Pada akhirnya Shayra hanya sibuk sarapan sambil menonton sampai lupa pulang dan terus berada rumah Adien. Jangan tanya kenapa bisa sibuk sarapan terus karena mana mungkin ada makanan yang di makan tapi tidak habis.
Shayra terus sarapan memang bukanlah karena makanannya tak kunjung bisa ia habiskan, tetapi ia nambah terus memakan apa saja yang asisten rumah tangga Adien masak pagi ini, bahkan Shayra juga tak segan minta dibuatkan makanan saat semua sarapan sudah dihabiskannya.
Seorang isteri dalam serial televisi chanel ikan terbang yang sedang menangis terseduh-seduh, Shayra yang menontonnya membuatnya jadi ingin makan terus.
"Ch, wanita lemah dasar bodoh! Mau-maunya ditindas lakiloh. Kedukun gih santet suamimu biar mati dan habiskan hartanya!" Celetuk Shayra menyeru greget menyaksikan peran wanita tak berdaya dalam sinetron yang ditontonnya.
"Begonya minta ampun, astaga!" Lanjutnya mengeram kesal.
Adien sedang konsultasi mengobati luka pada wajahnya pada dokter Syaniah. Dokter yang merupakan dokter kepercayaan keluarganya sekaligus teman dekatnya.Dokter tersebut merupakan dokter yang sama dengan dokter yang pernah memeriksa kondisi Shayra yang pernah tiba-tiba jatuh tidak sadarkan diri saat dikantornya.Meskipun dekat keduanya jarang akur dan tidak pernah lupa bertengkar adu debat tiap ketemu. Tapi tidak ada dendam diantara keduanya, perdebatan yang mereka lakukan hanya rutinitas biasa yang tidak boleh lewat."Kau ini ini sebentar lagi akan menikah, tapi masih saja kekanakan!" Seru dokter Syaniah mengejek Adien."Kekanakan gini aku sudah menghasilkan anak." Adien datar membuat dokter Syaniah tak tahan dan mencebikkan bibirnya kesal."Dasar mulut loh enggak ada filter-nya apa? Asal ceplos omong kosong doang ....""Bukan urusan kamu!" Sarkas Adien ketus tanpa dosa
Shayra sedang tidur siang setelah menghabiskan banyak makanan sebagai porsi sarapannya. Pada saat terbangun ia kaget dan heran.Seingatnya sebelum tidur ia sedang berada dalam kamar Adien. Duduk sebentar agar makan yang baru saja dihabiskan olehnya tak keluar atau dimuntahkannya saat berbaring. Setelah merasa cukup barulah Shayra berbaring dan tak lama kemudian tertidur karena ia memang sudah teramat mengantuk.Namun saat ini tempat Shayra terbangun bukanlah kamar Adien, tapi kamar lain yang terlihat lebih besar dan luas ketimbang kamar Adien.Shayra mengerut bingung terlebih saat banyak gaun pengantin berjejer dalam kamar tersebut dan seperangkat lain sejenisnya."Duh Shayra kamu ini, membuat Mama khawatir saja! Lain kali jangan makan terlalu banyak ya, Nduk! Kasian adik iparmu panik karena ulahmu satu ini. Mama sampe di telepon dan berpikir kamu kenapa-napa tadi," jelas Mamanya.Shayra mengan
