Velena hampir melotot tidak percaya dengan ucapan to the point yang pria itu katakan. Ini benar-benar tidak masuk akal. Dirinya dibawa masuk ke dalam gang hanya untuk dilecehkan seperti ini? Velena tidak habis pikir dengan penjahat seperti mereka. Begitu miskinkah mereka hingga tidak mampu menyewa pelacur jalanan. Ini gila dan Velena tentu tidak akan mau melakukannya meski ia ketakutan sekalipun.“Apa katamu? Membuka semua pakaianku?”Suara tawa tiga pria di depan sana terdengar keras. Terlihat jelas bahwa mereka senang dengan merendahkan wanita seperti ini. Namun Velena akan mencoba mengulur waktu untuk mencari kesempatan keluar.“Cepat kemari, wanita murahan!”Velena membulatkan matanya mendengar satu pria benar-benar menghina harga dirinya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari jalan keluar. Sialnya, gang ini benar-benar tertutup apalagi mereka seolah sudah merencanakan hal ini hingga tidak ada seorangpun yang lewat. Velena terus berpikir mencari jalan keluar tanpa ia sadar
“Kau tak apa?”Pertanyaan dengan nada khawatir itu membuat pria yang baru saja keluar dari gang menoleh. Ternyata wanita yang ia tolong masih menunggunya dan sekarang berjalan mendekatinya. Ia tersenyum tipis lalu menggeleng.“Tidak ada yang buruk. hanya sedikit goresan,” jawabnya dengan memperlihatkan pergelangan tangannya yang dibalut oleh sapu tangan.Velena melihat ke belakang untuk memastikan bahwa pria-pria sebelumnya belum datang. Ia segera menarik lengan lain pria itu untuk ia ajak pergi. Sedangkan pria itu hanya diam saja dan melihat tangan Velena yang menggenggam lengannya. Ia merasa sedikit tidak enak tetapi ia tidka peduli.“Dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang dan mengobatimu tetapi sebelumnya terimakasih telah menolongku dari situasi buruk tadi. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana caranya pergi jika kau tidak datang tepat waktu.”Pria itu memperhatikan Velena dengan senyum yang tersungging. Pantas saja para pria di sana menghadang jalannya, wanita di depannya ben
Alexander melihat Kimbeerly yang masih belum tidur saat jam bahkan sudah menunjukkan pukul satu pagi dan terus menatap layar komputernya. Alexander beranjak dari baringannya dan mendekat. Melihat beberapa berkas berserakan di meja lalu Kimbeerly yang begitu fokus dengan layarnya.“Terjadi masalah?”Kimbeerly menoleh dan melihat Alexander yang kini berdiri tepat di belakangnya. Ia mengangguk dan kembali menatap layar komputernya. Alexander mengambil kursi lain dan ikut duduk di samping Kimbeerly, melihat detail data yang ada di dalam computer lalu mengangguk mengerti dan mengambil kertas kosong lain. Menuliskan sesuatu dengan cepat dan sesekali melihat berkas yang berantakan untuk melihat juga data yang ada.Kimbeerly menoleh pada Alexander yang kini ikut sibuk dengan kegiatannya. “Kau sedang apa?”“Sedikit membantumu agar lebih cepat selesai,” jawab Alexander tanpa melihat Kimbeerly sebab fokus dengan tulisannya.Kimbeerly mendekatkan wajahnya untuk melihat apa yang ditulis oleh Alexa
