"Sera, sebaiknya kita jangan main ke sini. Ke tempat lain saja," ungkap Alena menyuarakan rasa keberatan saat Sera memaksanya mengunjungi kampus Liam pagi ini.
Ini akhir pekan, Sera sudah libur sekolah dan sesuai ucapan Alena kemarin sekarang ini Sera sedang menagih janji Alena untuk bermain di luar jam sekolah. Tadi mereka sudah izin pada Allendra dan pria itu mengizinkan dengan catatannya pulangnya jangan terlalu malam. Kedua gadis itu setuju dan berjanji akan pulang tepat waktu.
"Tidak apa-apa, Kak, kampusnya terbuka untuk umum, kok. Aku juga sering main di wilayah kampus ini. Selain itu, kata kak Liam banyak juga kok orang-orang yang mengunjungi perpustakaan di kampus ini."
Sabar adalah pertarungan antara degup keimanan dengan desakan hawa nafsu. Keduanya berlomba untuk saling mengalahkan agar bisa menjadi pemenang atas diri seseorang. Pihak mana yang akan menjadi juara bergantung pada sisi mana yang diperkuat. Vincent terus merapal doa dalam batinnya, berupaya sekuat tenaga untuk memenangkan keimanannya agar tidak kalah dari nafsu, yang membisikan agar pria itu segera merebus hidup-hidup ibu hamil bernama Azeeya di atas wajan panas dan air mendidih. Sejak awal mendengar rencana gila Zeeya rasanya emosi Vincent terus naik dan enggan turun ke tempat semula. Dia diminta untuk mendekati Natasha agar gadis itu tidak dekat-dekat lagi dengan Allendra. Sebenarnya itu bukan hal yang sulit bagi Vincent, tapi dia telanjur tertarik pada gadis lain dan tidak minat untuk mendekati gadis mana pun selain gadis incarannya itu. Malang tak dapat ditentang, rasa ingin merebus Zeeya kalah oleh kasih sayang. Sehingga saat ini dia sedang dalam perjalanan untuk menem
Semua penduduk bumi sepakat bahwa menunggu adalah hal paling menyebalkan berapapun waktu yang dibutuhkan. Entah sebentar atau lama, rasanya tidak ada orang yang mau menunggu jika tak diharuskan. Alena sudah satu jam lebih duduk di kursi bata yang melingkari sebuah pohon besar nan rindang di kawasan kampus Liam. Gadis itu tidak tahu pasti apa nama area tersebut, yang Alena yakini tempat itu adalah titik cukup populer di kalangan penduduk kampus tersebut untuk nongkrong-nongkrong atau digunakan sebagai tempat belajar pun cukup asyik. Tidak banyak yang gadis itu lakukan selama menanti Liam menyelesaikan tugas kelompoknya. Alena hanya duduk menikmati pemandangan sekitar yang ramai oleh lalu lalang orang-orang. Terkadang gadis itu tersenyum ketika melihat ada sekumpulan orang sedang bercanda dengan teman-temannya. Tawa mereka
"Liammm!!!" teriak seseorang di depan sana, seorang lelaki berbadan mungil yang tampak sangat keren dengan celana jins hitam dan jaket denim biru pudar. Beni melangkah cepat menarik ujung kemeja bagian belakng Sera, posisi itu terlihat sama persis seperti orang yang hendak membuang anak kucing karena ketahuan memakan ikan goreng di dapur. "Bener-bener, ya, kelakuan adik sepupumu ini. Sudah kubilang jangan mengajaknya lagi main ke kampus ini. Masa tadi dia jajan banyak tapi tidak bawa uang, dan malah minta bayar padaku. Belum cukup sampai di situ, dia juga merusak maket buatanku yang harus dikumpulkan lusa. Kau tahu berapa lama aku membuat maket itu? Lima hari Liam, lima hari! Sekarang semuanya hancur karena si boncel cerewet ini." "Aku kan sudah minta maaf, Kak, lagian siapa suruh bawa-bawa maket ke kantin." Sera dan Beni bertemu di kafetaria yang ada di kawasan gedung kuliah mahasiswa arsitektur, sejak beralasan meninggalkan Alena di perpustaka
