“Kau sudah melacaknya?”Andre menoleh dan mengangguk. “Sepertinya Marco benar-benar sudah merencanakan hal ini sebelum pergi. Semua alamat dan apapun yang berkaitan dengannya tiba-tiba hilang tanpa jejak apapun. Aku khawatir pada tuan Jeremy. Kesehatannya menurun drastis dan semalam ia baru saja mencoba bunuh diri karena tidak tahan dengan semua berita dan rekan yang tidak mau membantu.”Jhon, Robert, Reino dan tiga orang kepercayaan Jeremy menghembuskan napas panjang. mereka berkumpul untuk mengambil rencana demi menemukan keberadaan Marco dan Elyana yang tiba-tiba menghilang. Jeremy telah berkorban banyak hal untuk mereka bertujuh dan kini saatnya mereka bersatu untuk membantu Jeremy sebagai balasan terimakasih mereka atas semua yang telah Jeremy lakukan.“Pasti ada jejak meski sulit. Marco tidak sepandai itu dalam teknologi apalagi dia bekerja dibagian keuangan. Aku yakin kita bisa menemukan satu titik agar bisa mendapatkannya, tetapi sekali lagi meski itu sulit. Di dunia ini tida
Suara ketukan pintu membuat Elyana menoleh. Marco sedang berada dikamar dan Elyana takut jika ia membuka pintu sembarangan. Elyana ingin memanggil Marco saat sebuah suara langsung membuatnya segera membuka pintu.“Halo … apakah ini rumah, Tuan Marco? Anda memesan tiket pesawat, bukan?”Elyana membuka pintu dengan senyuman lebar. Namun begitu melihat siapa orang yang sedang berada di hadapannya membuat Elyana mematung. Berbeda dengan Elyana, orang tersebut justru menampakkan senyuman tipis dan masuk ke rumah begitu saja.Marco yang baru saja keluar dari kamar mematung ditempat setelah melihat siapa orang yang baru saja masuk ke dalam rumahnya. Orang tersebut menampakkan senyuman dan mendudukkan diri di kursi.“Rumah yang sederhana dengan keluarga yang harmonis. Aku iri sekali.”Marco melihat Elyana yang terlihat ketakutan dan bahkan tidak kunjung masuk kembali ke dalam. Marco menghembuskan napas panjang lalu berjalan mendekat. Mendudukkan diri di kursi lain dengan pandangan menunduk.“
Baru saja membuka pintu rumah dan keluar untuk segera membawa Alex kembali, Marco ditodong pistol tepat di depan wajah dan membuatnya diam seketika. Sorot matanya mulai menatap siapa orang yang telah lancang menodongkan senjata api tersebut kepadanya, sedikit tersentak lalu sebuah senyuman tersungging dari bibirnya.Orang-orang Jeremy telah datang.“Akhirnya kami menemukanmu, Marco si penghianat!”Marco menajamkan matanya menatap orang yang baru saja bicara. Kebencian semakin mendarah daging dalam benaknya melihat semua orang ini. Beraninya mereka ikut mengganggu kehidupannya setelah ia mengakhiri dengan Jeremy dan semua keluarga Libason. Mereka tidak berhak dalam apapun kecuali rekan Marco dalam bekerja, selebihnya mereka tidak harus ikut campur seperti ini.“Hei! Hei! Hei! Ada apa dengan tatapan itu?”“Marco … siapa yang datang?”Robert menatap ke dalam rumah dan tersenyum menyapa Elyana yang terdiam membisu ditempatnya setelah melihat mereka. Jhon masuk ke dalam rumah dan disusul
