Beberapa jam sebelum insiden penculikan Zeeya terjadi, wanita itu menghubungi Alena dan memintanya untuk bertemu di kafe dekat sekolah. Zeeya benar-benar sudah putus asa mencari keberadaan Allendra. Semua akses yang bisa membawa Zeeya pada pria itu seakan ditutup rapat, tak menyisakan sedikit pun celah. Satu-satunya harapan yang tersisa hanyalah Alena. Zeeya yakin gadis itu tahu di mana keberadaan Allendra atau paling tidak, Alena pasti bisa memberi tahunya bagaimana kondisi pria itu sekarang. Zeeya sangat cemas, dia tahu Allendra orang seperti apa, sangat takut jika pria itu berbuat nekat karena kesal dan justru membahayakan dirinya sendiri. Zeeya tidak akan bisa pulang dan tidur tenang jika belum mengutarakan semua keresahannya pada Alena dan Allendra.
Alena memutuskan untuk menolak ajakan gurunya itu, selain malas, jujur gadis itu masih menyimpan kekecewaan yang besar pada Zeeya. Penilaiannya terhadap perempuan itu telanjur tercoreng. Hanya ada amarah dan kek
Aku pernah meminta pada Tuhan untuk mengabulkan doa pria baik yang selalu disakiti hatinya. Pria aneh yang dengan gaya semena-menanya menebar bahagia tanpa aku minta. Selain ayahku, dia, satu-satunya pria yang mengenalkan arti cinta tanpa pamrih. Dia, satu-satunya pria yang menunjukkan bahwa hitam tak selamanya pahit. Bahwa putih tak selamanya suci. Bahwa senyuman manis tak selalu berarti indah. Dan seringai kejam tak selalu berarti kelam.Bersamanya, aku melihat perspektif dunia dari berbagai sisi yang tidak pernah kuketahui sebelumnya. Dia memperlihatkan padaku seperti apa wujud ketulusan. Seperti apa bentuk kasih sayang. Dan seperti apa bukti pengorbanan. Mengherankan memang, ada orang yang berani menggadaikan kebahagiaannya demi kebahagiaan orang lain. Sungguh, aku tidak percaya ada sosok semacam ini jika tak kutemukan dia sendiri. Semua itu hanya bisa dilakukan oleh pria kesayanganku, Allendra, si baik bertopeng jahat.Sejak awal pertemuan kami, aku merasa dia mem
"Kamu yakin mau menemuinya hari ini, Zee? Allendra baru saja kembali, mungkin dia akan terkejut jika kamu langsung muncul dan mengabari kehamilanmu," ujar ibu Zeeya mengingatkan.Bukannya ia tak mau mendukung usaha putrinya, ibu Zeeya hanya khawatir terjadi sesuatu yang tak diharapkan. Kondisi saat ini benar-benar rumit, ibu Zeeya sangsi Allendra bisa paham dan menerima semuanya di saat dia tidak mengingat apa-apa."Aku hanya ingin melihatnya dari jauh, Bu. Enam bulan aku menunggu dan bertanya-tanya kapan kesempatanku tiba untuk melihatnya secara langsung. Dan aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini.""Ayah mengerti, tapi kamu juga harus ingat kondisi kesehatanmu. Jangan terlalu capek, kehamilanmu sangat rentan. Ayah tidak ingin kau stres seperti waktu itu sampai menyebabkan pendarahan."Di awal kehamilan Zeeya bertepatan dengan proses pengobatan Allendra. Dia mengalami stres berat karena memikirkan ini dan itu, takut jik
Sore itu wajah langit tampak berseri biru, terpercik semburat merah kekuningan yang membentuk gradasi maha indah untuk ditatap berlama-lama dalam damai. Siur angin ringan mengelus hati yang memang menantikan kehadirannya sejak geming memeluk sepi ini dimulai.Dia duduk seorang diri, hanya ditemani buku bersampul merah jambu dan sebuah ponsel yang dia simpan di atas meja kaca, tepat di hadapannya. Dalam perenungan itu, angannya mengangkasa--keluar dari batas-batas yang dia gurat sendiri enam bulan terakhir. Si dia ini tidak terlalu pandai meraba perasaan, atau ... bisa jadi dia mengerti hanya saja enggan mengakui.Tangannya bergerak tangkas menukar posisi buku dengan ponsel. Membuka galeri foto di ponsel terdahulu, ponsel yang dibiarkan mat
