“Tidak apa-apa kita bicara di sini kan, Nyonya Rebecca?” tanya Edeline yang cukup tidak enak hati mengajak Rebecca ke ruangannya. Mereka duduk di meja kerja—di mana sebuah meja menjadi pemisah bagi keduanya yang duduk saling berhadapan.“Malah ini lebih baik. Kau bisa dimarahi karena aku menculikmu di waktu kerja,” gurau Rebecca sembari tertawa lemah.Edeline ikut tertawa, sikapnya itu bertolak belakang dengan jantung yang berdebar takut, karena terlalu mencuri-curi waktu saat bekerja. Dia takut akan tertimpa masalah baru, setelah kemarin dirinya menjadi buah bibir dari rekan-rekan kerja.Sejujurnya Edeline cukup berat mengabulkan permintaan Rebecca. Namun, jiwa Edeline tertarik pada Rebecca yang menatapnya penuh harapan tidak ada penolakan. Wanita itu seolah ingin menyampaikan sesuatu yang tidak bisa diutarakan pada sembarang tempat. Bersyukur saat itu Lina memahami situasi. Sehingga Edeline didorong untuk beranjak cepat dari sana, sementara dia yang mengambil alih tanggung jawab di
Keheningan membentang akibat keterkejutan yang menyelimuti. Edeline membeku di tempatnya. Dia menganggap bahwa apa yang dia dengar ini adalah sebuah kesalahan, tapi itu tidaklah mungkin. Apa yang dia dengar ini sangatlah jelas. Tidak mungkin salah.“A-anda dan Dokter Elvis pernah hampir menikah?” ulang Edeline memastikan.Rebecca mengangguk. “Ya, dulu Elvis adalah tunanganku. Dia pernah menjadi pria yang aku cintai di masa lalu. Tapi pernikahanku dan Elvis batal karena ulah saudari tiriku yang sangat menyukai Elvis.” Dia membuka lembaran kelam yang tidak diketahui oleh banyak orang.Edeline tampak bijak menyikapi lewat dirinya yang tidak mengeluarkan pernyataan yag menjurus pada sikap tak sopan. Dia menunggu sampai Rebecca menyelesaikan sendiri ceritanya.“Singkatnya saudari tiriku melakukan tindakan keji, hingga pernikahanku dan Elvis batal. Pernikahan yang harusnya aku dan Elvis digantikan saudari tiriku. Desakan orang tua dan kepentingan bisnis, Elvis akhirnya mau menikahi saudari
Suasana tegang yang menyelimuti perlahan telah mengendur ketika kondisi Shopia dinyatakan stabil. Gadis kecil itu telah membuka mata, tapi belum bisa berinteraksi aktif lewat lisan.Elvis sepenuhnya memahami kondisi Shopia, sehingga dia tidak banyak melakukan pembicaraan yang memaksa. Namun, dia tetap menunjukkan rasa sayangnya pada Shopia.Bibir Elvis terjaga membentuk senyuman manis pada Shopia. Pria itu juga tidak lelah menghujani punggung dari telapak kanan Shopia dengan sebuah ciuman penuh sayang.Tontonan yang penuh rasa haru itu disaksikan oleh Rebecca beserta suaminya—yang langsung menjenguk Sopia ke ruangan ICU. Dokter yang bertanggung jawab atas Shopia pun ikut menjadi saksi kehangatan Elvis memperlakukan Shopia.Mereka pun sadar diri dan memutuskan untuk meninggalkan Elvis bersama Shopia di ICU. Hal itu karena mereka tak ingin merusak apalagi mengganggu Elvis yang sedang menebus rasa bersalah pada Shopia.“Shopia ...” Elvis menegur lembut.Shopia tidak bersuara. Dia hanya
