Kepulan asap rokok memenuhi sebuah tempat yang begitu sangat mengerikan. Dari seorang pria yang menduduki mayat yang habis tadi dibunuhnya. Sambil menghisap rokoknya pria itu tertawa keras menatapi mayat-mayat yang berada di sekitarnya yang semuanya dalam keadaan buruk, tak ada yang bagus dari mayat tersebut. Bahkan darah mereka sampai menggenang di lantai gudang gelap ini.“Tuan, ada telpon masuk.” Ada seorang pria mengenakan topi yang tadinya berdiri di sekitar situ, dia menghampiri pria tersebut menyerahkan ponsel yang dipegangnya dengan tangannya yang mengenakan sarung tangan hitam.“Dekatkan,” ujar pria yang penuh lumuran darah, memerintah pria bertopi itu untuk mendekatkan ponsel pintarnya di telinganya.“Apa kalian menemukan keberadaan para tikus-tikus itu sekarang?” tanyanya pada orang yang menelponnya.Balasan dari balik sana kurang memuaskannya. Membuat pria itu berteriak marah. “APA KERJA KALIAN BR*NGSEK?! TEMUKAN MEREKA SECEPATNYA! AKU TIDAK BISA MEMBIARKAN PARA BAWAHAN WA
“Mau pergi ke mana?” Suara bariton dari seseorang terdengar mengejutkan mereka bertiga. Sampai Rylee dan Hart mengambil posisi mendekati Helena yang duduk di lantai, melindungi wanita itu dari ancaman yang terasa lewat tekanan aura yang dimilikinya. Helena bergeming di situ, tetap dalam posisinya duduk memperhatikan sosok pria bertubuh tegap sebelas-dua belas dengan Hart dan Rylee, memasuki kamar yang ditinggalinya dulu. “Roky,” ucapnya menyebut nama pria tersebut. Roky mengerutkan alis tebalnya. “Sedang apa Anda ke sini? Dengan …” Roky mengarahkan pandang dingin pada dua pria yang di depan Helena yang menutupinya sedikit. “ … mereka?” “Kami bawahannya.” Rylee menjawabnya. “Anda? Sepertinya saya pernah melihat Anda. Apa Anda teman tuan Austin?” tanya Hart memastikan ingatannya itu. Roky hanya menatapnya datar tak menjawabnya. Pandangannya lebih tertuju pada Helena yang duduk di lantai yang ternyata menatapnya. Pandangan mereka saling temu, Roky merasa heran dengan apa yang ia liha
“Ini tempatnya?”Mengedarkan padangan sekeliling, melihat-lihat tempat tinggal dari seseorang yang sangat dikenalnya. Begitu dikenalnya, sampai rasanya ia tak mempercayai tempat yang ditinggalinya di sini.Pria penuh tato di tubuhnya yang hanya wajahnya saja yang tak dimilikinya, namun meskipun begitu ada tindik di alisnya yang dicodet. Dan ada bekas luka di bagian sudut bibirnya sampai cukup panjang mengenai pipinya. Bekas luka itu berupa garis miring yang rapi.“Saya akan bunuh sampah itu jika dia berani berbohong, tapi saya sudah sangat yakin ini tempatnya Bos.” Salah satu dari pria yang mengenakan jas hitam itu, tubuhnya sangat kekar seperti di tubuhnya hanya dipenuhi otot saja, dan dia juga memiliki tato, tapi hanya dibagian lengannya saja, berupa tato ular cobra yang lidahnya terjulur.Dia menghadap pria beraura sangat menekan itu, meski sudah cukup lama bekerja dibawahnya, tetap menghadapnya ada rasa takut dan kewasapadaan yang besar.“Di mana dia, Philo?” Pria itu tampak menca