Valerie terus saja merengek karena mainan yang ia inginkan tidak dibelikan oleh ibunya. Tangisannya keluar dengan suara keras yang membuat semua orang kini menatap ke arah mereka dengan tatapan penasaran sekaligus kasihan.“Valerie mengertilah. Ibu tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli mainan itu. Kita akan membelinya lain kalu oke? Berhenti menangis dan jangan membuat ibu malu di depan semua orang.” Velean berusaha membuat Valerie paham dengan keadaan mereka saat ini tetapi anak itu justru semakin kencang mengeluarkan tangisannya.Velena berjongkok, menatap Valerie yang terus menangis dengan mata terpejam. Ia menghembuskan napas pelan dan mengusap lengan Valerie. “Valerie … ibu mohon jangan seperti ini. Dimana anak ibu yang tidak pernah cengeng hanya karena masalah sepele, huh? Lihat … semua orang menatapmu dan ibu merasa malu. Ibu berjanji akan membelikannya untukmu tetapi tidak sekarang.”Valerie menggeleng kuat dan bersikeras tetap menginginkan mainan yang sudah lama ia ida
“Bagaimana menurutmu, paman?”Edward hanya diam saja setelah mendengarkan semua ucapan Kimbeerly. Wanita itu meminta agar Alexander kembali bekerja di perusahaan ayahnya dan meminta persetujuan Edward sebagai paman sekaligus pejabat tinggi di perusahaan.“Paman tidak mempermasalahkan jika kau memang ingin merekrutnya kembali bekerja di sini. Hanya saja … bukankah ini terlalu cepat? Dia baru saja kembali dan paman masih belum benar-benar percaya dengannya, Kimbeerly. Paman takut kejadian yang lalu terulang kembali dan membuatmu bersedih membuat paman tidka berhenti khawatir.”Kimbeerly tersenyum mendengarkan ungkapan pamannya. Ia mengangguk mengerti lalu berkata, “Paman tidak perlu khawatir. Aku menginginkan dia kembali bekerja di sini juga karena ingin membuat paman juga memperhatikannya jika ada sesuatu yang salah dan kau bisa memberitahuku hingga aku akan berhati-hati.”Edward mengernyitkan kening, tampak tidak percaya dengan rencana Kimbeerly. Edward terkekeh dan mengangguk setelah
Johann terus menatap layar ponselnya, dimana beberapa foto yang ia ambil secara diam-diam berhasil membuatnya terus tersenyum seperti orang gila saat ini. Bagaimana tidak? Foto-foto itu alami dan secara langsung ia potret menggunakan ponselnya sendiri dan orang yang menjadi objek-nya juga sangat cantik. Ini gila tetapi Johann merasa aneh jika tidak terus terang akan apa yang ia rasakan selama beberapa kali pertemuan yang tidak sengaja mereka lakukan dan setiap pertemuannya selalu membuat Johann merasa aneh dengan apa yang ia rasakan.Wanita di dalam foto adalah Velena. Beberapa foto yang berhasil Johann abadikan saat mereka tengah bersama dan tentu saja Velena tidak akan tahu jika saat bersama wanita itu Johann sedang memotretnya. Memikirkan tentang Velena membuat darah Johann berdesir hangat meski ini bisa dibilang terlalu cepat. Namun … seseorang tidak dapat mengartikan sebuah rasa jika hanya memperhatikan waktu tanpa menyelami perasaan itu sendiri. Bukankah seperti itu?Seperti yan
“Makanlah. Aku membelikan makanan untuk kalian makan tetapi malah melihatnya saja sejak tadi,” ujar Johann yang telah membukan kotak pizza dari beberapa menit yang lalu tetapi kedua orang di depannya ini justru hanya diam dan menatapnya.“Johann … aku dan Valerie bukan ingin menolak, tetapi kami alergi dengan beberapa bahan yang digunakan di dalam adonan pizza. Jadi, maaf sekali kami tidak dapat memakannya.”Johann terdiam karena merasa bodoh dengan perbuatannya. Ia segera menutup kembali kotak pizza itu dan menyingkirkannya dari kedua orang di depannya. Ia setelahnya membuka tiga botol soda sebagai hidangan yang lain. “Tapi aku hanya membeli ini.”Valerie meminum soda di depannya sedangkan Velena terkekeh melihat wajah Johann yang terlihat serba salah. “Aku tidak pernah memintamu membawakan makanan, tetapi kau berinisiatif sendiri. Jadi, lain kali jika kau ingin memberi kami sebuah makanan bertanyalah lebih dahulu apa saja yang tidak bisa kami makan sebab kami memiliki alergi terhada
