"Apa pun yang kamu berikan untuk hidup, itu kembali ke dirimu. Jangan membenci siapa pun. Kebencian yang keluar dari dirimu suatu hari nanti akan kembali padamu. Cintai orang lain. Dan cinta akan kembali kepadamu (Anonim)."
Lelaki itu lalu menelepon seseorang di Surabaya dan memintanya melakukan sesuatu."Tolong segera bereskan saja perempuan itu. Saya--""Maaf, Pak. Wanita yang anda inginkan ditangkap menghilang. Namun saya pastikan petugas sudah menembaknya sebanyak beberapa kali sebelum tubuhnya limbung dan terbawa arus sungai.""Ck! Sial! Kenapa selalu saja wanita itu hanyut terbawa arus?" Leo mendengus kesal sembari melempar ponselnya ke sofa.***Untuk beberapa hari hingga berbulan-bulan kemudian, baik Leo dengan anak buahnya maupun Ben dengan orang-orang yang berada di pihak Rosemaya, terus mencari. Leo sangat cemas dengan hilangnya mayat Rosemaya untuk kedua kali. Meskipun Cindy terus meyakinkann"Paman Ben sedang cuti," jawab Leo sambil mendudukkan Giovani di kursi penumpang di sebelahnya. Ia memasangkan seat belt dan memastikan Giovani aman dalam tempat duduknya. "Sudah siap, Nak?" tanya Leo pada putranya itu. Giovani mengangguk dan tersenyum lucu. Seraut wajah Welly terlihat sekilas di wajah Giovani.Deg! Jantung Leo tiba-tiba berdetak lebih cepat. Ada apa ini? Mengapa tiba-tiba wajah mendiang putranya itu muncul?"Ehem, mungkin aku hanya terlalu lelah," desis Leo. Pria itu lalu menjalankan mobil dengan terburu-buru. Ia menyetir secepatnya agar Giovani tidak terlambat. "Terima kasih, Papa. Sampai jumpa nanti malam di rumah," ujar Giovani manis. Ia memeluk Leo dan mengecup tangan papanya itu. Saat melambaikan tangan kembali sosok Welly terlihat di seraut wajah Giovani yang sedang tersenyum. Deg! Jantung seorang Leonardo Suniarta kembali berdenyut kencang. Entah apa yang terja
"Racun yang tidak membunuhmu akan membuatmu menjadi semakin kuat."Jadi siapa yang membunuh Welly?Leo mengusap sekali lagi wajahnya. Cukup lama ia termenung mengenang kejadian meninggalnya Welly malam itu. Di sudut hati Leo, ia menyesal karena malam itu dia tidak bisa melakukan permintaan terakhir Welly. "Maafkan Papa, Welly! Papa sudah pindah keyakinan!" desis Leo menyesal. Itulah mengapa ia tak pernah lagi hadir setelah pemakaman Welly. Bukan, bukan karena Leo tak peduli apalagi tidak merasa kehilangan putra semata wayang mereka seperti Rosemaya. Namun lebih kepada rasa bersalah Leo terhadap ketidakmampuannya menjadi sosok ayah yang baik untuk Welly. "A-ada apa ini? Mengapa aku jadi semakin melankolis begini?" keluh Leo segera menjalankan mobilnya. Ia memilih abai pada rasa tak nyaman dalam dirinya.Baru beberapa saat menyetir gawai Leo berbunyi. Membuat pria itu memelankan mobilnya untuk mengg
"Tiga sendok makan sambel kacang yang diletakkan di atas bihun tanpa tempe oreg?" tanya dr. Patricia yang sukses membuat Leo berkaca-kaca."Ah ... kau masih ingat, dr. Patric. Kau masih ingat bagaimana wanita itu menyediakan sarapan spesial kita dulu ya," ujar Leo dengan suara serak menahan air mata. Wajah dr. Patricia tersenyum penuh makna. Dalam hati ia berkata, "Andai kau tahu bagaimana dia masih mengingat kebiasanmu hingga sedetil mungkin. Andai saja kau tahu bagaimana dulu Rose begitu mencintaimu sampai paham semua kebiasaan seorang Leonardo Suniarta. Kau bahkan tak akan tega mendua."***Leo tiba di kantornya dengan mood melankolis yang manis. Ia merasa telah cukup mengenang Rosemaya hari ini dan harus kembali ke dunia nyata. Berjibaku dengan rutinitas kesibukannya mengurus bisnis. Ia memasuki gedung mewah yang kini telah menjadi miliknya. Gedung yang disewanya dengan menjaminkan asuransi kesehatan milik Rosema
