Karena tidak ingin menarik perhatian orang-orang disekitar. Vinson sadar bahwa cara terbaik untuk menangani Esther yang sekarang adalah dengan melepaskannya sebelum nanti dia akan menangkapnya lagi jika situasi disekitar sudah jauh lebih kondusif.Ketika sampai diluar, Esther berhenti lalu menoleh kebelakang. Dia berjengit saat Vinson rupanya masih mengikuti. “Kenapa kau masih mengikutiku?” bentak Esther emosi.Vinson yang tidak suka dengan nada suara Esther yang meninggi lantas balas membentaknya pula. “Kenapa pula kau tiba-tiba lari?”Esther mengernyit, “Kau sendiri kenapa mengejarku?” tantangnya.Vinson menghembuskan napas kesal, dia mengacak rambutnya dengan sebelah tangan. “Coba kau berkaca pada dirimu sendiri dan lihat situasinya,” ujar lelaki itu sambil berkacak pinggang. “Kau datang sendiri kemari atas kemauanmu sendiri, mencari kakakku, dan ketika aku bertanya kenapa, kau bertingkah dan aneh tiba-tiba lari. Bagaimana aku bisa melepaskanmu begitu saja saat aku melihat kau memb
Ketika Esther telah mengelap air matanya, barulah kemudian Vinson angkat bicara. “Aku… sebenarnya tidak terlalu ingat.” Suara Vinson membuat Esther menoleh kepadanya. “Memori yang paling melekat padaku saat itu adalah kau terluka nyaris sekarat dan Elson bilang bahwa kau … sangat membenci aku.” Esther menatap wajah Vinson lekat-lekat dan hal itu membuat Vinson sedikit kurang nyaman. “Bisa tidak, jangan menatapku seperti itu?”Esther menganggukan kepala lalu mencoba untuk tidak terlalu bereaksi dengan ekspresinya sendiri.Vinson menghela napas. “Kurasa aku sudah terbiasa membenci kalian sejak itu. Semua tindakanku padamu seperti memang sudah seharusnya. Natural.”Esther mengerti maksud lelaki disampingnya. Memang benar bahwa ketika membenci seseorang begitu lama, sadar atau tidak sadar semua hal yang orang bersangkutan lakukan akan terlihat buruk dan ada kecenderungan untuk menyakitinya. Dan meski kalimat yang Vinson katakan barusan terdengar tidak berperasaan tetapi Esther bisa memaha
Bahkan kalau saat itu Nara masih duduk disebrang jalan, dia pasti masih bisa melihat ekspresi wajah Nelsy yang menunjukan perubahan seratus delapan puluh derajat. Tetapi gadis itu berusaha menutupinya dengan senyuman yang sayangnya Gaara sendiri sudah menyadari adanya kegelisahan diwajah gadis itu. Begitulah kerugian orang yang ekspresif, dia seperti buku yang mudah dibaca siapa saja.“Mereka saling membenci, kau juga tahu soal itu kan?” kata Nelsy sambil berpura-pura menyentuh bunga matahari yang kebetulan berada dalam jangkauannya.“Nelsy…,” sebut Gaara yang jelas menunjukan dengan jelas nada yang mengancam.“Apa? A—aku tidak tahu apa-apa Gaara. Harusnya kau tanya Vinson saja, dia kan sahabatmu.”“Aku sudah datang ke rumahnya tapi dia tidak ada disana. Kau adalah orang yang paling dekat dengan Vinson sejak kecil dan kau juga baru-baru ini dekat dengan Esther,” Nara memutar mata mendengarnya. “Itu sebabnya aku kemari.”“Aku tidak tahu apa-apa Gaara. Dengar, sekarang aku mau makan sia
Dia sangat cantik.Dia sangat cantik di bawah tetesan air hujan. Dia sangat cantik, saat berdiri di samping lokernya pada pagi hari seolah menunggunya dengan penuh pengharapan. Dia sangat cantik saat tertidur disampingnya. Dia sangat cantik ketika tersenyum malu-malu saat dansa pertama mereka. Dia sangat cantik, di bawah gemerlap lampu kota pada malam hari mereka berjalan bersama. Dia sangat cantik, saat muncul diantara ayahnya dan sepupunya ketika Gaara menjemputnya dibawah cahaya bulan malam itu. Dia sangat cantik, ketika bercerita pada Gaara soal daftar jajanan yang dia rekomendasikan pada Gaara begitu mereka tiba di festival nanti.“Aku belum pernah mendatangi festival apapun.” Adalah respon Gaara ketika Esther bertanya mengenai makanan apa yang paling menarik perhatiannya setelah gadis itu menjelaskan panjang lebar semuanya. “Lebih baik kau yang pilihkan saja untukku.”Kedua mata gadis itu langsung berbinar-binar, dan dia sangat cantik saat mengaitkan lengannya pada Gaara dan men