“Tidak buruk tetapi sedikit gosong,” komentar Velena yang memakan daging hasil panggangan Johann.Pria itu terkekeh dan mengambilkan daging lain yang warnanya lebih kecoklatan dibanding sebelumnya untuk diberikan kepada Velena. Mereka kini tengah makan berdua dan waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam tetapi keduanya bahkan tidak peduli dengan waktu dan terus menikmati pertemanan mereka. Candaan dan tawa di tengah malam mungkin saja mengganggu orang lain, tetapi justru membuat Velena serta Johann senang.“Sebenarnya aku datang karena ingin mengatakan sesuatu padamu,” aku Johann pada akhirnya setelah memastikan waktu yang pas untuk mereka bicara berdua.Velena memperhatikan Johann yang terlihat serius dengan ucapannya dan bahkan terus menatapnya. Velena mengangguk sebagai tanggapan bahwa ia siap mendengarkan segala kata yang akan keluar dari mulut Johann sedangkan Johann yang melihat Velena menampakkan senyuman.Ia menggeleng setelah menyadari sesuatu. “Tidak untuk sekarang. Maka
Dua tahun telah berlalu begitu cepat. Usia yang sebelumnya muda semakin bertambah tua dan bayi yang bari saja lahir kini sudah pandai bicara dengan kakinya yang mulai berjalan tertatih sebab belum benar-benar bisa mengendalikannya. Kejadian demi kejadian terus berganti dan tawa serta tangis juga mengimbangi. Semua telah dilalui dengan suka dan duka yang bergantian. Menerjang orang-orang dan menyadarkan bahwa waktu memang secepat itu berlalu serta meninggalkan kenangan tiada akhir.Hari ini, di tempat yang amat sejuk serta terpaan angin menyapa dengan lembut pada dua keluarga yang sedang melakukan camping. Suasan ramai dengan tawa yang terdengar menandakan bagaimana mereka merasakan kebahagiaan saat ini dan melupakan semua kejadian yang terjadi sebelumnya. semua orang tersenyum, saling bercanda dan keempat anak yang bermain dibagian berbeda dengan keempat orang dewasa. Ya … mereka adalah keluarga Alexander dan Velena. Dua keluarga dengan kehidupan berbeda yang menyatu menjalin hubungan
Keadaan Valerie semakin membaik dan anak itu yang mulai mengingat dengan perlahan setelah lima bulan lamanya mengalami amnesia sejak kecelakaan. Begitu juga dengan Johaan, pria itu sudah kembali dengan rutinitas pekerjaannya dan kabar yang menggembirakan datang dari Velena yang hamil dua bulan saat ini. Tentu saja ini dijalani tidak mudah. Banyak kesedihan dan juga kebahagiaan yang tercampur menjadi satu dan itu semua juga mendapatkan banyak banyuan dari Alexander serta Kimbeerly yang merawat mereka dengan baik.“Gabriel letakkan mainanmu. Panggilkan ibumu untuk Arthur.”Gabriel segera beranjak atas perintah ayahnya yang duduk di sofa dengan dirinya yang bermain di lantai. Ia pergi ke kamar untuk melihat Arthur dan memanggil ibunya untuk segera datang. Bayi Arthur kini semakin tumbuh sehat dengan tubuh berisi nan juga terlihat semakin tampan. Tidak berbeda dengan Gabriel dulu, Arthur begitu mempesona bagi mata siapa saja yang melihatnya.“Awh … kau sangat menjijikkan, Arthur. Harusnya