Kehidupan baru setelah kehilangan kedua orang tuanya. Hanya hidup bersama dengan paman dan sepupunya sampai usianya menginjak remaja dan usahanya yang tidak pernah berhenti setelah kehilangan kedua orang yang ia cintai. Alex sudah tumbuh menjadi pria remaja sekarang dan sedang bekerja keras dengan tujuannya yang semakin pasti. Sudah sepuluh tahun lalu sejak kepergian kedua orang tuanya, akhirnya Alex memiliki sesuatu yang pasti untuk mempertahankan kehidupannya. Hidup dalam kepastian dan tentu saja dengan segudang harapan.“Alex makanlah lebih dahulu. Sudah dua jam kau berolahraga tanpa berhenti.”Alex menoleh pada Velena yang datang dan membawakan nampan yang penuh dengan makanan dan minuman serta buah segar. Alex tersenyum dan menuruti permintaaan Velena untuk segera mendekat dan makan.“Kau tidak lelah, hm? Kau tidak pernah berhenti melakukan kegiatan meski hanya beberapa menit. Apa yang membuatmu begitu bersemangat dalam melakukan semua pekerjaan, huh? Aku iri sekali.”Alex hanya
Hari yang berganti dengan bulan lalu berganti pula dengan tahun hingga sampai pada waktu dimana Alex kini benar-benar sendiri. Menjalani kehidupannya sendiri sebab tahun ini Velena telah menikah dan hidup bersama dengan suaminya dan demi kebahagiaan Velena Alex rela ditinggal. Paman Terros yang juga telah lama pergi juga masih membekas dalam benak Alex. Semua orang yang ia kasihi telah pergi dan hanya meninggalkan Alex seorang diri.Ya … hanya Alex sendiri.“Baik-baiklah di rumah. Jaga dirimu dengan baik. Aku akan sering memberimu kabar meski aku harus sibuk dengan kegiatanku setelah menjadi istri orang. Kau harus berjanji padaku jangan terus memaksakan diri, okey?”“Kau tidak bosan mengatakannya?”“Tentu saja tidak sebab kau tidak pernah mau mengerti bukan? Maka aku akan mengingatkan terus menerus sampai kau bosan. Aku sungguh tidak berharap kita berpisah tetapi ini pilihanku. Aku ingin membangun sebuah keluarga dan berbahagia dengan priaku. Maafkan aku, Alex.”“Berhentilah dan cepat
Alex menghisap rokoknya dengan sorot mata yang tidak lepas dari sosok gadis di depan sana. Gadis cantik dengan pakaian sederhana dan juga terlihat sangat mempesona. Begitulah pandangan Alex untuk pertama kali untuk seorang gadis bernama Kimbeerly Libason yang tak lain adalah putri satu-satunya keluarga Libason yang akan menjadi targetnya untuk selanjutnya.“Sampai jumpa lagi, Kimbeerly!”“Ya!” Kimbeerly terus menampakkan senyuman pada temannya yang sudah menaiki mobil untuk pulang setelah menyelesaikan kuliahnya. Setelah melihat temannya benar-benar telah pergi ia mulai beranjak melangkah dengan beberapa buku yang ia pegang sebab tasnya sudah penuh dengan buku lain. Kimbeerly terus berjalan menuju kedai makanan sebelum pulang. Ia menyukai dunia luar tetapi memiliki batasan dan sangat disiplin dalam hal tersebut. Ia akan makan dan setelah itu ia akan pulang.Alex terus menatap gadis itu dari posisinya. Ia sudah tahu jika Kimbeerly akan datang ke kedai yang ia tempat
Sengaja menemui Kimbeerly kembali untuk melanjutkan setiap rencananya, Alex tidak berhenti hanya dengan sekali bertemu sebab memikat gadis seperti Kimbeerly tidak bisa dengan mudah. Alex kini tengah duduk dengan membaca buku tebal, tepatnya buku tentang spikologi. Matanya sesekali melirik jam tangan untuk memastikan bahwa gadis incarannya akan datang kembali ke tempat ini. Kedai yang tidak jauh dari tempat gadis itu belajar.Alex kembali membaca karena merasa bosan hanya menunggu. Ia akan pergi jika dalam dua puluh menit lagi Kimbeerly tidak menampakkan batang hidungnya ke tempat ini. Alex sengaja menunggu di sini sebab gadis itu memang selalu mampir ke kedai ini sebelum pulang, tepat seperti saat pertama kali Alex bertemu dengannya.Semua rencana sudah tersusun rapi dan Alex sudah sangat percaya bahwa semua akan berjalan lancar. Ia sudah menyewa beberapa orang dan sisanya masih perlu diurus untuk rencana yang semakin panjang. Untuk sementara ini, semua sudah cukup bagus hanya tinggal
