Suara tangisan bayi yang keluar membuat semua orang yang telah menunggu di dalam ataupun luar ruangan tersenyum dengan perasaan syukur dan bahagia. Mereka telah menunggu selama tiga jam dan akhirnya apa yang mereka harapkan sejak awal membuahkan hasil. Kimbeerly melahirkan secara normal seperti apa yang wanita itu inginkan meski pada awalnya keluarganya meminta agar melakukan operasi Caesar saja agar lebih mudah tetapi Kimbeerly tetap bersikeras ingin melakukan lahiran secara normal.“Selamat atas bayi lelaki pertamamu, Nona Kimbeerly.”Kimbeerly tersenyum dan masih berusaha mengatur napasnya setelah perjuangan yang ia lakukan sebelumnya. “Terimakasih atas kerja kerasmu membantuku, Dokter.”Kimbeerly menciumi bayi mungil dalam pelukannya yang masih menangis dengan mata terpejam. Betapa bersyukurnya ia hari ini. Sumber kekuatan yang telah lama ia tunggu akhirnya berwujud dan itu adalah putranya. Bayi yang selalu menjadi semangatnya dalam menjalani kehidupan pahit ini.Selesai dengan me
Melewati satu bulan yang sedikit berat menurut Kimbeerly sebab selama satu bulan itu ia full time mengasuh Gabriel meski dengan bantuan keluarganya tetapi ia tetap memfokuskan diri dengan Gabriel sebab tahu setelah itu ia harus berjuang dengan pekerjaan dan hal lain untuk kehidupannya dan Gabriel kelak. Kimbeerly tidak mau terus menerus hanya menumpang hidup di keluarganya, maka dari itu berpikir untuk mulai ikut bekerja membantu perusahaan yang saat itu juga sedang berada di titik tidak seimbang.Dibantu oleh pamannya, Edward Kimbeerly benar-benar serius dengan pekerjaannya demi membuat perusahaan kembali stabil atau bahkan lebih maju dari sebelumnya. Meski waktunya terus fokus dengan pekerjaan tetapi Kimbeerly tidak lupa sebagai ibu untuk tetap mengurus anaknya meski ibu dan pelayan di rumah lebih banyak menghabiskan waktu dengan Gabriel. Kimbeerly tidak bisa mengandalkan orang lain terus menerus dalam kehidupannya, maka dari itu ia juga harus lebih mandiri dan melakukan apapun demi
Senyuman terus terukir dari bibir Kimbeerly. Bagaimana tidak? Semua harapannya berhasil menjadi kenyataan dan ia bisa membuktikan kepada semua orang akan kemampuan bekerjanya tanpa harus menyeret nama keluarganya. Pasalnya, klien yang semula ditemui oleh Kimbeerly adalah orang yang begitu tidak mudah mau bekerja sama dengan lawan bahkan dengan proyek yang amat menarik sekalipun. Kimbeerly menyebut hari ini dengan hari keberuntungan sebab semua yang sudah direncanakan malah hancur dan perlu perbaikan secara mendadak, tetapi semua itu akhirnya membuahkan hasil dengan tuan Renald yang mau bekerja sama dengan proyek yang Kimbeerly ajukan.“Kapan kau akan berhenti tersenyum. Nona?”Kimbeerly menoleh begitu mendengar keluhan Revaluna. Ia terkekeh, sedikit malu. “Aku hanya tidak menyangka aku berhasil mengajak bekerja sama seorang klien. Ini pertama kalinya bagiku jadi aku tidka bisa berhenti berpikir dengan semua usaha yang ku lakukan dan itu semua juga karena bantuanmu, Revaluna.”Revalun