Dulu sekali Esther pernah diberi tahu sebuah teori oleh ibunya bahwa hidup manusia ini terdiri dari berbagai peristiwa yang terkesan acak. Namun sesungguhnya seiring waktu, justru peristiwa acak tersebut memiliki hubungan satu sama lain. Kemudian bila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, rangkaian peristiwa tersebut akan terlihat sangat logis.Aksi, reaksi, konsekuensi.Bila seseorang melakukan sesuatu, apapun yang telah diperbuatkan pasti akan menghasilkan sebuah reaksi. Namun tidak sampai disitu saja. Setelah ada reaksi, maka selanjutnya adalah konsekuensi. Ya, ibunya memang tipikal orang yang menyukai hal-hal filosifi.Setelah melewati festival bersama Gaara, Esther menemukan dirinya justru terus menerus mengulang teori yang pernah dijabarkan oleh sang ibu. Lucu sekali saat emosinya terkuras habis, Esther justru malah teringat sesuatu yang dikatakan ibunya.Esther, kau sudah memenangkan taruhanmu.Esther sama sekali tidak merasa bahwa dia baru saja memenangkan sesuatu. Dia s
Dua pasang mata langsung menatap Nelsy begitu gadis itu tiba dan memahami apa yang sebenarnya terjadi di rumah sang mantan kekasih. Vinson menatapnya dengan tidak percaya, sedangkan Esther yang masih sembab langsung membelalak karena shock atas pengakuan yang baru saja Nelsy ujarkan.“K—Kenapa?” tanya Esther dengan suara yang lebih rendah daripada bisikan.Melihat wajah Esther dan kondisi rumah Vinson, Nelsy tidak kuasa menahan air matanya sendiri. Jika saja saat itu bukan karena kondisi yang gawat, Vinson pasti sudah mengeluh karena terjebak bersama dua orang gadis yang menangis dihadapannya yang menambah ruwet pemikiran lelaki itu.“Sebenarnya Gaara mengetahui hal ini pertama kali dari Elise, dan … Gaara datang padaku untuk mendapatkan validasi atas info yang dia dapatkan.”“Elise?” tanya Esther dan Vinson bersamaan.Setelah bisa menguasai dirinya lagi, Nelsy kemudian menceritakan apa yang terjadi saat Gaara datang ke toko bunganya seminggu yang lalu. Setelah selesai, air mata gadis
Sejak ayah dan ibunya bercerai, satu-satunya waktu yang bisa mempertemukan Esther dengan ibunya adalah saat liburan. Sayangnya, sang ayah terkadang kerap mengambil alih waktu tersebut dengan rencana liburan berdua saja dengan sang ayah seolah dia tidak ingin Esther bertemu dengan ibunya. Terakhir kali Esther bertemu dengan sang ibu adalah saat liburan sebelum masuk universitas, tepat setelah ibunya memutuskan pindah ke London. Sejak saat itu pula hubungan Esther dan ibunya hanya berlangsung lewat telepon atau jika sangat rindu hanya melalui video call.Jadi, ketika tiba-tiba saja sang ibu berada dalam jangkauannya. Esther sangat senang bukan kepalang sampai sesaat dia lupa sedang memikirkan sebuah permasalahan yang sedang menghantui kepalanya. Sejujurnya berada dalam pelukan ibunya seperti ini membuat Esther merasa sangat aman, dan dia bisa merasa baik-baik saja.“Kapan… kenapa … bagaimana…” Saking banyaknya yang ingin Esther tanyakan dia bahkan tidak tahu mana dulu yang harus dia lon
Setelah bicara dengan ibunya, Esther tidak buang waktu dan segera pergi ke kediaman Gaara. Saat itu Esther berasumsi bahwa lelaki itu ada disana. Tetapi begitu datang, justru dugaannya meleset.Di rumah itu hanya ada Amber dan Jack saja.Pelayan mengantarkan Esther masuk ke dalam dimana kedua orang berkumpul. Begitu melihat Esther, mereka berdua tampak terkejut dan lega disaat yang bersamaan. Amber langsung berdiri dan memeluknya. “Oh Esther! Syukurlah kau datang.”Sebetulnya Esther tidak tahu apa yang harus disyukuri atas kedatangannya, tetapi gadis itu tetap membalas pelukan Amber. “Lama tidak berjumpa Kak Amber, sebenarnya apa yang terjadi kenapa semua orang tampak tegang?”“Kau pasti tahu dimana Gaara, ‘kan?” balas Amber cepat.Mendengar pertanyaan tersebut Esther langsung terkesiap, apalagi saat dia melihat wajah Amber yang penuh harap. Sekelebat firasat buruk muncul dalam pikiran Esther. Dengan hati yang terasa linu, Esther menggelengkan kepala. “Tidak, justru saya kemari karena