Setelah aksi kaburnya dipergoki oleh Adien, Shayra belum menyerah. Jika tidak bisa keluar kamar untuk kabur maka baiklah, Shayra tidak akan keluar dan mengunci diri di dalam kamar agar pernikahannya batal.Knop pintu pun diputar sampai pintu menutup dan Shayra menguncinya lalu mencabut kuncinya dari lubang kunci.Seulas senyuman terbit membentuk lekukan indah pada bibir Shayra."Ch, dia pikir dia siapa? Beraninya ngajak nikah. Sudah begitu enggak tahu malu, ditolak mentah-mentah tetap aja ngeyel mau nikahin aku. Gila ... gila ...." Shayra menggelengkan kepalanya tak habis pikir pada Adien. "Nantinya aku mau jadi apa? DDijadikan istri atau malah dijadikan babu. Ihh, ngeri juga ...."Shayra menghela nafas pusing dengan pikirannya sendiri. Dari pada terus melakukan hal itu terus-menerus, Shayra malah beralih menggeser lemarinya dengan susah payah kemudian disusul dengan sebuah meja yang keduanya digunakannya untu
Adien terbangun oleh silau matahari terbit yang mengintip dari celah gorden jendela kamarnya. Pria itu mendadak tersenyum miring mengingat kejadian dirinya yang telah berhasil mendapat Shayra dan mereka telah menikah.Masih belum sepenuhnya sadar dan masih setengah terpejam, Adien merapatkan dirinya pada Shayra wanita yang kini jadi miliknya. Dia lantas berpikir bahwa saat ini sepertinya cocok untuk menjahili istrinya itu. Adien pun mengulurkan kedua tangannya makin mengeratkan pelukannya sambil mendaratkan benda lembut dan lembab miliknya mengecupinya dengan gemas berulang kali.Namun sesuatu yang aneh mulai Adien rasakan. Shayra yang dipeluknya terasa tidak bergerak dan sangat empuk tidak bertulang. Sontak Adien membuka mata dan bangkit seketika untuk memeriksa.Kedua bola matanya membola disusul dengan dengusan kasar yang keluar darinya."Sial! Bagaimana dia tega bangun lebih awal dan meninggalkan
Adien menyeringai senang dan auranya tampak lebih bersinar sejak menikah. Hasil memang tak pernah menghianati hasil dan hati memang tak pernah berbohong. Meskipun tak ada jaminan cinta pasti yang membuat Adien begitu menginginkan Shayra menjadi isterinya, namun keinginan hatinya untuk memiliki wanita itu menjadi miliknya bukanlah hasratnya.Tidak tahu perasaan apakah itu, bisa jadi itu panggilan jiwanya dan begitu terjadi Adien begitu mensyukurinya. Dia bahkan menjadi pria paling beruntung memiliki istri seperhatian Shayra. Tidak salah, Shayra memanglah perhatian kepadanya walaupun seringkali berbicara dengan ketus dan acuh.Wanita memang aneh dan Shayra juga demikian. Susah payah menolak menikah dengan Adien, tapi saat menjadi seorang istri wanita itu justru menjadi istri yang penuh pengertian ketimbang memberontak atau membuat Adien menyesal menikah dengan dirinya.Entahlah, Adien sendiri juga merasa aneh dengan hal itu meski tidak terlalu memik
Meskipun sedang ngambekan ternyata Shayra masih saja mau melayani Adien. Istrinya itu dengan suka rela mempersiapkan kebutuhannya dan saat lembur di rumah, Shayra juga tanpa sungkan menawari kopi juga menemani. Meskipun di sisi lainnya Shayra melakukan semua hal tersebut atas dasar nasehat dari ibunya yang mengatakan, "sudah jadi melayani suaminya apapun situasinya." Serta Shayra juga mengingatkan Adien bahwa apa yang dilakukannya semata-mata adalah karena ibunya, kewajiban dan bukan karena perhatian juga alasan lain mulai menyukai Adien.Adien yang awalnya geram akan hal itu, perlahan-lahan mulai membiasakan dirinya dan bersumpah akan membuat apa yang Shayra lakukan sebagai kewajiban akan diubahnya menjadi sebuah perhatian."Baiklah. Hm, makan malam dengan ayam kecap pedas manis bagian sayapnya." Adien berkomentar menatap masakan Shayra dengan berselera."Kenapa, apakah kau tak suka?" Tanya Shayra mengerut sambil menatap taj
