Beranda / Thriller / Balas Dendam Terindah / Sungguhkah Sudah Tak Waras

Share

Sungguhkah Sudah Tak Waras

Penulis: Miss_Rain
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Cindy! Jemput aku di lokasi yang tadi kukirimkan. Wanita gila itu mulai berbahaya dan menyerangku!"

Mata Rosemaya membelalak tak percaya. Leo itu menelepon wanita lain untuk menjemput setelah berkonflik dengannya. Berani betul Leo melakukan hal itu? 

 

Apakah dia sudah tidak ingin bersama Rosemaya lagi? Sungguhkah sejijik itu Leo padanya? Salah apa Rosemaya pada lelaki itu?

 

Ketika dahulu seorang Leonardo Suniarta melamarnya hanya dengan modal uang seratus ribu, wanita itu menurut saja. Ketika lelaki itu berkata bahwa dia terpaksa di usir keluarganya yang non muslim karena menikahainya. Rosemaya dan keluargannya menerima pria itu dengan tangan terbuka. Bahkan ayah dan ibu Rosemaya mau menampung pasangan muda itu dalam rumah mereka yang sederhana di Surabaya.

 

Harusnya Leo sama seperti Rosemaya. Turut merasakan kehilangan yang sangat besar saat berpulangnya Bu Widiwati. Ibu Rosemaya itu telah banyak berkorban untuk rumah tangga mereka.

 

Memangnya Leo lupa? Bagaimana mereka berdua sampai berlutut di kaki kedua orang tua Rosemaya untuk mendapat sertifikat rumah? Kala mereka akan mengajukan pinjaman untuk modal usaha. 

 

Hanya Bu Widiwatilah yang akhirnya mampu meyakinkan ayah Rosemaya untuk merelakan harta berharga satu-satunya yang mereka miliki itu, untuk dijadikan jaminan. 

 

Gemelatuk gigi Rosemaya menahan geram. Ia kecewa atas tingkah Leo beberapa waktu terakhir ini. Lelaki itu sungguh berubah menjadi pria kejam berhati dingin dalam waktu singkat. Mengapa? Apakah wanita bernama Cindy itu ikut andil dalam hal ini?

 

Siapakah Cindy sesungguhnya? Nama itu sungguh asing di telinga Rosemaya. Dari tiga klinik kecantikan yang mereka miliki, ia tidak merasa punya karyawan bernama Cindy. Rosemaya ingat betul sejumlah dua puluh lima karyawan yang dipekerjakannya. Semuanya Rosemaya sendiri yang turun langsung mewawancarai mereka. 

 

Pada setiap klinik ada tujuh orang karyawan. Masing-masing memegang jabatan sebagai manajer, dokter kecantikan dan lima orang terapis untuk melayani pelanggan. Lalu empat orang lainnya memegang penjualan produk paket perawatan kecantikan secara online dan mengurus reseller.

 

Tidak! Tak ada satupun karyawan yang bernama Cindy! Lalu siapa Cindy dan apa statusnya sehingg Leo dengan begitu tak tahu malu menghubungi wanita itu di hadapan Rosemaya?

 

"Rose! Kita sudah sampai. Makan dulu ya," ujar Bu Gina. 

 

Mobil SUV warna hitam itu telah tiba di depan istana kecil yang dibangun Rosemaya dan Leo dari nol. Berawal hanya dari sebuah klinik kecantikan berpegawai lima orang, hingga kini berkembang menjadi dua puluh lima orang. Dari yang awalnya mereka jual produk paket kecantikan, hingga bisa melayani segala perawatan. 

 

Mertua Rosemaya dengan sabar menuntunnya turun dari kendaraan, lalu membawanya masuk ke dalam rumah. 

 

"Bu, Rose ingin salat dulu. Rose ingin menenangkan diri," pinta Rosemaya. Ia lalu berpisah dengan Bu Gina di lorong. 

 

Bu Gina segera pergi ke dapur untuk meminta asisten rumah tangga menyiapkan makan siang. Sedangkan Rosemaya naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamarnya, laly menguncinya. Ia mengambil wudu lalu salat sunah dua rakaat sebelum melaksanakan salat zuhur. 

