"Ajari aku bagaimana cara terbaik untuk membuamu jauh-jauh dari hidupku (Rosemaya)."
"Saya menemukan Suster Vina juga menyimpan cairan bening dalam botol-botol kaca di lokernya. Apakah malam itu Suster Vina memberi anda suntikan dengan cairan bening itu?" tanya Suster Lia."Ya, dia memberikan saya suntikan itu. Dia memberikannya sekali sepekan seingat saya. Biasanya setelah suntikan itu saya jadi bisa melihat banyak warna, lalu saya akan merasakan ledakan euforia kegembiraan yang berlebihan. Saya jadi merasa lebih berani dan tidak takut mati karena tubuh saya seperti tidak merasakan sakit sedikitpun," jawab Rosemaya sembari mengingat."Tepat sekali. Itu adalah reaksi cairan PCP. Sebetulnya ini sejenis obat bius. Tetapi sudah jarang sekali digunakan karena efek sampingnya yang berbahaya," jelas Suster Lia.Rosemaya terbelalak tidak percaya. Tak menyangka orang-orang jahat itu telah meracuninya sampai sedemikian rupa."Nyonya, anDan sungguh orang-orang yang membela diri setelah didzalimi, maka tidak ada alasan untuk menyalahkan mereka (QS : Asy-Syura, 41).Rosemaya lalu mendekat ke arah pintu keluar, berjalan mengendap-endap mengikuti Leo dengan wanitanya. Betapa terkejutnya wanita itu saat mengetahui siapa sosok Cindy yang sebenarnya!Gigi Rosemaya bergemelatuk menahan kesal. Andai bisa, ia tak sabar ingin segera mendatangi pasangan tak tahu malu tersebut dan menampar wanita itu. Emosinya seketika membuncah dan hatinya menjadi panas membara."Kurang ajar! Dasar wanita tidak tahu malu! Rupanya selama ini dialah yang menjadi duri dalam rumah tanggaku!" geram Rosemaya. Wanita itu mengepalkan tangan dan pandangannya menjadi buram oleh air mata yang menggenang. Sedih, kecewa dan merasa dibohongi, campur aduk dalam diri Rosemaya."Sudah, Rose! Lanjutkan saja makanmu," ujar Ben. Melihat Rosemaya terbakar emosi membuat Ben langsung menyeretnya kemba
"Manusia kadang jauh lebih menyeramkan dari iblis.""Rose! Rose! Makanlah cepat! Kau melamun dari tadi," panggil Ben mengagetkannya. "Ben, kau bekerja pada Leo sejak tahun berapa?" tanya Rosemaya. Sesuatu dalam otaknya menyala, seolah ia baru saja menyadari sebuah fakta. "Aku bekerja pada kalian sejak Welly berusia tiga tahun, Rose," jawab Ben. "Ah, ya ... aku ingat. Waktu itu orang tua kita baru saja meninggal, karena kecelakaan mobil yang terjadi malam itu," ujar Rosemaya.Ucapan Rosemaya membuat Ben ganti menerawang jauh ke masa itu. Masa di mana hidup Ben berubah drastis karena kematian ayahnya. Ayah Rosemaya dan ayah Ben adalah sahabat karib. Mereka sama-sama pegawai di perusahaan telekomunikasi milik negara. Ayah Ben adalah seorang kepala divisi, sementara ayah Rosemaya adalah atasannya. "Ben, hari ini ayah akan memancing bersama Ayah Rose. Kau tak usah ikut ya, ayah aka
"Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar (QS : An-Nahl, 126).""Jika memang demikian, maka nyawa harus dibayar dengan nyawa!" desis Rosemaya penuh dendam.Ben menggenggam tangan Rosemaya dan berusaha menenangkannya. Ia paham Rosemaya akan sangat membenci Leo andai saja Ben menceritakan semuanya. Namun malam ini, biarlah cukup sedikit fakta saja yang Rosmaya ketahui. "Sabarlah, Rose. Aku akan temukan semua jawabannya untukmu," janji Leo. "Ayahmu, ayahku, ibuku, Welly dan ...? Siapa lagi korban kelima dalam tragedi ini?" tanya Rosemaya. Pikirannya fokus kembali mengulang semua kejadian hingga mengkoneksikan semuanya. "Suami kakakmu," tukas Ben singkat."Tapi dia orang luar, Ben! Dia bukan dari keluargaku," sangkal Rosemaya. "Sebetulnya target
Kanaya menatap Rosemaya tidak percaya. Ia nyaris tidak percaya dengan ucapan adiknya itu barusan. Ia lalu memilih untuk mengabaikan saja. "Sheva, ayo mandi, Nak. Sudah waktunya kamu berangkat mengaji!" panggil Kanaya pada sulungnya itu. Gadis kecil berumur lima tahun itu menurut dan segera pergi ke kamar mandi. Kanaya menyiapkan handuk dan baju gantinya. Lalu kembali duduk di hadapan Rosemaya dan mulai menasehati adiknya itu. "Hidup, mati, rejeki itu sudah takdir Allah, Rose. Tak akan ada kekuatan yang mampu membelokkannya selain doa dan kehendak Allah sendiri. Bagaimanapun caranya berpulang, semua itu hanya sebuah sarana saja. Bahkan sehelai daunpun tak akan terjatuh tanpa takdir dari-Nya!" tegas Kanaya tajam. Wanita itu menatap lurus pada Rosemaya ketika berbicara. "Jika kakak berkeyakinan seperti itu. Lalu ... apakah kita akan membiarkan pelakunya terus bebas dan bisa melakukan kejahatan demi kejahatan sesukanya?" sengit Rosemaya.
