Home / Romansa / Bad Duda / Bab 2. Penuh Dendam

Share

Bab 2. Penuh Dendam

last update Last Updated: 2023-11-05 14:25:26

Suasana hati Edeline belum sepenuhnya membaik. Pikirannya pun masih dihantui hal-hal buruk yang mengancam. Edeline belum memberanikan diri untuk mendekati pintu dan keluar dari kamar.

Padahal, mentari pagi sudah melenyapkan seutuhnya langit malam. Sepanjang waktu pergantian hari itu juga Edeline tidak menerima ancaman dari apa  pun yang dibayangkan. Pria kemarin malam juga tidak menyusulnya.

Tetapi, apa itu bisa menjaminkan ketenangan Edeline untuk aman keluar dari kamar?

Edeline meyakini pria itu menaruh dendam pada dirinya atas sikap tak menyenangkan yang dilakukan. Pria itu telah mengetahui identitas dan tempat Edeline akan mengabdikan diri. Bagaimana jika dia nantinya mencari Edeline demi menuntaskan dendam?

Oh shit! Kenapa gadis cantik itu bisa tertimpa sial?

Kemarin, Edeline hanya berniat menolong. Pun dia tidak ingin hari pertama dia mengabdi di rumah sakit itu jadi berantakan atas kesalahan naif kemarin malam. Selain itu, Edeline berharap bisa hidup damai di kota baru yang menjadi pilihannya—menggapai cita-cita.

“Kau tidak boleh takut, Edeline. Kau harus berani,” gumamnya mensugesti diri sendiri.

Embusan napas panjang telah kasar dilepaskan. Gadis cantik itu telah mantap untuk keluar dari kamar dengan membawa jas putih dokter atau yang disebut snelli beserta tas—berisikan segala keperluan hari itu.

Namun, keraguan masih tersisa di jiwa Edeline. Gadis cantik yang telah rapi berpenampilan itu—sedikit tidak bernyali ketika ingin melintasi kamar milik pria itu menginap.

Bagaimana jika pria itu telah menanti kemunculan Edeline? Lalu dia menyergap Edeline seperti kemarin malam?

Klek! Edeline tersentak oleh suara pintu yang terbuka—di mana pria yang sedang menguasai pikirannya telah keluar dari sana. Gadis cantik itu ingin terpukul mundur untuk menghindar, namun ada dorongan besar di dalam hati untuk berani berhadapan dengan pria itu.

Lari dari masalah adalah pengecut! Batin Edeline menjerit kencang memarahi diri. Selain itu, ada seseorang penting yang haru segera Edelin temui, sehingga akhirnya dia berani untuk berjalan.

Sayangnya, keinginannya untuk berjalan mulus terhalangi ketika melintasi pria itu.

“Awhh!” Edeline mengeluh sakit saat terjatuh akibat tersenggol lengan pria itu. “Kau sengaja!” bentaknya kesal.

“Matamu yang buta! Jalan tidak becus!” Pria itu menanggapi tenang pada Edeline yang masih terduduk—kesal di lantai.

“Kau sengaja melakukannya! Cepat, minta maaf!” Mata Edeline mendelik sempurna, samar-samar dia melihat bekas luka di sisi wajah pria itu.

“Yang salah itu kau! Gunakan matamu dengan baik! Berjalan itu matanya lurus ke depan, bukan ke bawah!” sentak pria itu tidak mau disalahkan.

Mau dinilai dari sudut pandang apapun, pria itu jelas sekali menaruh dendam kepada Edeline. Dia yang berjalan tiba-tiba ketika Edeline melintas, tetapi malah Edeline yang disalahkan.

Edeline mendengkus kesal. Lalu memalingkan pandang untuk memungut snelli beserta tasnya yang terlepas saat terjatuh.

“Kau sudah memotong kukumu? Kau itu seorang dokter, kan?” seru pria itu kepada Edeline yang berdiri tegak.

“Bukan urusanmu!” Edeline menolak kesal.

“Dokter bertugas untuk menyelamatkan pasien, bukan untuk mencelakai.”

“Aku tidak butuh nasihatmu! Aku tahu yang terbaik untukku—”

“Kuku panjangmu itu bisa melukai pasien! Seperti kemarin malam kukumu itu melukai wajahku.”

Edeline terdiam oleh kalimat pria itu yang menyela tajam. Pun secara spontanitas menggiring kedua mata tertuju Edeline pada luka di sisi wajah pria itu.

