Nicholas melangkah masuk. Sekarang penampilannya perlente. Balutan jas mahal yang khusus dijahit untuknya, membalut sempurna tubuh jangkung yang berotot. Ya, Nicholas sangat menjaga penampilan, dirinya senang berolahraga dan membentuk otot-otot pada tubuhnya ini. Kakinya yang panjang melangkah mantap dalam balutan sepatu kulit asli. Rambut tersisir rapi dan kulit wajahnya bersih. Sama dengan Crystal, kehadiran Nicholas juga menarik perhatian.
Nicholas menarik kursi yang ada di samping Crystal dan duduk. Memesan segelas wiski untuk dirinya sendiri.
"Ada apa?" tanya Crystal.
Nicholas menerima gelas berisi wiski dari bartender di hadapan mereka. Ya, mereka duduk di meja tool bar.
Sebelum menjawab pertanyaan Crystal, Nicholas meneguk wiski miliknya.
"Kamu cantik dan aku merindukanmu," ujar Nicholas dengan tatapan menjelajahi tubuh seksi wanita itu. Hanya dengan menatap saja, sudah mampu membangkitkan gairahnya. Namun, Nich
Sorenya, Bella menuju ke kampus. Semua pendaftaran telah diatur dan Bella dapat langsung mengikuti kelas. Untuk kelas malam, tidak terlalu banyak peserta dan karena ini adalah kelas Manajemen Keuangan, sebagian besar peserta adalah pria. Satu kelas memiliki peserta berkisar 20 orang."Halo! Perkenalkan, aku Jimmy."Seorang pemuda menarik kursi dan duduk di sampingnya. Kelas belum dimulai dan karena memang dirinya peserta baru, maka semua mata tertuju padanya. Rata-rata mereka semua berusia sekitar 20 tahun, jika dilihat dari penampilan. Ya, usia Bella jauh di atas mereka."Hai, aku Bella," balas Bella dan tidak lagi mengatakan apapun. Dirinya tidak berencana mencari sahabat. Lagipula siapa yang mau bersahabat dengan seorang mantan narapidana? batinnya.Jimmy mengangguk dan merasakan bagaimana Bella menutup diri. Lalu, pemuda itu kembali ke tempatnya saat pelajaran akan segera dimulai.***Bella mulai terbiasa dengan r
Bella melangkah masuk ke ruang praktek yang ada di hadapannya. Dirinya mendapat nomor urut pertama dan itu bagus, karena ternyata begitu banyak pasien yang datang untuk menemui sang dokter. Ya, ada puluhan orang yang duduk mengantri di sana."Selamat pagi," sapa Bella saat masuk ke ruangan itu.Namun, langkahnya terhenti saat tatapannya bertemu dengan sosok pria yang dikenalnya. Pria itu berdiri di balik meja kerjanya dan membalas tatapannya. Ya, pria itu adalah inspektur polisi yang dikenalnya hampir 6 tahun yang lalu. Namun hanya sebatas itu dan ini lebih baik, karena dirinya tidak perlu menyembunyikan aib miliknya, batin Bella.Seulas senyum terpatri di wajah Bella dan dirinya lanjut melangkah."Halo!" sapa Bella kembali, untuk memecahkan kesunyian ini.David tersenyum dan mengulurkan tangannya, "Halo, Bella. Mari kita berkenalan lagi.""Isabella Swan," ujar Bella dan menerima uluran tangan pria itu, mereka b
David Baker tersenyum. Pertama kali baginya, diabaikan seperti itu. David masuk kembali ke dalam mobil dan melajukan mobilnya mengikuti wanita itu.Tiba di halte bus, Bella duduk dan menunggu. Dirinya mengira pria itu sudah menyerah dan pergi, jadi Bella mulai merasa santai. Namun, yang tidak diketahuinya adalah David sedang berjalan menghampirinya, setelah memarkirkan mobil sedannya itu.David duduk di samping Bella dan menatap wanita itu, yang sedang melotot kesal kepadanya."Itu tadi sangat tidak sopan!" ujar David.Bella kembali mengabaikannya dan menatap ke arah lalu lintas malam yang masih ramai."Ayo, aku antar pulang," ajak David, walaupun dirinya diabaikan.Bella menarik napas dalam dan memalingkan wajahnya menatap pria itu."Bagaimana kamu tahu aku kuliah di sana? Apakah Ben melaporkan semua hal terkait diriku kepadamu?" tanya Bella langsung."Aku adalah doktermu, jadi i