"Kalau ngerjain suami sendiri salah nggak sih, Din?""Hah, maksud kamu apa?" Dinda mengerut tak mengerti. "Kembali dari ruangan pak Bos kamu langsung nanyain salah atau tidak jika mengerjai suami?" Lanjut Dinda memastikan.Suara mengangguk. "Iya maksudku aku se-benarnya telah membuat pak Adien mes-eh maksudnya rese, hampir seminggu ini makan dengan menu ayam kecap terus dan itu bagian sayapnya mulu ...," cicit Shayra pelan menjelaskan."Enggaklah." Dinda menjawab dengan yakin."Tapi kata Mama aku tiap kali kami teleponan, selalu aja kasih nasehat begini, 'jadilah istri yang patuh pada suami ya, Nduk. Jangan melawan, jangan sekali-kali membantah ucapannya dan jangan kamu susahkan dia. Ingatlah bahwa setelah menikah surgamu bukan lagi pada Mama, tapi sudah berpindah pada suamimu.' Kalo aku ngerjain artinya bukankah sama saja dengan aku sudah menyusahkan dia? Terus kenapa kamu bilang en
"Iya, Rin. Aku tahu! Ok, hal itu memang ada baiknya kita bicarakan secara langsung. Baiklah sampai ketemu nanti."Shayra yang baru terbangun mendengar perkataan Adien yang berada di balkon kamar mereka, membuatnya mengerut heran dan bertanya-tanya dalam hati.'Rin siapa yang berani-beraninya menghubungi suamiku pagi ini? Sial itu sebenarnya siapa sih, dari kemarin centil amat terus telepon-telepon terus!'Shayra menguap lantas beranjak dan mengikat rambutnya dan menghampiri Adien di balkon kamar mereka."Kamu sudah bangun," celetuk Adien kaget saat menemukan Shayra sudah berada dibelakangnya saat berbalik.Shayra mengangguk singkat. "Hm, iya. Oh, iya kamu ingin sarapan apa pagi ini?" tanya Shayra perhatian seperti pagi mereka biasanya.Terlihat Adien menghela nafas lega dan mengelus kepala Shayra singkat ditambah kecupan singkat di pagi hari seperti biasanya.
Beberapa bulan berlalu setelah insiden penculikan Shayra dan Adien juga sudah sembuh dari traumanya. Setelah terapi rutin menemui psikiater, pria itu secara bertahap menunjukkan kemajuan dan tahap terakhir dia juga sudah melepaskan rantai borgol secara permanen dari Shayra.Hubungan keduanya membaik dan semakin dekat. Semakin mesra membuat kaum jomblo iri melihatnya."Maafkan aku ya, selama ini sudah berpikiran buruk dan menuduhmu yang bukan-bukan." Kalimat itulah yang pertama kali Shayra ucapkan mana kala merasa Adien sudah sepenuhnya sembuh serta waktunya sudah tepat untuk meluruskan kesalahpahamannya.Adien yang tidak mengerti maksud Shayra, mengerutkan dahi dan berlanjut mengacak rambut istrinya itu gemas."Maaf untuk apa? Kesalahan kamu padaku banyak loh!" seru Adien dengan nada bercanda."Maaf untuk