“Semoga harimu berjalan dengan baik, Dokter Edeline.” Pria itu mengulas seringai sinis yang mengejek.

Edeline terdiam sembari menatap kepergian pria itu. Di dalam jiwanya ada perasaan bersalah yang bergejolak. Tapi ... ah! Itu bukan salah Edeline. Kemarin malam dia hanya membela diri dan tidak berniat melukai wajah pria itu.

Tiba-tiba saja, Edeline tersentak oleh handphone-nya yang berbunyi. Dengan spontanitas kedua kaki melangkah cepat saat mata melihat nama si penelepon pada handphone di genggaman tangan.

 Sepanjang perjalanan menuju lobby—di mana seseorang telah menunggu, Edeline tidak berhenti berharap agar tidak bertemu lagi dengan pria pendendam dan menyebalkan itu.

“Kenapa kau lama sekali, Edeline?” seru sosok pria paruh baya kesal pada Edelina yang datang lama.

“Maafkan aku, Tuan Abraham,” Edeline menyapa dengan napas cukup terengah-engah.

Meski begitu, suara Edeline sangat sopan dan lembut kepada sosok penting yang sangat berjasa di kehidupannya beberapa tahun bekangan. Dia adalah Abraham Romanov—konglomerat yang memiliki sebuah yayasan beasiswa. Berkat dirinya, Edeline yang hidup serba kesusahan mampu meraih gelar dokter.

Kecerdasan dan tekad kuat gadis cantik itu meyakinkan Abraham—menjatuhkan pilihannya kepada Edeline untuk menerima beasiswa kedokteran. Berkat campur tangan dan kebaikannya juga, Edeline akan menjadi dokter magang di rumah sakit ternama di Manchester. Di mana dulu—rumah sakit itu pernah terikat kerjasama dengan rumah sakit yang pernah Abraham pimpin.

“Kita ke Omega Hospital sekarang juga. Petinggi di sana telah menunggu kedatangan kita,” ucap Abraham mengajak Edeline.

Tegang,  gugup dan berdebar-debar, itu yang Edeline rasakan sepanjang perjalanan menuju rumah sakit—tempatnya akan mengabdikan diri. Edeline terlihat tidak fokus mendengarkan obrolan ringan Abraham ketika di perjalanan. Bahkan ketika Abraham berbasa-basi menanyakan perihal kenyamanan kamar yang diberi, Edeline hanya menjawab seadanya.

Apakah Edeline bisa beradaptasi di tempat baru itu? Dan juga ... apakah tenaga medis di sana sama ramahnya dengan tenaga medis yang pernah ia temui? Rasanya jantung Edeline ingin berhenti berdetak saat itu juga, akibat rasa gugup yang melanda hebat.

“Edeline! Kita sudah sampai.” Abraham berkata.

Edeline menoleh kaku akibat terkejut. “O-oh iya, Tuan Abraham.”

“Jangan gugup! Orang-orang di sini sangat baik. Kau pasti akan betah dan senang memiliki rekan kerja seperti mereka.”

Bibir Edeline hanya menyimpulkan senyuman manis sebagai tanggapan. Dia tidak banyak berbicara, gadis itu hanya menurut ke mana langkah Abraham membawanya.

Namun, matanya bertindak lain. Sepanjang perjalanan menuju lantai atas, Edeline mencermati—sambil kagum pada fasilitas canggih di rumah sakit itu. Tidak heran jika berobat di Omega Hospital sangatlah mahal, karena memang rumah sakit ini memiliki fasilitas lengkap dan terbaik.

“Selamat datang, Tuan Abraham,” sapa hangat seorang pria berumur yang Edeline yakini petinggi eksekutif rumah sakit itu.

“Halo, Tuan Peter Dalton. Maaf kami membuat Anda menunggu.” Abraham membalas dengan cara yang sama.

“Saya tidak merasa menunggu. Ayo, kita duduk di ruangan saya saja.”

Sama seperti sebelumnya, Edeline menuruti langkah Abraham yang berada di depannya. Ketika duduk pun gadis cantik itu tidak terlalu jauh berjarak dari Abraham.

“Jadi, ini Dokter Edeline yang akan magang di rumah sakit kami?” Peter membuka pembicaraan.