David meletakkan cangkirnya di atas meja makan dan menatap Bella yang kembali berkutat dengan salad buahnya."Aku tidak bisa mengabaikan, saat tahu bagaimana kamu akan menghancurkan hidupmu lagi," ujar David.Selera makan Bella menguap dan kembali meletakkan sendoknya, membalas tatapan pria itu."Benarkah? Bukankah seharusnya perhatian itu diberikan pada saat kali pertama kita bertemu? Jika pada saat itu kamu memberikan perhatian sebesar ini pada diriku, maka aku yakin tidak perlu mengalami semua ini!" ujar Bella dingin. Ya, dirinya sebenarnya tidak pantas menyalahkan semua itu kepada David. Pria itu tidak memiliki kewajiban terhadapnya, hanya saja perhatian David sekarang, amatlah mengganggu."Benar. Seharusnya aku memastikan kamu baik-baik saja, sebelum memutuskan untuk pergi," ujar David sedikit menyesal.Bella berdiri dan merapikan peralatan makannya, sebelum berjalan ke dapur, Bella berkata, "Cukup berpura-pura! A
Bella lalu berbalik pergi ke ruang ganti, tanpa berkata apapun. Masuk ke ruang ganti, baru tersadar bahwa tasnya masih di depan. Tepatnya ada pada David. Menghela napas berat, Bella keluar dari ruang ganti dan David sudah berada di depan pintu, mengulurkan tas miliknya."Terima kasih!" ujar Bella terpaksa."Sama-sama," balas David sambil tersenyum geli.Bella kembali masuk ke ruang ganti dan menutup pintu, tepat di depan wajah David.Bella menukar pakaiannya dengan kesal. Mengapa begitu kebetulan bertemu dengan pria itu di sini? batinnya kesal.Saat Bella keluar dari ruang ganti. Bibi June sudah berada di hadapannya dan berkata, "Kelas bela diri akan segera dimulai, di lantai 2.""Terima kasih," ujar Bella sopan dan masih merasa malu, karena kejadian tadi."Ehmm, tapi sebelum dirimu naik ke atas, aku ingin sampaikan bahwa Dokter David adalah asisten di kelas bela diri. Aku hanya tidak ingin Anda kembali salah paham dengannya," jelas B
Berdiri mematung, menatap mobil pria itu sampai menghilang di belokan, barulah Crystal mendengus kesal. Untuk pertama kalinya, Crystal mendapat perlakuan seperti ini. Dirinya marah, tetapi di samping itu, apa yang dilakukan pria itu semakin membuat Crystal menginginkannya.Baiklah! Dirinya hanya perlu mencari kesempatan lain untuk mendapatkan perhatian pria itu. Tidak ada pria yang mampu menolak pesonanya, hanya masalah waktu.***Hari Sabtu kembali datang dan hari ini adalah jadwal kedua bagi Bella untuk menemui psikiater, David Baker.Sebenarnya Bella malas menemui dokter itu. Namun, obat yang diresepkan begitu ampuh, bahkan lingkaran hitam di bawah matanya sudah hilang.Seperti kemarin, Bella tiba cukup awal dan mengambil nomor antrian pertama. Namun, setelah duduk cukup lama tidak terlihat pasien lainnya yang datang. Berbanding terbalik dengan kondisi dua minggu lalu, yang begitu ramai."Isabella Swan, silah