“APA KAU SUDAH GILA?! KAU INGIN MATI, HAH?!” Helena berteriak marah menunjuk lemah dada bidang kekar pria tegap yang berdiri di depannya. Meski begitu, wanita cantik itu masih mampu mengeluarkan suaranya yang terdengar cukup penuh energi padahal napasnya terasa berat saat selesai mengatakannya. Mata coklatnya menajam bak pisau yang siap menghunus siapapun yang ditatapnya, namun itu tak berpengaruh lebih pada pria dingin di depannya, yang terasa jauh berbeda sikapnya dari yang selama ini ia kenal.“HUEEKK!” Untuk ketiga kalinya, Rylee memuntahkan isi perutnya, bahkan pria yang tampak seperti gangster itu sudah tak bertenaga lagi untuk berdiri, Hart yang bersamanya itu menjadi direpotkannya, memeganginya terus dan begitu melihatnya muntah. Sampai pria botak itu sudah memasang wajah pasrah dengan keadaannya sekarang.Tatapannya cukup tak senang dengan Roky yang tengah dimaki-maki Helena, walaupun itu tak berpengaruh, bahkan diacuhkannya. Seperti Helena di depannya itu tak dilihatnya.“Su
Menghela napas, kemudian Helena mengambil senapan yang dipegang Hart, atas keinginan pria itu demi menjaga Helena tak melakukan tindakan apapun di bawah pengawasannya. Selain mendengarkan perintah Helena, Hart juga peduli dengan perintah Sofia, menjaga wanita muda yang dilihatnya itu, ia wanita yang perlu perlindungannya.“Nona muda, jika Anda tidak bisa biar saya … ”Dorr!“Ah, sayang sekali aku tidak mengenai matanya,” sesal Helena dan kembali memberikan senapan yang dipegangnya ke Hart yang di mana pria itu tampak bengong melihat rusa—hewan yang berhasil ditembak wanita itu sementara itu Helena menghampiri hewantersebut yang sudah terkulai lemas di tanah dengan darahnya merembes keluar dari bagian kepalanya.Rylee menepuk bahu Hart dan tersenyum. “Jangan terlalu terkejut, dia memang wanita yang mengejutkan.” Rylee berlari kecil mengikuti Helena, sedangkan Hart hanya diam bersama dengan beberapa orang yang mengikuti perburuan ini. Mereka juga cukup terkejut dengan kemampuan wanita c
“Kau yakin Rylee tidak ingin ikut masuk ke dalam?” Helena mengulang perkataannya lagi mengajak mereka berdua, Rylee dan Hart untuk mereka bersamanya masuk ke dalam kediaman besar keluarga Stewart, yang tadi malah Rylee pertama memberikan penolakan kepada Helena. Ini pertama kalinya ia menawarkan untuk kedua kalinya kepada dua pria itu, dan meyakinkan salah satunya karena dengannya ‘lah Hart menjadi menolak juga, alasannya ngikut Rylee saja. Helena sebenarnya peduli karen mereka sejak seharian tadi bersamanya belum ada menyentuh makanan. Sedangkan di dalam pastinya akan banyak makanan yang tersaji karena di acara ini akan ada makan malam bersamanya. “Maaf Nona Helena saya tidak bisa ikut dengan Anda masuk ke dalam karena ada alasan khusus, saya juga tidak bisa memberitahukannya.” Untuk kedua kalinya yang sama Rylee memberikan penolakan dengan sikap sopannya, sedikit membungkukkan tubuhnya. Helena melihat keseriusan dari perkataan Rylee atas penolakannya mengikuti tawaran dan ajakann
“Ka-kamu … ” “Helena! Apa-apaan kamu ini?! Delina tidak sengaja teganya kamu memperlakukannya seperti itu. Sifatmu masih saja tidak berubah padahal masih baik Delina menerimamu!” Evan menarik tubuh Delina, mendekapnya sembari ia menunjuk geram Helena, jelas sekali terlihat sifat b*jingannya sekarang. Ini yang Helena inginkan lihat darinya ketimbang sewaktu lalu berusaha memohon-mohon berbaikan dengannya. “Menyedihkan sekali diriku ini. Apa yang kulakukan secara tidak sengaja dianggap seburuk itu. Sedangkan apa yang dilakukannya dengan tidak sengaja kepadaku tidak dipandang seperti tindakan tak sengaja yang kulakukan.” Helena berkata pelan dengan nada yang ia buat gemetar. “Berada di sini saja melihatmu dengannya sudah cukup menyakitkan bagiku, demi pertemanan kita aku berusaha untuk datang. Tapi, sepertinya yang kulakukan hanya perbuatan sia-sia yang menyakitkan diriku sendiri. Hiks … ” Isakan terdengar cukup memilukan dan selaras dengan itu tetes demi tetes air matanya terjatuh. En