“Ya! Dia adalah Dokter Edeline—salah satu dokter muda cerdas dan berprestasi yang aku sponsori.” Abraham begitu bangga mengenalkan Edeline. “Jangan pandang usianya, tapi lihat ketekunan dan kegigihannya jika sudah menolong pasien. Rumah sakit kami sangat kehilangan saat aku mengirimnya ke sini,” lanjutnya kemudian.

“Kami menerima dengan senang hati. Selama magang di sini Dokter Edeline akan dibimbing oleh dokter terbaik di sini,” Peter menyambut.

“Dokter itu pasti Dokter Elvis.”Abraham berkomentar dengan senyuman tipis di wajahnya.

Dokter Elvis? Seperti apa dia? Edeline menerka-nerka di dalam hati mengenai sosok yang akan menjadi dokter pembimbingnya. Jiwa gadis itu semakin penasaran untuk mengetahui dan mengenal sosok dokter itu.

“Beliau pasti Dokter yang hebat. Saya tidak sabar untuk bertemu dengan beliau.” Edeline bersuara setelah sesaat menjadi pendengar.

“Dokter Elvis sempat mengisi pusat bedah dan transplantasi jantung rumah sakit putraku. Beliau merupakan dokter terbaik dan juga dihormati.” Abraham menjelaskan.

“Dokter Elvis juga managing director rumah sakit ini. Dia adalah putraku,” sambut Peter menimpali.

Edeline tersenyum, sementara jiwa sudah ketar-ketir setelah mengetahui background dokter pembibingnya.

Dokter itu bukan sosok biasa. Di dalam hati Edeline berharap dirinya bisa berhadapan baik.

Ketika Edeline ingin membuka mulut mungilnya, pintu ruangan yang tertutup telah terbuka tanpa meminta izin. Seolah-olah hal itu sudah terbiasa dilakukan.

“Aku minta maaf datang terlambat. Aku harus melakukan visite pada pasien sebelum datang ke sini.” Suara berat Elvis memasuki ruangan.

“Kami sangat memaklumi,” Abraham menyahut tenang. “Dan ... oh, Edeline, ayo sapa dokter pembimbingmu. Beliau adalah Dokter Elvis—yang kita ceritakan tadi.”

Edeline tidak berkedip menatap pria yang baru datang itu. Dia terkejut setengah mati sampai membuatnya mematung kaku. Seluruh pikirannya telah berkecamuk sehingga Edeline tidak bisa berpikir jernih.

Napas Edeline terkecat ingin berhenti. Tangannya berkeringat dingin. Lutut terasa sangat lemas. Pria itu adalah pria yang beberapa waktu merusak awal pagi hari Edeline. Pria arogan yang menjengkelkan dan mengancam bagi Edeline.

“Elvis, kenapa dengan wajahmu?” tanya Peter begitu penasaran pada plester kecil di sisi wajah pria bernama Elvis Dalton itu.

“Kemarin aku dicakar oleh kucing.” Elvis menyindir, sementara mata tajamnya mengantarkan ketegangan nyata terhadap Edeline yang memucat.

“Berhati-hatilah agar tidak terluka.” Peter menanggapi naif.

Elvis mengabaikan perkataan ayahnya. Pria tampan bermulut kasar itu sedang sibuk membidik Edeline yang memucat—masih menutup mulut. “Jadi, dia adalah dokter magang itu? Dokter muda di bawah pengawasanku?”

Bersuaralah, Edeline! Jangan tunjukkan rasa takut menyebalkan itu kepada pria itu. Batin Edeline menjerit untuk menyadarkan.

“Halo, Dokter Elvis. Saya adalah Dokter Edeline—dokter magang yang—”

“Tidak punya sopan-santun dan memiliki sikap meremehkan!” Elvis menyela kejam Edeline yang sudah beranjak—ingin mengenalkan diri. “Kepada orang yang lebih dewasa sekaligus dokter pembimbingnya saja, kau tidak memiliki attitude untuk langsung menyapa. Bagaimana dengan pasien? Kau akan melihat dan diam saja?”

Dada Edeline begitu sakit oleh kalimat ketus yang Elvis keluarkan. Pria itu masih dendam pada Edeline. Tatapannya yang bermusuhan tak suka itu sangat menegaskan jika Elvis menaruh dendam begitu besar pada Edeline.