“Ayah mertuaku yang menolong Edeline dari percobaan bunuh diri.”Wajah Elvis setengah memucat mendengarkan Rebecca yang bercerita. Jiwanya juga sudah kacau oleh rasa bersalah yang menyerang. Sepasang iris mata Elvis menunjukkan keterkejutan itu. Lidahnya masih kelu, belum mampu merangkai kata.“Malam itu Edeline begitu putus asa setelah hampir diperkosa oleh ayah tirinya. Ibunya juga mengusir karena tidak percaya pada Edeline. Jika saja malam itu ayah mertuaku tidak melihat Edeline—yang sudah bersiap terjun di sebuah jembatan, maka detik ini kita tidak akan mengenal gadis baik itu.”Penjelasan Rebecca itu membuat pandangan Elvis menunduk, memandangan kedua tangan yang terjalin gelisah. Hatinya yang berkecamuk berusaha tenang untuk menyikapi fakta mengenai Edeline. Sayangnya, rasa bersalah telah menyebar ke seluruh pikiran dan relung hati pria itu.“Tidak mudah bagi Edeline untuk menjadi kuat di tengah serangan trauma. Dari luar dia memang terlihat baik-baik saja, tapi di dalam diri Ed
Handuk putih yang dipakai untuk mengeringkan rambut sengaja diletakkan ke atas ranjang. Alex—si pelakunya itu memposisikan duduk di tepian ranjang ketika tangan kanannya meraih handphone di meja nakas.Di layar handphone-nya waktu telah menunjukkan hampir tengah malam. Alex menghela napas mengeluh yang panjang. Dia menyadari perputaran waktu yang monoton dan selalu berlalu dengan cara yang sama. Tidak ada perubahan yang menghiasi kehidupan Alex sejak menjadi sekretaris pribadi Elvis.Alex selalu terbangun pagi dan bersiap-siap untuk pergi bekerja. Sejak pagi bahkan hingga larut malam, kegiatannya terisi oleh pekerjaan yang menguras pikiran dan emosional. Setelahnya, Alex pulang ke apartemen untuk beristirahat. Tak jarang juga dia membawa pekerjaan untuk bisa diselesaikan.Hal itu terus berulang hingga bertahun-tahun. Tidak ada kegiatan khusus apalagi sekadar menghibur diri. Alex juga kerap absen dari segala pertemuan dan reuni teman-temannya. Hidup yang membosankan, bukan? Alex menyad
Pukul tiga pagi, Elvis masih belum bisa memejam mata. Dia masih terjaga dikarenakan pikirannya yang kusut. Pria itu masih terus memikirkan sosok Edeline setelah mengetahui hal yang tersembunyi. Elvis frustrasi seorang diri yang merasa bersalah terhadap Edeline. Batinnya masih terus memaki diri yang tega bersikap kejam, melukai Edeline dari berbagai sudut.Akan tetapi, Elvis merasa bingung untuk menebus rasa bersalah. Masih ada sedikit yang terselip di perasaan, bawah dia masih cukup gengsi untuk mengemukakan rasa bersalah. Elvis meraup kasar wajah tampannya. Pria itu merasa tidak tenang berdiam diri di sofa panjang yang empuk—yang dijadikan ranjang tidurnya. Dan secara impulsif Elvis memutuskan beranjak keluar guna mencari penyegaran.Keheningan mendominasi seluruh ruangan yang Elvis jejaki. Terutama daerah lobby rumah sakit, sudut itu terasa dingin dan sepi tidak seperti waktu operasional berlangsung. Ada sesuatu yang terbersit di pikiran ketika Elvis bingung menentukan tujuan. Matan
Sarah berusaha keluar dari keterkejutan yang tak mengenakkan jantung di pagi hari. Dia berusaha menyadarkan, mulai mencubit-cubit tangannya untuk menunjukkan semua itu hanya mimpi. Sayangnya, rasa sakit yang didapatkan sangat nyata dirasakan. Wanita itu bahkan mengerang lemah oleh nyeri sakit hasil dari cubitan.“Yang kau lakukan itu begitu menghina harga diriku.”Kesadaran Sarah tersentak oleh kehadiran Alex yang tanpa disadari telah berdiri di dekat ranjang. Spontanitas Sarah langsung mendongak, menatap Alex yang melayangkan tatapan dingin penuh rasa kecewa.“Caramu bicara padaku yang tidak sopan itu juga menghina harga diriku!” Sarah memprotes Alex yang dengan mudah berbicara tak formal seperti biasa.Wajah Alex langsung berubah kesal pada Sarah yang menatap sinis. Alex mengakui dirinya khilaf memanggil Sarah tanpa embel-embel ‘Nona’ di momen awal Sarah menggoyahkan iman Alex. Akan tetapi, pria itu hanya menuruti Sarah yang sepanjang percintaan nikmat kemarin telah merengek pada Al
