Tumpukan berkas yang dijatuhkan di hadapannya membuat Alexander menatap pada orang yang melakukannya. “Apa maksudnya ini?”Jake, teman kelompok Alexander itu terkekeh melihat wajah pura-pura polos dari Alexander. “Kau masih bertanya? Tentu saja bawa semua berkas ini ke gudang. Dia sudah tidak dibutuhkan lagi di ruangan ini.”Alexander melihat detail semua berkas yang ada, lalu menatap Jake lagi. “Masih ada beberapa yang dibuat untuk referensi. Lagipula aku bukan anak magang yang harus melakukan ini.”Jake tersenyum sinis mendengar jawaban sombong Alexander. “Jangan banyak bicara. Bawa saja dan semua selesai. Aku bahkan tidak peduli siapa kau dan tidak perlu merendahkan anak magang.”Alexander memijat pelipisnya pelan. “Aku tidak mau,” jawabnya tanpa basa-basi.Jake justru tertawa sumbang. “Oh … kau tidak mau melakukannya karena kau masih menganggap dirimu sangat penting di perusahaan ini? Kau bahkan tidak sebanding dengan kami yang sudah bekerja beberapa tahun dan juga, aku tahu kau b
Suasana kantin perusahaan yang jarang sekali ramai membuat Alexander lebih nyaman untuk melakukan kegiatannya sendiri. Seperti sekarang ini, jam istirahat untuk makan siang dan seperti biasa juga bahwa Alexander akan sendirian berada di tempat itu. Mengabaikan semua mata yang memandangnya, Alexander hanya fokus dengan tujuannya untuk makan lalu setelah selesai ia akan kembali bekerja. Kimbeerly? Alexander mencegahnya untuk tidak terus membersamainya saat di perusahaan dan agar menjaga nama baik mereka juga.Alexander berjalan menuju ke sebuah kursi dan meja yang kosong yang berada di tengah-tengah kantin. Ia tanpa peduli langsung pergi ke sana dan mengabaikan kembali para mata yang terus saja memperhatikan dirinya bahkan sampai ia sudah terduduk sendirian. Alexander tidak peduli, hanya saja ia terus bertanya-tanya apakah semua orang itu tidak bosan memperhatikan dirinya yang bahkan tidak peduli?Alexander mulai makan dan menikmati hidangan yang ia pesan. Sesekali melihat sekitar dan
“Akhirnya kau kemari.”Alexander tersenyum tipis dan berjalan mendekat dengan sebuah laptop di tangannya. Sesuai harapan Evandra bahwa Alexander akan bergabung dengan timnya untuk mengerjakan proyek baru. Dimana mereka akan membuat produk baru dan memfokuskan produk ini untuk diekspor ke luar negeri nantinya. Ini baru perancangan sebab sebelumnya perusahaan selalu berfokus penjualan di dalam negeri dan memencarkan ke beberapa kota saja, hal itu membuat Evandra yang mengetahui bahwa Alexander memiliki target pasar internasional mulai berpikir untuk menghasilkan produk yang jangkauannya lebih luas dengan menggaet Alexander ke dalam timnya.Sebelumnya, Evandra sudah berbicara dengan Kimbeerky dan Edward untuk mengajak Alexander ke kelompoknya dan mereka memberikan izin jika Alexander juga menyetujui. Hal itu membuat Evandra dengan sigap mendatangi Alexander waktu itu dan usahanya berhasil. Alexander mau beergabung dengan kelompoknya dan saat ini mereka semua akan melakukan rapat untuk me