“A-aliska … ” Rylee seketika terbata, secara langsung melihat siapa wanita yang berada di dalam mobil dan apa yang dilakukan wanita itu di dalam mobil tersebut membuat hati kecil Rylee teremas dan mata tajamnya terasa memanas. Tangannya yang membuka pintu mobil tersebut, secara sadar mengikuti nalurinya, membuka pintu mobil milik orang asing sebab mendengar suara rintihan dan desahan wanita dari dalam mobil yang sangat terasa familiar suara wanita itu di telinganya.“Ugh … Ry—emm … ”“Ternyata benar itu kamu.” Senyum Rylee miris melihatnya, tidak ia sangka-sangka wanita pujaan hatinya akan melakukan hal hina di dalam mobil dengan dua pria yang sudah dalam keadaan telanjang dada, dan keadaan wanita itu sepenuhnya b*gil. Dilihat dengan kedua mata Rylee, mereka asik bercumbu mesrah dan tangan jahil keduanya menyentuh arena sensitif wanita tersebut, sampai desahan wanita itu terdengar kembali. Sudah tak terkirakan lagi rasa kecewa Rylee sekarang. Sampai begitu dingin sekali ekspresi yang
Hart dan Rylee hanya menatap mereka berdua dengan tatapan heran.“Apa ini perasaanku saja, mereka sekarang jauh lebih dekat?” duga Hart melihatnya sampai keliling matanya memandang, hingga mobil yang dinaiki Helena dengan Roky sudah pergi menjauh dari mereka.“Bukan kau saja, aku juga merasa begitu,” ujar Rylee. “Jadi apa yang akan kita kerjakan sekarang? Nona Helena hanya memerintah kita bekerja tanpa memberitahu apa pekerjaan itu.”Hart mengedikkan bahu. “Jangan tanya padaku, aku pun tidak tahu.”“Kalian berdua tidak ada kerjaan ‘kan? Bagaimana jika kalian ikut denganku.” Vincent menghampiri mereka berdua yang tengah dilanda kebingungan berdiri di dekat mobil dan gerbang mansion besar milik Malvin Dawson—ayahnya Helena maupun Vincent.“Anda bukan Bos kami.” Hart menjawabnya dingin.Akan tetapi Rylee berbeda dengan Hart. Rylee langsung merangkul Hart dan Vincent, mengatakan, “Pekerjaan apa itu Tuan Vincent?”Hart mendengus dan berpaling wajah tak ingin melihat tingkah temannya yang t
“Semalam ini, kamu dari mana saja?”“Ah!” kaget Helena melihat Vincent yang berada di dalam kamarnya, duduk di kursi dengan tangan disilangkan. “Sepertinya kau senang sekali mengagetkanku, ya?! Ah~ kakak ini … ” Helena kelepasan menjadi berteriak, wanita itu pun memegang kepalanya dan menyugar rambutnya ke belakang.“Kamu juga sering membuat kakakmu ini terkejut dengan semua tindakanmu, adikku Helena.” Vincent membalasanya dan perlahan pria itu berdiri melangkah mendekat ke arahnya. “dari mana kamu sampai jam segini baru pulang?” Vincent mengintrogasinya.Helena berpaling wajah untuk menahan rasa kesalnya diperlakukan seperti itu. “Aku hanya mencari angin, aku ‘kan sudah pernah bilang berada di sini terus rasanya menyesakkan.”“Tadi ayah mencarimu, sebelumnya aku sudah lebih dahulu datang mencarimu, tidak melihat kamu berada di dalam kamar. Aku merasa yakin kamu keluar dan ternyata itu benar, untung saja aku menyelamatkanmu, adikku sayang.” Vincent memasukkan kedua tangannya ke dalam