Tepat di depan pintu ruangan Elvis yang tertutup rapat, Edeline menenangkan jantungnya yang berdebar-debar. Situasi sunyi di mana tidak ada seorang pun di sana memudahkan Edeline untuk menenangkan diri sejenak.Edeline melepaskan napas kasar yang panjang sembari menyingkirkan segala gugup di jiwa. Perasaan gadis cantik itu sedikit goyah setelah mengetahui Elvis yang diam-diam memperhatikan dirinya.Apa yang terjadi dengan pria itu?Entahlah! Tidak ada waktu untuk serius memikirkan hal itu. Lebih baik Edeline segera masuk ke dalam ruangan dengan menyembunyikan perasaannya yang berkecamuk tak keruan.Selain menghindari mulut Nicho yang nantinya akan memprotes keterlambatannya, Edeline tertarik pada topik operasi transplantasi hati yang diucapkan Nicho. Itu artinya Edeline diberi lampu hijau bergabung ke dalam tim?!Udara sejuk yang mendominasi di ruangan telah menyapa Edeline yang masuk setelah mengetuk pintu. Gadis itu mengulas senyuman manis, berusaha ramah menyapa Elvis—selaku pemili
~ Enam tahun kemudian ~Pandangan mata Edeline teralihkan pada bocah tampan berusia empat tahun. Edeline yang semula fokus di meja kerjanya telah beranjak menghampiri bocah tampan itu.“Hello, Dwayne.” Edeline berjongkok di depannya.“Apa Dokter akan menyuntikku lagi?” tanya bocah itu takut.Edeline tertawa lemah. “Aku tidak menyuntikmu. Aku hanya memberikan vitamin agar kau kuat seperti Superman!”“Aku mau kuat seperti Hulk, Dokter!” seru Dwayne—pasien Edeline sangat antusias.“Oke! Kalau begitu aku akan berikan vitamin agar kau kuat seperti Hulk!” sahut Edeline tak kalah antusias dari Dwayne.Dia adalah Edeline—dokter spesialis anak yang banyak disayangi oleh pasiennya. Edeline selalu bersikap sama kepada anak-anak yang datang kepadanya. Dia menganggap semua pasiennya seperti anaknya sendiri.Dokter cantik itu akan memberikan hadiah, entah itu berupa mainan atau permen kepada pasiennya. Hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa bersalah dan perhatian Edeline. Bersama Lina—yang menjadi p
~ Beberapa bulan kemudian ~Aktivitas Edeline menjadi terbatas sejak memasuki usia kehamilan matang. Wanita cantik itu tidak bebas bergerak karena mengalami keluhan dari kehamilan mengandung anak kembar. Kakinya membengkak sejak memasuki usia 30 minggu. Kondisi itu semakin memprihatinkan saat kini—kehamilan Edeline telah memasuki usia 37 minggu.Bukan hanya keluhan itu dirasakan oleh Edeline. Setiap malam Edeline cukup tersiksa pada betisnya yang kram. Sebuah pijatan di kedua betisnya menjadi penghibur terbaik yang Edeline terima. Pinggangnya sering sakit, seperti akan patah.Ritme pernapasan pun ikut terganggu karena kondisi perut Edeline yang membesar karena mengandung dua anak-anaknya yang tumbuh baik dan sempurna. Tidak usah ditanya bagaimana kualitas tidur Edeline. Wanita cantik itu sudah tak lagi bisa tidur nyenyak sejak usia kehamilan 28 minggu.Namun, semua keluhan itu tidak mengurangi antusias Edeline menyambut kelahiran kedua anaknya. Wajah cantiknya selalu berseri-seri, au