“Rumah sakit ini tidak butuh dokter magang yang tidak tahu etika seperti Anda, Dokter Edeline,” ucap Elvis yang menyindir kental.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
12345
Menarik, penasaran lanjutannya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bad Duda   Bab 3. Dua Sisi Keras Kepala

    Tubuh Edeline membeku mendengar apa yang dikatakan oleh Elvis. Kata-kata menusuk dan memberikan sidiran pedas padanya. Oh, God! Edeline tak mengira kalau dirinya akan mengalami hal sesial ini dalam hidupnya.“A-aku minta maaf, Dokter Elvis.”Suasana bingung yang sempat menguasai telah lenyap oleh permintaan maaf dari Edeline. Gadis cantik itu dengan sukarela mengalah, pun membungkukkan punggung untuk menggambarkan ketulusan dari permintaan maafnya.Edeline kalah telak. Gadis cantik itu tak memiliki pilihan apa pun selain meminta maaf. Dia masih mencintai karirnya. Mimpinya menjadi dokter tidak boleh hancur hanya karena kebodohannya. Jadi lebih baik untuk kali ini dia mengalah minta maaf. Entah kesabarannya apakah mampu menghadapi sifat Elvis.“Jangan galak-galak dengan Dokter Edeline, Elvis. Dia bisa tidak betah jika kau seperti itu.” Dengan nada kaku bercampur canggung, Peter membujuk Elvis. Pria paruh baya itu sedikit memberikan peringatan pada putranya.“Tidak masalah. Hitung-hitun

    Last Updated : 2023-11-05
  • Bad Duda   Bab 4. Penindasan Nyata

    Edeline tidak bisa menyembunyikan rasa curiga ketika sudah jauh tenggelam di unit IGD. Hal itu bukan karena peralatan canggih ataupun situasi menegangkan di sana.IGD merupakan trauma center utama dari setiap rumah sakit. Situasi sibuk dari setiap tenaga medis yang memberikan pertolongan pertama kepada pasien yang memenuhi ruangan itu tidak menjadi keluhan bagi Edeline.Edeline malah menyambut hangat. Dokter cantik itu bertindak sigap kepada setiap pasien yang datang. Hanya saja, ke mana semua perginya dokter yang bertugas di unit IGD?Sejak tadi, hanya Edeline sendiri yang menyambut dan memberikan pengobatan kepada setiap pasien yang datang. Dia hanya dibantu oleh perawat-perawat yang bertugas di sana.Dan benar yang Elvis katakan. Unit IGD begitu sibuk sehingga untuk bernapas tenang pun Edeline tidak bisa. Bahkan dokter cantik itu telah melewatkan jam makan siang dan tidak bisa sekadar beristirahat sejenak.Edeline tidak akan mengeluh. Sudah menjadi tugasnya menolong dan memberikan

    Last Updated : 2023-11-05
  • Bad Duda   Bab 5. Sosok yang Buruk  

    Sekujur tubuh Edeline telah berpeluh keringat yang mengucur. Sementara mata cantiknya telah melebar karena menghadapi situasi mengerikan yang menyiksa sepasang iris matanya.Wajah Edeline memucat. Tubuh rampingnya gemetaran sangat akibat ketakutan yang berlebihan. Bibir mungilnya ikut pula gemetaran—sampai dia kesulitan untuk berbicara.Tepat di depan mata, Edeline begitu tersiksa oleh hal menakutkan sekaligus menjijikkan. Kulit dari jemari-jemari kotor begitu bernafsu ingin menyentuhnya. Edeline berusaha menepis agar tidak tersentuh oleh jemari-jemari menjijikkan itu.“J-jangan ... jangan sentuh aku ...” jerit Edeline yang terbata-bata.“Your body looks stunning, Edeline. Aku ... ah, aku tidak tahan melihatnya.”“Biadab! Jangan ... jangan sentuh aku—”Delusi itu hilang ketika mata Edeline terbuka paksa. Sentuhan yang menjijikkan, ancaman yang menakutkan, serta sosok yang tidak ingin dikenang pun telah menghilang tanpa jejak di depan mata.Hanya saja, senyar-senyar yang mengerikan itu

