalakan laptop kemudian menekan tombol capslock di keyboard tanpa mengetik apa pun di sana, padahal pria itu memiliki banyak pekerjaan yang perlu diselesaikan.Axel menyesal karena semalam memarahi Savira, ini semua karena dia cemburu, dia pikir Savira jalan-jalan bersama Rendra tapi ternyata tidak, Savira jalan bersama Salsa.Salsa. Apa tadi? Tunggu dulu, Axel bisa manggil Salsa untuk menanyakan tentang Savira dengan wanita itu. Selama mereka berpisah, Savira memang banyak berubah maupun sikap atau sifatnya. Dulunya lemah lembu
Axel melebarkan matanya, sementara Sam mempersiapkan mentalnya aga tak down."Kok kamu gak teliti sih?"Oh, yang salah siapa yang dimarahi siapa?Sam pun meringis mendengarnya. Dia harusnya memperbaiki saja tadi, tak usah melapor pada Axel, toh dia juga sudah sering membuat atau bahkan memperbaiki dokumen."Maaf, Pak."Axel berdecak kesal."Mana?""Mana apa, Pak?""Yang tadi kamu print," kata Axel dengan nada suara kesal.Sam pun menyodorkan map yang berisi file yang tadi dia print dan langsung diterima Axel.Wajah Axel menunjukkan ekspresi kesal. Sementara Sam, pria itu bergumam pelan, "Kalau Savira yang Bapak marah, yang ada Bapak malah dimarahin balik."***Ketika Raka sudah pulang dari sekolah, dia mendapatkan mamanya yang tengah sibuk di dapur. Mamanya hari ini masih belum masuk kerja, Raka tahu penyebab mamanya belum masuk kerja, pasti karena papanya apalagi mengingat kalau papanya adalah
Setelah berbagai masalah dihadapi oleh Savira dan Axel, keduanya sudah berbaikan. Savira juga sudah masuk kantor dan bekerja seperti biasa.Saat ini waktu menunjukkan pukul 20:55, Savira baru saja menemani Raka belajar. Setibanya di kamar, Savira memainkan ponselnya, menonton video di YouTube, membuka Instagram, kemudian beralih membuka aplikasi chatting di ponselnya, melihat-lihat pesan yang masuk. Kebanyakan itu pesan dari Salsa yang tidak dibalas Savira.Bagi Savira itu tidak penting, karena Salsa malah bertanya hubungannya dengan Axel setelah malam itu. Benar-benar tak ada kerjaan temannya itu.Kemudian saat dia akan keluar dari aplikasi, pesan dari Axel masuk.Axel : SaviraSavira : HmmAxel : Saya mau pulangKuncinya kamu simpan di mana?Di seberang sana Axel sudah tersenyum senang, berharap semoga saja Savira peka dan pesan
Axel mengernyit kala melihat Savira juga Sam berdiri di depan pintu ruangannya, dia menatap tajam pada dua orang itu, yang mengobrol tanpa sadar dengan keberadaannya. Karena kesal kedua bawahannya itu tak sadar dengan kedatangannya, Axel pun berdeham."Ekhem...."Savira juga Sam refleks menoleh, Sam langsung menggaruk tengkuknya karena kedapatan tengah mengobrol berdua dengan Savira oleh atasan mereka. Satu perusahaan sudah tahu kalau Axel mencintai Savira, itu sudah rahasia umum di kalangan karyawan di perusahaan.Sam pun tersenyum, tak enak hati pada Axel yang kini sudah melotot padanya. Tak ingin membuat Axel meledak karena melihatnya bersama Savira, Sam memilih pamit ke ruangannya."Masuk ke ruangan saya," perintah Axel tak boleh dibantah.Savira mencibir, mau atasannya itu apa sih?"Mau apa, Pak?""Mau makan kamu kalo boleh," ketus A
Mata Savira berbinar melihat foto yang di-posting model idolanya di akun Instagram si empunya foto. Wajah yang cantik, tubuh ramping, dan kulit yang eksotis membuat Savira juga ingin seperti itu.Wanita itu membayangkan jika dia yang jadi model tersebut.Ugh, kalau dia jadi model, pasti banyak pria yang mengejar-ngejarnya.Sesekali Savira akan tertawa kala membayangkan semua itu. Rasanya benar-benar menyenangkan hingga Savira sampai tak sadar dengan keberadaan Axel yang sudah masuk ke dalam ruangan."Savira," panggil Axel sama sekali tidak ditanggapi Savira."Savira."Lagi, Axel memanggil Savira dan lagi-lagi tak ditanggapi wanita itu, Savira malah sibuk dengan ponselnya.Kesal karena Savira tak menanggapinya, Axel menghampiri Savira, mengutik dahi wanita itu hingga mengaduh kesakitan. Mendapatkan tatapan tajam dari Savira tak membuat Axel marah, pria itu tetap santai-santai saja."Apa-apaan sih, Pak?" Protes Savira tak terima