Vincent dan guru-guru yang lain sudah dibriefinguntuk berkumpul di gedung perpustakaan baru. Acara peresmian dan gunting pita akan segera dilaksanakan karena pihak Allendra sudah tiba di area SMA Sevit dan hendak menuju tempat acara. Vincent berjalan gagah bersama jajaran guru yang lain, ia mengobrol asyik membahas ini, membahas itu dengan para guru. Di tengah perjalanan, sayup-sayup dia mendengar sebuah suara membisikan namanya. Bisikan itu terdengar sangat menyeramkan, bulu kuduk Vincent nyaris berdiri. Pria itu celingukan mencari sumber suara untuk memastikan apa itu bisikan orang atau setan penunggu sekolah.Mata pria itu menemukan sesosok orang aneh tengah menempel pada pilar besar di depan sana yang hendak dilalui rombongan guru. Pandangan ditajamkan, Vincent melakukan pemindaian jarak jauh. Meny
"Maaf ya, Ibu merepotkanmu, Len," ujar Zeeya setelah dia sadar.Alena yang duduk di bibir ranjangnya membalas perkataan Zeeya dengan senyuman. Ada gurat miris di mata gadis itu melihat kondisi Zeeya sekarang. Dia tidak tega dengan fakta gurunya harus berjuang sendiri di tengah kehamilannya. Di saat perempuan lain mendapat limpahan kasih dari suami mereka ketika hamil, Zeeya justru terabaikan begitu saja oleh pria yang dia cinta."Kenapa ibu harus mengikutinya selama itu? Harusnya tadi langsung pulang saja. Kondisi kehamilan ibu itu sangat rentan, jangan terlalu capek apalagi stres. Dengar tidak tadi apa kata dokter? Ibu terlalu banyak pikiran."Ada perasaa
Ruang tamu besar kediaman Spancer menjadi saksi puncak kerinduan sepasang manusia yang terikat tali persahabatan. Sera sedang menangis di pelukan Alena sekarang, gadis itu tidak kuasa menahan perasaan yang selama enam bulan terakhir dia pendam. Sera tidak pernah tahu masalah apa yang menimpa keluarga Alena lalu tiba-tiba senior kesayangannya itu menghilang tanpa kabar dan sulit dihubungi. Layaknya orang yang baru putus cinta, Sera galau berhari-hari karena Alena meninggalkannya. Gadis itu bertanya-tanya apakah dia melakukan kesalahan sampai Alena tidak mau bertemu lagi dengannya.Pada akhirnya Sera mengerti alasan Alena memutus kontak dengannya. Ia mendengar kabar bahwa Allendra mengalami kecelakaan parah yang mengharuskannya dirawat di rumah sakit luar negeri untuk waktu yang lama. Ya, pemberitaan di luar mengabarkan bahwa tragedi yang menimpa Allendra Spancer enam bulan lalu adalah sebuah kecelakaan bukan pertumpahan darah melawan penjahat.Itu adalah saran dari pama
"Sera, sebaiknya kita jangan main ke sini. Ke tempat lain saja," ungkap Alena menyuarakan rasa keberatan saat Sera memaksanya mengunjungi kampus Liam pagi ini.Ini akhir pekan, Sera sudah libur sekolah dan sesuai ucapan Alena kemarin sekarang ini Sera sedang menagih janji Alena untuk bermain di luar jam sekolah. Tadi mereka sudah izin pada Allendra dan pria itu mengizinkan dengan catatannya pulangnya jangan terlalu malam. Kedua gadis itu setuju dan berjanji akan pulang tepat waktu."Tidak apa-apa, Kak, kampusnya terbuka untuk umum, kok. Aku juga sering main di wilayah kampus ini. Selain itu, kata kak Liam banyak juga kok orang-orang yang mengunjungi perpustakaan di kampus ini."
