Hembusan napas untuk kesekian kalinya membuat Kimbeerly menoleh ke sumber suara. Ia terganggu dengan kegiatan Alexander yang tidak bisa menghentikan rasa khawatirnya meski wajahnya tetap saja datar.“Kau bisa pergi bekerja. Aku tidak akan kemana-mana.”Alexander menatap Kimbeerly yang terlihat begitu pucat dan lemah. “Tidak. Kau butuh aku.”“Aku sungguh tidak mengapa. Pergilah.”Alexander kembali menghembuskan napasnya. Ia memegang kening Kimbeerly lagi untuk memeriksa suhu tubuhnya. Masih sangat panas dari sebelumnya. “Sudah ku katakan jangan menunggu di luar. Ini sebabnya jika kau tidak mendengarkan.”Kimbeerly tersenyum tipis. “Aku baik-baik saja, hanya saja memang saatnya untuk sakit.”Alexander mengambil kompresan yang ada di atas nakas lalu menempelkannya ke kening Kimbeerly agar suhu tubuh istrinya itu segera menurun. “Baik berarti sehat dan yang terjadi sekarang adalah kau sakit, jadi kau tidak baik-baik saja. Diamlah dan segeralah pulih.”Kimbeerly kembali tersenyum. Ia baru
Kimbeerly tidak kunjung tenang setelah mengingat bagaimana reaksi Alexander selama ini. Pria itu tetap tenang meski berita kematian terus merajalela disekitar mereka dan bahkan termasuk orang yang saling mengenal. Kimbeerly merasa sikap Alexander terlalu tenang dan membuatnya curiga. Tidak mungkin seseorang akan terus merasa tenang bukan? Sebanarnya Alexander ini hanya menampakkan wajah tenang agar orang disekitarnya tidak khawatir atau karena dia tidak peduli dengan sekitarnya? Hal ini membuat kepala Kimbeerly seakan pecah hanya karena rasa penasarannya.Kimbeerly menghubungi salah satu temannya yang ia kenal saat kuliah dulu dan dia adalah orang yang mengerti tentang pelacakan atau hal apapun tentang identitas seseorang. Rasa penasaran Kimbeerly sudah begitu tinggi hingga ia mengabaikan semua hal dan bahkan tidak merasa bersalah jika saja ia mengganggu privasi Alexander. Ia hanya ingin memastikan bahwa semua dugaannya tidak benar dan ia bisa mempercayai Alexander sampai akhir tanpa
“Kau tidak berbohong dengan berita ini bukan?”Kimbeerly menggeleng dan menampakkan senyuman lebar. “Aku tidak berbohong. Semula aku tidak percaya karena suhu tubuhku meninggi dan kemarin aku periksakan ke dokter dan dia mengatakan aku sedang mengandung tujuh minggu.”Semua orang tampak bahagia setelah mendengar pernyataan Kimbeerly, tetapi berbeda dengan Alexander yang hanya diam saja. Mereka tengah berkumpul di rumah Jeremy atas permintaan Kimbeerly sebelumnya. Alexander bahkan tidak tahu menahu tentang kehamilan Kimbeerly dan tentu saja terkejut dengan berita mendadak yang Kimbeerly beritahukan ini.Kimbeerly menoleh dan menatap Alexander yang diam saja meski tangan mereka saling bergandengan. Ia menampakkan senyumannya dan membuat Alexander fokus menatapnya.“Maaf aku memberitahukan ini di depan semua orang saat kau belum tahu, Alexander. Aku hanya ingin membuat kejutan untuk kalian semua.”“Aku bahagia, Kimbeerly.”Kimbeerly semakin menampakkan senyuman lebar dan kembali melihat