 

Setelah menjalani prosesi tersebut. Rosemaya kembali terpekur dalam sujudnya. Menangis tergugu mengingat Welly dan Bu Widiwati ibunya yang berpulang dengan cara yang sangat tragis.

 

***

 

"Mama! Mama! Tolong Welly, Ma! Tolong Welly agar tidak tenggelam, Ma!" 

 

"Welly! Tidak! Welly! Jangan ... jangan pergi, Nak!" teriak Rosemaya. 

 

Lagi-lagi wanita itu terbangun dengan bersimbah peluh dan air mata. Sejak kepergian putranya. Rosemaya kerap dilanda mimpi buruk setiap malam. 

 

Bayangan demi bayangan mengerikan selalu muncul dalam tidurnya. Membuat Rosemaya enggan kembali memejamkan mata. Pada akhirnya wanita itu akan berakhir dengan menangisi kepergian putra semata wayangnya itu. 

 

"Welly! Welly! Ya Allah, Welly. Mengapa mama masih begitu berat melepasmu, Nak?" isak Rosemaya dalam sisa-sisa malamnya. 

 

Namun malam ini berbeda, ada sebuah kenyataan yang baru disadari Rosemaya. Suaminya entah sudah berapa lama tak pernah lagi pulang untuk menghangatkan ranjangnya. 

 

"Sebenci itukah dia padaku? Mengapa tak kunjung pulang hingga tengah malam," gumam Rosemaya. 

 

Wanita itu lalu menatap nanar ke luar jendela kamarnya di lantai dua. Jendela besar bergaya lengkung itu memang langsung mengarah ke pintu gerbang istananya. Dari tempat itu Rosemaya bisa melihat siapa saja orang yang datang dan pergi. 

 

Ditengah lamunannya, terdengar suara ketukan dari luar jendela. Rosemaya menoleh ke arah suara. Matanya memicing silau melihat seberkas sinar menyilaukan yang entah datang dari mana.

 

Sinar itu entah mengapa begitu menarik perhatiannya. Diraihnya seberkas perak yang segera mengelilinginya. Tubuh Rosemaya seolah ditelan dan terbungkus dalam sinar itu. 

 

Hangat, nyaman dan menyenangkan. Rosemaya tersenyum saat sinar itu bergerak cepat membungkus tubuhnya. Membuat Rosemaya merasa setengah melayang. Ringan, seolah tanpa beban. 

 

"Ahahaha ... menyenangkan sekali," tawanya mulai riang. 

 

Wanita itu merentangkan tangannya dan membiarkan sinar itu membungkus lalu membawanya terbang. 

 

"Apakah aku akan dibawa terbang hingga ke tempat anak dan ibuku? Ahhh aku mau! Lebih baik aku pergi bersama mereka dari pada aku harus hidup berkalang duka dan air mata.

 

Rosemaya terus menari dan melayang dalam balutan sinar itu. Bebannya sirnah berganti sebuah euforia kebahagiaan. Rasanya menggelitik perutnya hingga membuat Rosemaya tertawa tiada henti. 

 

Rosemaya memejamkan mata. Dalam imajinasinya ia sedang berada di tengah bukit luas dengan padang bunga yang indah. Rosemaya bebas berlari dan berteriak sambil menangkap kupu-kupu. 

 

"Hei, mengapa aku berubah menjadi anak kecil?" batinnya terkejut. 

 

Wanita itu memandangi tubuhnya yang seolah mengkerut. Aneh! Tapi tak mengapa, dengan kembali menjadi anak-anak, Rosemaya merasa seperti sebagian besar beban hidupnya menghilang.

 

Di tengah asyiknya Rosemaya menikmati kebahagiian. Ruang imajinernya itu tiba-tiba hancur dan menghilang. Semua luruh berganti isak tangis dan teriakan histeris ibu mertua dan beberapa asistem rumah tangganya.

 

"Rose! Rose! Sing eling, Rose! Jangan lakukan itu, Nak! Jangan lakukan hal yang dibenci oleh Allah!" tegas bu Gina. Wanita iterlihat sedang menarik-narik tubuh Rosemaya.

 

"Nyonya! Ya Allah, Nyonya! Sadar, sadar!" teriak dua orang asisten rumah tangganya. 

 

Raut wajah mereka terlihat panik dan khawatir. Membuat Rosemaya menjadi bingung. 

