Suara tangisan bocah mengusik pendengaran Kimbeerly yang baru saja selesai membereskan kamar. Ia segera berjalan keluar untuk melihat hal apa yang terjadi dengan putranya itu hingga menangis sangat kencang. Begitu keluar, Kimbeerly langsung menemukan Gabriel yang mungkin memang ingin menemuinya.“Apa yang terjadi denganmu, Gabriel?” tanya Kimbeerly dengan berjongkok untuk menyamakan tinggi anaknya yang baru saja menghentikan langkahnya.Gabriel mencoba menghentikan tangisannya untuk memulai bicaranya. Isakan tangis masih tersisa meski ia sudah berusaha mengendalikan diri agar tidak menampakkan kesedihan di depan ibunya. Ia menatap ibunya dengan mata sendu dan wajah memerah setelah menangis.“Apa benar kata mereka bahwa aku tidak memiliki ayah?” tanyanya dengan sendu dan rasa penasaran yang mendominasi.Kimbeerly terdiam mendengar pertanyaan Gabriel yang tiba-tiba. Kernyitan keningnya membuat Gabriel terus menatapnya seolah menuntut jawaban tetapi Kimbeerly justru diam saja. Kimbeerly
Berita itu menyebar luas setelah mendapatkan konfirmasi dari pihak resmi dan kesedihan tidak dapat ditahan. Kimbeerly, wanita itu yang saat ini sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa kedua orang tuanya saat ini. Bagaimana tidak? Disaat dirinya sudah mulai tenang akan kehidupannya justru kedua orang yang selama ini memberikan banyak dukungan meninggalkannya sendirian untuk kehidupan selanjutnya. Kedua orang itu yang selalu berjanji akan terus bersamanya kini harus pergi tuk selamanya dan Kimbeerly yang kembali ditinggalkan oleh orang yang begitu ia cintai.Gabriel kecil yang sudah mengerti dengan keadaan terus mencoba menenangkan ibunya yang terus menangis setelah kehilangan kedua orang tuanya. Meski Gabriel tidak tahu bagaimana perasaan seperti kehilangan, tetapi melihat ibunya meneteskan air mata membuatnya ikut bersedih. Anak seusia dirinya yang seharusnya dimanjakan dengan kasih sayang dari kedua orang tuanya, tetapi ia bahkan hanya bisa terus bersama dengan ibunya dan tidak
Saat beranjak ingin mengajak Gabriel pulang, sorot mata Kimbeerly tidak sengaja melihat sosok yang selama ini ia rindukan. Seseorang itu mengalihkan pandangan begitu melihat Kimbeerly menatapnya dan beranjak pergi dari tempatnya. Kimbeerly menatap putranya yang menampakkan senyuman lalu menarik Gabriel untuk segera pergi.“Ibu pelan-pelan. Kita bisa terjatuh jika kau berjalan secepat ini,” keluh Gabriel yang merasa ada yang aneh dengan ibunya yang tiba-tiba menariknya dan berjalan cepat keluar dari area pemakaman.Kimbeerly masih terus menyorot pada sosok di depan sana yang berjalan menghindar. Entah apa yang dilakukannya, Kimbeerly yakin sosok itu telah lama berada di sana dilihat dari gelagatnya yang seolah seperti maling ketahuan. Kimbeerly tidak mau membuang waktu lagi. Ia ingin Gabriel segera tahu siapa ayahnya dan meski itu akan menyakiti perasaan orang lain sebab mencoba mengambil lagi apa yang seharusnya bukan milik Kimbeerly.“Alexander!”Suara panggilan itu membuat Alexander