Kimbeerly menghembuskan napas setelah membaca semua data yang diberikan Nesha padanya. Ia kembali melihat satu kertas data identitas lantas melihat Nesha yang meminum jus yang ia pesan.“Kau yakin ini benar?”Nesha menampakkan senyuman dan mengambil ponselnya. Menunjukkan sesuatu kepada Kimbeerly yang akan memperkuat kebenaran yang ada. Bisa ia lihat Kimbeerly yang masih belum bisa menerima fakta yang ada dan Nesha yang tidak bisa melakukan apa-apa selain apa yang Kimbeerly katakan. Nesha memberikan apa yang Kimbeerly mau dan setelahnya ia tidak akan ikut campur dengan masalah apa yang tengah melanda Kimbeerly.“Kau mengatakan padaku untuk melacak dan inilah hasilnya. Entah apa kau akan percaya atau tidak, tetapi inilah yang ku temukan.”Kimbeerly menganggukkan kepalanya. Mencoba menerima fakta yang ada, tetapi sulit ia pahami dengan mudah. Alexander terlalu lihai dalam menyembunyikan diri sampai-sampai Kimbeerly bahkan tidak pernah menyadari sedikit saja kesalahan yang Alexander laku
“Alexander.”Alexander tidak menggubris panggilan Kimbeerly dan terus melangkah menuju rumah. Sedangkan Kimbeerly juga tidak ingin kehilangan kesempatan untuk memperjelas semua masalah yang menimpa mereka kini. Kimbeerly butuh kejelasan mengapa Alexander bisa melakukan semua ini dan dengan teganya pria itu bahkan menggunakan dirinya sebagai alat dari rencananya.“Alexander kita butuh bicara!”Alexander menghentikan langkahnya begitu mendengar nada kesal Kimbeerly bahkan seakan menegaskan dengan lantang bahwa wanita itu benar-benar butuh dirinya. Alexander menghembuskan napas dan berbalik, melihat Kimbeerly yang melihat Kimbeerly yang kini mulai mendekati pada alexander.“Kenapa lagi kimberly.”Kimbeerly menghembuskan napas. Ia menatap alexander dengan tatapan yang mengisyaratkan sesuatu. Kedua tangannya saling menggenggam, berbagai perasaan bercampur menjadi satu dalam benaknya. Kimbeerly sungguh ingin alexander berkata jujur, hanya saja ia takut jika akan menimbulkan masalah yang leb
“Aku tidak percaya ternyata nyalimu cukup besar juga. Harusnya aku membunuhmu kemarin, sayangnya hatiku masih sedikit baik untukmu. Saya tahu Anda akan berencana memberikan surat perceraian ini dan menggunakannya untuk sebuah rencana. Dan semua memang berjalan seperti apa yang saya pikirkan, maka Anda salah jika berpikir saya akan menghindar dari rencanaku. Begitukah, Kimbeerly?” Alexander tertawa. Ia mengambil surat cerai yang telah Kimbeerly taruh di atas meja kerjanya, dilihatnya surat perceraian tersebut dengan tersenyum setan lalu ia menatap Kimbeerly yang terlihat menahan sesuatu. Satu tangan wanita itu mengusap perutnya dengan penuh kasih sayang dan Alexander kembali terkekeh. Ia tidak akan terpengaruhi apapun yang dilakukan oleh Kimbeerly. Apapun yang telah direncanakan harus berjalan sesuai keinginannya bukan malah sebaliknya. Kimbeerly tersenyum kecut. Alexander sungguh sangat mengerti dirinya. “Aku hanya tidak ingin membuat kehidupanku semakin rumit. Aku hanya ingin mele
Alexander hanya diam saja di rumah setelah hari sebelumnya Kimbeerly membuat keributan dengannya. Ya … Kimbeerly ternyata sudah mengatakan semua yang telah ia lakukan pada Alexander dan membuatnya harus berpikir ulang dengan semua rencana sebelumnya. Wanita itu menemukan banyak bukti tentang siapa Alexander yang sebenarnya hingga suasan canggung akhirnya terjadi diantara mereka. Kimbeerly juga sudah memberitahukan semua keluarganya bahwa selama ini Alexander menipu mereka, tetapi Alexander masih enggan untuk pergi begitu saja dan seolah takut dengan tindakan Kimbeerly. Jika memang dibutuhkan maka Alexander akan membunuh keluarga Kimbeerly disaat bersamaan. Kimbeerly melirik Alexander yang begitu fokus dengan ponselnya bahkan dengan sengaja tidak mematikan televisi yang menyala dan memiliki suara tinggi. Ia tidak tahu harus melakukan apapun lagi agar kehidupan keluarganya bisa bebas dari rencana Alexander dan bahkan saat perutnya mulai membuncit Alexander juga tidak pernah peduli denga