Berada dipenjara sejak dirinya dinyatakan bersalah atas semua tuduhan dengan bukti yang ada, kini kehidupan Edward begitu menyedihkan berada disel tahanan. Pria itu hampir tidak pernah tidak depresi satu hari saja sebab pikirannya yang terlalu ricuh memikirkan cara agar dirinya tidak disalahkan. Gangguan otaknya sungguh menyita perhatiannya dengan tubuhnya yang perlahan semakin mengurus karena ia yang juga tidak mau makan dengan baik. Tidak ada yang menjenguk atau bahkan menanyakan kabarnya selama berada disel tahanan dan hal itu semakin memperjelas Edward bahwa Kimbeerly satu-satunya keluarga yang ia miliki benar-benar memutuskan hubungan keluarga dengannya.Seperti saat ini, Edward sesekali akan berteriak histeris dengan depresi yang ia alami. Ia bahkan dipindahkan ke sel tahanan khusus sebab dengan depresi yang ia alami membuat tahanan yang lain merasa terganggu dan hal itu malah membuat Edward babak belur karena dipukuli oleh tahanan yang lain. Hal itu juga telah diminta jauh sebe
Bolak-balik datang dan pergi antara rumah Velena, rumah sendiri dan kantor yang dilakukan Alexander selama beberapa hari ini membuat pria itu terlihat amat lelah. Kimbeerly bahkan harus menyiapkan vitamin tambahan untuk Alexander sebab tidak mau pria itu tiba-tiba jatuh sakit akibat kelelahan. Arthur juga perlahan pulih setelah tiga hari lamanya masih demam meski suhunya tidak setinggi hari pertama.“Kau tidak pergi bekerja?” tanya Kimbeerly yang baru kembali dari lantai bawah dan berpikir Alexander sudah siap lalu akan segera pergi, tetapi yang ia lihat saat ini justru hal sebaliknya. dimana Alexander justru sedang rebahan dengan Arthur yang berada di samping tubuh pria itu.“Aku mengambil cutie dua hari.”Kimbeerly mendekat dan menaruh susu dan vitamin berbentuk pill itu di atas nakas. “Kau merasa tak enak badan? Kita bisa ke dokter.”Kimbeerly mencoba memegang kening Alexander, tetapi pria itu segera menggeleng dan menampakkan senyuman. “Aku tidak mau melihatmu sakit, Al. Jadi kata
Sejak kepulangan Alexander dan Kimbeerly dari rumah Velena, kini berganti dengan mereka yang harus merawat Arthur yang mengalami demam tinggi. Apalagi Alexander juga harus bolak-balik dari rumah ke kantor lalu kembali ke rumah Velena untuk memastikan semuanya. Hal itu membuat tubuh Alexander benar-benar lelah dan ia juga tidak dapat berkeluh kesah sebab semua tanggungjawab ada padanya. Bagaimanapun ia harus menghandle semuanya sebaik mungkin dan tidak memiliki kesalahan.“Apakah masih panas?” tanya Alexander pada Kimbeerly lewat telepon video yang mereka lakukan saat ini.“Masih. Suhunya semakin panas.”“Aku akan segera kembali,” ujar Alexander kemudian memutuskan telepon video mereka. Ia juga bisa mendengar sendiri bahwa Arthur masih terus menangis di sana.Alexander menghembuskan napas pelan. Ia kini berada disebuah apotek untuk membelikan vitamin bayi dan beberapa asupan susu untuk Arthur. Meski telah diperiksa oleh dokter, tetapi suhu tubuh Arthur belum juga menurun dan anak itu y
Hari ini Velena, Johann serta Valerie sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa hari menerima menanganan baik di rumah sakit. Alexander juga turut andil dalam hal ini untuk menjemput mereka dan kembali ke rumah, ditemani dengan Kimbeerly yang memang sudah pulang lebih dahulu setelah persalinan. Hanya Alexander dan Kimbeerly, sebab Gabriel dan Arthur tetap di rumah dan Alexander sudah menyewa orang untuk menjaga mereka sampai Alexander dan Kimbeerly kembali.“Terimakasih sudah mau kami repotkan, Alexander. Aku minta maaf karena malah membuatmu bolak-balik rumah sakit menjaga kami sekaligus Kimbeerly. Kau pasti lelah.”Alexander tersenyum tipis mendengar Johann yang berujar. Mereka sudah berada di mobil menuju ke rumah dengan Valerie yang terus berada dipangkuan Velena sebab hanya Velena dan Alexander yang diingat oleh anak itu.“Jangan seperti orang lain, Johann. Kami keluarga dan bantuan seperti ini seharusnya memang ada. Lain kali, jangan sungkan jika memang butuh bantuan. Aku akan
