Kanaya menatap Rosemaya tidak percaya. Ia nyaris tidak percaya dengan ucapan adiknya itu barusan. Ia lalu memilih untuk mengabaikan saja.
"Sheva, ayo mandi, Nak. Sudah waktunya kamu berangkat mengaji!" panggil Kanaya pada sulungnya itu.Gadis kecil berumur lima tahun itu menurut dan segera pergi ke kamar mandi. Kanaya menyiapkan handuk dan baju gantinya. Lalu kembali duduk di hadapan Rosemaya dan mulai menasehati adiknya itu."Hidup, mati, rejeki itu sudah takdir Allah, Rose. Tak akan ada kekuatan yang mampu membelokkannya selain doa dan kehendak Allah sendiri. Bagaimanapun caranya berpulang, semua itu hanya sebuah sarana saja. Bahkan sehelai daunpun tak akan terjatuh tanpa takdir dari-Nya!" tegas Kanaya tajam. Wanita itu menatap lurus pada Rosemaya ketika berbicara."Jika kakak berkeyakinan seperti itu. Lalu ... apakah kita akan membiarkan pelakunya terus bebas dan bisa melakukan kejahatan demi kejahatan sesukanya?" sengit Rosemaya."Jika kebaikan tidak memiliki kekuatan, maka kajahatan akan mengambil nama kebaikan sebagai jaketnya.""Siapkan, mobil dan kumpulkan semua orang. Aku akan melakukan briefing darurat!" titah Leo pada Ben lewat telepon. Segera, setelah mobil SUV itu berhenti di depan pintu utama, Leo memasuki mobil dan memerintah Ben berangkat. "Ke ruko secepatnya, Ben!" titah Leo dengan wajah garang. Mereka meluncur menuju salah satu ruko yang dulu digunakan Leo untuk tempat produksi paket perawatan brand kosmetik miliknya. Namun kini lebih sering ia gunakan untuk membriefing bodyguard yang disewanya, entah untuk apa. Semenjak berita bunuh diri Rosemaya yang viral. Leo memang lebih banyak merekrut orang untuk bekerja sebagai bodyguardnya. Total ada dua puluh orang yang dipekerjakan Leo untuk menjadi orang-orang kepercayaan melaksanakan misi khusus darinya. "Rosemaya masih hidup! Bagaimana kalian bisa kecolongan?"
Mungkin bayi kecil tak berdosa itu bisa merasakan suasana yang mulai memanas. Tangisnya langsung kencang dan meronta-ronta. Membuat bising siapa saja yang berada di situ. "Kalau Bapak semua tidak bisa menunjukkan surat perintah. Sebaiknya Bapak semua pergi dari rumah saya! Anak saya ketakutan!" tegas Kanaya tidak gentar. "Ibu jangan melawan aparat!" bentak petugas itu terus mengancam. Ia mulai mengintimidasi Kanaya dengan sikap arogannya."Hubungkan saya dengan atasan Bapak semua," pintanya kemudian. Petugas yang kasar itu sudah akan menyakiti Kanaya, namun dihalang-halangi oleh petugas lainnya. "Jangan kasar, dia wanita!" tegas kawannya. Sementara di tengah keributan, Rosemaya mulai berusaha keluar dari jendela gudang yang ternyata cukup tinggi. Tubuhnya masih belum pulih benar. Ia tak bisa cekatan melakukan lompatan dengan sempurna. Susah payah Rosemaya keluar dari gudang dengan
"Lalu biarlah aku luruh dalam tetesan air hujan yang membawa kenangan menjadi genangan air mata (Rosemaya).""Mungkinkah ada yang bertindak lebih jauh selain aku? Siapa? Ibu kah? Atau mungkin Cindy?"Tanya demi tanya mengetuk pikiran Leo. Meminta dipuaskan dengan spekulasi dan jawaban yang masuk akal. Pria itu kembali menelaah dan tenggelam dengan logikanya.Sepanjang perjalanan Leo lebih banyak diam dan berpikir dalam keheningan. Gurat wajahnya menyiratkan kebingungan mengapa Suster Lia terlihat sangat membencinya. Suster Lia bahkan berkata dia berusaha meracuni Rosemaya dengan narkoba."Bagaimana bisa Suster itu berkata demikian? Aku hanya mengirim istriku yang depresi ke rumah sakit jiwa agar ia bisa mendapat fasilitas pengobatan terbaik," desis Leo. Pria itu mengetuk-ngetuk kaca sambil berpikir.Satu sisi Leo begitu ketakutan Rosemaya akan kembali dan merebut semua yang telah diraihnya. Tetapi sisi lain dalam dirinya sungguh