 

"Ada apa? Apakah kalian tidak melihat cahaya? Seberkas cahaya putih yang menyilaukan," ujar Rosemaya aneh. 

 

Ia melepaskan diri dari bu Gina dan kedua asisten rumah tangganya. Terus berlari mengejar cahaya putih itu dan menerjangnya. 

 

Namun saat tangannya tengah menggapai cahaya. Rosemaya justru merasa ia terbang semakin kencang, lalu terjun bebas menghantam rumput basah di halaman istana megahnya itu. 

 

"Nyonya! Arghhhhh!" Teriakan bersahut-sahutan mereka yang disana terdengar nyaring dan penuh ketakutan.

 

Gedebum suara tubuh yang menghantam tanah berumput dengan sangat kencang sontak membuat Rosemaya tersadar. Ia telah jatuh dari lantai dua kamarnya.

 

"Hei, apa ini? Benarkah aku gila?"

 

Bab terkait

  • Balas Dendam Terindah   Rumah Sakit Jiwa

    Hei, apa ini? Benarkah aku gila?"Rosemaya membuka mata dan ia telah berada dalam ruang serba putih dengan bau desinfektan serta obat-obatan yang menyengat. Sebuah tempat yang familiar, namun berbeda dengan kondisi kamar di istananya. Rosemaya menyadari ia tengah berada di tempat lain, bukan di rumahnya."Ah, aku di mana? Pukul berapa ini? Mengapa tak terlihat sinar mentari yang masuk dari sela-sela jendela?" tanya Rosemaya dalam hati.Ia ingin beranjak bangun untuk mengambil wudu serta melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslimah. Namun tubuh Rosemaya terasa kaku dan tak bisa digerakkan. Wanita itu yakin saat ini pasti telah subuh atau zuhur."Ah, mengapa tubuhku begitu kaku dan sulit di gerakkaan?" Kembali Rosemaya hanya bisa membatin tanpa bersuara.Dalam ruangan serba putih berukuran 3 x 5 meter persegi itu terdapat semua fasilitas lengkap. Ada televisi yang menyala dan sedang m

  • Balas Dendam Terindah   Teror Mimpi Buruk

    Leo menoleh dan memicingkan matanya tak percaya. Apakah Rosemaya, istrinya telah sadar?Perlahan Leo memeriksa tubuh Rosemaya yang terkulai tak berdaya di atas ranjang rumah sakit. Tubuh yang tengah tak sadarkan diri itu tertutup selimut hingga dada. Nampak tenang dan lelap. Sesekali matanya bergerak-gerak."Ah ... mungkin ini fase tidur REMnya. Bisa jadi otaknya aktif bekerja saat mimpi buruk itu kembali mengganggunya," pikir Leo menenangkan diri. Pria itu menghela napas dan meninggalkan Rosemaya di atas ranjangnya.Leo tak curiga meski melihat mata Rosemaya bergerak. Lelaki itu paham betul tentang fase tidur seseorang. Pada fase REM (RapidEyeMovement), mata akan bergerak-gerak akibat aktifitas otak dan detak jantung yang meningkat.Lelaki itu lalu memeriksa ke sekeliling ruangan untuk melihat benda apa yang

  • Balas Dendam Terindah   Tetaplah Bertahan, Rose

    "Pergi ...! Larilah sejauh mungkin! Berhati-hatilah dengan mer ...."Suara bu Widi terdengar sangat lirih, terputus-putus dan tidak jelas. Berkali-kali Rosemaya berusaha mendengarkan dengan saksama. Namun kalimat demi kalimat yang terpotong membuat Rosemaya tidak dapat merangkainya dengan tepat.Rosemaya yang panik terus menangis. Menggenggam erat tangan bu Widi yang denyut nadinya semakin melemah. Samar-samar ia mulai dapat membaca gerak bibir bu Widi."Pergi, selamatkan dirimu! Larilah sejauh mungkin! Berhati-hatilah dengan mereka!"Setelah mengucapkan pesan kematiannya, bu Widi menghembuskan napas terakhirnya. Seketika itu juga genggaman tangannya pada jemari Rosemaya mengendur dan terlepas."Ibu! Ibu! Tidak, Bu! Jangan pergi! Jangan tinggalkan, Rose!" jerit Rosemaya histeris.Bersamaan itu sebuah sinar putih menyilaukan kembali membungkus tubuh Rosemala. Menyeret wanita itu

