Share

65. Last Kiss

Author: Chida
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Hendra riba lebih cepat dari perkiraan Regantara, lelaki berhidung mancung itu tersenyum saat Regantara menemuinya di restoran hotel tempat dia menginap.

"Apa kabar, Re?" Hendra mengulurkan tangannya.

"Seperti yang kamu lihat." Hendra pun tertawa.

"Jelas semakin keren," kekeh Regantara.

Seperti reuni dua teman yang sudah lama tak bertemu, begitulah Regantara dan Hendra saat ini. Kedekatan mereka sempat berjarak saat Debby pergi selamanya, belum lagi selisih pendapat antara Hendra dan Wahyu sering terjadi.

"Jadi bagaimana perusahaan?" tanya Hendra.

"So far so good," jawab Regantara.

"Dengan masuknya investor baru itu?"

"Enggak ada banyak perubahan sebenarnya," kata Regantara. "Perusahaan kita ini sudah lama berdiri, Hen. Konsumen juga nggak memandang produk kita sebelah mata, mereka tau kualitas rasa dan kuantitasnya."

"Lalu kenapa papa membutuhkan investor baru?"

"Kamu tau papa lah, Hen. Dia harus mencoba dulu, kalo sudah kena batunya baru percaya."

"Iya juga, tapi yang en
Chida

Jangan gemes yaaaa

| 1
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (24)
goodnovel comment avatar
Nury
wehhh..hahaha. mas Hendraaaaa.. datang menyelesaikan masalah dengan Tenang.
goodnovel comment avatar
Nina Setyowati
gemes banget....... huuuhh
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Laaah.....si Hendra malahan kasih kiss ke ayu ....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Balada Duda - Janda   66. One Step Closer

    "Aku pulang dulu," ujar Hendra melepaskan pelukannya."Australia?""Masih harus menghabiskan waktu bersama papa, mama dan anak-anak serta istriku," kata Hendra namun membuat wajah Ayu berubah sedih."Istri kamu?""Mereka ada di Jakarta, aku kemari untuk menyelesaikan masalah kita." Hendra membelai lembut kepala Ayu. "Kita lupakan masa lalu, Yu ... you deserve to be happy, cari pasangan yang mencintai kamu dengan tulus.""Kalau waktu bisa di putar, aku jelas memilih kamu," ucap Ayu sambil mendongakkan wajahnya pada Hendra. "Jelas kita nggak bisa saling memiliki." Hendra menjauhkan tubuhnya, beranjak dari sofa dan menghadap ke arah Ayu."Kamu sangat mencintainya?" Hendra mengangguk, "dia ibu dari anak-anakku.""Happy for you ...." Ayu berusaha tersenyum meski hatinya terasa sakit."You too ...." Hendra kembali tersenyum. Hendra keluar dari kamar Ayu tepat pukul 10 malam, menghabiskan waktu hanya sekedar memeluk wanita itu hingga dia kembali tenang. Masa lalu mereka memang sulit untuk

  • Balada Duda - Janda   67. Kenapa Memilih Aku?

    Ayu memarkir mobilnya di pekarangan sebuah rumah mungil bercat putih. Lelaki yang mengenakan kaos hitam dan jeans robek itu berdiri di ambang pintu menunggu kehadirannya sejak setengah jam yang lalu. Ayu tersenyum kecil ketika turun dari mobil yang dia kendarai selama hampir delapan jam perjalanan dari Jakarta."Udaranya sejuk di sini," kata Ayu sambil meletakkan kunci mobilnya di atas meja teras rumah yang Dimas sewa.Dimas hanya tersenyum, wanita yang sudah terduduk di kursi itu menikmati lalu lalang beberapa orang petani yang melintas membawa hasil sawah mereka."Sepertinya aku bakal kerasan tinggal di sini untuk beberapa bulan ke depan," ujar Ayu sambil melirik Dimas."Aku antar kamu ke Semarang, besok kamu harus kerja, kan?" "Hah?""Iya, pulang ke Semarang. Tempat kamu bukan di sini, Yu. Bukan dengan seorang DPO seperti aku, bukan dengan penjahat kelamin dan mantan terpidana korupsi.""Kamu ngomong apa sih?" Ayu mengerutkan keningnya."Tempat ini nggak cocok buat kamu," kata Dim