Beberapa tahun telah berlalu tetapi semua masih sama saja seperti semua itu baru saja terjadi kemarin. Seperti itulah yang selalu Alexander rasakan setelah kepergiannya dari keluarga Libason. Ya … semua telah berubah tetapi tidak dengan dirinya. Mengurung diri dan terus merasa semua hanya mimpi buruk yang terjadi. Kejadian demi kejadian terus terputar dalam benak Alexander dan seolah menghantuinya. Tentang balas dendam yang ia rencanakan, tentang keluarga Libason yang menjadi target utamanya, lalu tentang kesalahpahaman yang terjadi selama itu dan akhirnya kembali pada kehidupan masing-masing. Semua masih teringat jelas dalam ingatan Alexander.“Al. kapan kau akan selesai?”Alexander menoleh. Menampakkan senyuman tipis pada seseorang yang juga telah kembali setelah beberapa saat meninggalkannya sendirian. Itu Velena, putri dari pamannya yang kini sudah kembali ke kehidupan semula seperti Alexander, hanya saja dengan status dan proporsi beberapa bagian yang berbeda.“Sebentar lagi. P
“Wow … keren sekali!”Kimbeerly tersenyum melihat putranya yang bersorak bahagia begitu mereka sampai di pantai. Sesuai janji Kimbeerly yang ia katakan sebelumnya bahwa ia akan mengajak Gabriel pergi bermain dan putranya itu yang begitu antusias menunggu sebab selama tiga bulan Kimbeerly terus sibuk dengan pekerjaan sampai tidak bisa meluangkan waktu untuk Gabriel.“Ibu … bolehkah aku ke sana?” tanya Gabriel kecil dengan wajah menunggu jawaban ibunya.Kimbeerly tersenyum sebelum akhirnya mengangguk menyetujui permintaan Gabriel. “Hati-hati, Gabriel. Aku akan mengikutimu dari belakang.”Gabriel tersenyum lebar dengan kedua tangan mengacungkan jempol untuk ibunya. “Tentu. Ayo kita pergi, ibu!”Gabriel sedikit berlari-lari menuju ke tepi laut dengan Kimbeerly yang terus mengikuti. Bibirnya tidak bisa berhenti menyuggingkan senyuman. Tidak menyangka dengan hal sederhana seperti ini bisa membuat Gabriel begitu bahagia.Waktu cepat sekali berlalu, batin Kimbeerly.Gabriel bermain-main denga
“Kau tidak kasihan melihat mereka?”Alexander menoleh begitu mendengar suara Velena. Ia menatap sepupunya itu dengan seksama lalu mengalihkan pandangan lagi. Velena yang melihat hal itu menghembuskan napas panjang. Alexander benar-benar egois dan mungkin masih memiliki banyak trauma.Ya … Velena sudah mengetahui semuanya. Semua yang dilakukan Alexander selama ini di belakangnya dan bahkan saat keduanya belum berpisah. Velena tidak bisa menyalahkan Alexander atas sakit hati dalam dirinya setelah kejadian belasan tahun lalu yang menimpa kedua orang tuanya, tetapi Velena juga tidak membenarkan cara yang digunakan oleh Alexander karena membuat banyak orang terluka bahkan bagi orang yang tidak melakukan kesalahan apapun padanya dan itu Kimbeerly.Velena tidak akan pernah tahu jika saja lima tahun yang lalu Alexander tidak tiba-tiba kembali ke rumah saat dirinya juga baru beberapa hari kembali ke rumah. Sebab saat Velena meminta Alexander kembali ke rumah pria itu akan mengatakan tidak bisa
“Sampai kapan kau akan terus bicara seperti itu, Velena? Kau tidak bosan?”Alexander mengeluh untuk kali pertama karena Velena bukannya berhenti setelah mendengar penjelasan Alexander kemarin, tetapi wanita itu semakin gila dan tidak pernah berhenti membicarakan tentang Kimbeerly dan anak lelaki yang digandeng oelh Kimbeerly. Velena terus saja mengatakan untuk Alexander kembali saja kepada Kimbeerly tanpa ingin tahu lebih dalam perasaan sakit dalam hati Alexander.“Sampai kau sadar bahwa harusnya kau mengambil kesempatan keduamu untuk menebus semua kesedihan masa kecilmu dengan kebahagiaan tanpa akhir bersama Kimbeerly. Aku tahu kau mencintainya, hanya saja rasa cintamu itu kau sembunyikan dengan dalih bahwa kau hany tidak bisa melupakan masa kelam itu. Ayolah, Al … kau tidak mau bahagia bersama dengan orang yang kau cinta?”Alexander menatap Velena dalam diam. Sepupunya itu begitu gigih membujuknya untuk kembali bersama Kimbeerly tanpa mengkhawatirkan apapun seolah memang inilah jala