“Lepaskan aku.”Rylee menjadi menghentikan langkah cepatnya, tergesa-gesa keluar dari apartemen mewah yang kini terdengar suara tembak menghebokan banyak orang. Tapi, herannya polisi masih belum terlihat datang, perasaan cemas kini menyelimuti Helena. Bagaimana jika sesauatu terjadi kepada Roky?Wanita itu menghentikan langkahnya yang dibawa cepat oleh Rylee sehingga Rylee merasakannya langkahnya ikutan terhenti, dan menoleh ke belakang menatap sang empu yang kemudian bersuara.“Nona Helena, Anda tidak ingin masuk ke dalam lagi ‘kan?” Dahinya mengerut sangat jelas menunjukkan tengah memastikannya.“Aku harus mengecek kondisi di sana, pamanku dia tinggal di sana, aku merasa sesuatu terjadi padanya.”“Kamu memperdulikannya?”“Tidak.” Helena mengedikkan bahunya. “aku memperdulikan Sofia.”Rylee seketika melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Helena.Seperti secara terbuka dipersilahkan kemauannya. Helena membalikkan tubuhnya dan melangkah cepat menuju kembali ke tempat itu.Tangan
Mengikuti firasatnya kini, Helena mengambil keputusan cepat bersama Rylee untuk ke tempat di mana keberadaan pria yang memiliki hubungan darah dengan Helena si pemilik tubuh asli dan juga pria itu sebagai mantan suaminya Sofia.“Di sini dia tinggal, Nona,” kata Rylee menunjuk apartemen elite di kawasan ini.Sesuatu yang tidak terduga. Senyum miring terpantri di bibir merah alaminya. “Tempat yang bagus bagi mantan napi sepertinya.”“Awalnya aku pun berpikir seperti itu. Tapi melihat bagaimana selama ini Sofia sering menemuinya, aku mulai berpikir, dia tinggal di sini karena Sofia.”Helena menatapnya, sedetik kemudian menghela. “Sepertinya hubungan keduanya tidak sesederhana yang dikira, apa ada mantan suami istri akan berhubungan sebaik itu?”Rylee menganggu, membalas, “Itu langkah, jikapun ada mungkin tidak sedekat seperti mereka. Walaupun mereka bertemu tidak secara terbuka. Tapi tetap saja, itu terasa janggal.”“Kita akan mencari tahunya,” kata Helena kemudian memberi perintah, “Tun
Perasaan Rylee dipermainkan lagi, ia merasa dilema mencari-cari keberadaan Helena yang tak kunjung ditemukannya. Tadi wanita itu menelponnya berada di halte, ia langsung menuju ke sana, tapi ketika sampai, bukannya ia langsung bertemu dengan Helena, malahan yang ditemukannya handphone milik wanita itu yang keadaan layar masih hidup. Untung saja tidak dicuri. Tapi …Rylee berhenti dan mengambil duduk di bangku halte. Pria itu memegangi dagunya, tengah berpikir, “Tadi ponselnya ini ada di bangku dan masih dalam keadaan hidup, setelah kulihat setelannya, ponsel ini akan mati tiga menit. Dan tadi setelah kulihat, ponsel itu mati, berarti … ”“Berarti sudah tiga menit berlalu aku pergi dan kau baru sampai,” sambung Helena tiba-tiba saja berada di sampingnya, duduk dengan santai sambil menikmati rolled ice cream di dalam wajah mini, yang terdapat strawberry di atasnya ice creamnya sebagai toping.“Eh?!” Rylee terperanj
Helena termangu manik coklatnya tak berkedip menatap Malvin yang memberikan intimindasi padanya secara tak sadar. Hingga melihat bagaimana dalamnya Helena menatapnya, Malvin seketika tersadar dan pria itu mengusap wajahnya kasar sambil berkata, “Bukan itu maksud Ayah. Ayah hanya tidak ingin kita saling mengingatnya setelah lama kita berusaha melupakannya.”“Aku sama sekali tidak mengingatnya, aku sangat berharap bisa mengingatnya. Setidaknya aku bisa tahu seperti apa dia. Aku tidak ingin benar-benar melupakannya, dia ibuku, Ayah,” kata lirih Helena, suaranya terdengar parau dan nyaris menghilang di akhir kalimatnya. Helena menyentuh dadanya. “dia yang telah melahirkanku, betapa berdosanya aku sebagai anak yang telah susah payah dilahirkannya, begitu saja melupakannya.”“Ibumu tidak berharap setelah kepergiannya kamu merasa menderita, sayang. Ayah juga tidak berharap kamu merasakan itu juga, kami sangat memperdulikanmu. Kamu tidak perlu mengingatnya, sekarang yang perlu kamu pedulikan