Setibanya di apartemen, Alex langsung menidurkan Asha yang sudah lelap dalam dunia mimpi. Seperti biasa—tanpa canggung Alex mengganti pakaian putri kecilnya itu dengan piyama yang menghangatkan.Sikap sigap Alex sangat membantu Sarah. Sejak Asha hadir di hidup mereka, keduanya kompak bekerjasama dalam kehidupan rumah tangga maupun pekerjaan. Seperti yang sudah terjadi, Alex tak sungkan mengambil peran Sarah. Dengan senang hati Alex memperhatikan putri mereka ketika Sarah membersihkan diri dan mengganti pakaian.Sarah sendiri sudah tulus menatap Alex. Hatinya masih diselimuti perasaan yang sama, bahkan saat itu perasaan cinta semakin memenuhi jiwa. Batinnya tak henti-henti merasa bersyukur memiliki pria yang sangat peduli itu. Alex selalu menomorsatukan Sarah dan Asha. Kebahagiaan dan kenyamanan keduanya merupakan prioritas utama.Samar-samar Sarah berpikir, jika saja waktu itu takdir tidak mendorongnya pada Alex entah bagaimana Sarah saat ini.“Biar aku yang berganti memindahkan Asha
Hunian mewah di depan mata ditatap tak berkedip oleh Edeline. Dia benar-benar tidak menyangka Elvis akan membawanya dan Shopia ke hunian mewah yang akan menjadi tempat tinggal baru mereka.Hunian mewah itu terlihat berbeda dari rumah Elvis. Lebih tepatnya itu adalah mansion mewah berlantai dua yang berdiri di tengah-tengah lahan luas, berdiri di tengah-tengah halaman yang dilengkapi tanaman beserta pepohonan hijau menyejukkan.“Ini hadiah pernikahan dari diriku,” Elvis berbisik lembut.Edeline tersentak dari rasa takjubnya, kemudian menoleh pada Elvis. “Kapan kau menyiapkan ini? Aku sampai tidak tahu!”“Saat sibuk menyiapkan pernikahan kita, aku sudah membeli mansion ini. Aku langsung minta merenovasi beberapa sudut dan baru selesai bulan lalu. Furniture dan yang lainnya sudah tersedia sehingga kita bisa pindah ke sini secepatnya.”Sungguh, Edeline tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya pada Elvis. Suaminya itu selalu memiliki cara membuat Edeline terkejut bahagia. Sayangnya, ada kek
Setelah selesai menjalani pemeriksaan USG, Edeline beranjak turun dari ranjang dengan dibantu oleh Elvis. Dia dirangkul mesra oleh Elvis saat bersama duduk pada kursi kosong di depan dokter wanita itu.“Syukurlah tidak ada keluhan atau kondisi yang mengkhawatirkan pada kehamilan Edeline. Baik Edeline dan kedua anak kalian tumbuh dengan sehat.” Leyla—dokter wanita itu menyampaikan hasil pemeriksaan pada Elvis dan Edeline. “Aku akan meresepkan beberapa vitamin dan obat untuk Edeline. Jangan lupa untuk rutin mengkonsumsi susu ibu hamil,” sambungnya yang tertuju hanya pada Elvis.Elvis berdecih ringan. “Aku adalah dokter! Sudah pasti aku tahu apa pun yang baik dikonsumsi untuk istriku.”“Kalau kau memang dokter, kau harusnya tahu apapun yang baik untuk tubuhmu! Bukan meminum alkohol dengan perut kosong! Bergadang semalaman hanya demi hal yang tidak penting,” balas Leyla dengan ekspresi mencela nyata.Edeline tampak kebingungan melihat Elvis dan Leyla yang bereaksi akrab seperti sudah lama
Edeline telah bergoyang di atas Elvis. Wajahnya yang merona merah terlihat seksi, sangat erotis seperti pinggulnya yang bergoyang-goyang mengocok kejantanan Elvis yang terbenam sempurna di surgawinya.Posisi itu sangat sempurna, membuat Edeline kelimpungan dalam kenikmatan yang memanjakan nafsu. Jemarinya pun tidak dibuat menganggur. Edeline sudah meremas dada bidang Elvis sembari berpegangan di sana.Elvis sendiri sudah berkali-kali memuji Edeline yang memiliki perkembangan dalam bercinta. Pria itu terpesona menatap Edeline yang telah bergerak naik-turun menimbulkan dan menenggelamkan kejantanan Elvis di lubang intimnya. Dalam benaknya Elvis benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan kebahagiaan erotis seperti itu.“Nikmat, Sayang. Nikmat sekali,” erangnya memuji sembari meremas gemas pinggul Edeline.Elvis benar-benar sudah tidak tahan. Dia sudah sedikit frustrasi oleh birahi terdorong dalam puncak klimaks. Akan tetapi, Elvis belum mau cepat-cepat menyudahi kenikmatan itu. Tidak a
