Bab 4 Balas Dendam
Sesal Yang TerlambatKarina meraung. Rasa sakit, nyeri dan nikmat yang menguasai tubuhnya. Membuatnya sungguh tak berdaya. Entah apa yang sedang merasuki pria asing tersebut. Hingga tega melakukannya, tanpa meminta penjelasan dari Karina, atas semua yang ia katakan terlebih dahulu."Aku Karina! Karina…!" raungnya dengan sisa-sisa tenaganya. Wajahnya basah air mata, tubuh polosnya menggigil akibat isak lara yang meluap dari perihnya luka hatinya."A-apa!" Pria itu segera menarik tubuhnya dengan cepat."Aaaa!" jerit Karina seraya menutup kakinya dan menekuk lututnya. Tangisnya kian pecah, di hadapan pria yang berdiri menatap tubuh polosnya dengan wajah bingung."Da-darah? Tidak mungkin!" gumam pria itu, dengan suara lemah namun tegas."Aku Karina…! Karina! Bukan Andini… aku tidak tahu siapa Andini, tidak tahu!" pekik Karina di antara isak yang terdengar sangat pilu itu.Pria itu tiba-tiba luruh, lututnya menempel ke lantai. Menatap bercak darah di atas sofa putih miliknya itu. Ia meremas rambutnya, dan menjambaknya kuat."Kenapa kau tidak bilang dari ta—""Apa kau memberiku kesempatan untuk berbicara, ha!" pekik Karina."A—aku minta maaf," lirih pria itu, dengan wajah penuh sesalnya."Apa! Maaf! Kau pikir maaf bisa mengembalikan keadaan, iya!"Karina kembali meraung, ia mengacak-acak wajahnya. Lalu rambutnya, bahkan berulang kali ia menggosok tubuhnya hingga telapak tangannya terasa sangat panas. Ia merasa sangat jijik dengan tubuhnya sendiri."Aku menjaganya dengan baik. Untuk aku serahkan pada suamiku, kelak. Tapi, Kau merenggutnya dengan paksa. Kau brengsek! Bajingan! Aaaaaa!" racau Karina penuh ironi."Aku akan menikahimu," tegas pria itu.Mendengar kalimat yang keluar dari pria itu, Karina terdiam, perlahan ia bangkit. Dengan menahan perih di antara selangkangannya. Ia segera meraih pakaiannya yang terkoyak. Lalu dengan cepat mengenakan nya."Tak sudi aku menikah dengan lelaki brengsek sepertimu!" jawab Karina sinis.Dengan wajah meringis, menahan nyeri di bagian inti tubuhnya. Karina melangkahkan kakinya keluar dari mansion itu. Pria itu pun bergerak cepat. Dia mengenakan pakaiannya kembali dan mengejar Karina."Tunggu!" serunya, dan tiba-tiba menutupkan jasnya ke punggung Karina. Karena pakaian Karina sangat lebar koyak nya di bagian belakang tubuhnya.Wanita itu hendak menolaknya tapi, pria itu menahan dengan kuat pakaiannya yang menempel di tubuh Karina."Punggungmu nampak sekali. Aku yakin banyak yang akan melihatnya, jika tidak di tutupi. Katakan, dimana tempat tinggalmu, aku akan mengantarmu. Setelah itu, kita bicarakan rencana pernikahan kita."Karina meliriknya sekilas, lalu mencelos dan melangkah pergi begitu saja. Perasaannya sudah hancur lebur. Sakit yang teramat sangat, tak bisa membuatnya berpikir dengan jernih."Aku bisa pulang sendiri. Jangan pernah mencariku, aku sangat membencimu!" oceh Karina seraya melangkah menjauh dari pria itu.Namun, tiba-tiba Karina merasa kepalanya berat. Tubuhnya sedikit terhuyung dan hampir saja ia limbung. Karina memegang kepalanya dan, ia merasa ada yang menyangga tubuhnya."Kita kerumah sakit, aku akan mengantarmu," ucap pria itu.Karina menepis rengkuhan tangan besar yang memeluk tubuh lemahnya. Dan, mencoba berdiri kembali seraya melirik sinis pada pria itu."Jangan menyentuhku!" desis Raya lirih, dengan sisa-sisa tenaganya.Namun, sepertinya tubuhnya memang sangat lemah. Matanya tiba-tiba gelap, dan ia tak merasakan apapun lagi kemudian.2 jam kemudian, di rumah sakit harapan. Karina mengerjapkan kedua matanya. Dengan mata yang menyipit, ia berusaha memindai ruangan. Kepalanya masih terasa sangat berat, sontak Karina memijat keningnya perlahan."Aku kenapa." Karina kembali mengedarkan pandangannya. Mencari tahu dimana dirinya kini berada."Rumah sakit? Siapa yang membawaku kemari? Apa… pria brengsek itu. Ish, Karin. Kenapa pakai pingsan segala sih," gerutunya, menduga-duga.Karina menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Lalu mencoba untuk turun dari ranjang. Tapi, tiba-tiba pintu terbuka cepat dan sangat lebar. Raya terkesiap, begitupun dengan sosok yang membuka pintu.