RAHASIA DI BALIK ASAL USUL CLARISSA? SIAPA TOKOH BESARNYA?
"Bukankah kamu yang sengaja mengajakku keluar? Bukankah itu kau lakukan karena ada sesuatu yang ingin kamu katakan?" tebak Clarissa. "Ah, ternyata kamu tidak sebodoh itu," ucap Nara. "Katakanlah," perintah Clarissa dengan berani. "Aku punya rahasia yang ingin aku katakan padamu," kata Nara. Clarissa diam menyimak ucapan sang kakak. "Ah tapi nampaknya sepatuku sedikit kotor. Lihatlah," perintah Nara menyingsingkan roknya. "Jika kamu membersihkannya maka aku aku mengatakannya padamu," ujarnya sambil menyingsingkan gaun malamnya, dia memperlihatkan sepatu berwarna merah menyala. "Apakah dia pikir aku masih seperti dulu! Sepertinya dia melupakan bahwa aku sudah menjadi istri Tuan Justin, bahkan rasanya ancaman Tuan Justin sudah tak di hiraukannya lagi. Bahkan aku bisa mendapatkan semuanya tanpa dia perlu menjelaskan. Dia hanya ingin membuatku penasaran saja,"KEVIN DAN IVANDRA LEONARD? SIAPA DIA SEBENARNYA?MALAM HARINYA DI KEDIAMAN KEVIN"Tuan Ini dokumen yang Tuan minta untuk aku selidiki," sapa seorang lelaki, dia berjalan masuk ke ruang pribadi kamar pria. Nampak seorang pria gemulai duduk di sana dengan handuk kimononya, dia sedang menikmati spa pribadi dengan pelayan perempuan."Aku sudah menyiapkannya semua di sini," sambungnya. Dia pun menyerahkan kertas itu kepada Kevin Leonard."Mana," perintah Kevin."Baik, namanya adalah Clarissa Janson nama aslinya tidak ada. Dia lulus dari Universitas Management Universitas Nasional dengan gelar akademik memuaskan. Dia juga menggemari teater dan baru berusia dua puluh tiga tahun. Dia memiliki saudara tiri bernama Nara Janson yang menikah dengan mantan pacar Clarissa sendiri bernama Devan," kata Kevin. Lelaki di hadapan Kevin menganggukkan kepalanya."Ayahnya Bernama Janson pemilik perusahaan yang ingin melakukan kerjasama dengan perusahan Leonard pimpinan Kak Justin. Dan ibunya tidak bisa dis
KEMANA PERGINYA LELAKI YANG BERSAMA DENGAN CLARISSA?"Tidak mau," sahut Justin terus berjalan.Dia pun menggendong Clarissa sampai ke dalam kamar utama, kemudian menurunkannya di ranjang. Tanpa banyak bicara Justin langsung membuka bajunya di hadapan Clarissa. Otomatis hal itu membuat pikiran Clarissa langsung ke mana-mana pikirannya, tak salah memang apalagi status mereka sekarang sudah sebagai suami istri tapi Clarissa masih takut."Tu...Tuan Justin, apa yang akan kau lakukan?" tanya Clarissa sambil melindungi bagian dadanya takut di unboxing juga."Aku akan pergi mandi. Kau pikir aku akan berbuat apa?" kata Justin sambil melempar jas itu ke wajah Clarissa. Dengan santainya dia berbalik arah dan berjalan ke kamar mandi dalam kamar."Jangan mengintipku," sambung Justin lagi."kenapa aku harus mengintip, Tuan Jutsin. Kau berpikir aku wanita seperti apa? Aku bukan orang mesum," teriak Clarissa.Dia pun segera berganti baju menggunakan baju tidur, kemudia
BERITA BARU DAN IVANDRA?"Sejak kalian pergi bersama waktu itu dia tak pernah datang lagi. Aku tahu dan pahma sekali kalian memang sudah menghabiskan malam yang indah bersama, tapi setidaknya kamu bisa memberitahukan keberadaannya kepadaku kan? Kenapa kau serakah sekali? Kami semuanya sangat mengkhawatirkannya," kata Rara dengan mengeraskna suaranya,"Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan," jawab Clarissa. Rara pun mendekatinya, dia mengernyitkan keningnya."Loh bukankah kamu yang bersama Brandon terakhir kalinya? Kalian tak kembali lagi ke Villa setelah terlihat bersama di pelataran belakang," sanggah Rara."Kau salah paham sepertinya. Aku tidak ada hubungan apapun dengannya, bahkan aku lupa kejadian itu dan nama lelaki yang menggodaku. Bukannya dia temanmu? Kenapa kau menanyakan padaku? Toh waktu itu aku pulang sendirian setelah mendapatkan telpon dari kekasihku," debat Clarissa."Jadi jika dia hilang maka kau bisa lapor polisi saja. Kenapa malah mencariku?