    Last Updated : 2023-11-05
  • Bad Duda   Bab 6. Di Balik Alasan

    Ancaman itu sangat menakutkan bagi Shopia. Dia tidak mau tercekik oleh suasana menakutkan sekolah asrama. Selain itu, jika dia dipindahkan ke sekolah asrama, Shopia akan semakin kesulitan menggapai kasih sayang sosok orang tua satu-satunya yang dimiliki. Sebab, Shopia sudah kehilangan sosok ibu kandung sejak terlahir ke dunia.“Aku tidak mau, Daddy.” Shopia menggelengkan kepala sembari berlutut memohon. “Aku berjanji tidak akan mengganggu dan menyusahkan siapapun.”Mulut kejam Elvis sudah bersiap melepaskan ultimatum tegas yang kembali menyayat perasaan Shopia. Beruntungnya situasi itu teralihkan oleh handphone-nya yang berbunyi.Elvis memalingkan pandangan dari Shopia yang mengiba-iba di kakinya. Dia lebih mementingkan untuk menjawab panggilan telepon masuk dibandingkan perasaan darah dagingnya.Sosok ayah buruk itu terlihat serius mendengarkan seseorang yang berbicara dari sambungan telepon. Dan tak lama setelahnya, handphone yang menempel di sisi telinga kiri telah Elvis turunkan.

    Last Updated : 2023-12-06
  • Bad Duda   Bab 7. Mencari-cari Alasan

    Taksi yang Edeline tumpangi telah berhenti sempurna di teras depan Omega Hospital. Gadis cantik yang mengenakan outfit casual—sporty itu menyegerakan diri keluar dari taksi itu setelah membayar tarif taksi.Edeline menghela napas kasar. “Tarif taksi dari rumah itu ke rumah sakit cukup mahal! Halte bus juga sedikit jauh! Aku harus cepat-cepat cari tempat tinggal di dekat rumah sakit. Tabunganku bisa habis kalau aku tidak hidup hemat,” keluhnya.Kakinya melangkah masuk ke dalam rumah sakit dengan tujuan ruangan dokter magang berada. Dokter cantik itu berniat mengganti pakaiannya dengan pakaian medis sebelum tenggelam di IGD.Senyum cantiknya mengembang kaku ketika berpapasan jalan dengan dokter-dokter senior. Sosok mereka begitu menyeramkan direkam benak Edeline. Ekspresi mereka begitu dingin, tidak ada kesan ramah yang membuatnya berani untuk lebih lanjut menyapa.Mungkinkah itu bentuk intimidasi senioritas?Edeline menyadari diri yang belum menyapa secara baik rekan-rekan senior di ru

    Last Updated : 2023-12-06
  • Bad Duda   Bab 8. Aku Ingin Tahu

    Mata tajam Elvis mengekori Edeline yang beranjak pergi dari ruangannya. Seolah-olah dia tidak ingin melepas momen kepergian Edeline. Hal itu dikarenakan Edeline membisu setelah diberi syarat paling menyulitkan. Ada ketertarikan tersendiri melihat Edeline tidak keras kepala seperti sebelumnya. Elvis merasa menemukan kelemahan Edeline yang kemarin-kemarin bersikap menyebalkan terhadap dirinya.“Sepertinya akan jadi menyenangkan untuk membalas perbuatannya kemarin,” Elvis bergumam senang seperti anak kecil mendapatkan mainan baru.Pria itu terkekeh lemah setelah Edeline keluar—menutup rapat-rapat pintu ruangan. Suatu hal langkah yang Elvis tunjukkan di wajah tampannya. Sebab, wajah maskulinnya terbiasa dingin tak berperasaan.Namun, Elvis tidak menyadari hal tersebut. Dia mengacuhkan momen langka itu dan memilih untuk mencermati hal-hal penting di iPad—di sisi lain, Elvis menilai pagi itu tidak terlalu buruk—setelah kemarin malam hal-hal menjengkelkan telah merangsek ke jiwanya.Tok ...

    Last Updated : 2023-12-06
  • Bad Duda   Bab 9. Hari yang Tertarik

    Pikiran Edeline sudah seperti benang kusut yang menumpuk dan tidak memiliki celah untuk kembali lurus. Gadis cantik itu masih terus memikirkan hal-hal mengenai Elvis yang mengejutkan. Bahkan, Edeline memutuskan pulang menggunakan bus dan berjalan kaki menuju rumah.Edeline melakukan itu bukan karena tertarik atau ingin mengetahui lebih dalam mengenai Elvis. Melainkan, gadis cantik itu merasa hidupnya tidak akan tenang selama berada di Manchester.Bagaimana tidak? Pada hari pertama menginjakkan kaki di Manchester, Edeline terlibat pertikaian dengan Elvis dikarenakan salah membela seseorang. Yang kini Edeline ketahui adalah tunangan Elvis. Ditambah lagi, pria itu memintanya bertemu di tempat yang sama untuk mengambil id card milik Edeline yang terjatuh di ruangan pria itu.Bagaimana jika nanti ada seseorang yang melihat dan menyalahpahami pertemuan mereka di hotel? Bagaimana jika gadis waktu itu mengetahui pertemuan pribadi Elvis dan Edeline di kamar hotel yang sama?Image Edeline pasti