~ Lima bulan kemudian ~Dari duduknya di tepian ranjang tidur, pandangan kedua mata Edeline terlempar ke arah jendela ketika mendengar suara mobil di depan kediaman mewah itu. Kedua kakinya bergegas mendekat ke arah jendela, mengintip dari balik tirai untuk memastikan seseorang yang tiba di bawah sana.Bibir wanita cantik menipis oleh senyuman manis yang terulas, sementara matanya telah berbinar bahagia melihat seseorang yang tiba itu adalah Elvis. Suaminya itu baru saja kembali dari kepentingan bisnis di Amerika. Sudah lima hari mereka terpisah jarak. Selain itu, tepat di tengah malam itu adalah momen hari kelahiran Elvis.Lebih dahulu Edeline menyimpan sebuah benda seperti sebuah stik di laci meja nakas, lalu setelahnya Edeline bergegas keluar kamar untuk menyambut kepulangan suami tercinta.Di depan kamar ternyata Shopia telah menanti kehadiran Edeline. Keduanya telah bekerja sama memberikan kejutan ulang tahun pada Elvis. Beruntung saat itu Liz ikut andil membantu Edeline dan Shop
Cincin berlian yang melingkar cantik di jari manis masih terus Edeline pandangi. Edeline merasa seperti bermimpi. Ah, tidak! Edeline tidak pernah memimpikan akan mendapatkan hal semanis dan mewah seperti yang didapatkan.Namun semuanya terlalu mustahil untuk dinyatakan sebagai mimpi. Pria yang memeluknya dari belakang telah menyadarkan Edeline. Gadis itu tak bisa memberontak pada Elvis menciumi lekukan lehernya. Matanya terpejam, Edeline tak lagi fokus pada cincin berlian. Melainkan pada Elvis yang menghujani lekukan leher Edeline dengan ciuman sensual.“Aku merindukanmu. Jangan takut padaku, Edeline,” Elvis berbisik menggoda di telinga Edeline.Edeline tak takut, karena dia telah percaya pada Elvis. Dia juga sudah menduga akan berakhir seperti itu setelah Elvis mengajak dirinya beristirahat di kamar yang sama.Elvis menuntun Edeline untuk beralih ke ranjang tidur. Dengan cara yang sama pula Edeline didudukkan pada tepian ranjang tidur. Namun anehnya, Elvis memilih berlutut di hadapan
Mata cokelat Eva tak bisa menyembunyikan kekecewaan mendalam melihat hanya Elvis dan Shopia saja yang datang ke Edinburgh. Eva begitu tak mempercayai Edeline yang tidak ada, sampai-sampai dia fokus menatap ke arah pintu mobil Elvis demi mengharapkan kehadiran Edeline.“Edeline tidak ikut bersama kami, Mom.” Elvis menyadarkan Eva yang mencari-cari Edeline. “Edeline sedang berada di London. Dia memiliki urusan di sana,” jelas Elvis.“Sebaiknya kita masuk ke dalam jika ingin berbicara serius. Salju semakin turun dengan deras, udara dinginnya tidak baik untuk Shopia.” Peter menginterupsi istrinya yang sudah membuka mulut. Pria itu sudah fokus pada Shopia yang berada di gendongannya.Eva segera menyetujui dan membiarkan semuanya masuk ke dalam mansion mewah itu. Dia mengajak suami, anak beserta cucu kesayangannya untuk menghangatkan tubuh di ruangan santai keluarga.“Apa Edeline masih bersedih?” Eva mencecar Elvis yang baru saja duduk di sofa. Dia mengabaikan putranya yang cukup lelah mene