Suara tangisan bocah mengusik pendengaran Kimbeerly yang baru saja selesai membereskan kamar. Ia segera berjalan keluar untuk melihat hal apa yang terjadi dengan putranya itu hingga menangis sangat kencang. Begitu keluar, Kimbeerly langsung menemukan Gabriel yang mungkin memang ingin menemuinya.“Apa yang terjadi denganmu, Gabriel?” tanya Kimbeerly dengan berjongkok untuk menyamakan tinggi anaknya yang baru saja menghentikan langkahnya.Gabriel mencoba menghentikan tangisannya untuk memulai bicaranya. Isakan tangis masih tersisa meski ia sudah berusaha mengendalikan diri agar tidak menampakkan kesedihan di depan ibunya. Ia menatap ibunya dengan mata sendu dan wajah memerah setelah menangis.“Apa benar kata mereka bahwa aku tidak memiliki ayah?” tanyanya dengan sendu dan rasa penasaran yang mendominasi.Kimbeerly terdiam mendengar pertanyaan Gabriel yang tiba-tiba. Kernyitan keningnya membuat Gabriel terus menatapnya seolah menuntut jawaban tetapi Kimbeerly justru diam saja. Kimbeerly
Dua tahun telah berlalu begitu cepat. Usia yang sebelumnya muda semakin bertambah tua dan bayi yang bari saja lahir kini sudah pandai bicara dengan kakinya yang mulai berjalan tertatih sebab belum benar-benar bisa mengendalikannya. Kejadian demi kejadian terus berganti dan tawa serta tangis juga mengimbangi. Semua telah dilalui dengan suka dan duka yang bergantian. Menerjang orang-orang dan menyadarkan bahwa waktu memang secepat itu berlalu serta meninggalkan kenangan tiada akhir.Hari ini, di tempat yang amat sejuk serta terpaan angin menyapa dengan lembut pada dua keluarga yang sedang melakukan camping. Suasan ramai dengan tawa yang terdengar menandakan bagaimana mereka merasakan kebahagiaan saat ini dan melupakan semua kejadian yang terjadi sebelumnya. semua orang tersenyum, saling bercanda dan keempat anak yang bermain dibagian berbeda dengan keempat orang dewasa. Ya … mereka adalah keluarga Alexander dan Velena. Dua keluarga dengan kehidupan berbeda yang menyatu menjalin hubungan
Keadaan Valerie semakin membaik dan anak itu yang mulai mengingat dengan perlahan setelah lima bulan lamanya mengalami amnesia sejak kecelakaan. Begitu juga dengan Johaan, pria itu sudah kembali dengan rutinitas pekerjaannya dan kabar yang menggembirakan datang dari Velena yang hamil dua bulan saat ini. Tentu saja ini dijalani tidak mudah. Banyak kesedihan dan juga kebahagiaan yang tercampur menjadi satu dan itu semua juga mendapatkan banyak banyuan dari Alexander serta Kimbeerly yang merawat mereka dengan baik.“Gabriel letakkan mainanmu. Panggilkan ibumu untuk Arthur.”Gabriel segera beranjak atas perintah ayahnya yang duduk di sofa dengan dirinya yang bermain di lantai. Ia pergi ke kamar untuk melihat Arthur dan memanggil ibunya untuk segera datang. Bayi Arthur kini semakin tumbuh sehat dengan tubuh berisi nan juga terlihat semakin tampan. Tidak berbeda dengan Gabriel dulu, Arthur begitu mempesona bagi mata siapa saja yang melihatnya.“Awh … kau sangat menjijikkan, Arthur. Harusnya