“Helena, kenapa basah kuyup seperti ini?” Malvin terkejut dan wajahnya tampak cemas memperhatikan penampilan Helena kini. Bagaimana tidak, pulang-pulang Helena basah kuyup padahal cuaca saja tidak sedang hujan.Ia yang akan keluar, menjadi berhenti ketika melihat sang putri berjalan dalam keadaan seperti itu memasuki mansionnya.“Aku kecebur kolam renang,” balas Helena pelan dan sedikit menggigil merasa begitu kedinginan. Tangannya mengusap-usap lengannya berupaya membantu meredahkan rasa dinginnya.“Cepat ambilkan handuk!” suruhnya pada para pelayan yang berada di sini. Sampai para pelayan tersebut bergegas mengambil handuk untuk Helena.“Bagaimana bisa kamu sampai kecebur, sayang? Apa ada yang mendorongmu?” Ia membawa Helena berjalan dengan melebarkan lengan panjangnya, ia memegang ujung bahu Helena dan mendekatkan Helena pada lengannya tak memperdulikan pakaiannya akan basah saling bersentuhan dengan Helena.“Hm, jika tidak bagaimana mungkin aku jatuh,” balas Helena sambil terus be
“Perkiraan saya benar ‘kan? Mereka akan datang, ayah dan kakak laki-laki Anda.” Roky memandang wanita yang duduk di sampingnya, berdua bersamanya di dalam mobil miliknya yang terparkir rapi di basement mobil rumah sakit ini.Sengaja Roky membawa Helena di sini, untuk memperlihatkan kebenaran yang mungkin saja wanita cantik berambut gelombang itu meragukannya. Sekarang, mana mungkin bisa dia menolak kebenaran yang telah terlihat nyata di depan matanya itu, jika memang dia terlalu dibutakan cinta keluarganya.Sekilas tak disadari oleh Roky senyuman Helena tertarik miris. “Aku hampir tidak percaya,” kata Helena.Ia masih bingung dengan situasinya, sebenarnya apa yang sedang terjadi. Tapi melihat setiap kebenaran yang dikatakan Roky, ada suatu dugaan buruk di dalam benaknya.“Apa sebenarnya tujuan mereka mencariku? Dan apa alasan kakakku Vincent ingin membawaku pergi? Aku bingung memikirkan itu.” Helena bertanya itu pada Roky.Roky tak menjawabnya, pandangannya lurus ke depan. Helena sebe
“Kita pulang sekarang Helena.” Vincent menyambar tangan Helena di tengah Helena sedang berbincang dengan Roky dan Hart mengenai Sofia. Wanita itu tentu terperanjat begitupun dengan dua pria bersamanya, atas tindakan tiba-tiba pria yang merupakan kakak laki-lakinya. Baru datang, dia langsung membawa Helena pergi tampak seakan dikejar oleh sesuatu, ia terburu-buru membawa Helenaa ikut dengannya. “Kak Vincent, ada apa?” Helena menghentikan paksa langkahnya dan menahan tangan Vincent yang menarik tangannya, meskipun kekuatannya tak seimbang, Helena sekuatnya berusaha menahan dirinya berhenti. Vincent berhenti merasakan tangannya berat menarik Helena, dia berbalik lantas menatap Helena yang memandangnya kebingungan. “Kita harus pergi. Di sini tidak akan aman,” ucap Vincent. “Kenapa?” tanya Helena, penasaran dengan apa yang terjadi. Biasanya Vincent tidak seperti itu kepadanya. Ini terasa aneh, dia jelas penasaran. Vincent menghela napas gusarnya, dia membalikkan tubuh dan bergantian ke