Abang Dosen udah updateAyok mampir! Gak kalah seru dari Balikan Dengan Mantan.Pokoknya kalian wajib baca, kita baper-baperan di sana, menghalu bareng-bareng.heheheAku tunggu vote dan komentar kalian.Jangan sampai ketinggalan. Bakal update setiap hari.bye bye***Abang Dosen udah updateAyok mampir! Gak kalah seru dari Balikan Dengan Mantan.Pokoknya kalian wajib baca, kita baper-baperan di sana, menghalu bareng-bareng.heheheAku tunggu vote dan komentar kalian.Jangan sampai ketinggalan. Bakal update setiap hari.bye bye***Abang Dosen udah updateAyok mampir! Gak kalah seru dari Balikan Dengan Mantan.Pokoknya kalian wajib baca, kita baper-baperan di sana, menghalu bareng-bareng.heheheAku tunggu vote dan komentar kalian.Jangan sampai ketinggalan. Bakal update setiap hari.bye bye
Savira menarik rambut Axel, membuat si empunya rambut mengaduh kesakitan. Walau begitu, dia sama sekali tak bisa menyuruh Savira melepaskan tarikan Savira. Saat ini, istrinya tengah berjuang melahirkan anak kedua mereka. Axel jadi membayangkan perjuangan Savira melahirkan Raka.Air mata menetes dari mata Axel, dia sedih melihat Savira, lebih sedih lagi kala bayangan tentang Savira yang melahirkan Raka, terus berputar di benaknya."Axel, sakit," adu Savira membuat Axel mengangguk, pria itu tahu rasanya pasti sakit, terbukti dengan Savira menangis."Iya, Sayang, kamu harus kuat. Aku bakal tetap di samping kamu."Savira kembali mengejan, mengikuti perintah dokter. Sekita beberapa menit dia mengejan lama, tangis bayi terdengar, Axel bernapas dengan lega karena Savira sudah tak merasakan sakit lagi. Bayi laki-laki telah lahir, adik Raka telah lahir tepat pukul satu dini hari. Bayi yang sehat tanpa ada cacat satu pun."Alhamdulillah," ucap pria itu tak henti-henti
Assalamualaikumhalooo semua....Apa kabar?Gimana puasanya? Lancar?Huhu karena sibuk meneliti dan mulai nyusun skripsi aku jadi lupa buat extra part cerita ini. Bahkan sempat janji mau update cerita baru.Tapi tenang, aku bakal baut extra part Balikan Dengan Mantan. Kalian bakal ketemu dengan Raka dan adik Raka nantinya. :DSebelum itu, mulai tanggal 29 April nanti (uhuy) aku bakal update cerita baru dengan judul Abang Dosen.Q : Kak, ceritanya RomCom gak?A : Iya, Romance-komedi, jadi ditunggu yahQ : Setiap hari apa updatenya?A : Setiap hari. Aku bakal update setiap hari sekitar jam 10 malamOk, mulai hari ini aku bakal update prolognya, jadi sambil nungguin tanggal 29 April, kalian bisa masukin ceritanya ke perpustakaan dulu.Nantikan extra part Balikan Dengan Mantan tanggal 28 AprilBye bye
Savira mengecup punggung tangan Axel sementara Axel mengecup keningnya lama. Prosesi ijab kabul telah selesai beberapa menit yang lalu dan saat ini keduanya kini telah resmi menjadi sepasang suami istri.Axel tersenyum melihat Savira yang begitu cantik menggunakan make up. Kemudian keduanya diarahkan penghulu untuk memasangkan cincin di jari manis, setelahnya mereka diarahkan untuk menandatangani buku nikah."Kami cantik," bisik Axel membuat Savira yang ada di sampingnya mencubit kecil pahanya. Bersyukur tak ada yang melihat."Gak sabar buat nanti malam," bisik Axel lagi."Kamu kalau ngomong terus nanti malam aku tidur sama Raka aja," kata Savira mengomel suaminya itu.Ah, suami? Savira terkikik geli kala mengingat kalau dia dan Axel kini resmi menjadi sepasang suami istri, apalagi mengingat bagaimana banyaknya rintangan yang mereka lewati dulu.Savira benar-