  • Balada Duda - Janda   68. Berita Mengejutkan

    "Bunda mau kemana?" tanya Tama yang melongokkan kepalanya dari balik pintu kamar Rubi pagi itu. "Hei, sini ...." Rubi meminta Tama masuk ke dalam kamarnya. "Bunda udah rapih begini, mau kemana?" Tama memperhatikan sang ibu yang hari itu mengenakan kemeja berwarna pink muda dan celana bahan 7/8. Rubi tertawa kecil, "Bunda pergi sebentar ya, ada urusan," "Sama Om Regan?" Rubi mengangguk, "heeh, Tama hari ini kalo mau jajan perginya sama Mbok Inah, ya." "Iya, Bun. Tapi Bunda nggak sampe malem, kan?" "Enggak, hanya sebentar," janji Rubi. "Tapi Tama kalo main jangan jauh-jauh, ya." Tama mengangguk. "Tama hari ini mau di rumah aja, Pakde Bono mudah-mudahan ke sini jadi bisa main sama Pakde." "Oh iya, nanti Bunda suruh Pakde kemari." Rubi mengacak rambut Tama lalu meraih tas tangannya. "Bi," panggil Ibu Widya. "Ya, Bu ...." "Ada Nak Regan di depan." Widya merangkul pundak Tama dan menuntunnya keluar kamar. "Kamu mau kemana?" tanya Widya saat berada di ambang pintu. "Mau temenin

  • Balada Duda - Janda   69. Dimana Anakku?

    Rubi masih menangis di ruang keluarga menunggu kabar dari Regantara yang langsung bergerak cepat mencari keberadaan Tama. "Gimana ceritanya tadi, Bu?" tanya Rubi di sela isak tangisnya. "Kamu pergi sama Nak Regan tadi, Tama masih di rumah, masih nonton TV sama Ibu. Dua jam kemudian dia bilang ke Mbok Inah mau ke supermarket di depan. Karena Mbok Inah masih ada kerjaan di dapur, Ibu suruh Tama untuk menunggu Bono sebentar lalu Ibu tinggal masuk ke kamar. Bono datang menanyakan Tama dimana, Ibu kaget." Widya masih terduduk lemas menceritakan kronologis kejadiannya sementara Mbok Inah merasa tak enak pada Rubi. Baru kali ini Tama menghilang tanpa berpamitan, jika pun tidak di izinkan keluar rumah, anak lelaki yang sekarang berumur lebih dari 10 tahun itu akan menunggu hingga ada yang menemaninya pergi meski hanya ke warung seberang jalan. "Mbak ...." Bono datang dengan napas terengah, sedari tadi dia mengelilingi daerah sekitar rumah Rubi hingga ke kampung sebelah, namun hasilnya teta

  • Balada Duda - Janda   70. Manusia Bodoh

    Pukul delapan malam, Dimas baru sampai di rumah sewaannya. Pagi tadi dia meminjam mobil Ayu untuk mengurus sesuatu di Semarang, karena Ayu menolak ikut Dimas memutuskan pergi sendiri. Membutuhkan waktu hampir dua jam dari Boyolali untuk sampai ke Semarang, niat yang tadinya hanya untuk mengurus sesuatu namun nyatanya keinginan untuk melihat putra semata wayangnya begitu kuat.Semesta berpihak pada Dimas saat melintas di depan rumah Rubi dia melihat Tama berada di depan pagar menunggu seseorang. Tanpa pikir panjang, Dimas turun dan menghampiri putranya itu."Tama," panggilnya. Sebusuk apapun kelakuan Dimas, namun kerinduan pada anak semata wayangnya itu tak dapat di pungkiri. Darahnya mengalir di tubuh Tama, anak lelakinya buah cintanya bersama Rubi dulu."Ayah," ujar Tama lalu menoleh ke kanan dan ke kiri melihat situasi di sekitarnya."Nak," ucap Dimas memeluk Tama yang tidak sedikitpun membalas pelukannya. "Kamu sehat?" tanya Dimas menatap lamat bola mata yang belum berdosa itu.Ta