Seperti biasa, Bella tiba di apartemen saat sudah cukup larut. Namun, belakang ini, David selalu muncul di depan kampus dan menawarkan diri, untuk mengantarnya pulang. Setelah mengetahui rahasia pria itu, Bella tidak lagi menjaga jarak. Ternyata ada seseorang untuk diajak bicara, sangat melegakan. Pria itu sangat cerdas dan apapun yang dibicarakan mereka, akan sangat menyenangkan.Malam ini, kembali David mengantarnya kembali ke apartemen. Ya, pria itu menutup klinik cukup larut dan sekalian menjemputnya.Menggunakan lift naik ke lantai 20, Bella akhirnya sampai di depan pintu apartemennya. Lalu, mengeluarkan kartu kunci dan menggeseknya.Klik!Pintu terbuka dan Bella melangkah masuk. Namun, langkahnya langsung berhenti saat melihat lampu di apartemennya menyala semua. Dengan dibekali sedikit ilmu bela diri, apa yang terjadi saat ini tidak membuatnya takut. Mata fokus dan tangannya mengambil payung besar yang terlipat, di belakang
Wanita itu terlihat begitu murni. Apalagi raut wajah Bella yang terlihat menahan rasa takut. Ya, terlihat jelas wanita itu berusaha terlihat santai. Namun, kenyataannya semua terpancar di mata hazel itu.Ben yang berdiri di hadapannya, mulai melepaskan dasinya perlahan. Tatapan pria itu begitu tajam, menatap matanya.Dasi itu dilempar asal ke lantai kamar dan Ben mulai melepaskan sabuk pinggangnya, yang juga dilempar asal.Bella menelan ludah, dirinya yakin wajahnya semerah kepiting rebus. Tanpa sadar, Bella mundur. Ben maju satu langkah, Bella mundur satu langkah.Sambil melangkah mendekati Bella, Ben mulai membuka kancing kemejanya. Mulai dari kancing di lengan, lalu lanjut membuka kancing di bagian dada sampai kancing terakhir.Langkah Bella terhenti, saat tubuhnya menempel di meja rias. Tidak ada lagi tempat untuk menghindar, yang bisa dilakukan Bella hanya mencengkeram sudut meja rias, di mana tangannya diletakkan
David bukanlah pria suci, walaupun memiliki impian yang mulia. David sudah begitu sulit mengendalikan diri, terhadap setiap rayuan yang dilancarkan oleh Bella. David tahu, dirinya hanya akan menjadi bagian dari rencana balas dendam wanita ini. Mirisnya, peran yang dipikul hanyalah sebatas teman kencan bagi Bella, tidak lebih.Apakah dirinya mampu menjalani hubungan seperti itu? Apakah dirinya mampu melanggar semua norma yang dijunjung tinggi selama ini? Yang terpenting adalah, bagaimana dirinya menjalani hidup pada saat Bella meninggalkannya?Bella mempererat pelukan dan memperdalam ciumannya. Bibir pria ini amat berbeda dengan bibir Ben. Bella menyukai rasa David, bahkan ingin rasa pria ini yang tertinggal pada dirinya.Pertahanan David luluh lantak. Ya, anggap saja ini bagian dari petualangan yang tidak berarti.Malam itu, Bella menerima David dengan penuh sukacita. Perlakuan David yang begitu lembut dan memuja dirinya, membuat B
Anehnya, kedua orang tuanya sama sekali tidak menghubungi. Namun, hal itu lebih membuat David merasa khawatir. Seakan, ada sesuatu yang direncanakan oleh kedua orang tuanya itu.TING TONG!Bel apartemennya berbunyi."Sial!" gerutu David dan bangkit dari sofa. Dirinya tahu, ayah dan ibu tidak akan tinggal diam. Mereka pasti datang untuk membicarakan apa yang terjadi tadi.Namun, David akan mengusir mereka pergi. Bagaimana mereka tidak mengerti, bahwa dirinya butuh waktu sendirian.Dengan kesal, David membuka pintu kasar."BUKANKAH SUDAH KUBILANG-"Teriakan David terhenti saat melihat siapa yang berada di depan pintu apartemennya.Bella langsung melangkah masuk dan memeluk pria itu. Seperti perkiraannya, memeluk pria ini terasa begitu tepat dan nyaman. Seakan apa yang menggerogoti jiwanya seketika sirna, ditelan kehangatan pria itu.David mengangkat kedua tangannya ke atas. M