"Aku tidak tahu harus mulai darimana, tapi saat ini aku sangat merindukanmu. Setelah Adien yang tidak terima dengan perbuatanku kepadamu aku dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan kasus penggelapan dana, padahal Aku tahu, dia hanya iri kepadaku karena berhasil melakukan itu padamu. Hahaha.... Aku jadi ingin melakukannya kembali dan sudah tidak sabar ingin melakukan lebih dari menyentuhmu, jadi sadarlah sayang.... "Brakk!Gemuruh suara berisik dari luar kamar membuat Aldo mendengus kasar sambil beranjak dengan cepat. Sementara itu Suara segera menghela nafasnya panjang.Ada rasa yang timbul seperginya Aldo, akan tetapi rasa jijik, marah dan menyesal lebih mendominasi perasaan Shayra.Apa yang baru saja terungkap keluar dari mulut Aldo, benar-benar mengganggu pikiran Shayra sehingga menjadi kacau."Baj
 "Brengsek! Argghhh, dasar brengsek ...." Shayra mendumel kesal sambil kemudian berkacak pinggang dengan geramnya. "Daddy kamu gitu, ya.... Selalu saja membuat Mommy naik darah! Huhh, siapa juga yang suka sama dia?" Lanjut Shayra mengelus perutnya lalu kemudian berjalan semakin menjauhi ruang kerja orang yang merusak suasana hatinya barusan. Shayra berniat kembali ke lantai bawah tempat kerjanya, tapi pada saat memainkan ponsel di dalam lift mendadak dia ingin makan sesuatu. Postingan makanan yang diunggah oleh seseorang yang media sosialnya di follow olehnya, membuatnya tergugah selera ingin menikmatinya. "Makanan ini sepertinya tidak jauh dari sini. Enak kali ya, kalau makan langsung dari tempatnya. Hm, Aku langsung ke sana sajalah," putus Shayra dengan yakin. Setelah sampai dilantai bawah, Shayra yang malas segera meminta seorang Office Boy agar mengeluarkan mobil milikn
 Shayra membuka pintu dan memasuki ruang kerjanya Adien dengan seenaknya dan langsung menyeru, "kata Mas Raga, Aku boleh bekerja di ruang mana saja yang Aku inginkan diperusahaan. Benarkah?!" Adian yang sibuk berkutat dengan dokumen mengangguk acuh tanpa menoleh sama sekali. Bukannya pria itu tak perduli dengan Shayra, tapi jujur saja dia memang tak perduli dengan ocehan Shayra yang menurutnya tidaklah penting. "Jadi Aku boleh bekerja di ruangan ini?" Lanjut Shayra memastikan. Lagi-lagi Adien hanya menjawabnya dengan anggukan tanpa melihat ke arah orang yang mengajaknya berbicara. Beruntungnya Shayra tidak mempermasalahkan hal itu dan malah melanjutkan perkataannya, "kalau begitu apalagi yang kamu tunggu?" Adien mengerutkan dahinya dan mengangkat kepala untuk menatap Shayra dengan tidak mengerti.
Adien pulang ke rumah kembali karena takut akan ancaman yang Shayra katakan lewat telepon, takut isteri dan anaknya yang belum lahir itu kenapa-napa. Pria itu terburu-buru mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh dan ketika sudah sampai langsung saja menuju kamar mereka untuk mencari Shayra.Akan tetapi ia tidak menemukan Shayra di sana dan hal itu membuat Adien bertambah khawatir sehingga tidak memperhatikan jalan. Ketika berjalan menuju kamar mandi untuk memastikan keberadaan istrinya di sana, karena terburu-buru Adien yang tidak hati-hati tanpa sengaja tergelincir. Tidak sampai terjatuh, tapi hal itu berhasil membuat pelipisnya terbentur dinding sehingga mengakibatkan luka memar di sana.Mendengar keributan dari arah kamar mandi Shayra yang baru saja datang entah dari mana menghampirinya dan langsung merasa bersalah saat melihat pelipis Adien memar meski tidak berdarah.