  • Balada Duda - Janda   71. Menyerahkan Diri

    "Selamat pagi, Tama," sapa Ayu dari ruang makan saat dia sedang meletakkan piring berisi telur mata sapi yang di minta Dimas tadi.Dengan wajah bangun tidurnya, Tama hanya bisa mengerutkan keningnya melihat sosok wanita yang baru saja dia temui."Ayah kamu lagi keluar sebentar, dia bilang kamu harus sarapan dulu sebelum pulang ke Semarang," ujar Ayu. "Ayo, duduk sini." Ayu menarik kursi untuk Tama. "Kamu mau sarapan apa? ada nasi goreng, telur mata sapi, atau roti isi mesis aja? Oh iya ini susu coklat hangat buat kamu, udara di sini dingin jadi enak kalo pagi-pagi menghangatkan perut dengan susu," ujar Ayu berusaha mencairkan suasana."Tante ini siapa?" tanya Tama membuat Ayu terdiam sebentar."Oh, Tante ini—""Sudah bangun, Tama?" Dimas datang dengan membawa bingkisan yang dia berikan pada Tama. "Karena kamu nggak bawa baju ganti, tadi Ayah belikan di toko. Sebelum pulang mandi dulu, ya." Dimas mengacak lembut kepala Tama."Iya, Ayah." Tama meneruskan sarapan paginya.Dimas ikut dudu

  • Balada Duda - Janda   72. Perbincangan Ibu Dan Anak

    "Laporan tindak pidana atas dasar penganiayaan tidak dapat di cabut, begitu prosedurnya. Oleh karena itu, kami tetap akan memprosesnya," ujar polisi berbadan tegap itu.Ya, Rubi bermaksud ingin mencabut laporan atas perlakuan Dimas pada Bono beberapa bulan yang lalu hingga membuat Bono harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Atas permohonan Tama, Rubi rela menurunkan ego nya pada lelaki yang sudah seringkali menyakiti hatinya itu."Penangguhan hukuman atau berupa jaminan juga tidak bisa?" tanya Regantara."Sayangnya tidak, Pak. Laporan sudah masuk sejak saat pertama kali di buat, jadi walaupun di selesaikan secara kekeluargaan tetap proses hukum berlanjut.""Penangguhan pun—" Rubi belum sempat menyelesaikan kata-katanya ketika Dimas mengangkat tangannya. "Kalian tidak usah repot-repot untuk itu, dengan kalian berusaha seperti ini saja aku tau kalian tulus," ucap Dimas. "Biarkan aku menyelesaikan apa yang sudah aku mulai," ujar Dimas lalu menunduk.Ayu yang berdiri tidak ja

  • Balada Duda - Janda   73. Balada Duda Janda

    Pagi itu suasana kembali normal, Rubi sudah di sibukkan kembali dengan kegiatan cateringnya. Bono pun sudah mondar mandir membawa perlengkapan catering yang berisi makanan untuk hari itu."Pagi, Mbak," sapa Bono saat Rubi datang setelah mengantar Tama ke sekolahnya."Pagi, Bon." Rubi mematikan mesin motor matic-nya. "Sudah beres?""Sedikit lagi, Mbak ... buah-buahan belum selesai di packing Mbok Inah," ujar Bono."Oh gitu, aku masuk dulu ya ... ganti baju," ujar Rubi sambil melepaskan jaket yang dia kenakan."Mbak ikut mobil box?" tanya Bono hati-hati."Iya lah, emang kenapa?""Oh, aku kira di jemput Pak Bos," kata Bono sambil menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal."Oh ... enggak. Aku mau berangkatnya sama kamu aja," ujar Rubi melangkah masuk ke dalam."Ya Tuhan, syukurlah semua kembali normal," ucap Bono lega.Tepat pukul sembilan pagi seperti biasa Bono dan Rubi sudha berada di kafetaria, Yanti pun sudah berada di sana terlebih dahulu."Bon, lontongnya itu kan sudah di potong-po