  • Balas Dendam Terindah   Terjerat Sarang Laba-laba

    "Halo! Leo! Kamu di mana?"Bu Gina menghubungi suami Rosemaya yang kini entah berada di mana. Ia terdengar mengobrol dengan anak lelakinya itu. Mengabarkan berita bahagia yang baru saja dilihatnya."Leo! Leo! Rose, istrimu sudah sadar! Datanglah kemari, Nak," ujar bu Gina bahagia.Hening! Bu Gina terdiam untuk beberapa saat. Seperti sedang mendengarkan ucapan Leo di seberang sana."Jenguklah dia sebentar, bagaimanapun Rose adalah istrimu," ujarnya lirih. Sorot muka kecewa tampak jelas di wajahnya.Sayangnya obrolan bu Gina dan Leo hanya sayup-sayup saja tertangkap telinga Rosemaya. Ia jadi tidak paham apa yang sedang mereka bicarakan. Yang Rosemaya tahu meski kabar bahagia itu datang, Leo tak akan datang menjenguknya malam ini.Lelaki itu telah be

  • Balas Dendam Terindah   Sebuah Konspirasi Jahat

    Sementara di tempat lain. Istana itu kini tampak sepi. Hanya Bu Gina sendiri yang tinggal di sana. Wanita paruh baya itu terlihat tegar meski mungkin hatinya banyak menyimpan luka.Sambil menyesap teh madunya, Bu Gina melihat mobil Leo meluncur memasuki gerbang istana yang lengang. Tak butuh waktu lama bagi Leo untuk turun dari mobilnya dan memasuki rumah."Bu! Aku pulang," ujar Leo sambil tersenyum dikulum.Lelaki itu mencium tangan Bu Gina takzim. Lalu duduk di hadapan Bu Gina dan meminta pelayan menyiapkan minuman untuknya."Kau dari mana?" tanya Bu Gina."Aku baru saja menghadiri peresmian klinik ketujuku, Bu," jawab Leo berbinar. Anak lelaki Bu Gina itu memang selalu nampak bahagia saat membicarakan kesuksesan bisnisnya."Tujuh? Bagaimana bisa sepesat itu? Bersama Rose, kalian masih mengelola tiga klinik saja," ucap Bu Gina. Ada rasa bangga terselip pada putra semata

  • Balas Dendam Terindah   Mahligai Di Atas Kaca

    Sebenarnya apakah ini benda yang terbungkus rapi itu? Mereka rupanya tak ada yang menyadari bahwa bungkusan putih yang bagi mereka tak berharga itu adalah sebuah kunci. Kunci yang suatu saat akan menguak tabir kejahatan mereka. Nanti ketika mereka harus membayar dosa-dosa yang mereka perbuat. Kejahatan akan kalah, ketika kebenaran telah menampakkan sinarnya. *** Leo turun dari mobil SUV hitam miliknya. Kali ini bukan Rosemaya yang turun dari kursi penumpang seperti biasanya. Melainkan telah berganti seorang wanita muda yang tengah menggandeng bocah kecil berusia tiga tahun. "Papa, Papa! Ini rumah baru kita, Pa? Papa belikan rumah ini untuk Gio dan Mama?" tanya Giovani terbelalak bahagia. Bocah berusia tiga tahun itu begitu girang melihat istana mereka yang baru. Ia sampai tak sabar turun dari mobil dan berlarian di halaman. "Iya, sayangnya papa. Semua ini untuk Gio, hadiah untuk dua kesayangan papa,

  • Balas Dendam Terindah   Niat Jahat Terselubung

    Sementara di tempat lain Rosemaya tengah berjibaku kengeriannya sendiri."Hihihi ... Rosemayaaaa! Hihihihi ... Rosemaya! Hihihi! Rosemayaaaa!"Malam itu, suasana kamar pasien 304 kembali mencekam. Suara-suara tawa dan panggilan mengerikan kembali dialami Rosemaya.Perempuan itu sampai harus bersembunyi di dalam gulungan selimut. Ia menangis ketakutan setiap suara-suara itu mengganggunya."Tidak! Tidak! Pergi jangan mendekat! Aku tidak bersalah! Aku bukan orang jahat!" jerit Rosemaya di setiap tengah malam hingga menjelang dini hari.Wanita itu jadi semakin kurus dengan kantung mata menghitam tebal. Ia tak pernah bisa tidur. Malam-malamnya diliputi ketakutan dan kecemasan."Roseee! Rosemaya hihihihi!"Rosemaya yang bersembunyi di balik selimut, menutup telinganya rapat-rapat agar tidak mendengar panggilan itu.