    Last Updated : 2023-12-06
  • Bad Duda   Bab 10. Hubungan Rahasia

    Keheningan membentang ketika wanita pengasuh itu menimbang-nimbang keputusannya. Dia tampak gelisah, antara ingin menyetujui atau memutuskan yang sebaliknya.“Anda boleh tinggal sedikit lebih lama.” Wanita pengasuh itu bersuara penuh keraguan. “Mungkin ... sekitar satu atau dua jam ke depan akan aman bagi Anda membujuk Nona Shopia.”Bibir Edeline tertarik lembut saat menyimpulkan senyuman cantik—tanda terima kasih. “Aku tidak akan berlama-lama.”Tanpa mengatakan sepatah kata, wanita pengasuh itu berpaling dari kamar itu. Pintu yang dibuka olehnya telah ditutup serapat mungkin tanpa celah guna memberikan ruang pribadi pada Edeline dan Shopia.Sementara itu, Edeline telah memalingkan tatapannya pada Shopia tanpa penundaan. Caranya menatap sama seperti sebelumnya. Ada kehangatan yang turut campur ketika tangan jemari Edeline begitu penuh perhatian merapikan rambut Shopia yang agak berantakan.“Kau mau minum obat sekarang?” suara Edeline mengalun lembut.“Apa Daddy benar-benar akan pulang

    Last Updated : 2023-12-06

Latest chapter

  • Bad Duda   Bab 78. Ending Scene (TAMAT)

    ~ Enam tahun kemudian ~Pandangan mata Edeline teralihkan pada bocah tampan berusia empat tahun. Edeline yang semula fokus di meja kerjanya telah beranjak menghampiri bocah tampan itu.“Hello, Dwayne.” Edeline berjongkok di depannya.“Apa Dokter akan menyuntikku lagi?” tanya bocah itu takut.Edeline tertawa lemah. “Aku tidak menyuntikmu. Aku hanya memberikan vitamin agar kau kuat seperti Superman!”“Aku mau kuat seperti Hulk, Dokter!” seru Dwayne—pasien Edeline sangat antusias.“Oke! Kalau begitu aku akan berikan vitamin agar kau kuat seperti Hulk!” sahut Edeline tak kalah antusias dari Dwayne.Dia adalah Edeline—dokter spesialis anak yang banyak disayangi oleh pasiennya. Edeline selalu bersikap sama kepada anak-anak yang datang kepadanya. Dia menganggap semua pasiennya seperti anaknya sendiri.Dokter cantik itu akan memberikan hadiah, entah itu berupa mainan atau permen kepada pasiennya. Hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa bersalah dan perhatian Edeline. Bersama Lina—yang menjadi p

  • Bad Duda   Bab 77. Extra Part VI

    ~ Beberapa bulan kemudian ~Aktivitas Edeline menjadi terbatas sejak memasuki usia kehamilan matang. Wanita cantik itu tidak bebas bergerak karena mengalami keluhan dari kehamilan mengandung anak kembar. Kakinya membengkak sejak memasuki usia 30 minggu. Kondisi itu semakin memprihatinkan saat kini—kehamilan Edeline telah memasuki usia 37 minggu.Bukan hanya keluhan itu dirasakan oleh Edeline. Setiap malam Edeline cukup tersiksa pada betisnya yang kram. Sebuah pijatan di kedua betisnya menjadi penghibur terbaik yang Edeline terima. Pinggangnya sering sakit, seperti akan patah.Ritme pernapasan pun ikut terganggu karena kondisi perut Edeline yang membesar karena mengandung dua anak-anaknya yang tumbuh baik dan sempurna. Tidak usah ditanya bagaimana kualitas tidur Edeline. Wanita cantik itu sudah tak lagi bisa tidur nyenyak sejak usia kehamilan 28 minggu.Namun, semua keluhan itu tidak mengurangi antusias Edeline menyambut kelahiran kedua anaknya. Wajah cantiknya selalu berseri-seri, au