🍁 BERSAMBUNG 🍁Bab 5 Balas Dendam Alvis Milo SyailendraKarina membeliak, dan langsung mencelos. Saat ia melihat sosok pria yang telah menghancurkan masa depannya itu. "Kamu sudah bangun? Aku membelikan makanan untukmu. Kata dokter, kamu lapar dan sangat kelelahan. Itu akibatnya kamu pingsan," ujar pria itu dengan suara yang begitu lembut dan tatapan sangat manis. Sangat jauh berbeda dengan beberapa jam yang lalu. Karina menghela nafasnya panjang. "Huft, kenapa dokternya begitu pintar. Aku memang hendak mencari makan barusan, ish. Menyebalkan," gerutu Karina yang masih membuang muka. Ia tak menghiraukan keberadaan pria itu. Rasanya ingin sekali mencakar-cakar wajahnya tapi, semua telah percuma sekarang. Meski ia memaki, atau mengamuk sekalipun. Tak bisa mengembalikan semua ke keadaan semula. "Makanlah, atau mau aku suapin?" ucap pria itu, yang sudah duduk di samping Karina. "Aku tidak mau!" sinis Karina. Ia sangat jaga image, meski isi perutnya sangat keroncongan saat ini. Pria itu tersenyum
Bab 6 Balas DendamTempat AsingKarina melepaskan paksa infus yang menancap di punggung tangannya. Lalu melompat dari atas ranjang, dan mencari tasnya. "Astaga, dimana dia menyimpan tasku," gerutunya lirih. Menyingkap sofa, membuka laci. Lalu membuka bed dan bahkan dia mencari sampai ke dalam kamar mandi. Tapi, benda itu tam ia temukan. Karina menggelung rambut panjangnya. Lalu ia kembali mencari benda penting miliknya itu. "Bagaimana aku bisa pergi tanpa tas itu. Paspor - ku, identitasku. Aah, sial! Kemana benda itu, astaga!" Tiba-tiba, terdengar suara derap langkah mendekat. Karina sontak kembali ke atas ranjang. Dan, berpura-pura tertidur. Ia menutup semua tubuhnya menggunakan selimut, kecuali bagian kepalanya. "Apa dia mengamuk, kenapa tempat ini jadi berantakan sekali," ucap Alvis yang kaget melihat ruangan yang menjadi sangat berantakan. Saat ia memasuki kamar tersebut. Matanya mengedar ke seisi ruangan, lalu tiba-tiba ada yang masuk. Yaitu, seorang perawat wanita datang u
Bab 7 Balas Dendam Yang SalahRencana KaburSeorang wanita setengah baya masuk, dengan membawa pakaian. Lalu tersenyum dan mendekati Karina. "Nyonya sudah bangun rupanya. Ini Nyonya, pakaian ganti anda. Saya, Antini asisten di rumah ini" jelasnya. Karina terdiam dengan alis yang bertemu. Ia tak mengerti dengan yang sedang terjadi padanya. Ia hanya mengamati gerak-gerik wanita itu. "Asisten? lalu siapa majikan anda?" tanya Karina kemudian. Wanita paruh baya itu kembali tersenyum tipis. Lalu beranjak begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Karina. "Hai, kenapa tak kau jawab pertanyaanku, wanita tua!" pekik Karina. Ia geram, karena merasa diabaikan begitu saja. Wanita itu menoleh dan mengangguk hormat. Seulas senyum tak lepas dari kedua sudut bibirnya. Meski tatapannya terlihat sangat dingin. Membuat Karina sedikit merinding bulu kuduknya. "Nanti, Nyonya juga akan tahu. Siapa Tuan besar juga Nyonya besar di sini. Maaf, saya permisi. Makan malam, nanti akan kami antar kemari. Itu per