Bella menundukkan wajahnya. Setidaknya dengan begitu, dirinya tidak perlu melihat wajah buruk pria itu. Lift berhenti dan pintu terbuka. Ben menarik kasar dirinya keluar dari lift. Sepanjang koridor, dapat dikatakan Bella diseret. Dengan sepatu setinggi ini, membuat Bella sulit menyamakan langkah kaki lebar pria itu.Beberapa kali, Bella hendak terjungkal. Namun itu tidak terjadi, sebab cengkeraman Ben begitu kuat.Bella tidak tahu ini lantai berapa, dirinya bahkan tidak peduli. Dirinya masih membutuhkan pria ini. Saat langkah ini diambil, Bella tahu jelas tidak ada jalan mundur. Kecuali, dirinya melepaskan rasa dendam dan kebenciannya. Namun, itu tidaklah mungkin.Ben memasukkan kartu dan mendorong pintu kamar hingga terbuka lebar. Lalu, dengan satu tarikan kuat, menarik Bella masuk ke dalam dan melepaskannya. Tubuh Bella limbung dan menabrak dinding kamar itu. Ben membanting pintu kuat hingga tertutup dan melangkah maju, menutup jarak di anta
Langkah kaki David terhenti. Tatapannya terkunci pada sosok yang berada di hadapannya. Sosok memukau yang melangkah pasti ke arahnya. Gaun merah itu ikut bergoyang mengikuti hentakan langkah kaki indah itu. Yang sesekali akan menyelinap keluar dari belahan gaun yang begitu tinggi.Semua itu dilihat David dalam gerakan lambat. Seketika suasana di sekitarnya menjadi hening. David hanya mampu mendengar suara detak jantungnya sendiri. Yang perlahan dan pasti, itu berdetak semakin kencang.Bella mengunci tatapannya, hanya kepada pria itu. Selain untuk menghindar dari Crystal, Bella juga ingin membuktikan perubahan dirinya. Apakah dirinya mampu mencium David di tengah ruangan yang ramai ini? Bahkan, di hadapan kedua orang tua pria itu? Bagaimana jika, David mendorongnya? Tidak, Bella tidak akan mengizinkan hal tersebut terjadi.Setelah menjadi seorang wanita dewasa, penuh percaya diri dan sadar akan kemolekannya, Bella yakin, dirinya tidak akan mampu
Mereka tiba di ballroom hotel mewah itu dan tempat itu dihias dengan begitu mewah, nuansa warna hitam dan emas. Penjagaan sangat ketat, hanya mereka yang memiliki undangan dipersilakan masuk.Bella menyerahkan undangan yang dikirimkan oleh Ben. Mereka diantar masuk ke dalam dengan penuh hormat dan menempati bangku di meja paling dekat dengan jalur catwalk.Suasana begitu meriah dan para tamu yang hadir terlihat spektakuler. Bella dan David duduk saling berhadapan, pelayan datang menawarkan sampanye. Bella juga mulai belajar minum minuman beralkohol dan siapa sangka, dirinya memliki daya tahan yang cukup tinggi. Bahkan, dirinya tidak pernah mabuk setelah minum bergelas-gelas. Jadi, Bella tanpa ragu mengambil satu gelas sampanye dan meneguknya.David melakukan hal yang sama, mengambil satu gelas sampanye dan meneguknya. Dirinya tidak lagi khawatir saat melihat wanita itu minum, karena David tahu jelas Bella tidak akan mabuk. Tidak seperti pertama