ALEXANDRIA DI CULIK!"Kakak sayang," pekik Ivandra dengan manjanya."Oh," kata Justin sambil terus tetap melihat ke arah laptopnya. Sambutan dingin, hal itu membuat ivandra langsung berpura-pura menangis. Dia tahu Justin memang sangat dingin kepadanya, namun dia tak akan pernah tega membuatnya menangis. Dia langsung memelaskan mukanya."Aku datang untuk memberitahumu sesuatu, Kak. Ini hal yang sangat penting, kenapa kau sedingin itu padaku?" tanya Ivandra dengen memelaskan mukanya."Apakah kamu ingin aku hajar lagi? Hentikan semua sikapku gemulaimu itu," perintah Justin."Baiklah kalau bagitu," kata Ivandra langsung duduk di hadapan Justin."Langsung saja ke intinya. Ayah angkat berkata Jika dia menyukai industri hiburan di negara kita, jadi dia memintaku untuk datang kemari. Pas sekali aku ingat mantan pacarmu yang seorang model itu, bukankah dia bernama Alexandria?" tanya Ivandra. Justin terus menyimak sambil memainkan tabletnya."Perusahaan baru
WANITA YANG MELUKAI DIRINYA SENDIRI ITU ADALAH ALEXANDRIA! "Hari ini hanya latihan saja," kata Justin sambil mengecup bibir Clarissa. Mereka berciuman di dalam ruangan, saling melumat. Clarissa mulai terbiasa dengan ciuman bibir hangat milik Justin. "Mphhhhh...." lenguh Clarissa, Justin melepaskan ciumannya. "Mari kita pergi," ajaknya. Dia pun mengajak Clarissa makan di restoran. Dan lagi-lagi Justin membuat Clarissa syok, bagaimana tidak lelaki itu melayani Clarissa. Mengambikan lauk untuknya, buah, memotongkan daging steak juga. Membuat Clarissa merinding seketika menatap ke arah Justin tak percaya. "Tuhan, apakah aku yang gila apa dia yang gila? Bukankah Tuan Justin tak suka di sentuh barangnya, dia tak suka di layani, dia seorang pimpinan Justin Leonard. Dia juga sangat gila kebersihan, lalu mengapa dia mengambil makanan untukku dengan garpu milikny?" tanya Clarissa dalam hati sambil meneguk ludahnya dengan kasar. "Ap
MANTAN KEKASIH TUAN JUSTIN! "Tunggu, apakah dia wanita itu? Rasanya aku pernah melihatnya. Tapi di mana ? Dimana aku pernah bertemu dengannya ya?" batin Clarissa. Clarissa menccoba mengingat-ingat kembali wanita di layar HP Justin. Dia menyimak ucapan Justin meski pun tak begitu paham kemana arah pembicaraannya. Kemudian dia teringat wanita yang memakinya di hari pertama Clarissa bekerja. Dia ingat wanita itu sangat mirip dengannya. "Ternyata dia mantan kekasihnya? Dia adalah orang yang pernah aku temui di lobby kantor. Ya, tak salah lagi, wanita berambut pirang dengan heel merah itu. Wanita yang pernah memeluk Tuan Justin tapi Tuan Justin bersikap dingin. Ternyata dia orangnya," batin Clarissa. Clarissa menunggu Justin menyelesaikan telponnya. "Tuhan Justin," panggilnya. Justin menoleh. "Apa kamu mau melihatnya? Tak masalah Tuan, aku bisa pulang sendiri naik taksi online," ujar Clarissa lirih. Justin tak menggubrisnya. "S
AKU MUAK DENGANMU, ALEXANDRIA!"Pantas saja aku pernah melihatnya, rasanya diaa tak asing juga. Tuhan betapa hebatnya mantan kekasih Tuan Justin, apakah dia benaar-benar menginginkanku?" batin ClarissaDia pun memutar profil Alexandria. Terlihat di sana, wanita yang sama seperti di kantor Tuan Justin saat pertama Clarissa bekerja. Dia dengan ramah dan manisnya menyapa paa penggemarnya."Hay, namaku Alexandria," sapanya dengan elegan."Dia seorang model, penyanyi, dan selain itu dia juga pandai berakting. Apakah orang ini yang dimaksud Tuan Justin? Kalau benar bukan kah itu artinya aku adalah orang ketiga yang merusak hubungan orang?" batin Clarissa lagi."Kalau begitu jika tidak ada masalah aku akan....""Jangan! Jangan kau katakan itu, Justin," ucap Alexandria yang sadar.Dia mendengar Justin berbincang di depan kamarnya. Seorang perawat mencoba menjaga Alexandria yang mencoba bangun dari tempat tidurnya. Dia panik,"Nona! Nona Alexandria, Nona! Jangan berdiri dulu, Anda masih diin