Alexander terus sibuk dengan pekerjaannya setelah semua orang menyetujui akan ide memproduksi topi dan bukan hanya dirinya, melainkan semua orang yang ada di dalam kelompok pekerjaannya. Di samping itu, karena target untuk mulai menjual topi adalah bulan depan menjadikan semua orang semakin sibuk karena diberikan tenggat waktu yang sedikit. Mereka mulai melupakan masalah tentang perseteruan mereka kepada Alexander sebab kesibukan yang mereka dapatkan. Hal itu sedikit membuat Alexander lebih fokus dengan pekerjaan dan tidak menyia-nyiakan waktunya untuk terus menjelajah pada kepuasan dirinya untuk sebuah hasil nantinya.Semua orang mendapatkan bagiannya masing-masing dan Alexander sendiri diberikan tugas sebagai asisten Evandra untuk ikut merencanakan dan mengontrol produksi bersama satu teman yang lain. Untuk kali ini, Alexander memiliki jadwal untuk berkunjung ke rumah produksi untuk memastikan semua rencana berjalan dengan lancar. Ia bersama dengan Evandra secara langsung akan pergi
Alexander dan Evandra telah sampai di rumah produksi, mereka langsung disambut oleh pemimpin bagian pengolahan bahan setelah dikonfirmasi sebelumnya bahwa Evandra dan Alexander akan berkunjung untuk melihat perkembangan sampai mana produk diolah untuk menjadi jenis topi sesuai dengan gambaran yang telah dikirimkan.“Semua berjalan lancar sampai hari ini. Barang sudah bisa diuji coba dan ku harapa Tuan Evandra dan Tuan Alexander akan puas dengan hasilnya. Aku juga berharap produk ini akan terus menarik peminat dan menjadi trend yang tidak penah pudar.” Pemimpin pengolahan berujar serta terus mengajak Alexander dan Evandra berjalan mengelilingi setiap bagian dari rumah produksi untuk melihat semua pekerja sekaligus melihat berbagai kegiatan yang dilakukan di dalamnya.Cukup lama berkeliling, Evandra berhenti dan mengambil topi setengah jadi untuk ia teliti. “Jahitannya sangat rapi dan bahannya lembut. Dari segi pembuatan ini sudah sangat bagus,” komentarnya yang langsung diangguki oleh
Kimbeerly segera bergegas menuju ke rumah sakit begitu mendapatkan kabar bahwa Alexander dilarikan ke rumah sakit karena seuatu kejadian. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tetapi Evandra belum mengatakan dengan jelas apa yang terjadi kepada Alexander. Kimbeerly begitu khawatir dan meninggalkan semua pekerjaan serta meminta sekretarisnya untuk mengirim semua file pekerjaan ke email agar lebih mudah.“Apa yang terjadi denganmu, Al?” gumam Kimbeerly disepanjang jalan dengan pikirannya yang tidak bisa tenang.Mobil yang dikendarainya memasuki area rumah sakit. Ia segera bergegas turun dan menemukan Evandra yang ternyata sudah menunggu di depan teras. Kimbeerly segera dibawa oleh Evandra menuju ruangan Alexander, tetapi saat sampai di depan pintu ruangan ia melihat ada seorang wanita cantik yang juga tengah menunggu suaminya itu.“Apa yang terjadi?” tanya Kimbeerly begitu sampai dan melihat ruangan yang masih tertutup sebab Alexander yang ditangani oleh dokter.Evandra menundukkan wajah d
“Ayah belum bangun?” tanya Gabriel yang tidak melihat ayahnya saat sarapan akan dimulai, apalagi ibunya tidak menanggapi pertanyaannya.Gabriel mengambil piring lalu mengisi piring tersebut dengan makanan hingga penuh. Hal itu tidak luput dari perhatian kimbeerly tetapi dia hanya diam saja dan tidak mau berkomentar apapun. setelah selesai mengambil semua makanan, Gabriel beranjak turun dari kursi dan mengambil minuman di dalam kulkas lalu pergi begitu saja. Kimbeerly yakin bahwa anak itu pasti akan menghampiri Alexader yang masih berada di kamar. Sungguh anak dan ayah yang keterlaluan.Gabriel berjalan pelan dengan kedua tangannya yang penuh. Ia akan menghampiri ayahnya karena khawatir ayahnya belum bisa bangun setelah lengannya diperban dan pelipisnya juga. Ya … Gabriel tahu tentang kejadian itu setelah melihat ayahnya pulang kemarin malam dan ibunya yang mengatakan pada Gabriel untuk jangan mengganggu ayahnya untuk beberapa saat. Gabriel sebagai anak yang peduli dengan kedua orang t