Waktu berjalan begitu cepat dan kini usia kandungan Shayra sudah genap tujuh bulan. Ia masih mual dan sering jatuh sakit karenanya, tapi tidak separah awal-awal bulan kehamilannya. Shayra masih bekerja walau acap kali Adien melarangnya ditambah Lisa sering mengusirnya dari kantor. Anehnya hal itu malah membuat Shayra makin semangat bekerja."Aku cuma hamil bukan sakit parah!" Tegas Shayra pada orang-orang yang menentangnya pergi bekerja.Adien yang mendengar hal itu mengusap wajahnya kasar sambil berdecih kesal. "Iya, aku tahu itu, Shayra. Kamu tidak sakit keras, tapi kondisimu yang hamil begini masih saja memaksakan bekerja, pulangnya kamu pasti terus saja mengeluhkan sakit ini sakit itulah ...." Adien mencoba menyadarkan Shayra, tapi sayangnya hal itu tampak tak berhasil."Oh jadi kamu keberatan tiap kali aku minta tolong pijitin kakiku?" Jawab Shayra menjawab sambil menilap t
Kondisi Shayra yang sakit mengakibatkan Adien ekstra menjaga dan merawatnya hingga tak bisa pergi ke kantor.Adien yang tidak percaya pada perawatan dan pengawasan orang lain, membuatnya keras kepala agar merawat sendiri istrinya dengan dibantu perawat juga dokter yang dipercayai oleh keluarganya jika diperlukan.Adien bekerja di rumah dan meja kerjanya pun kini berpindah tempat ke dalam kamarnya bersama Shayra. Pria itu benar-benar posesif tak bisa bisa jauh sedikipun dari Shayra, sebab entah kenapa ia merasakan perasaan tak enak.Penyebabnya ialah laporan dari anak buahnya yang menyelidiki serta bertugas memberi pelajaran pada Aldo, kehilangan jejak Aldo dan juga belum bisa menghajarnya.Firasat Adien mengatakan bahwa dia tak boleh membiarkan Shayranya sedikipun lepas dari pengawasannya. Sampai hal itu mengakibatkan keduanya dua puluh empat jam tak ada hentinya terus-menerus bersama."Aku
Gara-gara insiden menghajar Aurin tanpa belas kasihan, Shayra hampir saja mendekam dibalik jeruji besi. Akan tetapi hal itu tak terjadi, sebab Adien sudah lebih dahulu mengatasinya dengan uang serta kekuasaan yang dimiliki olehnya untu menyelesaikan segalanya.Ditambah kini Aurin tak lagi berani mendekati Adien dan sedikit mengalami trauma. Namun hal itu bukanlah karena diancam Adien, melainkan ingatan kejadian mengerikan penyisaan Shayra terhadapnya membuatnya ngeri dan takut sehingga ia memilih mundur teratur.Tapi perlu diketahui bahwa wanita semacam Aurin yang terkenal agresif dan suka menggoda iman Adien itu belum menyerah. Hei dia hanya mundur teratur bukan mundur berhenti! Yang artinya seorang Aurin punya rencana lebih baik daripada sebelumnya.Mundur perlahan kebelakang, ambil ancang-ancang baru, barulah kemudian menyerang. Hm, untuk beberapa waktu Aurin sudah putuskan agar menjauhi Adien sementara waktu dan bila tiba
Shayra sedang memasak makan malam untuk dirinya dan Adien suaminya. Kali ini dia tidak serius melakukan kegiatannya tersebut. Pipinya yang terasa memanas dan memerah bagaikan tomat busuk tak pernah pudar dan selalu menyelimutinya.Dirinya yang begitu posesif pada Adien di kantor bahkan sampai membuat babak belur wanita pelakor yang menggoda Adien, mengakibatkan Shayra yang memikirkan kejadian tersebut sambil memotong sayuran menjadi tidak konsen. Sehingga membuat potongan sayurannya tidak rata dan berantakan. Ada yang dipotong kekecilan dan ada yang dipotong terlalu besar. Menyadari hal itu Shayra mendengus sebal."Sial, kok bisa-bisanya aku bersikap begitu? Ch, seharusnya aku juga menghajar Adien karena berani menerima tamu seperti itu." Shayra tanpa sadar merutuki dirinya sendiri. "Eh, tapi Adien tidak salah. Aku lihat dia juga sedang berusaha menyingkirkan wanita itu! Hm, artinya aku sudah benar menghajar wanita itu." Lanjut Shayra samb