Setelah kejadian Alexander meninggalkan Kimbeerly dan Gabriel, Alexander tidak berhenti berpikir ulang tentang permintaan Kimbeerly untuk kembali hidup bersama wanita itu. Namun keraguan terus mengusik ketenangannya jika ia benar-benar akan kembali pada kehidupan bersama dengan Kimbeerly. Bagaimana tanggapan Kimbeerly tentang dirinya jika ia akan kembali? Bukankah kata brengsek tidak akan cukup karena perbuatannya yang tidak berpikir?Alexander lagi-lagi menghembuskan napas panjang. Hal itu telah terjadi berulang kali selama satu jam dengan pikiran yang masih belum menemukan titik terang tentang semua keraguannya.“Hal apa yang membuat orang ini hanya diam dan terus menghela napas, hm?”Suara Velena membuat Alexander menoleh, melihat wanita itu yang sibuk membersihkan meja dengan kain lap ditangannya. Alexander mengedikkan bahunya dengan senyuman tipis.“Aku bertemu dengan Kimbeerly saat melihat pemakaman Jeremy dan Victoria hari itu,” aku Alexander tanpa mau menutupi apapun lagi kepa
Satu tahun sudah sejak pertemuan Alexander dengan Kimbeerly dan Gabriel saat itu. satu tahun juga Alexander terus meyakinkan diri dengan niatnya untuk kembali bersama dengan Kimbeerly dan membesarkan Gabriel. Keraguan yang selama ini membuatnya tidak bisa melakukan apapun kini perlahan hilang dengan tekad Alexander yang kuat. lebih tepatnya, Alexander memikirkan niat ini sebab ia tidak mau melihat dirinya yang kedua dalam diri Gabriel. Alexander tidak mau Gabriel hidup tanpa kasih sayang orang tua seperti dirinya, maka dari itu ia berusaha keras membuang semua traumanya demi Gabriel.“Kau yakin akan melakukannya hari ini?”Kalimat itu datang lagi dari mulut Velena setelah melihat Alexander benar-benar mempersiapkan dirinya dengan baik. Alexander menoleh, lalu mengangguk yakin dengan keputusannya yang bulat untuk mengajak Kimbeerly kembali bersamanya dan memulai kehidupan baru yang lebih membahagiakan dari sebelumnya.“Masih saja bertanya saat aku sudah menyiapkan segala hal?” tanya Al
Hal pertama yang membuat senyuman diwajah Gabriel langsung berubah adalah ketika orang yang tidak pernha ia harapkan tiba-tiba datang ke rumah bahkan dengan sebuah bingkisan ditangan. Ya … itu Alexander yang datang disaat Kimbeerly dan Gabriel tengah berbahagia dengan kejutan yang diberikan oleh Kimbeerly untuk ulang tahun Gabriel. Namun bukan wajah bahagia yang terlihat setelah pintu terbuka, melainkan wajah terkejut dan malasa yang diperlihatkan oleh Kimbeerly dan Gabriel secara bersamaan.“Alexander?” Alexander melihat raut wajah mereka, tetapi ia tetap menampilkan senyumannya.“Maaf telat untuk melakukan semua ini tetapi bisakah aku ikut merayakan acara ulang tahun Gabriel?” tanya Alexander sembari terus memperlihatkan senyumnya.Kimbeerly terdiam dan terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Alexander. Alexander juga tampak berubah dan terus menampakkan senyumannya. Seolah memang tulus ingin melakukan apa yang dibicarakan oleh pria tersebut.Kimbeerly ti
Gabriel masih belum terbiasa dengan kehadiran Alexander dan membuatnya terus saja merasa canggung selama dua hari ini meski Alexander selalu baik dan perhatian padanya. Hidup hanya dengan ibunya selama ini membuat Gabriel terbiasa sendiri dan bermain dengan pembantu dibanding dengan seorang ayah seperti yang dilakukan oleh Alexander saat ini. Pria itu sejak pagi terus mencoba mendekati Gabriel meski tahu bahwa Gabriel sedikit risih dengan kehadirannya, tetapi Alexander tidak berhenti dan tetap mencoba sebisanya.Gabriel memang telah memaafkan kesalahan Alexander, tetapi bukan berarti ia bisa menganggap Alexander langsung sebagai ayah saat ia tidak pernah merasakannya selama ini. Alexander juga sama, meski ia begitu menyayangi Gabriel sebagai putranya tetapi rasa canggung itu tetap ada. Ini kesalahan Alexander yang membuat semua situasi menjadi seperti ini hingga putranya sendiri merasa asing dengannya. Namun ketahuilah bahwa Alexander bersungguh-sungguh dengan niatnya memperbaiki semu