Latest chapter

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 15 : Takdir Cinta

    Sudah hampir setahun keluarga Regantara tak datang kembali ke Jakarta, dan khusus tahun ini bertepatan dengan hari ulang tahun almarhum Debby mereka kembali datang. Sebelum sampai di rumah mantan mertuanya, Regantara menyempatkan diri berkunjung ke makam istri pertamanya. Regantara dan Rubi beserta ke empat anak mereka duduk bersimpuh bersisian dengan gundukan tanah berbalut rumput yang di rawat dengan baik. "Apa kabar, Ma?" Suara lirih Kayma membuka keheningan diantara mereka. Sambil mengusap nisan sang Ibu, mata gadis itu pun berkaca-kaca. Ingin rasanya dia bercerita tentang kegundahan hatinya selama ini. Terlebih tentang cerita antara dia dan Tama, jika pun waktu bisa kembali dan berjalan tidak seperti saat ini, bisa jadi jodohnya adalah Tama. "Arsa, pimpin doa," ujar Regantara. Beberapa saat Arsa memimpin doa, Rubi ikut menaburkan bunga di atas gundukan tanah itu lalu dia merangkul pundak Kayma mengusapnya lembut. "Papa tinggal sebentar ya, Bunda dan anak-anak jika ingin men

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 14 : Menutup Masa Lalu

    "Sudah berapa lama kenal Kayma?" tanya Tama dengan napas memburu sambil men-dribel bolanya."Setengah tahun," jawab Saka berusaha meraih bola yang berada di dalam kekuasaan Tama."Sejauh apa?" tanya nya lagi memutar tubuhnya menghindari gerakan Saka."Sampai saat ini masih berteman dan mungkin sebentar lagi akan lebih dari sekedar teman."Tama menghentikan gerakannya, matanya menatap tajam ke arah Saka. Denga satu kali gerakan dia melambungkan bola basket dan tepat masuk ke dalam ring."Benar kata Arsa, permainan Mas Tama keren juga," ujar Saka bergantian memainkan bola yang sudah berada di tangannya.Tama mengindahkan perkataan Saka, masih terngiang di telinganya ucapan Saka yang baru saja terlontar."Lalu menurut kamu, Kayma suka sama kamu?" Tama sekarang bergantian memperebutkan bola di tangan Saka."Ibarat kata orang tua dulu, alon alon waton kelakon. Semua melalui proses Mas, dan kami sedang dalam proses itu," jawab Saka memutar tubuhnya dan memasukkan bola ke dalam ring."Keren

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 13 : Pertanyaan Di Hati

    Pukul sembilan lebih lima belas menit Tama berdiri di ambang pintu rumah besar milik Regantara. Kehadiran dirinya membuat kaget seisi rumah. Rubi berlari memeluk anak pertamanya itu, tangis rindunya tak dapat lagi di bendung."Kenapa nggak bilang kalo pulang, Nak?" Rubi masih memeluk tubuh tegap itu."Surprise, Bunda." Rubi melepaskan pelukannya, memberi ruang pada Tama untuk melepas rindu juga pada Regantara. "Sebenarnya Papa sudah tau dari Ayah kamu," ujar Regantara memeluk erat tubuh putra tirinya. "Tapi Papa nggak tau kamu sampainya hari ini." Regantara menepuk pundak Tama. "Sudah besar kamu, Nak." Mata binar memancarkan kebanggaan dari mata Regantara."Mas Tama," ucap Qiara yang juga menangis karena haru."Adik Mas Tama sudah besar, peluk dong.""Mas Tama ...." Qiara menangis karena rindu, saat di tinggal oleh Tama umurnya masih 6 tahun masih terlalu muda melepas kepergian kakak kandungnya itu."Kangen, ya?" Qiara pun menjawab dengan anggukan. Mata Tama mengarah pada sosok tubu