Berada dipenjara sejak dirinya dinyatakan bersalah atas semua tuduhan dengan bukti yang ada, kini kehidupan Edward begitu menyedihkan berada disel tahanan. Pria itu hampir tidak pernah tidak depresi satu hari saja sebab pikirannya yang terlalu ricuh memikirkan cara agar dirinya tidak disalahkan. Gangguan otaknya sungguh menyita perhatiannya dengan tubuhnya yang perlahan semakin mengurus karena ia yang juga tidak mau makan dengan baik. Tidak ada yang menjenguk atau bahkan menanyakan kabarnya selama berada disel tahanan dan hal itu semakin memperjelas Edward bahwa Kimbeerly satu-satunya keluarga yang ia miliki benar-benar memutuskan hubungan keluarga dengannya.Seperti saat ini, Edward sesekali akan berteriak histeris dengan depresi yang ia alami. Ia bahkan dipindahkan ke sel tahanan khusus sebab dengan depresi yang ia alami membuat tahanan yang lain merasa terganggu dan hal itu malah membuat Edward babak belur karena dipukuli oleh tahanan yang lain. Hal itu juga telah diminta jauh sebe
Bolak-balik datang dan pergi antara rumah Velena, rumah sendiri dan kantor yang dilakukan Alexander selama beberapa hari ini membuat pria itu terlihat amat lelah. Kimbeerly bahkan harus menyiapkan vitamin tambahan untuk Alexander sebab tidak mau pria itu tiba-tiba jatuh sakit akibat kelelahan. Arthur juga perlahan pulih setelah tiga hari lamanya masih demam meski suhunya tidak setinggi hari pertama.“Kau tidak pergi bekerja?” tanya Kimbeerly yang baru kembali dari lantai bawah dan berpikir Alexander sudah siap lalu akan segera pergi, tetapi yang ia lihat saat ini justru hal sebaliknya. dimana Alexander justru sedang rebahan dengan Arthur yang berada di samping tubuh pria itu.“Aku mengambil cutie dua hari.”Kimbeerly mendekat dan menaruh susu dan vitamin berbentuk pill itu di atas nakas. “Kau merasa tak enak badan? Kita bisa ke dokter.”Kimbeerly mencoba memegang kening Alexander, tetapi pria itu segera menggeleng dan menampakkan senyuman. “Aku tidak mau melihatmu sakit, Al. Jadi kata
Sejak kepulangan Alexander dan Kimbeerly dari rumah Velena, kini berganti dengan mereka yang harus merawat Arthur yang mengalami demam tinggi. Apalagi Alexander juga harus bolak-balik dari rumah ke kantor lalu kembali ke rumah Velena untuk memastikan semuanya. Hal itu membuat tubuh Alexander benar-benar lelah dan ia juga tidak dapat berkeluh kesah sebab semua tanggungjawab ada padanya. Bagaimanapun ia harus menghandle semuanya sebaik mungkin dan tidak memiliki kesalahan.“Apakah masih panas?” tanya Alexander pada Kimbeerly lewat telepon video yang mereka lakukan saat ini.“Masih. Suhunya semakin panas.”“Aku akan segera kembali,” ujar Alexander kemudian memutuskan telepon video mereka. Ia juga bisa mendengar sendiri bahwa Arthur masih terus menangis di sana.Alexander menghembuskan napas pelan. Ia kini berada disebuah apotek untuk membelikan vitamin bayi dan beberapa asupan susu untuk Arthur. Meski telah diperiksa oleh dokter, tetapi suhu tubuh Arthur belum juga menurun dan anak itu y
Hari ini Velena, Johann serta Valerie sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa hari menerima menanganan baik di rumah sakit. Alexander juga turut andil dalam hal ini untuk menjemput mereka dan kembali ke rumah, ditemani dengan Kimbeerly yang memang sudah pulang lebih dahulu setelah persalinan. Hanya Alexander dan Kimbeerly, sebab Gabriel dan Arthur tetap di rumah dan Alexander sudah menyewa orang untuk menjaga mereka sampai Alexander dan Kimbeerly kembali.“Terimakasih sudah mau kami repotkan, Alexander. Aku minta maaf karena malah membuatmu bolak-balik rumah sakit menjaga kami sekaligus Kimbeerly. Kau pasti lelah.”Alexander tersenyum tipis mendengar Johann yang berujar. Mereka sudah berada di mobil menuju ke rumah dengan Valerie yang terus berada dipangkuan Velena sebab hanya Velena dan Alexander yang diingat oleh anak itu.“Jangan seperti orang lain, Johann. Kami keluarga dan bantuan seperti ini seharusnya memang ada. Lain kali, jangan sungkan jika memang butuh bantuan. Aku akan