“Wow … aku tidak percaya dengan semua ini.”Alexander tersenyum dan menaruh kain lap keujung meja setelah membersihkan meja pantry setelah selesai memasak. Ia menghampiri Gabriel yang terus memperhatikan setiap makanan yang sudah tertata rapi di meja makan.“Sekarang panggilah ibumu agar kita bisa makan.”Gabriel menoleh dan melihat Alexander yang mengusap peluh di keningnya. Gabriel mengambil tissue yang ada di meja lalu berdiri dari posisinya yang sedikit condong ke meja agar bisa menyamakan tingginya dengan sang ayah.“Kemarilah,” pinta Gabriel meminta Alexander lebih dekat dengannya.Alexander tersenyum dan menuruti permintaan Gabriel untuk mendekat dan setelahnya anak itu mengusap peluh di kening Alexander dengan tissue tersebut. Hal itu membuat Alexander terus menampakkan senyumnya karena perlahan Gabriel memperlihatkan perasaan nyamannya terhadap Alexander.“Ayah pikir sedang bersama ibu hingga terus menampakkan senyuman seperti itu?”Ucapan Gabriel membuat Alexander mengganti
Dua tahun telah berlalu begitu cepat. Usia yang sebelumnya muda semakin bertambah tua dan bayi yang bari saja lahir kini sudah pandai bicara dengan kakinya yang mulai berjalan tertatih sebab belum benar-benar bisa mengendalikannya. Kejadian demi kejadian terus berganti dan tawa serta tangis juga mengimbangi. Semua telah dilalui dengan suka dan duka yang bergantian. Menerjang orang-orang dan menyadarkan bahwa waktu memang secepat itu berlalu serta meninggalkan kenangan tiada akhir.Hari ini, di tempat yang amat sejuk serta terpaan angin menyapa dengan lembut pada dua keluarga yang sedang melakukan camping. Suasan ramai dengan tawa yang terdengar menandakan bagaimana mereka merasakan kebahagiaan saat ini dan melupakan semua kejadian yang terjadi sebelumnya. semua orang tersenyum, saling bercanda dan keempat anak yang bermain dibagian berbeda dengan keempat orang dewasa. Ya … mereka adalah keluarga Alexander dan Velena. Dua keluarga dengan kehidupan berbeda yang menyatu menjalin hubungan
Keadaan Valerie semakin membaik dan anak itu yang mulai mengingat dengan perlahan setelah lima bulan lamanya mengalami amnesia sejak kecelakaan. Begitu juga dengan Johaan, pria itu sudah kembali dengan rutinitas pekerjaannya dan kabar yang menggembirakan datang dari Velena yang hamil dua bulan saat ini. Tentu saja ini dijalani tidak mudah. Banyak kesedihan dan juga kebahagiaan yang tercampur menjadi satu dan itu semua juga mendapatkan banyak banyuan dari Alexander serta Kimbeerly yang merawat mereka dengan baik.“Gabriel letakkan mainanmu. Panggilkan ibumu untuk Arthur.”Gabriel segera beranjak atas perintah ayahnya yang duduk di sofa dengan dirinya yang bermain di lantai. Ia pergi ke kamar untuk melihat Arthur dan memanggil ibunya untuk segera datang. Bayi Arthur kini semakin tumbuh sehat dengan tubuh berisi nan juga terlihat semakin tampan. Tidak berbeda dengan Gabriel dulu, Arthur begitu mempesona bagi mata siapa saja yang melihatnya.“Awh … kau sangat menjijikkan, Arthur. Harusnya
