Share

Ketulusan

Penulis: El Nurien
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-16 15:51:14

Papa? Tera menyebut Sanad juga Papa? Hayati merasakan dadanya berdenyut nyeri. Andai ia tidak melihat foto itu, mungkin ia tidak perlu merasakan sakit seperti ini.

"Mama rasa sebentar lagi Papa akan datang. Mama keluar sebentar, ya."

Evan mengangguk.

"Anak pintar." Tera mencium pipi Evan.

Papa? Mama? Hayati menyentuh dadanya yang kembali terasa nyeri.

***

Hayati membawa Tera ke sebuah kursi di taman depan. Temaram lampu membuat suasana taman terlihat sedikit menyedihkan di mata Tera. Indahnya tanaman, bunga-bunga, rumput yang dipangkas rapi, bahkan satu set kursi taman tidaklah membuat lebih berarti jika hanya dijadikan pajangan. Indah, tetapi kesepian.

Tera teringat saat-saat ia mengisi malam bersama Rudi. Menatap bintang di teras dengan bangku seadanya, dilengkapi nyamuk yang tidak pernah absen untuk mengganggu, di sana ia sering mengukir mimpi-mimpinya. Waktu itu terasa biasa saja, tapi sekarang momen itu menjadi sangat berarti dan tiba-tiba ia merindukannya. Mungkin suatu sa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bahagia Setelah Terusir   Ketulusan (2)

    ***"Kamu pernah masuk ke dalam sekolah Evan?" tanya Tera pada Sanad.Sanad menoleh sebentar, lalu berbicara pada Evan. "Nanti kita lanjutkan lagi ya. Papa mau bicara sama Mama." Evan mengangguk. "Bagaimana kalau Mama antar ke kamar dulu. Mama cuma mau bicara sebentar sama Papa. Ya?" Tera merentangkan tangan, tetapi Evan malah memeluk Sanad  "Baik, biar Papa yang antar," ucap Sanad sambil mengangkat badan Evan. Tera terkekeh. Tiba-tiba matanya mengembun.*** "Kenapa?" tanya Sanad ketika ia keluar dari kamar. Sesaat Tera terkejut. Ia merasa tertangkap basah karena telah membaca obrolan Sanad dengan Evan. Sesaat ia merapikan kertas-kertas itu, lalu duduk di sofa. "Bagaimana keadaannya di sana? Dia mau bergaul dengan teman sebayanya?"Sanad menghempaskan bokongnya ke atas sofa,

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-16
  • Bahagia Setelah Terusir   Rasa Yang Baru Muncul

    Tera membuka mulut, tetapi urung begitu melihat Evan menatapnya. Ia berjingkit, sebelah tangan bertumpu pada tangan Sanad, lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Sanad, ditutup dengan lainnya."Aku ingin mendekatkan Evan dengan Hayati. Ini kesempatan," bisik Tera. Ia tidak tahu, Sanad mematung dibuatnya. Selain Kaayat, hanya Tera yang berani berbuat seperti itu padanya.***Suasana di mobil menjadi hening. Tera sengaja menggeser duduknya, supaya posisi Evan dekat dengan Hayati. Bagaimana Hayati merayu hati Evan, itu terserah Hayati. Ia merasakan anak itu terlihat tidak nyaman. Evan suka memainkan jari jemarinya jika merasa tidak nyaman. Kesal, tapi tidak bisa berbuat apa. Tera lebih menyukai Evan merengut, dibanding sekarang ini. Setidaknya ia mampu mengungkapkan perasaannya.Tera tidak habis pikir mengapa Evan tidak menyukai Hayati, padahal Hayati bukanlah ibu tiri jahat seperti

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-16
  • Bahagia Setelah Terusir   Rasa Yang Baru Muncul (2)

    “Evan lagi ngapain?” tanya Tera sambil duduk di samping. Evan memamerkan hasil bongkar pasangnya yang hampir menjadi sebuah robot.“Keren. Anak Mama memang selalu terbaik,” puji sambil membelai rambut keriting Evan. “Evan, Tante,” ucap seorang anak kecil perempuan yang sejak tadi menangis bersama seorang pengasuh perempuan.“Hei, Sayang, mau berteman sama Evan?” tanya Tera.Gadis kecil itu mengangguk. Tera menoleh ke sampingnya, terlihat wajah Evan yang muram. Tera mengalihkan pandangannya ke arah pengasuh yang membawa gadis itu. Ia berbicara dengan isyarat. Pengasuh itu mengangguk. Mulut Tera membulat, lalu mengangguk. “Siapa namanya, Sayang?” tanya Tera pada gadis kecil itu. “Adiba Kayla, dipanggil Diba,” jawab gadis itu. ”Wah, nama yang cantik,” puji Tera. Ia mengerling ke samping. Evan melepaskan bongkar