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 12 : Kangen Rumah

    Ghea duduk menunggu di taman kota tak jauh dari apartemen mereka, tadi sepulang dari kampus dia mengabari Tama untuk menemuinya di sana. Alasannya, agar bisa langsung makan untuk malam ini di luar. Karena minggu ini dia berjanji akan mentraktir Tama."Hai." Suara Tama mengagetkan Ghea. Gadis berambut sebahu itu menoleh. Hari itu, entah mengapa dia melihat Tama lebih tampan dari biasanya."Kok ganteng ...." Kali ini Ghea memutar tubuhnya memastikan Tama memang benar-benar beda hari itu."Kan mau di traktir, emang nggak boleh ganteng?""Jangan ganteng-ganteng, kalo aku naksir gimana?" candanya."Haha ... jadi ada kabar apa?" tanya Tama sambil menyodorkan minuman kaleng oeghangat tubuh."Duduk sini." Ghea menepuk sisi sebelah kirinya lalu mengeluarkan amplop dari tas punggungnya. "Ini.""Apa?""Masih ingat kan kalo aku pernah cerita aku mengajukan beasiswa lagi untuk melanjutkan belajar di negara ini?""Iya," jawab Tama sambil membuka amplop itu dan perlahan membacanya. "Ghe, ini serius?

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 11 : Pilihan Aku Jatuh Di Kamu

    "Jadi?" tanya Hesti sambil menunggu Kayma membereskan buku-bukunya."Jadi sih, tapi kamu temenin ya. Enggak enak kalo sendirian, nanti kesannya aku ada apa-apa.""Ya ampun, Kay. Ada apa-apa juga enggak apa-apa, selagi dia masih single bukan milik siapa-siapa. Ya lanjut aja," kata Hesti ikut meraih tas punggungnya."Emang enggak ada apa-apa, Hes. Kamu jangan mulai deh.""Kamu mau sampe kapan sih mikirin Mas Tama?"Kayma masih terus berjalan di koridor sekolah, kakinya selalu berat melangkah jika nama Tama di sebut."Enggak ada hubungannya sama Mas Tama, Hes.""Ya jelas ono, wong kamunya aja gagal move on. Pangeran di depan mata aja ketutup," sungut Hesti. "Sing tak pikirke ki Bunda, pasti sedih lihat kalian seperti ini. Saudara bukan, kekasih juga bukan tapi masih memendam cinta. Ayolah, Kay ... Saka juga nggak jauh lebih baik dari Mas Tama. Mas Tama boleh saja jadi cinta pertama kamu tapi, mungkin Saka atau lelaki-lelaki di luar sana yang akan menjadi masa depan kamu."Kayma menghenti

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 10 : Masih Ingat Dia

    Ghea beranjak dari tempat tidurnya, sudah dua hari ini dia merasakan tubuhnya sedang tidak baik-baik saja, apalagi di tambah dengan halangan yang biasa setiap bulan kaum wanita dapatkan. "Just a minute," ujarnya dengan suara yang sedikit berat. Ghea membukakan pintu apartemennya. Tama sudah berdiri membawa beberapa paper bag makanan. "Masih pagi, Tam ... masuk," ucapnya mempersilahkan Tama untuk masuk. "Aku bawain sarapan pagi," kata Tama yang langsung menuju dapur. "Setelah makan minum obatnya." Tama menyalakan kompor untuk memasak air. Sejak dua hari lalu saat Ghea mengatakan dia sakit, Tama lah yang mondar-mandir memastikan keadaan gadis itu. Maklum saja Ghea adalah perantau luar negara yang tidak mempunyai siapa-siapa. Dan Tama merasa mempunyai kewajiban karena mereka hidup sendiri di negara orang. Ghea menguncir rambutnya hingga tinggi menampakkan leher jenjangnya, dia masih terduduk lemas di sofa. "Di minum teh nya, makan ini." Tama memberikan sebungkus sandwich pada Ghea