  • Balas Dendam Terindah   Terkuaknya Sebuah Rencana

    Hening, cukup lama pesannya tak di balas.Suster Vina melirik jam digital di sudut kiri atas gawainya. Sudah pukul 12.45 malam.Pantas saja, ini sudah larut malam, ibunya mungkin sudah tertidur pulas.Suster Vina lalu tersenyum maklum dan memejamkan matanya. Sekedar melepas penat dan menenangkan diri. Setidaknya setelah melaksanakan tugas malam kesekiannya, suster Vina ingin beristirahat dengan tenang.Sesungguhnya separuh hati suster Vina masih tak tenang melakukan segala kejahatan yang nantinya mungkin harus mempertaruhkan profesinya itu. Namun keadaan mendesak membuatnya nekat menerima pekerjaan khusus dari seorang Nyonya kaya beberapa bulan yang lalu."Berikan obat ini pada pasien bernama Rosemaya. Kau tahu dosisnya kan. Jangan terlalu banyak, aku tidak ingin ia cepat mati. Siksa dia dan biarkan mati secara perlahan."Seorang n

Bab terbaru

  • Balas Dendam Terindah   Tertangkap Oleh Ben

    "Gue akan memeriksa legalitas hukum status kepemilikan perusahaan. Gue yakin masih ada hak gue di sana," jawab Mayyanti. "Ya ampun, May. Kenapa, kenapa hidup elo bisa serumit ini. Padahal dulu, kita mulai semuanya dengan bahagia. Beneran ya, uang bisa merubah segalanya," keluh dr. Patricia iba. "Enggak apa-apa, Patric. Semuanya sudah terlanjur bergulir seperti ini. Gue harus tuntaskan semuanya. Bagaimanapun sudah terlalu banyak nyawa yang dikorbankan. Andail Leo enggak serakah dan menghancurkan semuanya, mungkin kami enggak perlu harus sampai seperti ini," ujar Mayyanti sambil menatap dr. Patricia nanar. Mayyanti sengaja berjalan memutar agar tidak ada yang mengawasinya lagi. Semenjak kejadian di klinik dr. Patricia, ia merasa semakin banyak mata-mata yang mengawasinya. Di kantor ia melihat Leo telah memeriksa berkas miliknya di bagian personalia. Pria itu juga semakin intens menghabiskan waktu dengan Mayyanti. Entah apa maksudnya. L

  • Balas Dendam Terindah   Terkuaknya Rahasia Mayyanti

    "Dendam itu menghancurkan hati, sebagaimana racun menghancurkan tubuh."Mayyanti memandang Ben aneh. Dalam hatinya ia berpikir, "Bagaimana Ben bisa tahu aku jijik dengan sikapnya barusan? Apakah dia telah mengenaliku?"Ben membalikkan tubuhnya, pria itu memandang Mayyanti dan tersenyum ramah. "Apakah ada yang bisa kubantu lagi?" tanya Ben. "Tidak, Pak Ruben. Semua sudah siap. Te-terima kasih. Permisi," pamit Mayyanti bergegas pergi. Ben tersenyum penuh arti sambil memandang kepergian Mayyanti memasuki klinik kecantikan yang dikelola oleh dr. Patricia. Pria itu kini sudah sangat yakin dengan firasatnya."Instingku tidak pernah salah untuk dapat mengenalimu," desis Ben. Pria itu meregangkan tubuhnya bersiap memejamkan mata.Sementara Mayyanti merasa jantungnya berdebar-debar. Ada banyak kecemasan yang dirasa saat diperlakukan Ben seperti tadi. Untung saja kali ini ia sangat sibuk sehingga tak punya banyk waktu untuk memikirk