Dorr!Suara tembakan yang diarahkan ke atas membuat semua orang yang berada di dalam rumah bergegas keluar untuk mengetahui hal apa yang sebenarnya terjadi. Kini, Alexander telah berada di atas puncak rencananya. Tidak ada lagi kata menunggu apalagi membiatkan waktunya terbuang sia-sia. Alexander tidak akan menunggu keputusan apapun selain hanya berfokus dengan rencananya dan semua usahanya yang sebentar lagi akan berhasil. Ia tidak peduli apa yang akan terjadi dengannya setelah ini, yang jelas ia sangat ingin melihat Jeremy bertekuk lutut meminta maaf padanya dan nyawa pria tua itu yang akan melayang setelahnya.Apapun yang terjadi, Jeremy harus terbunuh!Alexander tersenyum sinis kala Jeremy dan Victoria keluar dari rumahnya dengan tatapan bingung dan terkejut. Tak lama, Edward juga menyusul dari bagian samping rumah yang merupakan jalan menuju taman belakang rumah. Alexander semakin menyunggingkan senyumannya sebab merasa puas semua orang berkumpul dengan menakjubkan. Benar-benar s
Dua tahun telah berlalu begitu cepat. Usia yang sebelumnya muda semakin bertambah tua dan bayi yang bari saja lahir kini sudah pandai bicara dengan kakinya yang mulai berjalan tertatih sebab belum benar-benar bisa mengendalikannya. Kejadian demi kejadian terus berganti dan tawa serta tangis juga mengimbangi. Semua telah dilalui dengan suka dan duka yang bergantian. Menerjang orang-orang dan menyadarkan bahwa waktu memang secepat itu berlalu serta meninggalkan kenangan tiada akhir.Hari ini, di tempat yang amat sejuk serta terpaan angin menyapa dengan lembut pada dua keluarga yang sedang melakukan camping. Suasan ramai dengan tawa yang terdengar menandakan bagaimana mereka merasakan kebahagiaan saat ini dan melupakan semua kejadian yang terjadi sebelumnya. semua orang tersenyum, saling bercanda dan keempat anak yang bermain dibagian berbeda dengan keempat orang dewasa. Ya … mereka adalah keluarga Alexander dan Velena. Dua keluarga dengan kehidupan berbeda yang menyatu menjalin hubungan
Keadaan Valerie semakin membaik dan anak itu yang mulai mengingat dengan perlahan setelah lima bulan lamanya mengalami amnesia sejak kecelakaan. Begitu juga dengan Johaan, pria itu sudah kembali dengan rutinitas pekerjaannya dan kabar yang menggembirakan datang dari Velena yang hamil dua bulan saat ini. Tentu saja ini dijalani tidak mudah. Banyak kesedihan dan juga kebahagiaan yang tercampur menjadi satu dan itu semua juga mendapatkan banyak banyuan dari Alexander serta Kimbeerly yang merawat mereka dengan baik.“Gabriel letakkan mainanmu. Panggilkan ibumu untuk Arthur.”Gabriel segera beranjak atas perintah ayahnya yang duduk di sofa dengan dirinya yang bermain di lantai. Ia pergi ke kamar untuk melihat Arthur dan memanggil ibunya untuk segera datang. Bayi Arthur kini semakin tumbuh sehat dengan tubuh berisi nan juga terlihat semakin tampan. Tidak berbeda dengan Gabriel dulu, Arthur begitu mempesona bagi mata siapa saja yang melihatnya.“Awh … kau sangat menjijikkan, Arthur. Harusnya