OPERASI KEPERAWANAN ALEXANDRIA! "Sial! Aku harus segera membuat drama yang meyakinkan," monolog Alexandria. Dia tak ingin karirnya terhambat, hanya dengan pernikahan dan melahirkan anak. Apalagi sebagai seorang model tentu saja dia tak mau semuanya berakhir. Alexandria merintis karir itu selama puluhan tahun. Meski Justin kaya tetapi dia memiliki sisi egois sendiri dia tak mau dikekang dan dia ingin tetap bekerja sesuai dengan passionnya. Dia tak bisa meninggalkan dunia model begitu saja, apalagi hanya demi seorang pria. Tapi dengan cepat Alexandria memelaskan mukanya, dia beracting dengan wajah teraniaya. "Kau salah paham, Justin. Bu..bukan bukan begitu maksudku," ucap Alexandria. "Aku hanya sedang mengujimu, bukankah kamu pernah bilang tidak akan menyentuh wanita sembarangan? Lalu mengapa menyentuhnya? Apa baiknya wanita itu?" tanya Alexandria sekarang playing. "Ck! Alasan apal
TUAN STEVEN SAKIT!"Apakah Tuan tidak khawatir dia akan mendatangkan masalah bagi Clarisa lagi di kemudian hari? Lagi pula dia sekarang sama sekali belum melalui pelatihan khusus sebagai standart seoraang pengawal dan asisten," tolak William,"Tenang saja, dia tidak akan berani Tuan," kata Tuan Steven diam-diam membela Yuni. Dia juga takut Yuni akan di musnahkan oleh Tuan William apalagi mengingat dia adalah keluarga Long Lion. Yuni sudah mengabdi lama padanya, meskipun akhir-akhir ini dia sangat menjengkelkan namun membayangkan dia di bunuh membuatnya kasihan juga."Tuan mengenai informasi pembunuh kemarin sudah ditemukan," kata seorang pengawal menghampiri Tuan Wiliiam dan Steven.Dia segera membaca data diri pembunuh. Orang yang melukai Clarissa sudah di amankan juga."Gila! Bagaimana bisa Clarissa hanya bernilai satu triliun," ucap Tuan Steven."Tuan bolehkah masalah ini diserahkan padaku untuk aku tangani?" tanya Wiliam memintanya."Sekarang aku masih tidak bisa menyentuh Jus
SIAPA PELAKUNYA?"Tuan! Apakah Tuan baik-baik saja?" kan kata Yuni panik. "Bawa kami kembali ke rumahku," perintah Tuan Steven. Tapi tiba-tiba kaki Tuan Steven sakit sekali, dia bahkan berjalan dengan terpincang-pincang."Arggh," erang Tuan Steven perlahan."Penyakit Tuan mulai lagi. Aku juga ikut," ucap Yuni. Tuan Steven digandeng dengan pengawalnya sedangkan Yuni langsung dihadang oleh dua orang pengawal William. Tangannya langsung d gennggam."Apa yang kalian lakukan?" tanya Yuni panik."Diam dan jangan berisik. Kami akan mengamankanmu, kamulah yang mencari tempat ini. Jadi kamu harus bertanggung jawab," kata para pengawal. "Le...lepaskan! Aku tak salah, lepaskan aku," teriak Yuni, namun tak ada satu pun orang yang memperdulikannya.Di sisi lain, William menggendong Clarissa. Dia benar-benra khawatir dengan wanita itu, apalagi raut mimik muka Clarissa yang pucat pasi. Dia menoleh ke arah belakang, nampak Tuan Steven sedang berusaha menyusulnya. Dia nampak kesakitan berjalan deng