Berapa kali pun Vincent melihat, hati kecilnya tetap merasa bahwa gadis bernama Natasha itu begitu familiar di matanya. Dia merasa seperti pernah bertemu dengan gadis itu di suatu tempat, sayangnya Vincent tidak ingat di mana. Memorinya seperti tertumpuk oleh hal-hal tidak penting yang selalu didatangkan Zeeya padanya setiap hari. Pria itu nyaris tidak punya waktu untuk memikirkan urusan pribadinya. Keseharian Vincent sudah begitu padat dengan urusan pekerjaan dan urusan sahabatnya yang masih terjajah keadaan. Kalau dipikir-pikir Vincent benar-benar sudah seperti pahlawan bagi kehidupan percintaan Zeeya . Siap sedia untuk terjun ke medan perang kapan pun sang komandan memerintah. Kesetiaan Vincent sungguh tidak ada lawan. Hari ini, selepas menyelesaikan seluruh pekerjaannya, Vincent diharuskan untuk melakukan aksi pertamanya dalam misi mencuri hati Natasha. Pria itu sedang duduk menunggu si target di lobi salah satu hotel. Dia memainkan ponselnya untuk mengisi waktu
Meski tak digelar seakbar tahun-tahun sebelumnya, acara ulang tahun Allendra tetap terasa ramai dan megah. Dihadiri para kolega terpilih dan kerabat keluarga Spancer yang memang memiliki hubungan baik dalam sejarah bisnis dan interaksi sosial mereka. Pesta malam ini digelar pertama kalinya di kediaman Spancer, sungguh momen spesial yang sangat langka. Selama ini keluarga Spancer begitu tertutup dalam urusan pribadi mereka, bahkan untuk tempat tinggal saja mereka jarang mengekspose. Semua orang tahunya kediaman keluarga itu berada di kawasan elite dan memiliki bangunan yang sangat besar. Tidak ada yang tahu pasti seperti apa wajah dalam istana Spancer tersebut maka dari itu momen langka ini begitu disambut antusias oleh para tamu undangan.Nyaris semua orang yang hadir di pesta itu merasakan kebahagiaan yang sama. Diayomi bak ratu dan raja, mendapat makanan enak nan mahal, dipercaya menjadi orang terdekat Allendra Spancer, semua itu bagai anugerah yang pantas dirayakan dengan
lama, aku janji. Aku juga tidak yakin bisa menulis surat terlalu panjang sambil membayangkan wajahmu. Kamu tahu, untuk saat ini hal itu sungguh menyakitkan.Kamu sering mendapat sapaku setiap waktu, bukan? Sekarang aku mau mengabarkan bahwa surat ini adalah sapa terakhirku untukmu. Bagaimana, kamu senang?Setelah malam itu aku sadar bahwa masa lalu tidak sama dengan masa depan. Bahwa aku dan kamu mungkin tak diciptakan untuk saling bergandengan tangan.Aku telah dibutakan kasih sayang yang menyeretku pada kekeliruan.Terlalu memaksakan, sampai aku lupa bahwa hatimu juga berhak menentukan untuk tetap tinggal atau terus berjalan.Terima kasih karena tetap bertahan setelah melewati berbagai kesulitan. Kamu hebat dan tak terkalahkan. Nasib buruk bahkan tak mampu menumbangkanmu. Aku senang.Maaf, karena aku tak bisa memenuhi janjiku. Aku tidak cukup kuat untuk berjuang dan mengingatkan bahwa