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-17
  • Bahagia Setelah Terusir   Terima kasih Atas Atas Kehadiranmu

    Hari ini Sanad sengaja mampir ke sekolahan Evan, untuk berkenalan langsung dengan teman pertama putranya. Tera tersenyum menatapnya yang gelisah, sesekali memerhatikan jam di tangan. “Evan!” Spontan mereka berpaling ke arah suara. Evan langsung berlari menyongsong dan meraih tangan Adiba. Tera terkekeh melihat mata Sanad yang melebar kombinasi kilatan cerah. Tera segera menundukkan pandangannya. Ia merutuki diri, kenapa sekarang jadi suka memerhatikan bos arogan itu?Evan menarik tangan Adiba hingga sampai kepada ayahnya. Sanad berjongkok. “Hallo, namamu Adiba Kayla, ya?” sapa Sanad.“Iya, Om,” sahut Adiba sambil mengangguk. Sanad tersenyum. “Anak cantik. Evan banyak bercerita tentangmu. Terima kasih, ya.” Tera susah payah menahan tawanya. Laki-laki itu telah kehilangan kata-kata. Tiba-tiba senyumnya hilang. Ia baru menyadari, kebahagiaa

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-17
  • Bahagia Setelah Terusir   Terima kasih Atas Kehadiranmu (2)

    "Kau bicara seakan-akan tidak ada harapan lagi buatku," lirih Rudi makin sendu."Aku sudah bilang ingin fokus merawat Evan dulu, dan entah berapa tahun lagi. Jangan buang waktumu untuk sesuatu yang tidak jelas."Ponselnya kembali menyala. Kini bukan lagi Evan yang memanggilnya.***Tera setengah berlari ke arah gedung sekolahan. Evan telah bersama Sanad, berdiri di sisi mobil. Keane berdiri di samping pintu mobil yang terbuka. "Ke mana saja?" cecar Sanad dengan wajah lamanya. Tera mencebik. "Dasar pria berkepribadian ganda," desisnya. "Apa kamu bilang?!""Tidak apa. Tadi ada teman datang nganterin ini," sahut Tera sambil mengangkat rantang tingkat dua yang dibawanya.Sanad mengerutkan kening. Ia bertanya ke Keane dengan isyarat, tetapi pria kekar itu hanya menjawab dengan gelengan kepala. ***

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-17
  • Bahagia Setelah Terusir   Kerinduan

    Tera tertawa, bersamaan dengan air matanya yang semakin deras. "Ucapkan doa.""Heh?" tanya Tera bingung. "Ucapkan doa dalam hati," ulang Sanad. Tera memejamkan mata sambil berpikir apa yang ia inginkan. Saat ini yang ia inginkan hanyalah Evan bahagia, bisa berbicara, tumbuh sehat dan dikelilingi orang-orang yang mencintainya dengan tulus. Ia membuka matanya. "Tiuplah!" "Evan, bantu Mama meniup, ya," pinta Tera. Evan mengangguk. "Kalau begitu Papa yang hitung. 1 … 2 … 3!"Evan dan Tera meniup bersamaan hingga lilin itu padam."Yey!" Tera menepuk tangannya. Tatapannya ke arah Evan yang terus saja tersenyum. Sanad mengambil alih cake itu, lalu meletakkan di atas alas. Ia mengambil sendok kecil di keranjang yang telah disediakan Keane. "Sekarang Evan suapi Mama," ucap Sanad sambil menyerahkan sendok itu pada Evan.Evan segera mengambilnya. Ia menyendok cake yang dilapisi cream warna putih itu, lalu menyodorkan ke mulut Tera. Tera langsung menyuapnya. "Hmm … enak. Terima kasih,

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-20
  • Bahagia Setelah Terusir   Kerinduan (2)