“Kau lelah. Matamu merah.”Alex mengangguk menyetujui ucapan seorang gadis di depannya. Ia tersenyum tipis menyadari bahwa secepat ini ia bisa menaklukannya. Ya … gadis di depannya saat ini adalah putri Jeremy, Kimbeerly Libason yang telah resmi menjadi kekasihnya sejak dua hari yang lalu. Tidak banyak yang dilakukan oleh Alex untuk memikat Kimbeerly, ia hanya menggunakan beberapa trik saja yang bisa membuat Kimbeerly jatuh hati kepadanya dalam hitungan hari.Alex menoleh begitu melihat kimbeerly memberikan isyarat pada pria itu untuk berbaring di atas pangkuannya dengan satu tangan yang membawa obat tetes mata. Gadis yang begitu perhatian dan amat penyayang. Begitulah Alex mengartikan semua perbuatan Kimbeerly dalam dua hari lalu. Semua tentang Kimbeerly indah, tetapi tidak dengan semua orang di belakangnya, apalagi Jeremy.“Awh!”“Oh maafkan aku. Apakah begitu sakit?” tanya Kimbeerly karena Alex terus menampakkan wajah kesakitan meski bibirnya tersenyum.“Tidak, tidak.” Alex memberi
Dua tahun telah berlalu begitu cepat. Usia yang sebelumnya muda semakin bertambah tua dan bayi yang bari saja lahir kini sudah pandai bicara dengan kakinya yang mulai berjalan tertatih sebab belum benar-benar bisa mengendalikannya. Kejadian demi kejadian terus berganti dan tawa serta tangis juga mengimbangi. Semua telah dilalui dengan suka dan duka yang bergantian. Menerjang orang-orang dan menyadarkan bahwa waktu memang secepat itu berlalu serta meninggalkan kenangan tiada akhir.Hari ini, di tempat yang amat sejuk serta terpaan angin menyapa dengan lembut pada dua keluarga yang sedang melakukan camping. Suasan ramai dengan tawa yang terdengar menandakan bagaimana mereka merasakan kebahagiaan saat ini dan melupakan semua kejadian yang terjadi sebelumnya. semua orang tersenyum, saling bercanda dan keempat anak yang bermain dibagian berbeda dengan keempat orang dewasa. Ya … mereka adalah keluarga Alexander dan Velena. Dua keluarga dengan kehidupan berbeda yang menyatu menjalin hubungan
Keadaan Valerie semakin membaik dan anak itu yang mulai mengingat dengan perlahan setelah lima bulan lamanya mengalami amnesia sejak kecelakaan. Begitu juga dengan Johaan, pria itu sudah kembali dengan rutinitas pekerjaannya dan kabar yang menggembirakan datang dari Velena yang hamil dua bulan saat ini. Tentu saja ini dijalani tidak mudah. Banyak kesedihan dan juga kebahagiaan yang tercampur menjadi satu dan itu semua juga mendapatkan banyak banyuan dari Alexander serta Kimbeerly yang merawat mereka dengan baik.“Gabriel letakkan mainanmu. Panggilkan ibumu untuk Arthur.”Gabriel segera beranjak atas perintah ayahnya yang duduk di sofa dengan dirinya yang bermain di lantai. Ia pergi ke kamar untuk melihat Arthur dan memanggil ibunya untuk segera datang. Bayi Arthur kini semakin tumbuh sehat dengan tubuh berisi nan juga terlihat semakin tampan. Tidak berbeda dengan Gabriel dulu, Arthur begitu mempesona bagi mata siapa saja yang melihatnya.“Awh … kau sangat menjijikkan, Arthur. Harusnya