Berada dipenjara sejak dirinya dinyatakan bersalah atas semua tuduhan dengan bukti yang ada, kini kehidupan Edward begitu menyedihkan berada disel tahanan. Pria itu hampir tidak pernah tidak depresi satu hari saja sebab pikirannya yang terlalu ricuh memikirkan cara agar dirinya tidak disalahkan. Gangguan otaknya sungguh menyita perhatiannya dengan tubuhnya yang perlahan semakin mengurus karena ia yang juga tidak mau makan dengan baik. Tidak ada yang menjenguk atau bahkan menanyakan kabarnya selama berada disel tahanan dan hal itu semakin memperjelas Edward bahwa Kimbeerly satu-satunya keluarga yang ia miliki benar-benar memutuskan hubungan keluarga dengannya.Seperti saat ini, Edward sesekali akan berteriak histeris dengan depresi yang ia alami. Ia bahkan dipindahkan ke sel tahanan khusus sebab dengan depresi yang ia alami membuat tahanan yang lain merasa terganggu dan hal itu malah membuat Edward babak belur karena dipukuli oleh tahanan yang lain. Hal itu juga telah diminta jauh sebe
Bolak-balik datang dan pergi antara rumah Velena, rumah sendiri dan kantor yang dilakukan Alexander selama beberapa hari ini membuat pria itu terlihat amat lelah. Kimbeerly bahkan harus menyiapkan vitamin tambahan untuk Alexander sebab tidak mau pria itu tiba-tiba jatuh sakit akibat kelelahan. Arthur juga perlahan pulih setelah tiga hari lamanya masih demam meski suhunya tidak setinggi hari pertama.“Kau tidak pergi bekerja?” tanya Kimbeerly yang baru kembali dari lantai bawah dan berpikir Alexander sudah siap lalu akan segera pergi, tetapi yang ia lihat saat ini justru hal sebaliknya. dimana Alexander justru sedang rebahan dengan Arthur yang berada di samping tubuh pria itu.“Aku mengambil cutie dua hari.”Kimbeerly mendekat dan menaruh susu dan vitamin berbentuk pill itu di atas nakas. “Kau merasa tak enak badan? Kita bisa ke dokter.”Kimbeerly mencoba memegang kening Alexander, tetapi pria itu segera menggeleng dan menampakkan senyuman. “Aku tidak mau melihatmu sakit, Al. Jadi kata
Sejak kepulangan Alexander dan Kimbeerly dari rumah Velena, kini berganti dengan mereka yang harus merawat Arthur yang mengalami demam tinggi. Apalagi Alexander juga harus bolak-balik dari rumah ke kantor lalu kembali ke rumah Velena untuk memastikan semuanya. Hal itu membuat tubuh Alexander benar-benar lelah dan ia juga tidak dapat berkeluh kesah sebab semua tanggungjawab ada padanya. Bagaimanapun ia harus menghandle semuanya sebaik mungkin dan tidak memiliki kesalahan.“Apakah masih panas?” tanya Alexander pada Kimbeerly lewat telepon video yang mereka lakukan saat ini.“Masih. Suhunya semakin panas.”“Aku akan segera kembali,” ujar Alexander kemudian memutuskan telepon video mereka. Ia juga bisa mendengar sendiri bahwa Arthur masih terus menangis di sana.Alexander menghembuskan napas pelan. Ia kini berada disebuah apotek untuk membelikan vitamin bayi dan beberapa asupan susu untuk Arthur. Meski telah diperiksa oleh dokter, tetapi suhu tubuh Arthur belum juga menurun dan anak itu y
Hari ini Velena, Johann serta Valerie sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa hari menerima menanganan baik di rumah sakit. Alexander juga turut andil dalam hal ini untuk menjemput mereka dan kembali ke rumah, ditemani dengan Kimbeerly yang memang sudah pulang lebih dahulu setelah persalinan. Hanya Alexander dan Kimbeerly, sebab Gabriel dan Arthur tetap di rumah dan Alexander sudah menyewa orang untuk menjaga mereka sampai Alexander dan Kimbeerly kembali.“Terimakasih sudah mau kami repotkan, Alexander. Aku minta maaf karena malah membuatmu bolak-balik rumah sakit menjaga kami sekaligus Kimbeerly. Kau pasti lelah.”Alexander tersenyum tipis mendengar Johann yang berujar. Mereka sudah berada di mobil menuju ke rumah dengan Valerie yang terus berada dipangkuan Velena sebab hanya Velena dan Alexander yang diingat oleh anak itu.“Jangan seperti orang lain, Johann. Kami keluarga dan bantuan seperti ini seharusnya memang ada. Lain kali, jangan sungkan jika memang butuh bantuan. Aku akan