Beberapa warga mulai mendekat, mereka ingin membantu Kanaya. Namun dihalu oleh petugas yang masih berada di lokasi. "Yang sabar, Mbak Kanaya! Yang kuat, ya!" teriak salah satu tetangga Kanaya dari jauh. "Titip anak saya ya, Kak. Sheva tadi sedang mengaji!" balas Kanaya yang meski genting masih mengingat putri sulungnya. Beberapa warga yang mulai berkerumun sebenarnya ingin membantu Kanaya. Namun mereka tidak mau berurusan dan membuat keributan dengan aparat. Satu sisi mereka tahu Kanaya dan keluarganya adalah orang baik. Tetapi aparat yang datang dengan membawa senjata membuat mereka mundur teratur. "Pergi dan larilah, Rose! Semoga engkau selamat," gumam Kanaya yang sudah tidak dapat lagi membantu Rosemaya lagi. Ia hanya bisa banyak berdoa untuk keselamatan adiknya.Kanaya digelandang ke kantor polisi dengan membawa bayi merahnya. Seorang petugas mengatakan ia ditangkap karena bekerja sama dengan seorang buronan. "Ibu memban
"Apa pun yang kamu berikan untuk hidup, itu kembali ke dirimu. Jangan membenci siapa pun. Kebencian yang keluar dari dirimu suatu hari nanti akan kembali padamu. Cintai orang lain. Dan cinta akan kembali kepadamu (Anonim)."Lelaki itu lalu menelepon seseorang di Surabaya dan memintanya melakukan sesuatu. "Tolong segera bereskan saja perempuan itu. Saya--""Maaf, Pak. Wanita yang anda inginkan ditangkap menghilang. Namun saya pastikan petugas sudah menembaknya sebanyak beberapa kali sebelum tubuhnya limbung dan terbawa arus sungai.""Ck! Sial! Kenapa selalu saja wanita itu hanyut terbawa arus?" Leo mendengus kesal sembari melempar ponselnya ke sofa.***Untuk beberapa hari hingga berbulan-bulan kemudian, baik Leo dengan anak buahnya maupun Ben dengan orang-orang yang berada di pihak Rosemaya, terus mencari. Leo sangat cemas dengan hilangnya mayat Rosemaya untuk kedua kali. Meskipun Cindy terus meyakinkann
"Paman Ben sedang cuti," jawab Leo sambil mendudukkan Giovani di kursi penumpang di sebelahnya. Ia memasangkan seat belt dan memastikan Giovani aman dalam tempat duduknya. "Sudah siap, Nak?" tanya Leo pada putranya itu. Giovani mengangguk dan tersenyum lucu. Seraut wajah Welly terlihat sekilas di wajah Giovani.Deg! Jantung Leo tiba-tiba berdetak lebih cepat. Ada apa ini? Mengapa tiba-tiba wajah mendiang putranya itu muncul?"Ehem, mungkin aku hanya terlalu lelah," desis Leo. Pria itu lalu menjalankan mobil dengan terburu-buru. Ia menyetir secepatnya agar Giovani tidak terlambat. "Terima kasih, Papa. Sampai jumpa nanti malam di rumah," ujar Giovani manis. Ia memeluk Leo dan mengecup tangan papanya itu. Saat melambaikan tangan kembali sosok Welly terlihat di seraut wajah Giovani yang sedang tersenyum. Deg! Jantung seorang Leonardo Suniarta kembali berdenyut kencang. Entah apa yang terja
"Racun yang tidak membunuhmu akan membuatmu menjadi semakin kuat."Jadi siapa yang membunuh Welly?Leo mengusap sekali lagi wajahnya. Cukup lama ia termenung mengenang kejadian meninggalnya Welly malam itu. Di sudut hati Leo, ia menyesal karena malam itu dia tidak bisa melakukan permintaan terakhir Welly. "Maafkan Papa, Welly! Papa sudah pindah keyakinan!" desis Leo menyesal. Itulah mengapa ia tak pernah lagi hadir setelah pemakaman Welly. Bukan, bukan karena Leo tak peduli apalagi tidak merasa kehilangan putra semata wayang mereka seperti Rosemaya. Namun lebih kepada rasa bersalah Leo terhadap ketidakmampuannya menjadi sosok ayah yang baik untuk Welly. "A-ada apa ini? Mengapa aku jadi semakin melankolis begini?" keluh Leo segera menjalankan mobilnya. Ia memilih abai pada rasa tak nyaman dalam dirinya.Baru beberapa saat menyetir gawai Leo berbunyi. Membuat pria itu memelankan mobilnya untuk mengg
"Tiga sendok makan sambel kacang yang diletakkan di atas bihun tanpa tempe oreg?" tanya dr. Patricia yang sukses membuat Leo berkaca-kaca."Ah ... kau masih ingat, dr. Patric. Kau masih ingat bagaimana wanita itu menyediakan sarapan spesial kita dulu ya," ujar Leo dengan suara serak menahan air mata. Wajah dr. Patricia tersenyum penuh makna. Dalam hati ia berkata, "Andai kau tahu bagaimana dia masih mengingat kebiasanmu hingga sedetil mungkin. Andai saja kau tahu bagaimana dulu Rose begitu mencintaimu sampai paham semua kebiasaan seorang Leonardo Suniarta. Kau bahkan tak akan tega mendua."***Leo tiba di kantornya dengan mood melankolis yang manis. Ia merasa telah cukup mengenang Rosemaya hari ini dan harus kembali ke dunia nyata. Berjibaku dengan rutinitas kesibukannya mengurus bisnis. Ia memasuki gedung mewah yang kini telah menjadi miliknya. Gedung yang disewanya dengan menjaminkan asuransi kesehatan milik Rosema