Berada dipenjara sejak dirinya dinyatakan bersalah atas semua tuduhan dengan bukti yang ada, kini kehidupan Edward begitu menyedihkan berada disel tahanan. Pria itu hampir tidak pernah tidak depresi satu hari saja sebab pikirannya yang terlalu ricuh memikirkan cara agar dirinya tidak disalahkan. Gangguan otaknya sungguh menyita perhatiannya dengan tubuhnya yang perlahan semakin mengurus karena ia yang juga tidak mau makan dengan baik. Tidak ada yang menjenguk atau bahkan menanyakan kabarnya selama berada disel tahanan dan hal itu semakin memperjelas Edward bahwa Kimbeerly satu-satunya keluarga yang ia miliki benar-benar memutuskan hubungan keluarga dengannya.Seperti saat ini, Edward sesekali akan berteriak histeris dengan depresi yang ia alami. Ia bahkan dipindahkan ke sel tahanan khusus sebab dengan depresi yang ia alami membuat tahanan yang lain merasa terganggu dan hal itu malah membuat Edward babak belur karena dipukuli oleh tahanan yang lain. Hal itu juga telah diminta jauh sebe
Bolak-balik datang dan pergi antara rumah Velena, rumah sendiri dan kantor yang dilakukan Alexander selama beberapa hari ini membuat pria itu terlihat amat lelah. Kimbeerly bahkan harus menyiapkan vitamin tambahan untuk Alexander sebab tidak mau pria itu tiba-tiba jatuh sakit akibat kelelahan. Arthur juga perlahan pulih setelah tiga hari lamanya masih demam meski suhunya tidak setinggi hari pertama.“Kau tidak pergi bekerja?” tanya Kimbeerly yang baru kembali dari lantai bawah dan berpikir Alexander sudah siap lalu akan segera pergi, tetapi yang ia lihat saat ini justru hal sebaliknya. dimana Alexander justru sedang rebahan dengan Arthur yang berada di samping tubuh pria itu.“Aku mengambil cutie dua hari.”Kimbeerly mendekat dan menaruh susu dan vitamin berbentuk pill itu di atas nakas. “Kau merasa tak enak badan? Kita bisa ke dokter.”Kimbeerly mencoba memegang kening Alexander, tetapi pria itu segera menggeleng dan menampakkan senyuman. “Aku tidak mau melihatmu sakit, Al. Jadi kata
Sejak kepulangan Alexander dan Kimbeerly dari rumah Velena, kini berganti dengan mereka yang harus merawat Arthur yang mengalami demam tinggi. Apalagi Alexander juga harus bolak-balik dari rumah ke kantor lalu kembali ke rumah Velena untuk memastikan semuanya. Hal itu membuat tubuh Alexander benar-benar lelah dan ia juga tidak dapat berkeluh kesah sebab semua tanggungjawab ada padanya. Bagaimanapun ia harus menghandle semuanya sebaik mungkin dan tidak memiliki kesalahan.“Apakah masih panas?” tanya Alexander pada Kimbeerly lewat telepon video yang mereka lakukan saat ini.“Masih. Suhunya semakin panas.”“Aku akan segera kembali,” ujar Alexander kemudian memutuskan telepon video mereka. Ia juga bisa mendengar sendiri bahwa Arthur masih terus menangis di sana.Alexander menghembuskan napas pelan. Ia kini berada disebuah apotek untuk membelikan vitamin bayi dan beberapa asupan susu untuk Arthur. Meski telah diperiksa oleh dokter, tetapi suhu tubuh Arthur belum juga menurun dan anak itu y
Hari ini Velena, Johann serta Valerie sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa hari menerima menanganan baik di rumah sakit. Alexander juga turut andil dalam hal ini untuk menjemput mereka dan kembali ke rumah, ditemani dengan Kimbeerly yang memang sudah pulang lebih dahulu setelah persalinan. Hanya Alexander dan Kimbeerly, sebab Gabriel dan Arthur tetap di rumah dan Alexander sudah menyewa orang untuk menjaga mereka sampai Alexander dan Kimbeerly kembali.“Terimakasih sudah mau kami repotkan, Alexander. Aku minta maaf karena malah membuatmu bolak-balik rumah sakit menjaga kami sekaligus Kimbeerly. Kau pasti lelah.”Alexander tersenyum tipis mendengar Johann yang berujar. Mereka sudah berada di mobil menuju ke rumah dengan Valerie yang terus berada dipangkuan Velena sebab hanya Velena dan Alexander yang diingat oleh anak itu.“Jangan seperti orang lain, Johann. Kami keluarga dan bantuan seperti ini seharusnya memang ada. Lain kali, jangan sungkan jika memang butuh bantuan. Aku akan