Savira mendengus kesal lantaran Axel yang sudah tak mengizinkannya bekerja dan yang lebih membuatnya kesal adalah, tiba-tiba saja ada sekitar sepuluh wanita berpakaian kemeja putih berjas hitam dengan rok span di atas lutut membawanya ke kamar.Wanita itu juga kini telah tinggal di rumah orang tua Axel atas permintaan Jeslyn dan Daniel, sementara Axel disuruh menginap di apartemennya oleh Jeslyn, katanya takut Axel berbuat macam-macam pada Savira.Dari pagi sampai sore ini, Savira tak henti-hentinya mendapatkan perawatan badan dan wajah dari sepuluh orang itu. Pertama, dia yang dibantu mandi, walau malu dia juga tetap mau karena merek memijat-mijat punggungnya bahkan memakaikannya sabun yang sangat wangi, Savira sama sekali belum pernah mencium aroma sabun itu. Kedua, rambutnya di keramas, diberikan masker rambut, kemudian diberi vitamin rambut hingga wangi dan lembut. Ketiga, kukunya pun mereka rapikan bahkan diberikan kuteks bening. Keempa
Savira benar-benar tak menyangka kalau Axel membawanya bertemu dengan wanita bernama Vina yang bagi Savira itu adalah rivalnya. Sekalipun cuma sekali melihat Vina saat itu bersama Axel, Savira masih sangat mengingat dengan jelas wajah wanita itu.Kekasih Axel itu mendelik tajam ke arah sang kekasih yang tak merasakan bersalah bahkan langsung bersalaman dengan Vina juga cipika-cipiki tanpa memedulikannya.Tangannya yang sejak tadi digenggam Axel pun dia lepaskan secara kasar. Apa-apaan Axel ini? Apa Axel hanya main-main memintanya untuk bersama-sama?"Apa kabar, Xel?"Axel tertawa kecil lalu menjawab pertanyaan Vina. "Baik, malah baik banget, Vin."Vina tersenyum, kemudian atensinya beralih pada wanita di sebelah Axel, yang tak lain tak bukan adalah Savira. Kemudian Vina menatap Axel sejenak, meminta untuk dikenalkan pada Savira."Oh, iya, kenalin, ini Savira
Setelah membujuk nenek Savira yang menolak mereka, akhirnya keduanya benarh diizinkan masuk ke dalam rumah dan kebetulan sekali, malam ini rumah nenek Savira tengah ramai. Semua keluarga berkumpul di rumah nenek Savira.Saat mereka sudah masuk rumah, semua mata tertuju pada Axel dan Savira, ada yang memandang Savira sinis dan ada pula yang memandang Savira tak suka. Atensi mereka beralih pada Axel yang ada di samping Savira, tengah menggenggam tangan Savira erat.Tapi, lain halnya dengan Rendra yang menatap mereka tajam. Rendra tahu apa tujuan Savira dan Axel datang ke rumah neneknya. Pastinya Axel dan Savira ingin meminta restu dengan neneknya."Duduk," perintah nenek Savira—Lisa.Savira awalnya ragu, tapi tetap mendudukkan dirinya di samping Axel yang sudah lebih dulu duduk. Rendra yang melihat itu mendekat, bahkan kini duduk di sofa hingga berhadapan dengan Axel dan Savira.
Axel : SayangSavira tersenyum senang membaca pesan dari Axel. Wanita itu menggigit bibir bawahnya menahan kegemasan pada pesan dari Axel. Hanya satu kata itu saja mampu membuat Savira melayang.Astaga, Axel benar-benar membuat Savira gila. Savira menenggelamkan wajahnya di bantal, kemudian berteriak. Hanya itu satu-satunya cara untuk melampiaskan kegemasannya pada Axel, kalau dia berteriak secara langsung tanpa meredam suaranya dengan bantal, bisa-bisa Raka akan datang ke kamarnya."Ya Allah, aku harus balas apa?"Savira kebingungan ingin membalas pesan Axel.Iya, Sayang.Savira pun mengetik dua kata itu, kemudian dihapus.Iya.Ah, rasanya membalas hanya dengan satu kata saja terlalu monoton untuk orang yang tengah menjalani kasih. Savira menghapus lagi pesannya itu.Kenapa, Axel?
"Kamu sama Axel udah balikan?"Pertanyaan Jeslyn dijawab dengan anggukan kepala dari Savira. Wanita itu malu mengakui kalau dia kembali bersama Axel, entah kenapa, tapi rasanya benar-benar malu. Apa mungkin karena Jeslyn yang sering menjodoh-jodohkan mereka?Orang tua Axel, Raka, juga Bi Ulan sudah pulang dari berliburnya, mereka baru tiba semalam. Dan Axel langsung menceritakan pada orang tuanya kalau dia telah kembali bersama Savira. Jeslyn yang memang tak percaya dengan anaknya memilih bertanya dengan Savira dan ketika pagi tiba, dia langsung menelepon Savira, menyuruh Savira ke rumah padahal Savira harus bekerja."Seriusan?"Lagi, Savira mengangguk."Mama kok gak percaya, yah? Atau ini hanya akal-akalan kamu sama Axel aja?"Astaga, Jeslyn malah ragu mereka. Kemarin-kemarin Jeslyn ragu dengan perasaan Axel dan Savira yang sudah saling melupakan, tapi sekarang ketika anaknya dan Savira sudah balikan, dia malah ragu."Udah, Ma. Aku s