Minggu lalu di kediaman Allendra ...Selepas menangis habis-habisan di toilet, Zeeya memutuskan menghubungi sahabatnya yang tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Wanita hamil itu ingin mengutuk dan memaki Vincent habis-habisan karena telah lalai membiarkan Natasha datang ke pesta ini sendirian."Apa lagi, aku sedang repot!" ujar Vincent sebelum Zeeya berkata sepatah kata pun."Huaaa ... kau teman sialan, ya! Aku sedang sedih malah dimarahi.""Eh, eh, kenapa jadi nangis, oy! Diamlah, aku merinding mendengar tangisanmu malam-malam. Mana petugas dereknya belum datang lagi.""Kau memang menyebalkan, ya! Sebenarnya kau ini niat tidak, sih, membantuku?""Astaga ... Aku baru keluar kandang, sedang kena musibah, masih juga jadi tersangka padahal aku sedang tidak di sana. Kenapa lagi, sih?""Kenapa kau membiarkan Natasha ke pesta Allendra sendirian?! Kan ak
Minggu lalu di kediaman Allendra ...Selepas menangis habis-habisan di toilet, Zeeya memutuskan menghubungi sahabatnya yang tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Wanita hamil itu ingin mengutuk dan memaki Vincent habis-habisan karena telah lalai membiarkan Natasha datang ke pesta ini sendirian."Apa lagi, aku sedang repot!" ujar Vincent sebelum Zeeya berkata sepatah kata pun."Huaaa ... kau teman sialan, ya! Aku sedang sedih malah dimarahi.""Eh, eh, kenapa jadi nangis, oy! Diamlah, aku merinding mendengar tangisanmu malam-malam. Mana petugas dereknya belum datang lagi.""Kau memang menyebalkan, ya! Sebenarnya kau ini niat tidak, sih, membantuku?""Astaga ... Aku baru keluar kandang, sedang kena musibah, masih juga jadi tersangka padahal aku sedang tidak di sana. Kenapa lagi, sih?""Kenapa kau membiarkan Natasha ke pesta Allendra sendirian?! Kan ak
"Vincent, Natasha sudah kembali ke Inggris," ujar Zeeya berusaha bicara dengan sangat hati-hati. Matanya setia menanti reaksi pria yang baru datang dengan sekantung makanan pesanannya. "Iya, terus hubungannya denganku?" "Kau tidak mengucapkan selamat tinggal atau apa gitu padanya?" "Sudah." "Apa yang kau maksud hari di mana dia menciummu?" "Kau tau dari mana?" kaget Vincent, tampak tidak menyangka Zeeya mengetahui rahasia itu. "Natasha cerita padaku, katanya dia menciummu. Tapi itu kan sudah sangat lama, ada tiga bulan yang lalu." "Sama saja." Setelah mengatakan itu, Vincent mengambil minuman yang disajikan pelayan keluarga Spancer. Menyesap aroma dengan hidungnya terlebih dahulu lantas meneguknya secara perlahan. "Bagaimana bisa kau berbicara sejahat itu?" "Jahat apanya?" "Natasha tulus menyukaimu, Vin." "Tapi aku menyukai gadis lain." "Gadis yang kau sukai sudah jadi ist
Ketika kamu benar-benar menginginkan sesuatu lalu kamu memperjuangkannya tanpa membatasi dirimu dengan ketidakpercayaan, maka semesta akan menjadikannya nyata untukmu. Memang tidak mudah memegang prinsip itu, ujian akan datang dari berbagai arah—menempamu dengan perah berlumur perih. Selayaknya kehidupan yang tidak selalu mudah, putus asa dan ingin menyerah bisa muncul kapan saja. Melemahkan hatimu dengan letih yang menatih. Namun perih itu tak akan selamanya membuatmu merintih, sebab selalu ada bahagia yang dihadiahkan bagi mereka yang ikhlas menjalani itu semua. Zeeya sedang berada di fase itu sekarang, merasakan kebahagiaan berlipat ganda usai dijatuhi luka yang menyiksa. Selamat dari maut, berhasil mendatangkan Seandra ke dunia, melihat sang suami memangku bayinya. Semua itu adalah angan yang selalu ia berikan pada Tuhan lantas mewujud doa yang dikabulkan. Ternyata benar, sesulit apa pun keadaan yang sedang dihadapi, alangkah lebih baik jika kita tetap berpikir positif ser