Alexander menghentikan dorongan kursi rodanya begitu sampai di depan sebuah ruangan operasi Johann yang tertutup rapat. Velena diam ditempat dengan sorot mata menatap pintu ruangan tersebut. Harapannya untuk terus merasakan kebahagiaan pupus begitu melihat kenyataan bahwa dua orang yang ia cintai bahkan belum bisa ia temui. Dua orang yang menjadi sumber kekuatannya justru sedang menagalami masa kritis dan harus mendapatkan penanganan lebih banyak untuk bertahan hidup. Ini menyakitkan tetapi mau tak mau Velena harus menerimanya.Velena menoleh, menatap Alexander yang berada di sampingnya, seakan menunggu permintaan apalagi yang akan Velena katakan.“Katakan saja,” ujar Alexander yang mengetahui bahwa Velena tidak berani mengatakan apa yang ia inginkan.Wanita itu terdiam dan kembali menatap perut ratanya. “Aku tidak siap mengatakan semua ini kepada mereka.”Alexander mengusap puncak kepala Velena dan mengangguk mengerti. “Aku yang akan mengatakan pada mereka.”Velena menatap Alexander
Velena mendapatkan ruang inap lebih dahulu sebelum Valerie dan Johann yang masih ditangani oleh dokter. Alexander segera menemani sepupunya itu setelah ia berhasil menenangkan diri dan memberitahukan kabar kepada semua orang. Kelurga Johann akan segera datang dan Kimbeerly yang terus meminta maaf karena tidak bisa datang sekaligus karena itu permintaan Kimbeerly agar Velena dan keluarga datang menjenguknya.“Al … kenapa perutku seperti ini?” tanya Velena yang baru sadar dan melihat perutnya yang kembali rata.Alexander mendekat dan menatap sedih melihat keadaan Velena saat ini. Sepupunya itu terlihat jelas sedang kebingungan tetapi Alexander bahkan tidak tega mengatakan kebenarannya kepada wanita itu. Itu terlalu menyakitkan untuk diberikan sebagai jawaban untuk Velena yang begitu menginginkan seorang anak setelah Valerie.Velena menatap Alexander yang tidak kunjung menjawab pertanyaannya dan malah diam saja dengan mengalihkan pandangan. “Al … katakan sesuatu padaku. Kenapa perutku se
kecelakaan yang terjadi kepada Johann, Velena serta Valerie membuat Alexander tidak bisa berhenti berpikir. Ketiga orang itu sedang dirawat di rumah sakit terdekat dengan tempat kecelakaan dan sekarang Alexander tengah menunggu dokter keluar dari ruangan setelah beberapa saat masuk untuk memeriksa keadaan mereka. Alexander terus mencoba berpikir baik tetapi setelah melihat keadaan ketiga orang itu membuatnya tidak bisa berpikir dengan tenang.Velena mengalami pendarahan dengan beberapa bagian tubuhnya terluka karena kaca mobil yang pecah, Johann memuntahkan banyak darah sebab bagian dadanya yang berpental bagian setir dengan amat keras dan membuatnya terus terbatuk dan tidak bisa bersuara dengan jelas, terakhir adalah Valerie yang mendapatkan beberapa luka dan tidak sadarkan diri setelah kepalanya terantuk bagian kursi depan. Melihat semua keadaan buruk ketiga orang itu tentu saja membuat harapan Alexander semakin rendah.Alexander tidak bisa tenang. Ia berdiri dan melangkah ke sana k