    "Memangnya kenapa?" Sanad balik bertanya. Ia kembali menjumput abon itu."Aku kira, orang kaya tidak makan kaya beginian."Sanad terkekeh. "Di rumah memang nyaris tidak ada suguhan seperti ini. Tapi kami punya keluarga di Daha. Mereka sering menyuguhkan abon, tapi nggak seenak ini." Mulut Tera membulat. Ia meletakkan mangkuk berisi bubur sumsum. "Karena kalian mau jadi keluarga aku, jadi kalian harus bantu aku menghabiskan ini.""Bubur sumsum?" tanya Sanad. Tera mengangguk. "Acil Nurul setiap selalu membuatku ini. Biasanya aku memakannya bersama Rudi."Sanad ada sesuatu yang mengganjal di hatinya ketika nama Rudi muncul di mulut Tera."Ayo, kita makan," ajak Tera setengah meletakkan dua tiga sendok. Tiba-tiba Evan menjauhkan dua sendok."Evan!" tegur Sanad.Evan tak menggubris. Ia mengambil sesendok, lalu menyodorkan ke mulut Tera. Tera bertanya dengan isyarat ke Sanad. Sanad menjawabnya dengan anggukan. Tera menyuapnya. "Hmm …." Kesan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-20
  • Bahagia Setelah Terusir   Arti Kedekatan

    "Masih ada jalan lain."Tera kembali menoleh. "Desa tetangga? Sungai Kupang atau ke sebelahnya lewat Muning. Kurasa berita burukku juga tersebar ke sana. Sekarang berita cepat melesat seperti anak panah lepas dari busurnya."Sanad terkekeh. "Danau Bangkau disebut juga lumbung ikan segitiga. Perbatasan kabupaten Hulu Sungai Tengah, Daha Selatan dan Hulu Sungai Selatan. Jadi bisa kita akses dari Hulu Sungai Tengah lewat desa Pahalatan dan sekitarnya, atau dari Daha Selatan."Tera mengerucutkan mulutnya. "Aku punya keluarga di Baruh Kambang, Daha Utara tapi. Kurasa tak masalah, selama bisa diakses lewat perairan, dengan transportasi cepat seperti speed boat."Tera tersenyum mengejek. "Sampai segitunya kamu mencari informasi tentangku."Sanad terkekeh. Ia menghela napas. "Tidak sepenuhnya tentangmu. Bagaimana pun aku seorang pebisnis. Apapun bisa menarik perhatianku. Saat mencari informasi tentangmu, tiba-tiba aku tertarik

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-21

Bab terbaru

  • Bahagia Setelah Terusir   Teratai Dan Danau Bangkau

    "Kamu pakai parfum apa?" tanya Sanad. "Parfum yang kamu kasih." "Aku suka wanginya." Sanad tergoda membaui aroma lembut di leher Tera. Tera merasakan bulu romanya merinding. Kehangatan napas Sanad menimbulkan reaksi alamiah yang membuat Sanad semakin bersemangat."San, hati-hati, kamu tidak bisa mandi lo." Tera mengingatkan.Tera menghempaskan napasnya. Ia segera bangkit, dan menurunkan kakinya ke lantai. "Aku pingin lihat Evan. Kok nggak ada suaranya." Tangan Sanad menyambar pinggangnya. "Tadi dia sama Lilac.""Aku pingin lihat, khawatir badannya bentol-bentol."Sanad menarik bahunya hingga terbaring. Seketika tubuhnya terkunci oleh sebelah tangan kekar."Tadi aku sudah minta Lilac agar mengolesi kulitnya dengan lotion anti nyamuk." Sanad meletakkan bibirnya di leher Tera. "San, kamu berani berendam di tengah malam? Bukan mandi di kolam rumah lo.""Kita mandi bersama.""San …." Mendadak bibirnya terkunci oleh

  • Bahagia Setelah Terusir   Ending (Season 1)

    "Benarkah? Janji?!""Iya …."*** Kamar Tera kini dihiasi layaknya kamar pengantin. Ada sedikit berbeda di kamar Tera dibanding kamar pengantin umumnya. Di zaman sekarang, pengantin lebih banyak menggunakan ranjang modern tipe divan bed, sedang Tera memilih tipe ranjang kelambu. Ranjang yang memiliki kanopi supaya bisa dipasang kelambu. Dulu orang Bangkau banyak memakai tipe ini, mengingat kampung mereka banyak nyamuk. Perlahan ranjang kelambu kekurangan peminatnya, karena ranjang divan bed setiap masa desainnya semakin modern dan untuk menghiasi kamar pun semakin banyak kreasinya. Soal nyamuk, itu nanti dipikirkan, yang penting terlebih dahulu menikmati sebagai sepasang raja ratu, meski hanya sehari.Berbeda dengan Tera, mengingat Sanad bukanlah orang Bangkau, tentu nyamuk bukanlah perkara bisa dianggap enteng. Pertama kali yang dipikirkannya bagaimana supaya suaminya bisa tidur dengan nyaman tanpa adanya gangguan nyamuk. Menggunakan obat nyamuk sepanjang malam bukanlah pilihan ya