Bab 8 Balas DendamGagal KaburKarina menoleh sekejap, tapi kemudian melanjutkannya dengan cepat. Karena Antini menuju kamar mandi. Dengan dada yang berdetak tak karuan. Karina berhasil keluar dari kamar itu. Dan, ia segera memindai seluruh sudut rumah besar itu. Langkahnya terus berjalan, menyusuri ubin dingin yang warnanya mengkilap bahkan berkilauan diterpa lampu pencahayaan. Dan, langkahnya terhenti. Saat mendapati sebuah ruangan yang sangat tidak asing baginya. "Apa! Jadi, aku—" Sontak Karina mencengkram surai di kepalanya dengan kuat. Ia sungguh tak percaya dengan apa yang terjadi padanya. Ia seperti sedang berada di labirin aneh. Kenapa setiap kali dia melangkah. Masih juga berkutat dengan pria yang telah menodainya itu. "Aaaaaargh!" jeritnya sekuat tenaga. Tubuhnya luruh begitu saja di atas lantai. Semua bayangan saat ia di paksa pria itu, hingga kesuciannya hilang. Melintas begitu nyata dalam ceruk kepalanya. Ia merutuki dirinya sendiri. Kenapa nasibnya begitu sial. Kena
Bab 9 Balas DendamKenyataanKarina mengerjap perlahan membuka matanya. Tangannya memegangi kepalanya yang terasa begitu berat. Wajah pucatnya meringis, menahan sakit di kepala juga telapak kakinya. Setelah matanya bisa melihat dengan jelas. Ia tercengang dan kembali kesal. Sungguh, ia merasa sedang berada di labirin mengerikan. Kemanapun dia melangkah, ia akan kembali lagi ke tempat semula. "Bagaimana mungkin aku masih disini, ya Tuhan…," lirihnya dengan dada yang terasa sesak dan nyeri.Ia menoleh menatap jendela yang ia pecahkan. Mustahil, kenapa sudah rapi. Bahkan, kini semua jendela menjadi berteralis besi yang kokoh. Karina menatapnya pilu dengan bibir yang menganga tak percaya. "Oh my God! Keterlaluan. Apa sebetulnya yang ia inginkan dariku," gerutunya, seraya meremas dadanya yang semakin terasa sakit di dalam sana. Karina menggeser tubuhnya perlahan, ia ingin sekali turun dari ranjang besar itu. Dan, keluar dari kamar mewah yang bukan miliknya. Lalu segera kembali ke Singa
Bab 10 Balas DendamNyonya Milo Syailendra Karina menyingkirkan tangan Alvis dari tubuhnya dengan kasar. Tapi, ia tak bisa menjauh darinya. Karena sakit di telapak kakinya, membuatnya sungguh kesulitan bergerak bebas. "Jangan bermimpi kamu! Aku hanya berpura-pura kala itu, bukan bicara serius!" protes Karina dengan sinis. "Iya, aku tahu itu. Tapi, sekarang kamu adalah istri sahku. Kita telah menikah secara agama, kemarin lusa. Di sini, apa kau perlu buktinya?" jawab Alvis dengan santainya. Ia turun dari ranjang, dan mengutip pakaiannya. Lalu membawanya ke kamar mandi. Sementara Karina menarik selimut dan menutupi tubuhnya rapat. Ia masih tak percaya dengan kalimat yang diucapkan Alvis padanya. Tapi juga bingung untuk mencernanya"Mustahil, itu tidak mungkin terjadi," sangkalnya lirih. Tangannya meremas-remas selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Bayangan sosok Richard menari di dalam ceruk kepalanya. Dengan kasar ia meraup wajahnya. Lalu menjambak rambut di kepalanya yang sangat
Bab 11 Balas DendamSahTangan Karina melayang ke dada telanjang Alvis. Ia terus menghantamkan kepalan kedua telapak tangannya ke sana. Sementara Alvis hanya tersenyum menanggapinya. Menerima pukulan di tubuhnya, yang ia anggap bentuk cinta dari sosok istri yang baru ia sahkan saat Karina tak sadarkan diri kala itu. "Berhenti!" serunya, saat ia melihat sosok Karina yang tubuhnya mulai limbung. Ia segera keluar dari kendaraanya, dan menghampiri Karina. Yang tubuhnya sudah tergeletak di tepi jalan. Ia menggeleng lemah, lalu segera membopong tubuh lemah Karina. "Dasar bawel. Kenapa kau sangat keras kepala, Karina." Alvis berjalan menuju mobil, dan sopir membukakan pintu untuknya. Alvis segera masuk, dan memangku tubuh Karina. Ia menarik nafasnya dalam satu helaan panjang. Saat menatap lekat wajah pucat Karina. Tangannya bergerak perlahan, menguap puncak kepala Karina. Dan, senyuman terulas di wajahnya. "Kita pulang, Pak. Aku harus segera menikahinya, sebelum ia menjadi milik orang