PEMBUNUHAN CLARISSA"Kalian naiklah ke perahu satunya," perintah Yuni dengan tegas. Kali ini Tuan Steven mengalah."Ayo naik," kata William, dia pun menggandeng lengan Clarissa dan menariknya setengah paksa.Clarissa menjadi kaget dengan sikap William yang memaksa dan kasar. Namun Clarissa tak mau juga merusak keadaan, dia tahu sudah sejak tadi tak enak suasananya."Sudahlah sebaiknya aku sedikit menjauh darinya saja," batin Carissa dalam hati. 'Duarrrr' Duarrrrrr' tiba-tiba kembang api dinyalakan. "Ternyata ada kembang api. Indah sekali," ucap Clarissa."Akan lebih baik Kalau ada Tuan Justin di sisiku saat ini. Pasti akan sempurna keindahan ini," batin Clarissa. Dia tiba-tiba menengok ke kiri dan kanan. "Entah aku merasakan perasaan apa ini, mengapa tiba-tiba perahu bergoyang? Ada apa ini?" pekik Clarissa kaget, belum sampai dia mencerna apa yang terjadi dengannya kini tiba-tiba Clarissa merasa dingin di tubuhnya, dia mulai kesusahan bernafas. "LIhat! Lihat! Ada orang jatuh ke da
CINTA YUNI BERTEPUK SEBELAH TANGAN!"AWAS KAU CLARISSA!" gumam Yuni sambil mengepalkan tangannya."Oh ya, aku juga mempersiapkan sesuatu untukmu, Tuan Steven," kata William."Benarkah? Kenapa kalian repot-repot mempersiapkan ini semua? Padahal aku yang hendak menjamu kalian. Aku merasa tersanjung," sahut Tuan Steven."Kalau begitu entah hadiah apa yang telah dibawa oleh murid William untuk Tuan Steven ini. Pasti barang yang mewah," imbuh Yuni."Bukan, ini tentu bukanlah barang yang mahal. Aku hanya memberikan hadiah kecil untukmu, Tuan," sahut Tuan William mengulurkan kotak kado yang di berikan oleh pelayannya. Entah suatu kebetulan atau tidak, namun kotak kado itu begitu mirip dengan kotak yang di bawa oleh Clarissa."Wahhh kalian memang berjodoh sekali. Lihatlah, bahkan kotak yang kalian pilih juga sama. Tuan bukalah dan lihat, seharusnya ini bisa di buka juga kan?" Ujar Yuni antusias sekali.Tuan Steven pun langsung membukanya. Dia kaget juga dengan b
AWAS KAU CLARISSA!"Jangan bergerak!" ucap William tiba-tiba."A..apa yang sedang dia lakukan?" tanya Clarissa menatap ke arah William kaget dan bingung.Kemudian William semakin mendekatkan wajahnya ke arah Clarissa. Suara desahannya pun sampai terdengar di telinga Clarissa, tiba-tiba tangannya mengambil sesuatu di belakang rambut Clarissa. Sebuah daun, ternyata ada sehelai daun yang menyempil di rambutnya."Terima kasih Kakak William. Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu hari ini, tetapi..." kata Aruna menggantung kalimatnya."Tetapi kenapa?" sahut William."Semua ini rasanya tidak benar, Kak. Rasanya ini terlalu berlebihan sekali," jawab Clarissa."Kenapa memangnya?" "Kak, aku sudah menikah dan lebih lagi sekarang aku akan menjadi ibu dari anak ini. Kamu tidak perlu membuang-buang waktu dengan ku," jelas Clarissa."Kenapa? Apa maksudmu aku buang-buang waktu? Aku tidak merasa aku sedang membuang-buang waktuku," sanggah William."Kali ini aku keluar hanya untuk mencarimu," uj
JANGAN BERGERAK!"Dengan begini dia seharusnya sudah tidak ada waktu untuk mengganggu ku lagi kan?" batin Clarisa sambil menenteng belanjaannya. Tanpa dia sadari dari jauh William memperhatikannya."Ternyata dia pintar juga ya," gumamnya."Tuan muda," panggil seorang pengawal. "Telepon dari tuan besar," bisik seorang pengawalnya. William menoleh dia mengambil hp-nya. "Halo, Ya ayah. Ada apa?" tanya William."William, aku dengar kamu telah pergi ke Universitas negara sebelah dan menemukan keturunan daerah Blood gold, hanya saja terjadi sesuatu yang tidak terduga. Apa benar?" tanya Tuan besar, Ayah William."Apakah Ayah maksud adalah masalah Clarissa hamil?" sahut William."Benar, dia sedang hamil kan? Kalau benar, maka diaa benar-benar tidak bisa menjadi Nyonya dari keluarga Long Lion kita. Tapi untungnya tidak ada seorangpun di tempat keluarga besar Chau yang mengetahui identitasnya kecuali Tuan Steven dan Yuki. Aku tidak bisa menentang kalian bersama, tapi aku harap kamu bisa menga