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 9 : Membuka Hati

    Kayma masih mengenakan piyamanya pagi itu, dia berdiri di sandaran pintu kaca besar yang menghubungkan ruang makan pada taman samping rumah. Suara riuh Qiara yang bersorak tadi membangunkannya. Pandangannya jatuh pada tubuh atletis Saka yang tak mengenakan kaos, hanya dengan celana pendek Tama yang dia berikan semalam. Saka sedang asyik men-dribel bola basket dan mengecoh gerakan Arsa. "Yeay ... Qia tim Abang Saka. Semangat Abang," sorak Qiara. "Abang?" Kayma bergumam. "Eh Kak Kay udah bangun." Qiara menghampiri Kayma lalu menggandeng tangan sang Kakak dan duduk di kursi panjang. "Iya, soalnya kamu berisik," kekeh Kayma sambil mengusak rambut Qiara. Saka menghentikan permainannya, matanya menatap Kayma lalu tersenyum. Tubuh berpenuh peluh itu begitu terlihat silau terkena pantulan matahari. "Qiara kalo udah gede pengen punya pacar kayak Abang, ganteng baik lagi." "Anak kecil, mikirnya." Kayma meraup wajah Qiara. "Emang Kakak nggak suka ya? Kalo Kakak nggak suka nanti Qia bilang

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 8 : Menginap

    "Apa kabar, Kay?" Saka mengulurkan tangannya pada Kayma."Baik," jawab Kayma masih tak percaya lelaki berseragam itu ada di supermarket. "Kok ada di sini?" tanya Kayma sambil mengerutkan keningnya."Mm ... belanja," jawab Saka bohong."Hah?""Aku ... itu, belanja ... iya belanja.""Oh ....""Kamu, sendirian?""Sama Bunda di sana ... oh iya aku butuh butter dan mayonaise." Cepat-cepat Kayma meraih barang yang di minta oleh Rubi. "Saka, maaf ya aku harus pu—""Saka? Wah kebetulan sekali ketemu di sini. Sedang libur tugas?" Rubi berjalan menghampiri mereka."I-iya Tante, libur.""Kapan masuk?""Besok, Tante ....""Kalo gitu ikut Tante, makan malam di rumah, ya.""Tapi—""Tante nggak terima penolakan loh, kamu pulang sekarang juga ngapain, kan libur?""Iya, tapi—"Mata Saka sekilas menatap Kayma, rasanya kemarin saat Rubi menelponnya skenarionya hanya makan malam tidak ada menginap di rumah keluarga mereka."Kay, ayo kita antri di kasir. Saka, bisa minta tolong di dorongan troli nya ya,"

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 7 : Suatu Kebetulan

    "Hah? Cowok berseragam ... si Mas-mas Taruna? Serius?" Hesti terkejut saat Kayam menceritakan bahwa dia dan pemuda berseragam bernama Saka saling kenal. "Oh, bapaknya siap namanya?" "Saka." "Nah iya si Saka itu ternyata bapaknya satu komunitas dengan Papa Regan?" "Iya, kemarin sebelum mereka pulang, Papa mengundang keluarga Saja untuk makan siang di resto Bunda." "Ya ampun, Kay. Jodoh emang nggak kemana ya." "Jodoh apaan?" "Jodoh Mas Taruna lah .... Terus ada kelanjutannya?" tanya Hesti penasaran. "Kemarin minta nomer hp." "Aduh duuuh, Kay. Mbok kamu kasih?" "Enggak." "Laaah ... yo ngopi, Kay. Di kasih to yah, emang kenapa sih? Buka hati Kay, anggaplah berteman dulu kan nggak harus pacaran. Emang kamu bisa pastiin Mas Tama di sana nggak punya pacar?" Kayma terdiam, apa pula haknya memikirkan Tama. Bahkan lelaki yang pernah mengisi hatinya itu pun tak pernah sedikitpun menanyakan kabarnya atau sekali saja menelpon untuk mendengar suaranya. "Tapi dia kasih nomer hp nya?" H

DMCA.com Protection Status