Kimbeerly beranjak dari duduknya setelah menyelesaikan makanan, hal itu membuat Gabriel menatapnya. “Kemana ibu akan pergi?”Kimbeerly menoleh dan melihat Gabriel yang bertanya. “Tentu saja membuktikan ucapanmu.”Gabriel hampir membulatkan matanya. Tidak boleh, ibunya tidak boleh melihat ayahnya saat ini karena semua ucapan Gabriel penuh kebohongan yang mengatakan bahwa ayahnya sedang menangis. Gabriel segera menyelesaikan makannya dan berlari untuk mengejar ibunya agar tidak melihat ayahnya di kamar.“Ibu … bukankah kau harus pergi ke kantor? Kenapa tidak berjalan keluar?” tanya Gabriel yang kini mulai menaiki anak tangga dengan ibunya yang berjalan di depannya. Ia segera menyusul langkah ibunya lebih cepat agar ibunya tidak cepat sampai di kamarnya.“Ibu memang akan pergi, tetapi setelah memastikan ucapanmu benar atau tidak,” jawab Kimbeerly tenang dan bisa ia lihat Gabriel yang tergesa-gesa dan berusaha mencegahnya untuk menghampiri Alexander.Gabriel menghentikan langkah Kimbeerly
Dua tahun telah berlalu begitu cepat. Usia yang sebelumnya muda semakin bertambah tua dan bayi yang bari saja lahir kini sudah pandai bicara dengan kakinya yang mulai berjalan tertatih sebab belum benar-benar bisa mengendalikannya. Kejadian demi kejadian terus berganti dan tawa serta tangis juga mengimbangi. Semua telah dilalui dengan suka dan duka yang bergantian. Menerjang orang-orang dan menyadarkan bahwa waktu memang secepat itu berlalu serta meninggalkan kenangan tiada akhir.Hari ini, di tempat yang amat sejuk serta terpaan angin menyapa dengan lembut pada dua keluarga yang sedang melakukan camping. Suasan ramai dengan tawa yang terdengar menandakan bagaimana mereka merasakan kebahagiaan saat ini dan melupakan semua kejadian yang terjadi sebelumnya. semua orang tersenyum, saling bercanda dan keempat anak yang bermain dibagian berbeda dengan keempat orang dewasa. Ya … mereka adalah keluarga Alexander dan Velena. Dua keluarga dengan kehidupan berbeda yang menyatu menjalin hubungan
Keadaan Valerie semakin membaik dan anak itu yang mulai mengingat dengan perlahan setelah lima bulan lamanya mengalami amnesia sejak kecelakaan. Begitu juga dengan Johaan, pria itu sudah kembali dengan rutinitas pekerjaannya dan kabar yang menggembirakan datang dari Velena yang hamil dua bulan saat ini. Tentu saja ini dijalani tidak mudah. Banyak kesedihan dan juga kebahagiaan yang tercampur menjadi satu dan itu semua juga mendapatkan banyak banyuan dari Alexander serta Kimbeerly yang merawat mereka dengan baik.“Gabriel letakkan mainanmu. Panggilkan ibumu untuk Arthur.”Gabriel segera beranjak atas perintah ayahnya yang duduk di sofa dengan dirinya yang bermain di lantai. Ia pergi ke kamar untuk melihat Arthur dan memanggil ibunya untuk segera datang. Bayi Arthur kini semakin tumbuh sehat dengan tubuh berisi nan juga terlihat semakin tampan. Tidak berbeda dengan Gabriel dulu, Arthur begitu mempesona bagi mata siapa saja yang melihatnya.“Awh … kau sangat menjijikkan, Arthur. Harusnya