Bab 12 Balas DendamKoleksiAlvis tersenyum melihat wanita yang baru saja ia nikahi itu terus mengigau. "Kau ini pingsan atau tidur sih, gadis cantik. Hmm, sepertinya aku menyukainya. Astaga, secepat itu aku jatuh hati padanya." Saat membopong tubuh lemah Karina, Alvis tak berhenti menatap wajah cantiknya itu. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas secara perlahan. Kedua bola matanya bersinar. Hingga sampai di atas ranjang, perlahan Alvis meletakkan tubuh istrinya. Membelai surai panjang yang berwarna coklat dan bergelombang itu dengan sangat lembut. Lalu meninggalkan satu ciuman dari ujung bibirnya ke kening Karina. "Aku yakin kau wanita yang setia, Karina. Tetaplah tinggal, sampai aku usai membalaskan dendamku. Setelah itu, kita akan menemui kekasihmu, untuk menjelaskan semua yang terjadi. ❣❣❣❣❣"Kenapa kau lakukan itu padaku? Kenapa!" raung Karina, dalam dekapan Alvis. "Seharusnya kau bersyukur, bukan? Aku sudah bertanggung jawab atas perbuatanku?" "Aku tidak mau menikahi pri
Bab 38 Balas Dendam Yang SalahSensitifAlvis menghela nafasnya panjang. Dia tak bisa membantah kata-kata dari sang nenek. Wanita yang telah membesarkannya seorang diri. Dia lantas berdiri dengan terus menggandeng erat tangan sang istri."Baiklah, perlahan akan aku buktikan sama Nenek. Kalau wanita ini bukanlah, Andini. Dan Nenek akan melihat, betapa wanita sangat luar biasa di banding Andini. Nenek akan jatuh cinta padanya jika Nenek sudah mengenalnya. Sepertiku yang kini sangat terikat olehnya. Dan enggan untuk jauh darinya. Walau sekejap waktu," jelas Alvis panjang.Stella mencebik kesal dengan wajah memerah menahan amarah. Dia benci sekali ucapan sang cucu yang sedang di mabuk cinta itu. Apalagi pikirnya Karina adalah wanita yang sama yang telah hampir membuatnya meninggal dunia."Halah, saat kamu sadar bahwa dia adalah wanita ular itu. Saat itu kamu akan menyesal sebab tak mendengar nasehat dariku." Nenek Stella dengan penuh keyakinan mengatakan itu. Membuat Alvis tersenyum menang
Bab 37 Balas Dendam Yang SalahKebencian Nenek StellaAlvis mendekati sang nenek dengan tangan yang masih menggenggam erat tangan Karina. "Usir dia sekarang juga! Aku muak melihatnya! Apa kamu lupa dengan yang dia lakukan padaku, Al!" amuk Nenek Stella dengan dada yang bergemuruh.Karina kian menunduk, tubuhnya menggigil dalam diam. Dia tidak berpikir sikap sang nenek akan semurka ini padanya. Iya, dia belum lupa saat Alvis memperlihatkan video saat Andini mendorong Nenek Stella hingga membuatnya koma. Tapi, dia pikir Alvis sudah menjelaskan tentangnya dan pernikahan mereka itu. Lalu, ingatannya kembali ke kata-kata Antini tadi sewaktu mereka sarapan pagi. Dia sedikit melirik suaminya, yang terlihat tenang dan santai."Nek, dia bukan Andini. Memang sangat mirip bahkan nyaris tak berbeda. Tapi, percayalah, dia bukan Andini." "Mana mungkin! Lihatlah, wajahnya, rambutnya, tinggi badannya. Tidak ada yang berbeda. Kamu jangan mau tertipu dengan wajah sok lugunya itu, Al. Dia itu ular! Pe
