Ketika cahaya lilin digantikan dengan sinar cahaya lampu yang tiba-tiba kembali menyala, dua keluarga baik Alexa maupun Karel masih belum selesai dengan keterkejutannya akan permintaan dari Karel. "Kamu mau akad malam ini?" tanya ayah Alexa. "Jika Bapak mengijinkan, tapi __ gimana, Al?" Alexa yang tidak siap dengan permintaan Karel ini pun hanya dapat terdiam, jantungnya berdegup dengan kencang, seakan ingin keluar dari rongga dadanya dan mencari siapa biang keladinya. Sedangkan Sekar, yang dengan setia duduk mendampingi Alexa, menyadari apa yang terjadi dengan kakak sepupunya ini. "Pak, otewe Mas atau Bang, kayaknya mbak Al butuh oksigen, deh! Ini statusnya bahaya! Kenceng bener ini!" seru Sekar yang merasakan denyut jantung Alexa yang sangat cepat dan kencang. Ibu Alexa pun menghampiri dan kemudian, membelai lembut punggung Alexa sembari lirih berkata, "Al, sesuatu yang baik, wajib disegerakan. Pernikahan pun hukumnya wajib disegerakan agar tidak menimbulkan fitnah. "Jika mema
"Saya terima nikahnya Alexa Zivara binti Fadli Musa dengan mas kawin sebuah liontin platinum bermata safir dibayar tunai."Kalimat pengalihan tanggungjawab dari ayah Alexa kepada Karel, telah berhasil Karel ucapkan dengan lantang dan penuh keyakinan. Genggaman erat antara keduanya adalah sebuah tanda kepercayaan yang diberikan ayah Alexa kepada pria yang telah menjadi suami dari putri satu-satunya ini. Rasa haru dan bahagia sangat tampak dari kedua pihak, terlebih dari kedua orang tua Alexa, yang di usia senjanya ini, masih dapat mengantarkan putrinya kembali menempuh kehidupan berumah tangga. Alexa berjalan dengan bergandengan tangan dengan kedua adik Karel dengan balutan gaun berwarna violet dan dihiasi dengan kerudung berwarna senada. Senyum yang terukir di wajah Alexa menyiratkan kebahagiaannya dan kehadirannya berhasil menghipnotis seisi ruangan. Karel menyambut kehadiran Alexa dan kali pertama inilah ia menggenggam tangan wanita yang telah ia sukai sejak tiga puluh tahun silam
Keesokan harinya, suasana telah berubah menjadi lebih ramai dari hari-hari sebelumnya. Canda tawa hingga teriakan protes menghiasi sarapan pagi bersama. Di saat itupun, masa untuk Alexa dan Karel mengenal ketiga anak sambungnya. "Senangnya, awal liburan dapat saudara baru!" sahut Kiara. "Eh tapi! Kita sekolahnya kan, beda!" seru Kimi hingga ia berdiri. "Kim, biasa aja, dong. Sekarang kan masih awal liburan panjang, nggak usah ribet mikirin sekolah. Kalian tetap sekolah di sekolah masing-masing, gitu aja kok repot. Eh Rangga, udah kuliah kan?""Iya, Bu.""Dimana trus ambil apa?""Alhamdulillah diterima di jaket kuning, di Fakultas Teknik, jurusan arsitektur interior," jawab Rangga dengan penuh semangat. "MasyaAllah, tabarakallah! Ih pinter bisa jebol kampus nomor satu di Indonesia! Eh tapi, kok beda sama ayah, eh abi. Eh enakan ayah, apa nggak enak? Haish, bebas ya manggilnya. Maaf Pak, dilarang protes," ucap Alexa. "Ibu juga kalau kambuh nggak ada obatnya," protes Kiara dengan b
Setelah makan pagi bersama, Karel dan Alexa berencana untuk mengunjungi rumah orangtua dari mantan keduanya. Bukan sebuah hal yang mudah, mengingat hubungan masing-masing, baik Karel maupun Alexa dengan mantannya tidak dapat dikatakan hubungan yang harmonis, bahkan sebaliknya. Terlebih Alexa, yang baru saja mengetahui akan perilaku minus keluarga sang mantan yang membuatnya merasa telah ditipu dan diperalat karena harta. Semua itu terungkapkan setelah Alexa menghubungi mbak Ranti, salah satu tetangga orang tua Arga, yang berhubungan baik dengannya, bahkan layaknya keluarga sendiri. "Aduh Al, aku sudah nggak kuat untuk nutupin perilaku ibu mantanmu itu! Aku sudah capek dan aku sudah putus hubungan sama keluarga mantanmu itu!" seru Ranti seakan dirinya mengalami kelelahan psikis. "Ada apa, Mbak? Memangnya ibu kenapa?""Maafin aku, tapi aku harus cerita, biar kamu bisa mengambil sikap dan tidak bertanya-tanya tentang sikap yang diambil sama keluarganya Arga.""Mbak, ada apa sih? Mbok l