  • Balas Dendam Terindah   Terpenjara Diantara Dua Pria

    Dada Ben terasa sesak, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ia bisa merasakannya. Aura yang sama dalam balutan fisik yang berbeda. Tidak! mata Ben tak akan bisa dibohongi."Mungkinkah, wanita itu ...?" Ben tak berani berspekulasi lebih jauh. Ia hanya diam dan terus mengamati. Belum saatnya untuk mengambil kesimpulan. Lebih baik diam dan mengamati.Ketika duduk di mejanya, Ben terus mengawasi Mayyanti. Kewaspadaan dalam dirinya seketika meningkat dua kali lipat. Ada rasa penasaran yang belum terpuaskan dalam diri seorang Ruben."Kau pesan apa, Mayya?" tanya Leo ramah. Ia mengangsurkan buku menu pada Mayyanti."Samakan dengan pesanan Tuan saja," jawab Mayyanti kikuk. Entah mengapa sejak bersirobok dengan Ben, Mayyanti jadi merasa tidak nyaman.Mayyanti dan Leo duduk pada sebuah meja yang berbeda dengan Ben. Membuat Ben lebih mudah mengawasi gerak-gerik mereka dengan lebih teliti. Ben tidak makan, hanya terus me

  • Balas Dendam Terindah   Kesan Pertama Bersama Ben

    "Kau bisa menipu semua orang, membungkus rapi dirimu dengan segala penyamaran terbaikmu, tapi aku tak akan pernah tertipu (Ben)."Mayyanti jadi makin dilema dibuatnya. Sesungguhnya ia tak nyaman. Namun menolak Leo dalam posisi seperti ini adalah hal yang mustahil. Mau tak mau Mayyanti jadi harus menurut dan mengikuti kehendak Leo. Ia mengangguk dengan setengah hati pada Leo yang menunggu jawaban sambil tetap menjaga jarak.'Tenanglah, ini hanya sebuah makan malam.' Mayyanti menenangkan diri di tengah kerisauan yang meliputinya. Mengingat bagaimana Cindy begitu cemburu pada sekretaris sang suami itu, Mayyanti merasa harus berhati-hati."Ayo, Mayya. Aku sudah sangat lapar.""Baik, Tuan. Saya jalan di belakang Anda." Mayyanti mengekor Leo. Sengaja menjaga jarak agar mereka tak terlihat sedang berjalan beriringan.Leo lalu mengajaknya turun ke lantai basement menuju parkiran mobil. Di sa

  • Balas Dendam Terindah   Rayuan yang Gagal

    Namun kali ini berbeda. Leo bergeming dan tak merespon Cindy sama sekali. Pria itu dingin dan tetap sibuk dengan dokumen-dokumennya. Bahkan bagian tubuh Leo yang seharusnya bangkit juga tak terlihat bangkit. "Pulanglah, Cindy! Aku benar-benar sangat sibuk dan tidak punya waktu. Aku janji setelah lembur, besok akan membawamu dan Giovani jalan-jalan," tolak Leo tetap teguh pada pendiriannya. Cindy mencebik kesal. Ia lalu melihat pintu ruang kerja Leo sedikit terbuka dan Mayyanti akan mengetuknya untuk minta ijin masuk. Sekonyong-konyong Cindy langsung mendekap kepala Leo dan melumat bibir itu penuh gelora. Leo yang diserang begitu panas jadi merasa berkewajiban membalas. Terjadilah pertukaran saliva dengan ritme yang menggelora. Mayyanti yang hampir mengetuk pintu jadi mengurungkan niatnya. Wanita itu menjadi jijik melihat tingkah istri bosnya yang norak dan kampungan itu. Bagaimana bisa, di kantor, mereka melakukan hal seperti itu?"Ap

  • Balas Dendam Terindah   Kecemburuan Cindy

    "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula (QS : An-Nur, 26)."Leo yang sempat melihat mata sekretaris barunya itu sembab karena habis menangis menjadi tersentuh hatinya. Ada gelombag rasa bersalah tak biasa yang menghantam jantungnya. Mengapa?Mayyanti meninggalkan pasangan suami-istri tersebut begitu saja. Hatinya perih diperlakukan begitu kejam oleh sang nyonya yang cemburu. Apakah serendah itu dirinya dihadapan wanita kaya istri bosnya tersebut?Pandangan mata Mayyanti memburam oleh genangan air mata yang tak terbendung lagi. Setetes hangat mengalir di pipinya. Namun segera diusap oleh punggung tangan karena takut akan ada yang melihatnya menangis."Kau kenapa, Mayya? Apa kau habis menangis?" tanya Hiro yang tiba-tiba datang