Berada dipenjara sejak dirinya dinyatakan bersalah atas semua tuduhan dengan bukti yang ada, kini kehidupan Edward begitu menyedihkan berada disel tahanan. Pria itu hampir tidak pernah tidak depresi satu hari saja sebab pikirannya yang terlalu ricuh memikirkan cara agar dirinya tidak disalahkan. Gangguan otaknya sungguh menyita perhatiannya dengan tubuhnya yang perlahan semakin mengurus karena ia yang juga tidak mau makan dengan baik. Tidak ada yang menjenguk atau bahkan menanyakan kabarnya selama berada disel tahanan dan hal itu semakin memperjelas Edward bahwa Kimbeerly satu-satunya keluarga yang ia miliki benar-benar memutuskan hubungan keluarga dengannya.Seperti saat ini, Edward sesekali akan berteriak histeris dengan depresi yang ia alami. Ia bahkan dipindahkan ke sel tahanan khusus sebab dengan depresi yang ia alami membuat tahanan yang lain merasa terganggu dan hal itu malah membuat Edward babak belur karena dipukuli oleh tahanan yang lain. Hal itu juga telah diminta jauh sebe
Bolak-balik datang dan pergi antara rumah Velena, rumah sendiri dan kantor yang dilakukan Alexander selama beberapa hari ini membuat pria itu terlihat amat lelah. Kimbeerly bahkan harus menyiapkan vitamin tambahan untuk Alexander sebab tidak mau pria itu tiba-tiba jatuh sakit akibat kelelahan. Arthur juga perlahan pulih setelah tiga hari lamanya masih demam meski suhunya tidak setinggi hari pertama.“Kau tidak pergi bekerja?” tanya Kimbeerly yang baru kembali dari lantai bawah dan berpikir Alexander sudah siap lalu akan segera pergi, tetapi yang ia lihat saat ini justru hal sebaliknya. dimana Alexander justru sedang rebahan dengan Arthur yang berada di samping tubuh pria itu.“Aku mengambil cutie dua hari.”Kimbeerly mendekat dan menaruh susu dan vitamin berbentuk pill itu di atas nakas. “Kau merasa tak enak badan? Kita bisa ke dokter.”Kimbeerly mencoba memegang kening Alexander, tetapi pria itu segera menggeleng dan menampakkan senyuman. “Aku tidak mau melihatmu sakit, Al. Jadi kata
Sejak kepulangan Alexander dan Kimbeerly dari rumah Velena, kini berganti dengan mereka yang harus merawat Arthur yang mengalami demam tinggi. Apalagi Alexander juga harus bolak-balik dari rumah ke kantor lalu kembali ke rumah Velena untuk memastikan semuanya. Hal itu membuat tubuh Alexander benar-benar lelah dan ia juga tidak dapat berkeluh kesah sebab semua tanggungjawab ada padanya. Bagaimanapun ia harus menghandle semuanya sebaik mungkin dan tidak memiliki kesalahan.“Apakah masih panas?” tanya Alexander pada Kimbeerly lewat telepon video yang mereka lakukan saat ini.“Masih. Suhunya semakin panas.”“Aku akan segera kembali,” ujar Alexander kemudian memutuskan telepon video mereka. Ia juga bisa mendengar sendiri bahwa Arthur masih terus menangis di sana.Alexander menghembuskan napas pelan. Ia kini berada disebuah apotek untuk membelikan vitamin bayi dan beberapa asupan susu untuk Arthur. Meski telah diperiksa oleh dokter, tetapi suhu tubuh Arthur belum juga menurun dan anak itu y
Hari ini Velena, Johann serta Valerie sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa hari menerima menanganan baik di rumah sakit. Alexander juga turut andil dalam hal ini untuk menjemput mereka dan kembali ke rumah, ditemani dengan Kimbeerly yang memang sudah pulang lebih dahulu setelah persalinan. Hanya Alexander dan Kimbeerly, sebab Gabriel dan Arthur tetap di rumah dan Alexander sudah menyewa orang untuk menjaga mereka sampai Alexander dan Kimbeerly kembali.“Terimakasih sudah mau kami repotkan, Alexander. Aku minta maaf karena malah membuatmu bolak-balik rumah sakit menjaga kami sekaligus Kimbeerly. Kau pasti lelah.”Alexander tersenyum tipis mendengar Johann yang berujar. Mereka sudah berada di mobil menuju ke rumah dengan Valerie yang terus berada dipangkuan Velena sebab hanya Velena dan Alexander yang diingat oleh anak itu.“Jangan seperti orang lain, Johann. Kami keluarga dan bantuan seperti ini seharusnya memang ada. Lain kali, jangan sungkan jika memang butuh bantuan. Aku akan