Sabar adalah pertarungan antara degup keimanan dengan desakan hawa nafsu. Keduanya berlomba untuk saling mengalahkan agar bisa menjadi pemenang atas diri seseorang. Pihak mana yang akan menjadi juara bergantung pada sisi mana yang diperkuat. Vincent terus merapal doa dalam batinnya, berupaya sekuat tenaga untuk memenangkan keimanannya agar tidak kalah dari nafsu, yang membisikan agar pria itu segera merebus hidup-hidup ibu hamil bernama Azeeya di atas wajan panas dan air mendidih. Sejak awal mendengar rencana gila Zeeya rasanya emosi Vincent terus naik dan enggan turun ke tempat semula. Dia diminta untuk mendekati Natasha agar gadis itu tidak dekat-dekat lagi dengan Allendra. Sebenarnya itu bukan hal yang sulit bagi Vincent, tapi dia telanjur tertarik pada gadis lain dan tidak minat untuk mendekati gadis mana pun selain gadis incarannya itu. Malang tak dapat ditentang, rasa ingin merebus Zeeya kalah oleh kasih sayang. Sehingga saat ini dia sedang dalam perjalanan untuk menem
"Vincent, Natasha sudah kembali ke Inggris," ujar Zeeya berusaha bicara dengan sangat hati-hati. Matanya setia menanti reaksi pria yang baru datang dengan sekantung makanan pesanannya. "Iya, terus hubungannya denganku?" "Kau tidak mengucapkan selamat tinggal atau apa gitu padanya?" "Sudah." "Apa yang kau maksud hari di mana dia menciummu?" "Kau tau dari mana?" kaget Vincent, tampak tidak menyangka Zeeya mengetahui rahasia itu. "Natasha cerita padaku, katanya dia menciummu. Tapi itu kan sudah sangat lama, ada tiga bulan yang lalu." "Sama saja." Setelah mengatakan itu, Vincent mengambil minuman yang disajikan pelayan keluarga Spancer. Menyesap aroma dengan hidungnya terlebih dahulu lantas meneguknya secara perlahan. "Bagaimana bisa kau berbicara sejahat itu?" "Jahat apanya?" "Natasha tulus menyukaimu, Vin." "Tapi aku menyukai gadis lain." "Gadis yang kau sukai sudah jadi ist
Ketika kamu benar-benar menginginkan sesuatu lalu kamu memperjuangkannya tanpa membatasi dirimu dengan ketidakpercayaan, maka semesta akan menjadikannya nyata untukmu. Memang tidak mudah memegang prinsip itu, ujian akan datang dari berbagai arah—menempamu dengan perah berlumur perih. Selayaknya kehidupan yang tidak selalu mudah, putus asa dan ingin menyerah bisa muncul kapan saja. Melemahkan hatimu dengan letih yang menatih. Namun perih itu tak akan selamanya membuatmu merintih, sebab selalu ada bahagia yang dihadiahkan bagi mereka yang ikhlas menjalani itu semua. Zeeya sedang berada di fase itu sekarang, merasakan kebahagiaan berlipat ganda usai dijatuhi luka yang menyiksa. Selamat dari maut, berhasil mendatangkan Seandra ke dunia, melihat sang suami memangku bayinya. Semua itu adalah angan yang selalu ia berikan pada Tuhan lantas mewujud doa yang dikabulkan. Ternyata benar, sesulit apa pun keadaan yang sedang dihadapi, alangkah lebih baik jika kita tetap berpikir positif ser
Tidak ada yang tahu bahwa niat bersenang-senang yang didambakan Zeeya tadi sore akan berujung celaka. Wanita yang sebelumnya tampak paling semangat melakukan agenda kencan ganda ini sudah berbaring di atas belangkar dengan wajah pucat karena kehabisan banyak darah. Cairan merah beraroma amis itu terus keluar bahkan sampai mengaliri kedua kakinya, diiringi rasa sakit yang sudah tak terperi seberapa tingkatannya. Zeeya Beberap kali melirih perih, dia menangis karena rak sanggup menahan penyiksaan yang menimpanya. Tangan Allendra setia menggenggam jemari sang istri. Kedua orang tua Zeeya masih dalam perjalanan setelah sebelumnya dihubungi oleh Allendra.Allendra, pria itu tak henti-hentinya menenangkan dan mengelus pelipis sang istri yang sudah dibasahi keringat dingin. Belum hilang rasa kagetnya setelah melihat tubuh Zeeya menggelinding di tangga halaman SMA Sevit, kini pria itu kembali menerima kejutan lanjutan dengan insiden pendarahan istrinya. Kalau saja waktu bisa diulang,
Dering ponsel berbunyi, menarik Liam untuk menghentikan aktivitasnya sejenak yang tadi sedang sibuk mencarikan buku latihan soal tes masuk universitas negeri untuk kekasihnya. Lelaki itu menjawab panggilan dari seorang wanita tepat di samping Alena, tidak ragu apalagi sungkan. Liam malah sangat ingin Alena mendengarkan percakapan ini."Iya, Bu?""Kamu tadi ke rumah?""Mm, kenapa memang?""Ah, tidak, Ibu kaget karena motor kamu tidak ada di garasi.""Maaf, tadi tidak sempa