  • Balas Dendam Terindah   Mata Sendu Nan Merayu

    "Ah ... sa-saya hanya terbiasa meneliti setiap hal yang akan saya siapkan kepada anda, Tuan. Saya pikir tugas saya juga untuk memastikan tiap dokumen telah benar-benar rapi dan tidak ada kesalahan sedikitpun," kilah Mayyanti. Leo mengernyitkan dahinya, namun kemudian tersenyum dan mengabaikan sebuah firasat aneh dalam dirinya. 'Tidak, ini hanya sebuah kebetulan.' Pria itu membatin yakin."Sudah pukul sebelas. Saya akan pesankan Tuan makan siang. Anda ingin makan apa Tuan?" tanya Mayyanti setelah mereka saling diam untuk beberapa saat. "Apa saja, Mayya. Tapi jangan yang terlalu pedas dan tanpa sayur," jawab Leo. "Baik, saya siapkan. Silahkan Tuan melanjutkan pekerjaan," ujar Mayyanti paham. Wanita itu lalu melangkah mundur dari ruangan Leo dan bergegas memesankan makanan lewat aplikasi online. Setelah memastikan makan siang Leo sudah diantarkan kurir menuju kantor, Mayyanti kemudian beralih kembali pada pekerjaannya.

  • Balas Dendam Terindah   Mayyanti Ghayatri

    "Pada akhirnya, aku akan selalu berlari kembali padamu, bukan karena aku lemah tapi karena aku jatuh cinta padamu lagi dan lagi (Leo)."Rasa apa? Buatan siapakah kopi itu?Leo serasa dibawa berkelana menuju sebuah kenangan indah tentangnya di masa lalu. Sebuah memori yang kembali mengingatkan ia pada wanita yang pernah disia-siakan di akhir hidupnya."Aku tidak suka kopi, Rose! Tapi harus meminumnya agar tetap bisa menjaga mataku tidak terpejam. Aku sebenarnya sangatlelah. Tetapi kau tahu kan, banyak pekerjaan yang harus kita selesaikan!""Apa ada jenis tertentu yang bisa kamu minum? Aku akan belikan.""Aku tidak suka yang terlalu asam. Juga yang rasanya terlalu pekat dan kuat. Hanya yang memiliki rasa ringan saja, namun cukup membuat aku bisa tetap terjaga.""Baiklah, aku akan mencari cara bagaimana kamu bisa menikmati kopi yang nyaman.""Terima kasih, Rose. Kau yang terbaik."Lalu kali ini, Leo seras

  • Balas Dendam Terindah   Segelas Kopi yang Tak Biasa

    "Tiga sendok makan sambel kacang yang diletakkan di atas bihun tanpa tempe oreg?" tanya dr. Patricia yang sukses membuat Leo berkaca-kaca."Ah ... kau masih ingat, dr. Patric. Kau masih ingat bagaimana wanita itu menyediakan sarapan spesial kita dulu ya," ujar Leo dengan suara serak menahan air mata. Wajah dr. Patricia tersenyum penuh makna. Dalam hati ia berkata, "Andai kau tahu bagaimana dia masih mengingat kebiasanmu hingga sedetil mungkin. Andai saja kau tahu bagaimana dulu Rose begitu mencintaimu sampai paham semua kebiasaan seorang Leonardo Suniarta. Kau bahkan tak akan tega mendua."***Leo tiba di kantornya dengan mood melankolis yang manis. Ia merasa telah cukup mengenang Rosemaya hari ini dan harus kembali ke dunia nyata. Berjibaku dengan rutinitas kesibukannya mengurus bisnis. Ia memasuki gedung mewah yang kini telah menjadi miliknya. Gedung yang disewanya dengan menjaminkan asuransi kesehatan milik Rosema

DMCA.com Protection Status