"Jika kebaikan tidak memiliki kekuatan, maka kajahatan akan mengambil nama kebaikan sebagai jaketnya.""Siapkan, mobil dan kumpulkan semua orang. Aku akan melakukan briefing darurat!" titah Leo pada Ben lewat telepon. Segera, setelah mobil SUV itu berhenti di depan pintu utama, Leo memasuki mobil dan memerintah Ben berangkat. "Ke ruko secepatnya, Ben!" titah Leo dengan wajah garang. Mereka meluncur menuju salah satu ruko yang dulu digunakan Leo untuk tempat produksi paket perawatan brand kosmetik miliknya. Namun kini lebih sering ia gunakan untuk membriefing bodyguard yang disewanya, entah untuk apa. Semenjak berita bunuh diri Rosemaya yang viral. Leo memang lebih banyak merekrut orang untuk bekerja sebagai bodyguardnya. Total ada dua puluh orang yang dipekerjakan Leo untuk menjadi orang-orang kepercayaan melaksanakan misi khusus darinya. "Rosemaya masih hidup! Bagaimana kalian bisa kecolongan?"
Mungkin bayi kecil tak berdosa itu bisa merasakan suasana yang mulai memanas. Tangisnya langsung kencang dan meronta-ronta. Membuat bising siapa saja yang berada di situ. "Kalau Bapak semua tidak bisa menunjukkan surat perintah. Sebaiknya Bapak semua pergi dari rumah saya! Anak saya ketakutan!" tegas Kanaya tidak gentar. "Ibu jangan melawan aparat!" bentak petugas itu terus mengancam. Ia mulai mengintimidasi Kanaya dengan sikap arogannya."Hubungkan saya dengan atasan Bapak semua," pintanya kemudian. Petugas yang kasar itu sudah akan menyakiti Kanaya, namun dihalang-halangi oleh petugas lainnya. "Jangan kasar, dia wanita!" tegas kawannya. Sementara di tengah keributan, Rosemaya mulai berusaha keluar dari jendela gudang yang ternyata cukup tinggi. Tubuhnya masih belum pulih benar. Ia tak bisa cekatan melakukan lompatan dengan sempurna. Susah payah Rosemaya keluar dari gudang dengan
"Lalu biarlah aku luruh dalam tetesan air hujan yang membawa kenangan menjadi genangan air mata (Rosemaya).""Mungkinkah ada yang bertindak lebih jauh selain aku? Siapa? Ibu kah? Atau mungkin Cindy?"Tanya demi tanya mengetuk pikiran Leo. Meminta dipuaskan dengan spekulasi dan jawaban yang masuk akal. Pria itu kembali menelaah dan tenggelam dengan logikanya.Sepanjang perjalanan Leo lebih banyak diam dan berpikir dalam keheningan. Gurat wajahnya menyiratkan kebingungan mengapa Suster Lia terlihat sangat membencinya. Suster Lia bahkan berkata dia berusaha meracuni Rosemaya dengan narkoba."Bagaimana bisa Suster itu berkata demikian? Aku hanya mengirim istriku yang depresi ke rumah sakit jiwa agar ia bisa mendapat fasilitas pengobatan terbaik," desis Leo. Pria itu mengetuk-ngetuk kaca sambil berpikir.Satu sisi Leo begitu ketakutan Rosemaya akan kembali dan merebut semua yang telah diraihnya. Tetapi sisi lain dalam dirinya sungguh
Beberapa warga mulai mendekat, mereka ingin membantu Kanaya. Namun dihalu oleh petugas yang masih berada di lokasi. "Yang sabar, Mbak Kanaya! Yang kuat, ya!" teriak salah satu tetangga Kanaya dari jauh. "Titip anak saya ya, Kak. Sheva tadi sedang mengaji!" balas Kanaya yang meski genting masih mengingat putri sulungnya. Beberapa warga yang mulai berkerumun sebenarnya ingin membantu Kanaya. Namun mereka tidak mau berurusan dan membuat keributan dengan aparat. Satu sisi mereka tahu Kanaya dan keluarganya adalah orang baik. Tetapi aparat yang datang dengan membawa senjata membuat mereka mundur teratur. "Pergi dan larilah, Rose! Semoga engkau selamat," gumam Kanaya yang sudah tidak dapat lagi membantu Rosemaya lagi. Ia hanya bisa banyak berdoa untuk keselamatan adiknya.Kanaya digelandang ke kantor polisi dengan membawa bayi merahnya. Seorang petugas mengatakan ia ditangkap karena bekerja sama dengan seorang buronan. "Ibu memban