Berada dipenjara sejak dirinya dinyatakan bersalah atas semua tuduhan dengan bukti yang ada, kini kehidupan Edward begitu menyedihkan berada disel tahanan. Pria itu hampir tidak pernah tidak depresi satu hari saja sebab pikirannya yang terlalu ricuh memikirkan cara agar dirinya tidak disalahkan. Gangguan otaknya sungguh menyita perhatiannya dengan tubuhnya yang perlahan semakin mengurus karena ia yang juga tidak mau makan dengan baik. Tidak ada yang menjenguk atau bahkan menanyakan kabarnya selama berada disel tahanan dan hal itu semakin memperjelas Edward bahwa Kimbeerly satu-satunya keluarga yang ia miliki benar-benar memutuskan hubungan keluarga dengannya.Seperti saat ini, Edward sesekali akan berteriak histeris dengan depresi yang ia alami. Ia bahkan dipindahkan ke sel tahanan khusus sebab dengan depresi yang ia alami membuat tahanan yang lain merasa terganggu dan hal itu malah membuat Edward babak belur karena dipukuli oleh tahanan yang lain. Hal itu juga telah diminta jauh sebe
Bolak-balik datang dan pergi antara rumah Velena, rumah sendiri dan kantor yang dilakukan Alexander selama beberapa hari ini membuat pria itu terlihat amat lelah. Kimbeerly bahkan harus menyiapkan vitamin tambahan untuk Alexander sebab tidak mau pria itu tiba-tiba jatuh sakit akibat kelelahan. Arthur juga perlahan pulih setelah tiga hari lamanya masih demam meski suhunya tidak setinggi hari pertama.“Kau tidak pergi bekerja?” tanya Kimbeerly yang baru kembali dari lantai bawah dan berpikir Alexander sudah siap lalu akan segera pergi, tetapi yang ia lihat saat ini justru hal sebaliknya. dimana Alexander justru sedang rebahan dengan Arthur yang berada di samping tubuh pria itu.“Aku mengambil cutie dua hari.”Kimbeerly mendekat dan menaruh susu dan vitamin berbentuk pill itu di atas nakas. “Kau merasa tak enak badan? Kita bisa ke dokter.”Kimbeerly mencoba memegang kening Alexander, tetapi pria itu segera menggeleng dan menampakkan senyuman. “Aku tidak mau melihatmu sakit, Al. Jadi kata
Sejak kepulangan Alexander dan Kimbeerly dari rumah Velena, kini berganti dengan mereka yang harus merawat Arthur yang mengalami demam tinggi. Apalagi Alexander juga harus bolak-balik dari rumah ke kantor lalu kembali ke rumah Velena untuk memastikan semuanya. Hal itu membuat tubuh Alexander benar-benar lelah dan ia juga tidak dapat berkeluh kesah sebab semua tanggungjawab ada padanya. Bagaimanapun ia harus menghandle semuanya sebaik mungkin dan tidak memiliki kesalahan.“Apakah masih panas?” tanya Alexander pada Kimbeerly lewat telepon video yang mereka lakukan saat ini.“Masih. Suhunya semakin panas.”“Aku akan segera kembali,” ujar Alexander kemudian memutuskan telepon video mereka. Ia juga bisa mendengar sendiri bahwa Arthur masih terus menangis di sana.Alexander menghembuskan napas pelan. Ia kini berada disebuah apotek untuk membelikan vitamin bayi dan beberapa asupan susu untuk Arthur. Meski telah diperiksa oleh dokter, tetapi suhu tubuh Arthur belum juga menurun dan anak itu y
Hari ini Velena, Johann serta Valerie sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa hari menerima menanganan baik di rumah sakit. Alexander juga turut andil dalam hal ini untuk menjemput mereka dan kembali ke rumah, ditemani dengan Kimbeerly yang memang sudah pulang lebih dahulu setelah persalinan. Hanya Alexander dan Kimbeerly, sebab Gabriel dan Arthur tetap di rumah dan Alexander sudah menyewa orang untuk menjaga mereka sampai Alexander dan Kimbeerly kembali.“Terimakasih sudah mau kami repotkan, Alexander. Aku minta maaf karena malah membuatmu bolak-balik rumah sakit menjaga kami sekaligus Kimbeerly. Kau pasti lelah.”Alexander tersenyum tipis mendengar Johann yang berujar. Mereka sudah berada di mobil menuju ke rumah dengan Valerie yang terus berada dipangkuan Velena sebab hanya Velena dan Alexander yang diingat oleh anak itu.“Jangan seperti orang lain, Johann. Kami keluarga dan bantuan seperti ini seharusnya memang ada. Lain kali, jangan sungkan jika memang butuh bantuan. Aku akan