  • Bahagia Setelah Terusir   Ending (Season 1)

    "Cil." Tera ikutan menangis. "Kenapa ngungkit itu, kan jadi nangis." Ia mengusap wajahnya kasar.Kembang mengambilkan tisu, lalu meletakkan di tengah-tengah."Terima lah dia. Dilihat kesungguhannya ingin beli Teratai Kedua, terlihat dia sangat ingin membahagiakanmu. Masalah perbedaan, asal sama-sama mau berusaha dan terbuka, seiring waktu kalian akan bisa saling mengimbangi.""Cil." Tera meletakkan wajahnya di pangkuan Acil Nurul. Tangisnya makin menderu. Bastiah dan Kembang ikut mengusap wajahnya. Air mata Acil Nurul tak henti-hentinya mengalir. Sebelah tangannya membelai rambut Tera. "Doa Acil akan selalu menyertaimu."***Hari lamaran tiba. Mengingat Bastiah sering menyebut perbedaan, Sanad mengantisipasi dengan hanya melibatkan keluarga dari pihak ibunya yang berada di Baruh Kambang. Secara kelas social mereka tidak terlalu berbeda. Ditambah Muallim Ibrahim, keluarga Tera yang tinggal di Baruh Kambang mem

  • Bahagia Setelah Terusir   Menuju Ending (2)

    “Aku pergi dulu. Jaga diri baik-baik. Malam ini aku akan ke sini.”“Jangan!” jawab Tera cepat. "Kenapa?" "Kamu lihatlah, bagaimana mereka," bisik Tera sambil mengerling ke arah kumpulan tetangga. "Tapi masih banyak yang harus kita bicarakan.""Kita bisa bicara lewat telepon kan?""Iya, sih. Tapi ….""Ayo lah …."Akhirnya mau tak mau, Sanad harus mau menuruti Tera. Benar saja, begitu mobil Sanad menjauh, ibu-ibu di kumpulan itu langsung memberondongnya. Mereka mengikuti Tera sampai ke dalam rumah. "Bagaimana keadaanmu, Tera? Alhamdulillah, akhirnya bisa pulang," ucap salah seorang ibu yang muka cemongnya dengan pupur basah. "Aku nggak menyangka lo, Tera. Kamu kemarin sudah kayak mayat," imbuh seorang perempuan muda. "Oh iya, laki-laki tadi menyelamatkanmu kemarin kan? Dia siapa? Jangan katakan dia langganan kerupukmu!""Mulai," batin Tera. Bastiah datang membawa

  • Bahagia Setelah Terusir   Menuju Ending

    "Jangan khawatir. Aku hanya butuh akuisisi. Produksinya tetap mereka yang tangani, kamu hanya bertanggungjawab bagian pengembangan." Tera menghela napasnya. "Tapi … apa aku bisa? Teratai Produksi yang sempat jaya bertahun-tahun, sekarang kolaps padahal ditangani seorang sarjana. Rudi cerita produksi Teratai Kedua juga mengalami kemunduran, apa aku bisa membangkitkannya, padahal kamu telah mengeluarkan banyak biaya." "Kamu pasti bisa. Kamu dengarkan Mama sudah menawarkan tempat untukmu, tinggal produksi saja lagi dengan kualitas sebaik mungkin." "Aku takut mengecewakan."Sanad meraih bahu Tera. "Aku percaya kamu pasti bisa.""Coba saja, Tera. Nanti aku langsung akan cek barangnya, aku tidak akan segan menolak, kalau memang itu tidak layak bertengger di minimarket kami."Tera mengangguk. "Terima kasih, Bu.""Semangatlah." Sanad mendekatkan wajahnya ke telinga Tera. "Ini kesempatanmu membuktikan diri kalau kamu layak jadi istri Sanad."Tera berdecak. Fatima tersenyum penuh arti. Tapi