  • Bad Duda   Bab 76. Extra Part V

    Setibanya di apartemen, Alex langsung menidurkan Asha yang sudah lelap dalam dunia mimpi. Seperti biasa—tanpa canggung Alex mengganti pakaian putri kecilnya itu dengan piyama yang menghangatkan.Sikap sigap Alex sangat membantu Sarah. Sejak Asha hadir di hidup mereka, keduanya kompak bekerjasama dalam kehidupan rumah tangga maupun pekerjaan. Seperti yang sudah terjadi, Alex tak sungkan mengambil peran Sarah. Dengan senang hati Alex memperhatikan putri mereka ketika Sarah membersihkan diri dan mengganti pakaian.Sarah sendiri sudah tulus menatap Alex. Hatinya masih diselimuti perasaan yang sama, bahkan saat itu perasaan cinta semakin memenuhi jiwa. Batinnya tak henti-henti merasa bersyukur memiliki pria yang sangat peduli itu. Alex selalu menomorsatukan Sarah dan Asha. Kebahagiaan dan kenyamanan keduanya merupakan prioritas utama.Samar-samar Sarah berpikir, jika saja waktu itu takdir tidak mendorongnya pada Alex entah bagaimana Sarah saat ini.“Biar aku yang berganti memindahkan Asha

  • Bad Duda   Bab 75. Extra Part IV

    Hunian mewah di depan mata ditatap tak berkedip oleh Edeline. Dia benar-benar tidak menyangka Elvis akan membawanya dan Shopia ke hunian mewah yang akan menjadi tempat tinggal baru mereka.Hunian mewah itu terlihat berbeda dari rumah Elvis. Lebih tepatnya itu adalah mansion mewah berlantai dua yang berdiri di tengah-tengah lahan luas, berdiri di tengah-tengah halaman yang dilengkapi tanaman beserta pepohonan hijau menyejukkan.“Ini hadiah pernikahan dari diriku,” Elvis berbisik lembut.Edeline tersentak dari rasa takjubnya, kemudian menoleh pada Elvis. “Kapan kau menyiapkan ini? Aku sampai tidak tahu!”“Saat sibuk menyiapkan pernikahan kita, aku sudah membeli mansion ini. Aku langsung minta merenovasi beberapa sudut dan baru selesai bulan lalu. Furniture dan yang lainnya sudah tersedia sehingga kita bisa pindah ke sini secepatnya.”Sungguh, Edeline tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya pada Elvis. Suaminya itu selalu memiliki cara membuat Edeline terkejut bahagia. Sayangnya, ada kek

  • Bad Duda   Bab 74. Extra Part III

    Setelah selesai menjalani pemeriksaan USG, Edeline beranjak turun dari ranjang dengan dibantu oleh Elvis. Dia dirangkul mesra oleh Elvis saat bersama duduk pada kursi kosong di depan dokter wanita itu.“Syukurlah tidak ada keluhan atau kondisi yang mengkhawatirkan pada kehamilan Edeline. Baik Edeline dan kedua anak kalian tumbuh dengan sehat.” Leyla—dokter wanita itu menyampaikan hasil pemeriksaan pada Elvis dan Edeline. “Aku akan meresepkan beberapa vitamin dan obat untuk Edeline. Jangan lupa untuk rutin mengkonsumsi susu ibu hamil,” sambungnya yang tertuju hanya pada Elvis.Elvis berdecih ringan. “Aku adalah dokter! Sudah pasti aku tahu apa pun yang baik dikonsumsi untuk istriku.”“Kalau kau memang dokter, kau harusnya tahu apapun yang baik untuk tubuhmu! Bukan meminum alkohol dengan perut kosong! Bergadang semalaman hanya demi hal yang tidak penting,” balas Leyla dengan ekspresi mencela nyata.Edeline tampak kebingungan melihat Elvis dan Leyla yang bereaksi akrab seperti sudah lama

  • Bad Duda   Bab 73. Extra Part II

    Edeline telah bergoyang di atas Elvis. Wajahnya yang merona merah terlihat seksi, sangat erotis seperti pinggulnya yang bergoyang-goyang mengocok kejantanan Elvis yang terbenam sempurna di surgawinya.Posisi itu sangat sempurna, membuat Edeline kelimpungan dalam kenikmatan yang memanjakan nafsu. Jemarinya pun tidak dibuat menganggur. Edeline sudah meremas dada bidang Elvis sembari berpegangan di sana.Elvis sendiri sudah berkali-kali memuji Edeline yang memiliki perkembangan dalam bercinta. Pria itu terpesona menatap Edeline yang telah bergerak naik-turun menimbulkan dan menenggelamkan kejantanan Elvis di lubang intimnya. Dalam benaknya Elvis benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan kebahagiaan erotis seperti itu.“Nikmat, Sayang. Nikmat sekali,” erangnya memuji sembari meremas gemas pinggul Edeline.Elvis benar-benar sudah tidak tahan. Dia sudah sedikit frustrasi oleh birahi terdorong dalam puncak klimaks. Akan tetapi, Elvis belum mau cepat-cepat menyudahi kenikmatan itu. Tidak a