Alexander menghentikan dorongan kursi rodanya begitu sampai di depan sebuah ruangan operasi Johann yang tertutup rapat. Velena diam ditempat dengan sorot mata menatap pintu ruangan tersebut. Harapannya untuk terus merasakan kebahagiaan pupus begitu melihat kenyataan bahwa dua orang yang ia cintai bahkan belum bisa ia temui. Dua orang yang menjadi sumber kekuatannya justru sedang menagalami masa kritis dan harus mendapatkan penanganan lebih banyak untuk bertahan hidup. Ini menyakitkan tetapi mau tak mau Velena harus menerimanya.Velena menoleh, menatap Alexander yang berada di sampingnya, seakan menunggu permintaan apalagi yang akan Velena katakan.“Katakan saja,” ujar Alexander yang mengetahui bahwa Velena tidak berani mengatakan apa yang ia inginkan.Wanita itu terdiam dan kembali menatap perut ratanya. “Aku tidak siap mengatakan semua ini kepada mereka.”Alexander mengusap puncak kepala Velena dan mengangguk mengerti. “Aku yang akan mengatakan pada mereka.”Velena menatap Alexander
Velena mendapatkan ruang inap lebih dahulu sebelum Valerie dan Johann yang masih ditangani oleh dokter. Alexander segera menemani sepupunya itu setelah ia berhasil menenangkan diri dan memberitahukan kabar kepada semua orang. Kelurga Johann akan segera datang dan Kimbeerly yang terus meminta maaf karena tidak bisa datang sekaligus karena itu permintaan Kimbeerly agar Velena dan keluarga datang menjenguknya.“Al … kenapa perutku seperti ini?” tanya Velena yang baru sadar dan melihat perutnya yang kembali rata.Alexander mendekat dan menatap sedih melihat keadaan Velena saat ini. Sepupunya itu terlihat jelas sedang kebingungan tetapi Alexander bahkan tidak tega mengatakan kebenarannya kepada wanita itu. Itu terlalu menyakitkan untuk diberikan sebagai jawaban untuk Velena yang begitu menginginkan seorang anak setelah Valerie.Velena menatap Alexander yang tidak kunjung menjawab pertanyaannya dan malah diam saja dengan mengalihkan pandangan. “Al … katakan sesuatu padaku. Kenapa perutku se
kecelakaan yang terjadi kepada Johann, Velena serta Valerie membuat Alexander tidak bisa berhenti berpikir. Ketiga orang itu sedang dirawat di rumah sakit terdekat dengan tempat kecelakaan dan sekarang Alexander tengah menunggu dokter keluar dari ruangan setelah beberapa saat masuk untuk memeriksa keadaan mereka. Alexander terus mencoba berpikir baik tetapi setelah melihat keadaan ketiga orang itu membuatnya tidak bisa berpikir dengan tenang.Velena mengalami pendarahan dengan beberapa bagian tubuhnya terluka karena kaca mobil yang pecah, Johann memuntahkan banyak darah sebab bagian dadanya yang berpental bagian setir dengan amat keras dan membuatnya terus terbatuk dan tidak bisa bersuara dengan jelas, terakhir adalah Valerie yang mendapatkan beberapa luka dan tidak sadarkan diri setelah kepalanya terantuk bagian kursi depan. Melihat semua keadaan buruk ketiga orang itu tentu saja membuat harapan Alexander semakin rendah.Alexander tidak bisa tenang. Ia berdiri dan melangkah ke sana k