Pergumulan cinta pagi itupun ditutup dengan basahnya rambut pasangan pengantin baru ini. Karel menatap penuh cinta ke arah Alexa yang sedang duduk di depan meja rias, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Lalu ia pun mendekat dan mengambil handuk yang Alexa gunakan. "Eee kok diambil?" protes Alexa. Tetapi Karel hanya tersenyum dan mengambil posisi berdiri di belakang Alexa, kemudian ia mulai menghanduki rambut basah Alexa. "I always love your hair," ucap Karel sambil mengecup pucuk kepala Alexa. "Always?" tanya Alexa yang tidak mengerti akan maksud dari Karel. Lalu, ia pun berbalik ke arah Karel. "Iya, always," jawab Karel yang kemudian berjongkok di depan Alexa. "Do you remember, when we first met?" tanya Karel sambil membelai untaian rambut Alexa. "Kita masih kelas enam SD. Kamu adalah anak laki-laki yang caper dan norak, yang aku sangat berharap untuk tidak pernah satu sekolah dengan anak norak itu," jawab Alexa sambil terkekeh dan memainkan rambut Karel. "Aku yang
Hari yang diimpikan Karel untuk dapat bercumbu dan bercengkrama dengan Alexa menjadi buyar seketika, saat Alexa tiba-tiba lebih memilih untuk menyiapkan tempat untuk kepindahannya dan tiga putrinya. Jiwa desainer interiornya tiba-tiba bergejolak dan mulai memindah beberapa furnitur untuk kamar anak-anaknya nanti. "Mas, tolong geser mejanya, biar box ini nggak kejepit, jadi nggak sempit," pinta Alexa yang sedang sibuk menata ulang kamar tidur yang akan ditempati oleh tiga K. Dengan malas dan menggelengkan kepalanya, Karel tetap melaksanakan permintaan Alexa, tapi tentunya tidak mungkin tanpa pernyataan keberatannya. "Yang, Honey, ini honeymoon, kok malah geser-geser furnitur? Besok aja, panggil tukang buat beresin kamar-kamar.""Oh tidak begitu cara saya bekerja, Bapak direktur yang terhormat! Sepanjang masih bisa saya lakukan sendiri dengan dibantu oleh tenaga suka rela yang sangat perhatian dan penuh cinta ini, buat apa saya mengandalkan tukang dan kemudian saya harus mengeluark
Hari itu, Karel dan Alexa menghabiskan waktunya untuk mengatur ulang untuk kepindahan Alexa bersama ketiga putrinya dan di malam harinya, keluarga baru itupun berkumpul bersama untuk menikmati makan malam pertama mereka sebagai satu keluarga. Tanpa kecanggungan, keenam putra dan putri mereka sudah tampak akrab dan saling berbagi cerita. Sementara itu, ibu Meita telah mengatur rencana untuk menghancurkan mantan menantunya itu dengan mengunggah foto-foto lama Karel saat terjerumus dalam lingkaran obat-obatan terlarang dan modeling dimana terdapat foto-foto Karel bersama dengan wanita-wanita berpakaian minim. "Lihat saja Karl, kamu nggak akan bisa seenaknya bahagia diatas penderitaan yang harus Meita jalani di penjara! Tidak akan pernah!"Tanpa berpikir lebih panjang, ibu Meita segera mengunggah foto-foto lama Karel di media sosial dan tanpa membutuhkan waktu lama, foto-foto tersebut menjadi viral dengan disebarkan ulang hingga ribuan kali oleh para netizen dengan berbagai kepsyen yang
Masih dengan posisinya, Karel pun menjawabnya dengan suara yang lirih, "Rumah orang tuanya Meita."Sontak, Al bersaudara dan Sekar kembali terpancing emosinya. "Itu jahatnya, genetik ya?" sahut Aldryn yang tak habis pikir dengan keluarga Meita. "Dryn_" tegur Alexa halus, agar adiknya dapat mengontrol ucapannya, karena ia tahu benar apa yang sedang Karel rasakan dan ia tidak ingin Karel semakin terpuruk dengan komentar-komentar yang menyudutkan keluarga Meita. "Hon, if you were me, what would you do?" tanya Karel kemudian, yang masih tetap dalam posisinya. Alexa pun terdiam sesaat, karena ia tidak ingin jawabannya membuat suasana semakin panas. Berbeda dengan sang adik, yang dengan cepat menjawabnya, "Waktu mbak Al difitnah sama keluarganya Arga, mbak Al cuma diam tapi nunjukin bukti fitnahnya langsung ke pengadilan.""Sampai ke pengadilan?" tanya Karel. "Ini beda kasus, aku difitnah menjelang sidang perceraian. Sebenarnya aku males banget ngurusin fitnahnya, jadi aku langsung tut