Alexander menghentikan dorongan kursi rodanya begitu sampai di depan sebuah ruangan operasi Johann yang tertutup rapat. Velena diam ditempat dengan sorot mata menatap pintu ruangan tersebut. Harapannya untuk terus merasakan kebahagiaan pupus begitu melihat kenyataan bahwa dua orang yang ia cintai bahkan belum bisa ia temui. Dua orang yang menjadi sumber kekuatannya justru sedang menagalami masa kritis dan harus mendapatkan penanganan lebih banyak untuk bertahan hidup. Ini menyakitkan tetapi mau tak mau Velena harus menerimanya.Velena menoleh, menatap Alexander yang berada di sampingnya, seakan menunggu permintaan apalagi yang akan Velena katakan.“Katakan saja,” ujar Alexander yang mengetahui bahwa Velena tidak berani mengatakan apa yang ia inginkan.Wanita itu terdiam dan kembali menatap perut ratanya. “Aku tidak siap mengatakan semua ini kepada mereka.”Alexander mengusap puncak kepala Velena dan mengangguk mengerti. “Aku yang akan mengatakan pada mereka.”Velena menatap Alexander
Velena mendapatkan ruang inap lebih dahulu sebelum Valerie dan Johann yang masih ditangani oleh dokter. Alexander segera menemani sepupunya itu setelah ia berhasil menenangkan diri dan memberitahukan kabar kepada semua orang. Kelurga Johann akan segera datang dan Kimbeerly yang terus meminta maaf karena tidak bisa datang sekaligus karena itu permintaan Kimbeerly agar Velena dan keluarga datang menjenguknya.“Al … kenapa perutku seperti ini?” tanya Velena yang baru sadar dan melihat perutnya yang kembali rata.Alexander mendekat dan menatap sedih melihat keadaan Velena saat ini. Sepupunya itu terlihat jelas sedang kebingungan tetapi Alexander bahkan tidak tega mengatakan kebenarannya kepada wanita itu. Itu terlalu menyakitkan untuk diberikan sebagai jawaban untuk Velena yang begitu menginginkan seorang anak setelah Valerie.Velena menatap Alexander yang tidak kunjung menjawab pertanyaannya dan malah diam saja dengan mengalihkan pandangan. “Al … katakan sesuatu padaku. Kenapa perutku se
kecelakaan yang terjadi kepada Johann, Velena serta Valerie membuat Alexander tidak bisa berhenti berpikir. Ketiga orang itu sedang dirawat di rumah sakit terdekat dengan tempat kecelakaan dan sekarang Alexander tengah menunggu dokter keluar dari ruangan setelah beberapa saat masuk untuk memeriksa keadaan mereka. Alexander terus mencoba berpikir baik tetapi setelah melihat keadaan ketiga orang itu membuatnya tidak bisa berpikir dengan tenang.Velena mengalami pendarahan dengan beberapa bagian tubuhnya terluka karena kaca mobil yang pecah, Johann memuntahkan banyak darah sebab bagian dadanya yang berpental bagian setir dengan amat keras dan membuatnya terus terbatuk dan tidak bisa bersuara dengan jelas, terakhir adalah Valerie yang mendapatkan beberapa luka dan tidak sadarkan diri setelah kepalanya terantuk bagian kursi depan. Melihat semua keadaan buruk ketiga orang itu tentu saja membuat harapan Alexander semakin rendah.Alexander tidak bisa tenang. Ia berdiri dan melangkah ke sana k