Alexander menghentikan dorongan kursi rodanya begitu sampai di depan sebuah ruangan operasi Johann yang tertutup rapat. Velena diam ditempat dengan sorot mata menatap pintu ruangan tersebut. Harapannya untuk terus merasakan kebahagiaan pupus begitu melihat kenyataan bahwa dua orang yang ia cintai bahkan belum bisa ia temui. Dua orang yang menjadi sumber kekuatannya justru sedang menagalami masa kritis dan harus mendapatkan penanganan lebih banyak untuk bertahan hidup. Ini menyakitkan tetapi mau tak mau Velena harus menerimanya.Velena menoleh, menatap Alexander yang berada di sampingnya, seakan menunggu permintaan apalagi yang akan Velena katakan.“Katakan saja,” ujar Alexander yang mengetahui bahwa Velena tidak berani mengatakan apa yang ia inginkan.Wanita itu terdiam dan kembali menatap perut ratanya. “Aku tidak siap mengatakan semua ini kepada mereka.”Alexander mengusap puncak kepala Velena dan mengangguk mengerti. “Aku yang akan mengatakan pada mereka.”Velena menatap Alexander
Velena mendapatkan ruang inap lebih dahulu sebelum Valerie dan Johann yang masih ditangani oleh dokter. Alexander segera menemani sepupunya itu setelah ia berhasil menenangkan diri dan memberitahukan kabar kepada semua orang. Kelurga Johann akan segera datang dan Kimbeerly yang terus meminta maaf karena tidak bisa datang sekaligus karena itu permintaan Kimbeerly agar Velena dan keluarga datang menjenguknya.“Al … kenapa perutku seperti ini?” tanya Velena yang baru sadar dan melihat perutnya yang kembali rata.Alexander mendekat dan menatap sedih melihat keadaan Velena saat ini. Sepupunya itu terlihat jelas sedang kebingungan tetapi Alexander bahkan tidak tega mengatakan kebenarannya kepada wanita itu. Itu terlalu menyakitkan untuk diberikan sebagai jawaban untuk Velena yang begitu menginginkan seorang anak setelah Valerie.Velena menatap Alexander yang tidak kunjung menjawab pertanyaannya dan malah diam saja dengan mengalihkan pandangan. “Al … katakan sesuatu padaku. Kenapa perutku se
kecelakaan yang terjadi kepada Johann, Velena serta Valerie membuat Alexander tidak bisa berhenti berpikir. Ketiga orang itu sedang dirawat di rumah sakit terdekat dengan tempat kecelakaan dan sekarang Alexander tengah menunggu dokter keluar dari ruangan setelah beberapa saat masuk untuk memeriksa keadaan mereka. Alexander terus mencoba berpikir baik tetapi setelah melihat keadaan ketiga orang itu membuatnya tidak bisa berpikir dengan tenang.Velena mengalami pendarahan dengan beberapa bagian tubuhnya terluka karena kaca mobil yang pecah, Johann memuntahkan banyak darah sebab bagian dadanya yang berpental bagian setir dengan amat keras dan membuatnya terus terbatuk dan tidak bisa bersuara dengan jelas, terakhir adalah Valerie yang mendapatkan beberapa luka dan tidak sadarkan diri setelah kepalanya terantuk bagian kursi depan. Melihat semua keadaan buruk ketiga orang itu tentu saja membuat harapan Alexander semakin rendah.Alexander tidak bisa tenang. Ia berdiri dan melangkah ke sana k