Tidak ada yang tahu bahwa niat bersenang-senang yang didambakan Zeeya tadi sore akan berujung celaka. Wanita yang sebelumnya tampak paling semangat melakukan agenda kencan ganda ini sudah berbaring di atas belangkar dengan wajah pucat karena kehabisan banyak darah. Cairan merah beraroma amis itu terus keluar bahkan sampai mengaliri kedua kakinya, diiringi rasa sakit yang sudah tak terperi seberapa tingkatannya. Zeeya Beberap kali melirih perih, dia menangis karena rak sanggup menahan penyiksaan yang menimpanya. Tangan Allendra setia menggenggam jemari sang istri. Kedua orang tua Zeeya masih dalam perjalanan setelah sebelumnya dihubungi oleh Allendra.Allendra, pria itu tak henti-hentinya menenangkan dan mengelus pelipis sang istri yang sudah dibasahi keringat dingin. Belum hilang rasa kagetnya setelah melihat tubuh Zeeya menggelinding di tangga halaman SMA Sevit, kini pria itu kembali menerima kejutan lanjutan dengan insiden pendarahan istrinya. Kalau saja waktu bisa diulang,
Dering ponsel berbunyi, menarik Liam untuk menghentikan aktivitasnya sejenak yang tadi sedang sibuk mencarikan buku latihan soal tes masuk universitas negeri untuk kekasihnya. Lelaki itu menjawab panggilan dari seorang wanita tepat di samping Alena, tidak ragu apalagi sungkan. Liam malah sangat ingin Alena mendengarkan percakapan ini."Iya, Bu?""Kamu tadi ke rumah?""Mm, kenapa memang?""Ah, tidak, Ibu kaget karena motor kamu tidak ada di garasi.""Maaf, tadi tidak sempa
Liam menambah kecepatan motornya demi mengikis waktu, ia terlambat lima menit dari waktu yang dijanjikan. Terlambat bukan kebiasaan Liam, hanya saja kemacetan akhir pekan begitu sulit ia taklukkan terlebih tadi dia sempat terjebak sekitar satu jam di dalam bus sebelum akhirnya pulang ke rumah untuk mengambil motornya. Begitu motor sport warna hitam itu memasuki beranda depan kediaman Spancer, Liam menemukan kekasihnya sudah berdiri di sana seorang diri. Dari jarak tiga meter tampak ada dua pelayan yang ikut menanti, mungkin untuk memastikan bahwa Alena benar-benar pergi dengan orang yang sudah resmi mendapat izin Allendra untuk membawa Alena pergi keluar."Maaf, lama nunggunya, ya?" ucap Liam setelah ia melepas helm dan turun dari motornya.Alena menggeleng, sama sekali tidak merasa jika penantian yang dia lakukan terlalu panjang sampai mencapai titik bosan."Tidak kok, aku baru keluar. Lagi pula aku menunggu di rumahku sendiri, kalau pun tidak jadi ya tinggal m
Vincent memainkan sepatu kulitnya dengan menendang-nendang dedaunan yang turun tepat di kakinya. Pria itu duduk di sebuah kursi panjang, di atasnya terdapat daun rimbun dari pohon besar di belakang tubuhnya. Taman ini cukup ramai saat sore hari, terdapat orang tua dan anak yang asyik jalan-jalan, muda-mudi yang ngobrol-ngobrol santai, dan ada pula pasangan yang sedang merajut romansa dengan indahnya. Saat ini Vincent masih sendiri namun tak lama lagi seseorang akan menemuinya di sana.Semua sudah berakhir, kegilaan dan kenekatan yang Vincent buat harus segera diakhiri. Dia ingin mengakui semuanya pada orang itu dan meminta maaf dengan tulus atas semua kepalsuan yang sudah dia tebar. Mata tajam Vincent berkeliling memindai sekitar, sampailah manik itu menangkap sosok perempuan cantik dengan gayacasual-nya sedang melenggang cantik dan melempar senyum padanya meski jarak mereka masih jauh. Vincent segera bangkit, menanti dengan senyum kesopanan yang tidak kalah le