  • Bahagia Setelah Terusir   Orang Kota dan Orang Kampung

    "Belum apa-apa sudah nyusur. Tera, kamu dan dia jauh banget. Dia orang kota, kita orang kampung. Orang kampung masih polos. Bagaimana kamu bisa hidup sebebas dia? Belum jadi istri sudah berani cium. Kamu juga, diam aja dicium," gerutu Bastiah. Elang tertawa. "Siapa bilang orang kampung itu masih polos? Sekarang informasi mudah diakses, jadi hal semacam itu bukan lagi hal tabu. Ibu saja yang tidak memperhatikan perubahan zaman.""Pokoknya aku tak suka dengan orang kota. Mereka nggak akan bisa beradaptasi dengan lingkungan kita.""Sudahlah, Bu. Kenapa sih selalu maunya punya Ibu yang dijalankan?" sanggah Elang."Bukan begitu. Orang tua itu sudah banyak makan asam garam," sahut Bastiah. "Aku tau. Tapi Kak Tera juga sudah dewasa. Apa yang terjadi nanti, tentu dia sudah siap menghadapinya. Yang merepotkan, jika Ibu bersikukuh dengan pendapat Ibu, tiba-tiba nanti dia mengalami hal buruk, maka beban yang dirasakan Kak Tera akan terasa lebih be

  • Bahagia Setelah Terusir   Orang Kota dan Orang Kampung

    "Dia Elang, adikku. Yang masih kuliah di Bjb." Tera mengenalkan.  "Evan ingat tidak?"Evan mengangguk. "Om Elang." "Pintar!" Tera mengeratkan pelukannya.Kedua lelaki itu saling berjabat tangan dan mengenalkan diri. "Akhirnya aku bisa bertemu dengan Anda," ucap Elang nada membuat Tera mengernyit. Mata tajamnya menatap penuh selidik. "Elang, apaan sih kamu?" tegur Tera. "Tidak apa. Aku hanya ingin memastikan orang yang dekat dengan kakakku itu orang baik. Aku tidak ingin kejadian dulu terulang lagi," sahut Elang sambil mengerling ke arah Arbain. "Ngomong apa kamu, Lang?" sela Bastiah. "Oh iya, Nak Sanad. Ini agak kasar, tapi Ibu minta kamu jangan terlalu dekat dengan Teratai. Teratai telah bertunangan dan kamu juga telah beristri. Sebagai seorang ibu, tentu aku tidak ingin putriku jadi perusak rumah tangga orang lain.""Ibu ngomong apa sih?" seru Teratai. Ia mengerling ke arah Evan. Sanad mendekati

  • Bahagia Setelah Terusir   Bimbang (2)

    Tera membuka mulut, tetapi menutup kembali. Tidak memungkinkan ia membela diri di saat sama-sama emosi. Selain itu, ia tidak tahu betul bagaimana hubungan Sanad dengan Hayati. Sanad belum bercerita kalau sudah bercerai dengan Hayati. "Terserah Ibu lah," ucapnya akhirnya, lalu menutup diri. Dalam selimut ia masih saja mendengar wejangan Bastiah. "Tera, aku tahu perlakuan laki-laki itu sangat baik padamu, tapi jangan jadi perusak rumah tangga orang. Selain itu, sebesar apa pun ia mencintaimu, kalian dari kasta yang berbeda. Aku sudah dengar dari Arbain. Dia putra bosnya yang memiliki banyak minimarket. Dari segi keturunan, mereka juga dari kaum bangsawan, bergelar Gusti."Tera tercenung. Ia masih belum berani berharap pada Sanad. Namun membayangkan perbedaan yang sangat jauh membuat nyalinya ciut. Bahkan berbanding dengan Evan saja dia masih ketinggalan jauh. Antara langit dan bumi. Ia sering menemani Evan ke berbagai acara keluarga, rata-rata mereka baik dan ramah, tapi itu dulu h

  • Bahagia Setelah Terusir   Bimbang

    "San, aku ingin bicara denganmu. Ada waktu?" tanya Rudi.Sanad mengerutkan keningnya. Sesaat ia menoleh ke arah Tera. Gadis itu terlihat cemas. Ia juga menoleh ke Bastiah."Asal tidak sekarang, kapan?""Nanti kasih kabar, jika kamu punya waktu."***Sepeninggalan Sanad, Bastiah membuka kulkas. Sesaat matanya membesar. Melihat kulkas yang terisi penuh. Mulai roti, buah, cake, susu cair, yogurt, teh botol dan air mineral. "Kalian mau jualan?" ejek Bastiah. Tera menengok sebentar, tapi lalu kembali berpaling. Bahkan menoleh pun masih terasa sakit.Rudi duduk berhadapan dengan Tera yang sedang menyuap buburnya. "Bubur sumsumnya tidak dimakan?" tanya Rudi."Habiskan ini dulu. Sayang, sudah terlanjur. Itu kan masih belum bergerak, nggak papa disimpan lama." Rudi terkekeh. Tera memang selalu begitu, penuh dengan pertimbangan. Tidak bisa kah di saat sakit seperti ini mengutamakan rasa

DMCA.com Protection Status