  • Bad Duda   Bab 72. Extra Part

    ~ Lima bulan kemudian ~Dari duduknya di tepian ranjang tidur, pandangan kedua mata Edeline terlempar ke arah jendela ketika mendengar suara mobil di depan kediaman mewah itu. Kedua kakinya bergegas mendekat ke arah jendela, mengintip dari balik tirai untuk memastikan seseorang yang tiba di bawah sana.Bibir wanita cantik menipis oleh senyuman manis yang terulas, sementara matanya telah berbinar bahagia melihat seseorang yang tiba itu adalah Elvis. Suaminya itu baru saja kembali dari kepentingan bisnis di Amerika. Sudah lima hari mereka terpisah jarak. Selain itu, tepat di tengah malam itu adalah momen hari kelahiran Elvis.Lebih dahulu Edeline menyimpan sebuah benda seperti sebuah stik di laci meja nakas, lalu setelahnya Edeline bergegas keluar kamar untuk menyambut kepulangan suami tercinta.Di depan kamar ternyata Shopia telah menanti kehadiran Edeline. Keduanya telah bekerja sama memberikan kejutan ulang tahun pada Elvis. Beruntung saat itu Liz ikut andil membantu Edeline dan Shop

  • Bad Duda   Bab 71. Perfect Ending

    Cincin berlian yang melingkar cantik di jari manis masih terus Edeline pandangi. Edeline merasa seperti bermimpi. Ah, tidak! Edeline tidak pernah memimpikan akan mendapatkan hal semanis dan mewah seperti yang didapatkan.Namun semuanya terlalu mustahil untuk dinyatakan sebagai mimpi. Pria yang memeluknya dari belakang telah menyadarkan Edeline. Gadis itu tak bisa memberontak pada Elvis menciumi lekukan lehernya. Matanya terpejam, Edeline tak lagi fokus pada cincin berlian. Melainkan pada Elvis yang menghujani lekukan leher Edeline dengan ciuman sensual.“Aku merindukanmu. Jangan takut padaku, Edeline,” Elvis berbisik menggoda di telinga Edeline.Edeline tak takut, karena dia telah percaya pada Elvis. Dia juga sudah menduga akan berakhir seperti itu setelah Elvis mengajak dirinya beristirahat di kamar yang sama.Elvis menuntun Edeline untuk beralih ke ranjang tidur. Dengan cara yang sama pula Edeline didudukkan pada tepian ranjang tidur. Namun anehnya, Elvis memilih berlutut di hadapan

  • Bad Duda   Bab 70. Pria yang Sempurna

    Mata cokelat Eva tak bisa menyembunyikan kekecewaan mendalam melihat hanya Elvis dan Shopia saja yang datang ke Edinburgh. Eva begitu tak mempercayai Edeline yang tidak ada, sampai-sampai dia fokus menatap ke arah pintu mobil Elvis demi mengharapkan kehadiran Edeline.“Edeline tidak ikut bersama kami, Mom.” Elvis menyadarkan Eva yang mencari-cari Edeline. “Edeline sedang berada di London. Dia memiliki urusan di sana,” jelas Elvis.“Sebaiknya kita masuk ke dalam jika ingin berbicara serius. Salju semakin turun dengan deras, udara dinginnya tidak baik untuk Shopia.” Peter menginterupsi istrinya yang sudah membuka mulut. Pria itu sudah fokus pada Shopia yang berada di gendongannya.Eva segera menyetujui dan membiarkan semuanya masuk ke dalam mansion mewah itu. Dia mengajak suami, anak beserta cucu kesayangannya untuk menghangatkan tubuh di ruangan santai keluarga.“Apa Edeline masih bersedih?” Eva mencecar Elvis yang baru saja duduk di sofa. Dia mengabaikan putranya yang cukup lelah mene

DMCA.com Protection Status