"Pada akhirnya, aku akan selalu berlari kembali padamu, bukan karena aku lemah tapi karena aku jatuh cinta padamu lagi dan lagi (Leo)."Rasa apa? Buatan siapakah kopi itu?Leo serasa dibawa berkelana menuju sebuah kenangan indah tentangnya di masa lalu. Sebuah memori yang kembali mengingatkan ia pada wanita yang pernah disia-siakan di akhir hidupnya."Aku tidak suka kopi, Rose! Tapi harus meminumnya agar tetap bisa menjaga mataku tidak terpejam. Aku sebenarnya sangatlelah. Tetapi kau tahu kan, banyak pekerjaan yang harus kita selesaikan!""Apa ada jenis tertentu yang bisa kamu minum? Aku akan belikan.""Aku tidak suka yang terlalu asam. Juga yang rasanya terlalu pekat dan kuat. Hanya yang memiliki rasa ringan saja, namun cukup membuat aku bisa tetap terjaga.""Baiklah, aku akan mencari cara bagaimana kamu bisa menikmati kopi yang nyaman.""Terima kasih, Rose. Kau yang terbaik."Lalu kali ini, Leo seras
"Ah ... sa-saya hanya terbiasa meneliti setiap hal yang akan saya siapkan kepada anda, Tuan. Saya pikir tugas saya juga untuk memastikan tiap dokumen telah benar-benar rapi dan tidak ada kesalahan sedikitpun," kilah Mayyanti. Leo mengernyitkan dahinya, namun kemudian tersenyum dan mengabaikan sebuah firasat aneh dalam dirinya. 'Tidak, ini hanya sebuah kebetulan.' Pria itu membatin yakin."Sudah pukul sebelas. Saya akan pesankan Tuan makan siang. Anda ingin makan apa Tuan?" tanya Mayyanti setelah mereka saling diam untuk beberapa saat. "Apa saja, Mayya. Tapi jangan yang terlalu pedas dan tanpa sayur," jawab Leo. "Baik, saya siapkan. Silahkan Tuan melanjutkan pekerjaan," ujar Mayyanti paham. Wanita itu lalu melangkah mundur dari ruangan Leo dan bergegas memesankan makanan lewat aplikasi online. Setelah memastikan makan siang Leo sudah diantarkan kurir menuju kantor, Mayyanti kemudian beralih kembali pada pekerjaannya.
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula (QS : An-Nur, 26)."Leo yang sempat melihat mata sekretaris barunya itu sembab karena habis menangis menjadi tersentuh hatinya. Ada gelombag rasa bersalah tak biasa yang menghantam jantungnya. Mengapa?Mayyanti meninggalkan pasangan suami-istri tersebut begitu saja. Hatinya perih diperlakukan begitu kejam oleh sang nyonya yang cemburu. Apakah serendah itu dirinya dihadapan wanita kaya istri bosnya tersebut?Pandangan mata Mayyanti memburam oleh genangan air mata yang tak terbendung lagi. Setetes hangat mengalir di pipinya. Namun segera diusap oleh punggung tangan karena takut akan ada yang melihatnya menangis."Kau kenapa, Mayya? Apa kau habis menangis?" tanya Hiro yang tiba-tiba datang
Namun kali ini berbeda. Leo bergeming dan tak merespon Cindy sama sekali. Pria itu dingin dan tetap sibuk dengan dokumen-dokumennya. Bahkan bagian tubuh Leo yang seharusnya bangkit juga tak terlihat bangkit. "Pulanglah, Cindy! Aku benar-benar sangat sibuk dan tidak punya waktu. Aku janji setelah lembur, besok akan membawamu dan Giovani jalan-jalan," tolak Leo tetap teguh pada pendiriannya. Cindy mencebik kesal. Ia lalu melihat pintu ruang kerja Leo sedikit terbuka dan Mayyanti akan mengetuknya untuk minta ijin masuk. Sekonyong-konyong Cindy langsung mendekap kepala Leo dan melumat bibir itu penuh gelora. Leo yang diserang begitu panas jadi merasa berkewajiban membalas. Terjadilah pertukaran saliva dengan ritme yang menggelora. Mayyanti yang hampir mengetuk pintu jadi mengurungkan niatnya. Wanita itu menjadi jijik melihat tingkah istri bosnya yang norak dan kampungan itu. Bagaimana bisa, di kantor, mereka melakukan hal seperti itu?"Ap
"Kau bisa menipu semua orang, membungkus rapi dirimu dengan segala penyamaran terbaikmu, tapi aku tak akan pernah tertipu (Ben)."Mayyanti jadi makin dilema dibuatnya. Sesungguhnya ia tak nyaman. Namun menolak Leo dalam posisi seperti ini adalah hal yang mustahil. Mau tak mau Mayyanti jadi harus menurut dan mengikuti kehendak Leo. Ia mengangguk dengan setengah hati pada Leo yang menunggu jawaban sambil tetap menjaga jarak.'Tenanglah, ini hanya sebuah makan malam.' Mayyanti menenangkan diri di tengah kerisauan yang meliputinya. Mengingat bagaimana Cindy begitu cemburu pada sekretaris sang suami itu, Mayyanti merasa harus berhati-hati."Ayo, Mayya. Aku sudah sangat lapar.""Baik, Tuan. Saya jalan di belakang Anda." Mayyanti mengekor Leo. Sengaja menjaga jarak agar mereka tak terlihat sedang berjalan beriringan.Leo lalu mengajaknya turun ke lantai basement menuju parkiran mobil. Di sa