Alexander menghentikan dorongan kursi rodanya begitu sampai di depan sebuah ruangan operasi Johann yang tertutup rapat. Velena diam ditempat dengan sorot mata menatap pintu ruangan tersebut. Harapannya untuk terus merasakan kebahagiaan pupus begitu melihat kenyataan bahwa dua orang yang ia cintai bahkan belum bisa ia temui. Dua orang yang menjadi sumber kekuatannya justru sedang menagalami masa kritis dan harus mendapatkan penanganan lebih banyak untuk bertahan hidup. Ini menyakitkan tetapi mau tak mau Velena harus menerimanya.Velena menoleh, menatap Alexander yang berada di sampingnya, seakan menunggu permintaan apalagi yang akan Velena katakan.“Katakan saja,” ujar Alexander yang mengetahui bahwa Velena tidak berani mengatakan apa yang ia inginkan.Wanita itu terdiam dan kembali menatap perut ratanya. “Aku tidak siap mengatakan semua ini kepada mereka.”Alexander mengusap puncak kepala Velena dan mengangguk mengerti. “Aku yang akan mengatakan pada mereka.”Velena menatap Alexander
Velena mendapatkan ruang inap lebih dahulu sebelum Valerie dan Johann yang masih ditangani oleh dokter. Alexander segera menemani sepupunya itu setelah ia berhasil menenangkan diri dan memberitahukan kabar kepada semua orang. Kelurga Johann akan segera datang dan Kimbeerly yang terus meminta maaf karena tidak bisa datang sekaligus karena itu permintaan Kimbeerly agar Velena dan keluarga datang menjenguknya.“Al … kenapa perutku seperti ini?” tanya Velena yang baru sadar dan melihat perutnya yang kembali rata.Alexander mendekat dan menatap sedih melihat keadaan Velena saat ini. Sepupunya itu terlihat jelas sedang kebingungan tetapi Alexander bahkan tidak tega mengatakan kebenarannya kepada wanita itu. Itu terlalu menyakitkan untuk diberikan sebagai jawaban untuk Velena yang begitu menginginkan seorang anak setelah Valerie.Velena menatap Alexander yang tidak kunjung menjawab pertanyaannya dan malah diam saja dengan mengalihkan pandangan. “Al … katakan sesuatu padaku. Kenapa perutku se
kecelakaan yang terjadi kepada Johann, Velena serta Valerie membuat Alexander tidak bisa berhenti berpikir. Ketiga orang itu sedang dirawat di rumah sakit terdekat dengan tempat kecelakaan dan sekarang Alexander tengah menunggu dokter keluar dari ruangan setelah beberapa saat masuk untuk memeriksa keadaan mereka. Alexander terus mencoba berpikir baik tetapi setelah melihat keadaan ketiga orang itu membuatnya tidak bisa berpikir dengan tenang.Velena mengalami pendarahan dengan beberapa bagian tubuhnya terluka karena kaca mobil yang pecah, Johann memuntahkan banyak darah sebab bagian dadanya yang berpental bagian setir dengan amat keras dan membuatnya terus terbatuk dan tidak bisa bersuara dengan jelas, terakhir adalah Valerie yang mendapatkan beberapa luka dan tidak sadarkan diri setelah kepalanya terantuk bagian kursi depan. Melihat semua keadaan buruk ketiga orang itu tentu saja membuat harapan Alexander semakin rendah.Alexander tidak bisa tenang. Ia berdiri dan melangkah ke sana k