Bab 36 Balas Dendam Yang SalahNenek StellaKarina dan Alvis kini sudah berada di dalam hotel. Karina tiada henti memandangi wajah suaminya yang terlelap memeluknya. "Kenapa sekarang aku sangat mengagumimu, Milo. Aah, lucu sekali aku memanggilmu dengan nama itu. Padahal namamu itu panjang dan bagus. Tapi, kenapa aku menyapa dengan sebutan itu. Hmmm, aku ingin mengganti dengan sebutan sayang saja. I love you sayang," biaknya lirih.Alvis mengeratkan pelukannya, dan berbisik. "I love you too, sayang.""Hai, kau belum tidur?""Mana bisa aku tidur kalau kamu terus mengganggu, hmm," sahut Alvis. Yang gegas menggelitik pinggang sang istri. Karina tergelak, menerima serangan yang membuat tubuhnya gelinjangan sebab merasa geli. Sampai dia memohon ampun, dan Alvis menghentikan tangannya. Dia memeluk Karina yang nafasnya terengah-engah sebab lelah menahan geli."Kita akan pulang besok, atau kamu masih ingin disini, sayang?" tanya Alvis."Bolehkan tinggal beberapa hari lagi, disini. Aku ingin b
Bab 35 Balas Dendam Yang SalahDibalik Sikap Manis Welly Karina tergelak, dan mencubit pinggang Welly. Lantas meraih tangan suaminya dan ia genggam dengan sangat erat."She's all yours, Welly. Be happy, you deserve it." Karina mencium lembut pipi Welly, lantas beranjak pergi dari tempat itu. Sejenak, saat langkahnya sampai di ambang pintu. Dia menoleh dan menatap kedua pasangan pengantin baru itu. Lantas mengerling sekejap dan berlalu. Meninggalkan Richard yang seakan pilu melepaskan kepergiannya."Are you oke, honey?" tanya Welly, seraya menyentuh bahu Richard.Pria itu menggeleng dan lantas membawa istrinya keluar dari tempat itu. Apapun yang terjadi, kini Welly--lah istrinya. Jadi, dia membawa wanita itu ke hotel malam ini. Meninggalkan kamar pengantin mereka, yang sudah dihias sedemikian rupa.Sementara itu, Karina menyandarkan kepalanya ke bahu sang suami. Entah mengapa, dia merasa sangat lega. Meski kecewa mendera, tapi lebih pada rasa nyaman dan seolah beban yang selama beber
Bab 34 Balas Dendam Yang SalahRindu Yang MenggebuRichard, memeluk erat tubuh Karina. Wanita itu menengadahkan wajahnya. Tatapannya pilu. Membuat Richard merasa sangat bersalah. Ingin sekali dia menceritakan semua kejadian yang menimpanya. Tapi, apa yang akan terjadi dengan Alvis.Bisa-bisa suaminya itu akan mati terbunuh oleh orang-orang suruhan Richard. Dia tahu siapa kekasihnya itu. Sebab itu, semua ia tutupi sedemikian tapi."Maafkan aku Ric, aku sungguh ceroboh," sahutnya penuh sesal."Kau sangat cantik sekarang. Bisa kita berkencan malam ini?" bisiknya Richard, seraya mencium leher jenjang Karina.Karina menoleh dan merenggut bibir tebal itu. Memagutnya dengan buas. Dia sungguh merindukan lelaki ini. Lelaki yang telah menyelamatkan hidupnya dulu. Saat pertama kali dia kabur ke negara ini. Karina melepaskan ciumannya. Senyum merekah di wajahnya. "Kau masih milikku, sayang," bisik Karina. "Tapi, kau pria terhormat. Kau istimewa bagiku. Aku bangga telah mencintai dan mendapatkan
Bab 33 Balas Dendam Yang SalahMelepas RinduAlvis merengkuh tubuh Karina. Wanita itu gemetaran hebat dalam pelukan sang suami. Pria di ujung sana, yang baru saja menyematkan cincin perkawinan pada jari manis si wanita. Berdiri terpaku menatap Karina."Karina," lirihnya.Pria itu berlari, mendekati Karina. Tapi, Alvis memasang badan. Menghalanginya dengan tegap. "What are you doing here!" ucap Richard dengan dada naik turun. Dengan kuat dia menyingkirkan tubuh Alvis. Lantas menarik tubuh Karina, dan mendekapnya erat. Dan Karina pun memeluk tubuh pria itu erat. "Karina, why? Why have you come now. Where have you been for the past 3 months? Where to?" cecar pria tampan dengan setelan jas putih yang tampak tampan dan berwibawa.Karina tergugu, mencengkram kuat tubuh pria itu. Alvis mengatupkan bibir dan menutup rapat matanya. Membiarkan istrinya meluapkan emosinya. "I'm sorry, Richard. I'm sorry it took so long. I, I can't go back. Because my bag is lost. And I can't reach you at all.