TAMPARAN NARA!"Atau karena pria itu? Kalau dia tidak kembali tentu dia tak punya pilihan lain kan? Apakah aku harus memusnahkannya juga?" batin William. Clarissa sebelum pulang ke apartemen memutuskan untuk berbelanja di tol serba terdekat. Meskipun hanya berbelanja beberapa camilan yang dia sukai namun dia cukup merasa senang, menurutnya berbelanja adalah kegiatan yang paling menyenangkan."Pakai kartu punyaku," ucap seorang wanita di belakang Aruna mengulurkan kartu pada kasir."Kak Nara, kenapa kamu datang kemari sekarang?" tanya Clarissa terkejut melihat Nara di sampingnya."Bukankah kau baru mengirim pesan singkat padaku mengatakan ada tiket khusus acara seni yang di adakan oleh suamik, Devan. Kenapa? Tidak apa-apa kan aku datang lebih cepat. Apa aku tidak boleh datang untuk melihatmu? Bagaimana bisa kau berada di sini?" Cerca Nara dengan berbagai pertanyaa."Kau bukan datang untuk mencari masalah kan, Kak?" sindir Clarissa.Nara diam, dia menunggu Clarissa menjawab semua per
APAKAH AKU HARUS MEMUSNAHKANNYA JUGA?"Tapi Ibu ingin mengingatkanmu beberapa kalimat, kita berada di dalam keluarga yang kaya raya. Jaga kehormatanmu, percayalah semua rumah tangga konglomerat itu kurang lebih sama. Dimanapun tempatnya semua pria sedikit suka bermain dengan wanita. Asal kamu adalah istri sah maka buka satu mata dan tutup satu mata satunya. Itu sudah cukup," pesan Nyonya Lula."Apa maksudmu, Ma?" Tanya Nara tak mengerti dengan nasehat Ibunya yang terasa aneh dan janggal itu. Nyonya Lula mengelus tangan Nara perlahan, ini kali pertama dalam hidupnya mungkin akan mengatakan perkataan dewasa dengan sang putri. Selama ini dia selalu menyembunyikan perasaannya dan bersikap baik-baik saja dengan semua perlakuan suaminya."Nara, kau harus ingat bahwa sekarang kodratmu sudah berubah menjadi istri. Jadi mulai sekarang kau tak boleh terlalu serakah untuk memainkan permainan," ucap Nyonya Lula, Nara pun hanya menghela nafas panjang. Dia pun mengangguk pasrah tak bisa berbuat b
HUBUNGAN SUAMI ISTRI YANG MERENGGANG?"Hanya jika kalian pergi Tuan Steven baru bersedia untuk pergi. Lebih tepatnya aku mengatakan seperti itu agar Tuan Steven mau ke sana. Namun aku tak bisa mengatakannya di hadapan kalian," batin Yuni.Clarissa memandangi tiket itu, dia sudah memilikinya dari Devan. Itu artinya dia memiliki dua tiket masuk, sebenarnya Clarissa malas sekali datang ke acara seperti ini. Tapi karena Yuni mengatakan bahwa Tuan Steven datang, sebagai murid maka ia harus datang juga untuk menghormatinya."Datanglah! Meski kalian belum tentu akan menjadi aktor atau penyanyi di masa depan ada baiknya untuk pergi memahami kemampuan senior kalian kan," sambung Yuni."Clarissa, kamu pasti akan pergi kan? Toh ini hanya sebuah pesta penyambutan saja, bukan film yang mengerikan. Tidak akan menakuti anak dalam kandunganmu kan?" Lanjut Yuni."Iya aku akan pergi," ujar Clarissa menganggukkan kepalanya."Kenapa dia begitu ingin aku berpartisipasi dalam acara seperti ini? Tak hanya