Alexander menghentikan dorongan kursi rodanya begitu sampai di depan sebuah ruangan operasi Johann yang tertutup rapat. Velena diam ditempat dengan sorot mata menatap pintu ruangan tersebut. Harapannya untuk terus merasakan kebahagiaan pupus begitu melihat kenyataan bahwa dua orang yang ia cintai bahkan belum bisa ia temui. Dua orang yang menjadi sumber kekuatannya justru sedang menagalami masa kritis dan harus mendapatkan penanganan lebih banyak untuk bertahan hidup. Ini menyakitkan tetapi mau tak mau Velena harus menerimanya.Velena menoleh, menatap Alexander yang berada di sampingnya, seakan menunggu permintaan apalagi yang akan Velena katakan.“Katakan saja,” ujar Alexander yang mengetahui bahwa Velena tidak berani mengatakan apa yang ia inginkan.Wanita itu terdiam dan kembali menatap perut ratanya. “Aku tidak siap mengatakan semua ini kepada mereka.”Alexander mengusap puncak kepala Velena dan mengangguk mengerti. “Aku yang akan mengatakan pada mereka.”Velena menatap Alexander
Velena mendapatkan ruang inap lebih dahulu sebelum Valerie dan Johann yang masih ditangani oleh dokter. Alexander segera menemani sepupunya itu setelah ia berhasil menenangkan diri dan memberitahukan kabar kepada semua orang. Kelurga Johann akan segera datang dan Kimbeerly yang terus meminta maaf karena tidak bisa datang sekaligus karena itu permintaan Kimbeerly agar Velena dan keluarga datang menjenguknya.“Al … kenapa perutku seperti ini?” tanya Velena yang baru sadar dan melihat perutnya yang kembali rata.Alexander mendekat dan menatap sedih melihat keadaan Velena saat ini. Sepupunya itu terlihat jelas sedang kebingungan tetapi Alexander bahkan tidak tega mengatakan kebenarannya kepada wanita itu. Itu terlalu menyakitkan untuk diberikan sebagai jawaban untuk Velena yang begitu menginginkan seorang anak setelah Valerie.Velena menatap Alexander yang tidak kunjung menjawab pertanyaannya dan malah diam saja dengan mengalihkan pandangan. “Al … katakan sesuatu padaku. Kenapa perutku se
kecelakaan yang terjadi kepada Johann, Velena serta Valerie membuat Alexander tidak bisa berhenti berpikir. Ketiga orang itu sedang dirawat di rumah sakit terdekat dengan tempat kecelakaan dan sekarang Alexander tengah menunggu dokter keluar dari ruangan setelah beberapa saat masuk untuk memeriksa keadaan mereka. Alexander terus mencoba berpikir baik tetapi setelah melihat keadaan ketiga orang itu membuatnya tidak bisa berpikir dengan tenang.Velena mengalami pendarahan dengan beberapa bagian tubuhnya terluka karena kaca mobil yang pecah, Johann memuntahkan banyak darah sebab bagian dadanya yang berpental bagian setir dengan amat keras dan membuatnya terus terbatuk dan tidak bisa bersuara dengan jelas, terakhir adalah Valerie yang mendapatkan beberapa luka dan tidak sadarkan diri setelah kepalanya terantuk bagian kursi depan. Melihat semua keadaan buruk ketiga orang itu tentu saja membuat harapan Alexander semakin rendah.Alexander tidak bisa tenang. Ia berdiri dan melangkah ke sana k