"Tidak! Itu tidak normal dan perlu ditemukan penyebabnya. Jika tidak, maka itu akan menjadi trauma!" tegas David, yang tidak lagi memiliki selera makan. Dirinya tidak suka membahas hal tersebut dengan Bella, tetapi profesionalitasnya diuji kali ini."Benar, aku yakin juga seperti itu. Itu salah satu alasan, mengapa aku ingin memiliki pengalaman lebih akan hal tersebut," ujar Bella yang sambil menyantap makanannya."Kamu tidak bisa menikmatinya dengan Ben, itu artinya juga akan sulit dengan pria lain. Ben, kamu mengenalnya dan kamu kesulitan. Apalagi dengan pria yang tidak kamu kenal," jelas David.Bella mengangguk dan kembali berkata, "Mungkin itu benar. Tetapi, alasan mengapa aku tidak dapat menikmati percintaan itu adalah saat kami bercinta, aku akan memikirkan bagaimana perlakuan Ben terhadap wanita lain. Itu yang menggangguku! Karena itu, aku ingin memiliki pria lain, seperti Ben!" jelas Bella."Apakah kamu mencintainya? Ada ke
Hari ini Bella sama sekali tidak melakukan apa-apa. Dirinya tidak mengikuti kursus apa pun, apalagi pergi ke kampus. Saat langit gelap, Bella turun dari ranjang, mandi dan berganti pakaian. Lalu, makan sedikit. Ya, seharian ini, Bella sama sekali tidak makan maupun minum.Suasana hatinya begitu buruk. Setelah berganti pakaian, Bella pun meninggalkan apartemennya. Menggunakan taksi, dirinya pergi ke klinik David Baker. Saat ini, waktu sudah menunjukkan hampir pukul 9 malam.Bella sampai dan melangkah masuk ke dalam klinik."Selamat malam, Nona Bella," sapa salah seorang perawat yang berada di klinik."Selamat malam," sapa Bella kembali."Bukankah hari ini Nona tidak memiliki jadwal temu dengan Dokter?" tanya sang perawat."Benar, aku memang tidak memiliki jadwal temu. Namun, aku ingin menemui David.""Baiklah, Nona. Akan aku sampaikan kepada Dokter. Namun, di dalam masih ada pasien. Bisakah Nona menu
Bella mandi dan keramas. Dirinya berusaha menghapus semua jejak pria itu di tubuhnya. Ini sulit, sangat sulit bagi Bella. Dirinya sama sekali tidak menikmati percintaan tadi. Namun, itu dilakukan karena kewajiban, jadi cukup menyiksa.Bella keluar dari kamar mandi, dengan rambut basah dan tubuh terbalut jubah mandi. Dirinya mendapati Ben masih berada di sana, duduk di sisi ranjang menatapnya."Mengapa kamu minum obat ini?" tanya Ben, sambil menatap botol obat yang ada digenggamannya.Bella melangkah maju dan melihat botol obat miliknya, sudah berada di genggaman pria itu."Bukankah itu harus?" tanya Bella."Bukankah, seharusnya kamu membahas masalah ini padaku terlebih dahulu?" tanya Ben kembali, tanpa menjawab pertanyaannya.Bella maju satu langkah dan menghela nafas berat, lalu menatap pria itu sambil berkata, "Kamu tahu jelas akan pengalamanku? Lagipula, di dalam kontrak tidak dikatakan aku harus mengandung anakmu! Jadi,
Uhuk Uhuk Uhuk!David tersedak ludahnya sendiri, saat mendengar permintaan Bella."Tunggu! Tunggu! Ada yang harus diluruskan!" sanggah David buru-buru."Tentu! Katakan saja," jawab Bella."Begini, aku akan mendampingimu. Kamu ingin melihat kehidupan malam, maka aku akan menemani dirimu. Aku akan membantumu menemukan pria yang tepat! Walau, itu tidak aku harapkan," jelas David."Apa?" pekik Bella, sambil memutar bola matanya kesal."Aku tidak butuh teori! Aku butuh praktek langsung!" jelas Bella tidak sabar."Ini tawaranku! Apakah kamu mau terima atau tidak, itu terserah padamu!" tegas David."Itu artinya tidak ada ciuman atau seks?" tanya Bella."Tidak! TIDAK!" tegas David kembali.Bella mengangguk dan bertanya, "Namun, tidak masalah jika aku merayu dirimu bukan?""Apakah kamu bisa?" tanya David dengan menaikkan sebelah alis matanya."