"I love you, Zeeya .""I love you too, Alle."Dua kalimat keramat itu terus terngiang-ngiang dalam benak Allendra. Dia yang sudah mengetahui kata sandi ponsel lamanya memutar video yang tadi dia tonton bersama sang istri berulang kali. Seperti mau memastikan bahwa laki-laki yang ada di dalam video itu memang dirinya. Memang dia yang matanya tampak begitu bersinar ketika menatap Zeeya . Seakan wanita itu adalah poros dari segala cahaya yang menyinari kehidupan pria itu. Sedikit demi sedikit Allendra belajar menerima istrinya, setidaknya sekarang dia tidak terlalu kejam seperti awal-awal. Meski tentu saja perdebatan di antara mereka tidak pernah usai. Selalu ada saja yang memantik emosi sampai akhirnya keduanya adu mulut tapi ujung-ujungnya kembali akur lagi."Aku sudah siap," kata Zeeya yang baru datang dan sudah berpakaian olahraga yang tampak lucu dikenakannya saat hamil.Allendra buru-buru menyimpan ponsel tadi lalu berdiri dari dudukn
Menikah dengan Zeeya adalah salah satu takdir mengejutkan yang pada akhirnya sulit Allendra tolak. Dua sisi di hatinya benar-benar memberikan rasa yang bertolak belakang untuk pria itu pahami apa alasannya. Dia ingin bertanya langsung pada Zeeya namun masih gengsi. Wanita hamil itu pasti akan besar kepala dan mengira Allendra telah takluk padanya karena berusaha mencari tahu masa lalu mereka. Allendra tidak ingin terlihat terpedaya oleh wanita itu meskipun nyatanya dia sudah telanjur mengalaminya dengan atau tanpa dia sadari.Ini hari kedua dia menyandang status sebagai suami seseorang, rasanya tidak terlalu berbeda dengan saat dia masih melajang. Yang berbeda hanyalah tidur pria itu kini semakin sering terusik karena kehadiran Zeeya . Wanita itu memang selalu bisa menguji kesabaran Allendra di berbagai kesempatan. Ada saja tingkahnya yang membuat pria itu takjub, kesal, geleng-geleng kepala, sampai pria itu tak tahu lagi harus bicara apa.Contohnya seperti kejadian ke
Allendra mati kutu di hadapan kedua orang tua Zeeya . Kemampuan berbicara diplomatisnya tiba-tiba hilang tak bersisa. Mungkin jika situasinya normal pria itu masih bisa menyapa dengan biasa tanpa ada rasa tidak enak yang begitu kuat, sekali pun ia tidak mengingat calon mertua yang hari ini sudah resmi menjadi mertuanya tanpa dia sangka-sangka. Saat ini Allendra harus berbesar hati menekan kesal yang sejak tadi siang terus meronta untuk dibebaskan. Tak mungkin pria itu melampiaskan kekesalannya pada Zeeya di hadapan orang tua wanita itu. Terlebih sekarang Allendra sedang menginap di kediaman istrinya."Hari ini kau pasti terkejut, kan, Nak?" tanya ayah Zeeya ramah sekali.Semua kesal dalam dada Allendra bisa dikondisikan dengan baik ketika ia berbincang dengan ayah Zeeya di ruang makan."Sudah jelas, Yah, Zeeya itu memang ada-ada saja kelakuannya. Jangan salah paham dulu ya nak Al, kami juga tidak tahu jika dia merencanakan hal gila bersama Vincent untuk menjebak