Bab 32 Balas Dendam Yang SalahBertemu KekasihKarina harap-harap cemas. Sebab tak begitu yakin akan ucapan suaminya malam tadi. Pagi ini, mereka masih bergulung dengan selimut. Sebab lelah semalam masih tersisa di tubuh mereka. Hingga sebuah ketukan dari arah pintu terdengar. Alvis membuka matanya dan mencebik kesal. Sebab ia tahu, itu pasti Antini. "Tuan, sarapan pagi sudah siap!" serunya dari balik pintu. "Iya, kami datang setengah jam lagi!" sahut Alvis seraya menyingkap selimut dan beranjak ke kamar mandi. Tapi, tangannya tertahan oleh genggaman tangan sang istri. Pria itu kembali menghambur memeluk tubuh Karina. "Apa kamu masih ingin memelukku sayang?" ujarnya lirih. Karina tersenyum, saat prianya itu menciumi lehernya. Dia hanya mendesah menikmati cumbuan yang kini menjadi kebutuhannya. "Bisakah kau bawa aku ke kamar mandi, sayang," bisik Karina lirih. Tubuh Alvis meremang, mendengar kata 'sayang' dari bibir manis sang istri. Tanpa menjawabnya dia meraup tubuh Karina. La
Bab 31 Balas Dendam Yang SalahPermohonanWaktu terus bergulir. Karina kini lebih menikmati hidupnya menjadi seorang istri dan calon ibu. Dia sedikit mengenal ruangan-ruangan yang ada di dalam kastil milik Alvis—suaminya. Sebab pria itu telah mengizinkan istrinya itu keluar kamar. "Mbak, aku ada di ruang baca ya. Kalau-kalau nanti suamiku pulang, dan mencariku. Katakan, aku ada di sana," ujar Karina berkata kepada Antini. "Siap Nyonya," sahut Antini yang mulai ramah padanya. Tanpa terlihat lagi sorot dingin dari kedua bola Matanya. Karina memilih-milih buku yang tersusun rapi dan bersih di ruangan yang berdekatan dengan ruang kerja Alvis di rumah. Setelah menemukan buku yang tepat dan ingin ia baca. Karina segera duduk di tempat yang tersedia. Hingga berjam-jam Karina berada di dalam perpustakaan. Beberapa buku dia habiskan untuk dibaca. Dan, tanpa sadar dia tertidur di sana. Saat Alvis datang mencarinya, ia kaget sebab Karina terlelap dalam keadaan duduk dan memeluk buku. "Hmmm,
Bab 30 Balas Dendam Yang SalahI Love YouHari telah berganti. Karina keukeuh tak mau dipanggil dengan sebutan Nyonya. Hanya mau dengan sapaan nama saja. Alvis membiarkan, yang terpenting istrinya senang."Boleh aku ke kantor hari ini sayang?" tanya Alvis, pada sang istri yang baru membuka matanya pagi ini. Sudah tiga hari, Alvis tak diizinkan oleh Karina pergi kemanapun. Dia meminta lelaki itu membawanya keluar rumah. Alvis menuruti, dan mengajaknya ke Mall. Tapi, sesampainya di sana. Karina justru pingsan. Sebab merasa lelah dan pusing.Sebab itu, Alvis sedikit ragu saat akan pergi meninggalkan istrinya itu. Tapi, pagi ini Karina mengangguk pasti. Lantas memeluk sang suami. Dia turun dari ranjang dan mendekatinya. Lantas berjinjit dan melumati bibir tebal sang suami. Alvis tak mungkin bisa menolak itu."Sayang, bolehkah aku meminta tasku." Karina, masih merangkulkan kedua tangannya di leher Alvis. Setelah puas menciumi bibir tebal yang kini selalu ingin dia cium."Buat apa sayang. B