Liam menambah kecepatan motornya demi mengikis waktu, ia terlambat lima menit dari waktu yang dijanjikan. Terlambat bukan kebiasaan Liam, hanya saja kemacetan akhir pekan begitu sulit ia taklukkan terlebih tadi dia sempat terjebak sekitar satu jam di dalam bus sebelum akhirnya pulang ke rumah untuk mengambil motornya. Begitu motor sport warna hitam itu memasuki beranda depan kediaman Spancer, Liam menemukan kekasihnya sudah berdiri di sana seorang diri. Dari jarak tiga meter tampak ada dua pelayan yang ikut menanti, mungkin untuk memastikan bahwa Alena benar-benar pergi dengan orang yang sudah resmi mendapat izin Allendra untuk membawa Alena pergi keluar."Maaf, lama nunggunya, ya?" ucap Liam setelah ia melepas helm dan turun dari motornya.Alena menggeleng, sama sekali tidak merasa jika penantian yang dia lakukan terlalu panjang sampai mencapai titik bosan."Tidak kok, aku baru keluar. Lagi pula aku menunggu di rumahku sendiri, kalau pun tidak jadi ya tinggal m
Vincent memainkan sepatu kulitnya dengan menendang-nendang dedaunan yang turun tepat di kakinya. Pria itu duduk di sebuah kursi panjang, di atasnya terdapat daun rimbun dari pohon besar di belakang tubuhnya. Taman ini cukup ramai saat sore hari, terdapat orang tua dan anak yang asyik jalan-jalan, muda-mudi yang ngobrol-ngobrol santai, dan ada pula pasangan yang sedang merajut romansa dengan indahnya. Saat ini Vincent masih sendiri namun tak lama lagi seseorang akan menemuinya di sana.Semua sudah berakhir, kegilaan dan kenekatan yang Vincent buat harus segera diakhiri. Dia ingin mengakui semuanya pada orang itu dan meminta maaf dengan tulus atas semua kepalsuan yang sudah dia tebar. Mata tajam Vincent berkeliling memindai sekitar, sampailah manik itu menangkap sosok perempuan cantik dengan gayacasual-nya sedang melenggang cantik dan melempar senyum padanya meski jarak mereka masih jauh. Vincent segera bangkit, menanti dengan senyum kesopanan yang tidak kalah le
"I love you, Zeeya .""I love you too, Alle."Dua kalimat keramat itu terus terngiang-ngiang dalam benak Allendra. Dia yang sudah mengetahui kata sandi ponsel lamanya memutar video yang tadi dia tonton bersama sang istri berulang kali. Seperti mau memastikan bahwa laki-laki yang ada di dalam video itu memang dirinya. Memang dia yang matanya tampak begitu bersinar ketika menatap Zeeya . Seakan wanita itu adalah poros dari segala cahaya yang menyinari kehidupan pria itu. Sedikit demi sedikit Allendra belajar menerima istrinya, setidaknya sekarang dia tidak terlalu kejam seperti awal-awal. Meski tentu saja perdebatan di antara mereka tidak pernah usai. Selalu ada saja yang memantik emosi sampai akhirnya keduanya adu mulut tapi ujung-ujungnya kembali akur lagi."Aku sudah siap," kata Zeeya yang baru datang dan sudah berpakaian olahraga yang tampak lucu dikenakannya saat hamil.Allendra buru-buru menyimpan ponsel tadi lalu berdiri dari dudukn
Menikah dengan Zeeya adalah salah satu takdir mengejutkan yang pada akhirnya sulit Allendra tolak. Dua sisi di hatinya benar-benar memberikan rasa yang bertolak belakang untuk pria itu pahami apa alasannya. Dia ingin bertanya langsung pada Zeeya namun masih gengsi. Wanita hamil itu pasti akan besar kepala dan mengira Allendra telah takluk padanya karena berusaha mencari tahu masa lalu mereka. Allendra tidak ingin terlihat terpedaya oleh wanita itu meskipun nyatanya dia sudah telanjur mengalaminya dengan atau tanpa dia sadari.Ini hari kedua dia menyandang status sebagai suami seseorang, rasanya tidak terlalu berbeda dengan saat dia masih melajang. Yang berbeda hanyalah tidur pria itu kini semakin sering terusik karena kehadiran Zeeya . Wanita itu memang selalu bisa menguji kesabaran Allendra di berbagai kesempatan. Ada saja tingkahnya yang membuat pria itu takjub, kesal, geleng-geleng kepala, sampai pria itu tak tahu lagi harus bicara apa.Contohnya seperti kejadian ke
Allendra mati kutu di hadapan kedua orang tua Zeeya . Kemampuan berbicara diplomatisnya tiba-tiba hilang tak bersisa. Mungkin jika situasinya normal pria itu masih bisa menyapa dengan biasa tanpa ada rasa tidak enak yang begitu kuat, sekali pun ia tidak mengingat calon mertua yang hari ini sudah resmi menjadi mertuanya tanpa dia sangka-sangka. Saat ini Allendra harus berbesar hati menekan kesal yang sejak tadi siang terus meronta untuk dibebaskan. Tak mungkin pria itu melampiaskan kekesalannya pada Zeeya di hadapan orang tua wanita itu. Terlebih sekarang Allendra sedang menginap di kediaman istrinya."Hari ini kau pasti terkejut, kan, Nak?" tanya ayah Zeeya ramah sekali.Semua kesal dalam dada Allendra bisa dikondisikan dengan baik ketika ia berbincang dengan ayah Zeeya di ruang makan."Sudah jelas, Yah, Zeeya itu memang ada-ada saja kelakuannya. Jangan salah paham dulu ya nak Al, kami juga tidak tahu jika dia merencanakan hal gila bersama Vincent untuk menjebak