Beranda / Romansa / Bad Boy Vs Playgirl / 07. Kehidupan Baru

Share

07. Kehidupan Baru

Penulis: Alara1004
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-07 20:43:26

~Dari awal kita salah, ini permainan takdir~

....

Ashton menggeram pelan, sudah terhitung lebih dari beberapa kali ia berusaha membangunkan Lynelle namun hasilnya tetap sama.

"Sebenarnya dia pingsan atau tertidur?" jengah Ashton.

Saat ini mereka berada di depan apartemennya, dengan terpaksa ia harus membawa Lynelle kesini. Semula ia sempat menghubungi Ben untuk menanyakan alamat Lynelle namun sama saja, lelaki itu juga tak tahu dimana tepatnya alamat rumah Lynelle.

Setelah memasukan password, pintu pun terbuka. Sambil membopong Lynelle, Ashton melangkah masuk kedalam apartemennya tersebut. Dihempasnya tubuh Lynelle diatas ranjang.

"Ahh sial!" umpatnya seraya merenggangkan otot tubuhnya. C'mon berat badan Lynelle bisa di katakan lumayan.

Ashton beranjak merapikan apartemennya menyembunyikan beberapa alat berbahaya yang berserakan begitu saja, memasukan semuanya kedalam brankas miliknya.

Helaan nafas panjang terdengar memenuhi ruangan, setelah semuanya selesai. Ia melirik Lynelle sebentar, dan dalam diam ia menghampiri sofa yang tak jauh dari ranjangnya dan berbaring disana. Merebahkan tubuhnya yang cukup lelah hari ini.

Ashton memejamkan matanya sesaat dan sedetik kemudian ia kembali membukanya. Obsidannya menerawang bersamaan dengan hembusan nafas yang terus dilayangkannya. Ia tak pernah seragu ini dalam melenyapkan targetnya. Pikirannya berkecamuk, ia tahu ini kesempatan keduanya, apa lagi Lynelle berada dalam 'sarangnya' namun entahlah ia merasa ini bukanlah waktu yang tepa Bisa saja ia melenyapkan Lynelle sekarang juga namun sudahlah.

"Sial! "

...

Pagi telah menyongsong menunjukan pukul 09:12 Am. Erangan Lynelle menggema begitu dirasakannya rasa mual yang teramat sangat.

Perlahan irisnya terbuka menampilkan hazel miliknya. Sedetik ia mengerjap bingung, begitu hazelnya menangkap langit-langit kamar yang terlihat asing.

"Kau sudah bangun?"

Suara bass milik seseorang menyadarkannya. Hazelnya berpaling "Kau... apa yang terjadi?" gumamnya linglung sembari bangkit terduduk diatas ranjang.

Lynelle hendak kembali bersuara namun rasa mualnya tiba-tiba muncul ke permukaan. Sebelum mendengar balasan Ashton, ia telah terlebih dahulu berlari memasuki bilik kamar mandi -dimana Ashton baru saja keluar dari sana-

"Hoeek.." muntahnya untuk kesekian kalinya.

Ashton yang baru saja keluar kembali memasuki bilik kamar mandinya menyusuli Lynelle.

"Hey kau kenapa? Apa kau baik-baik saja?"

Lynelle tak menjawab, wanita itu sibuk berusaha memuntahkan sesuatu dari dalam perutnya.

Ashton bergeming, sepertinya ia juga mendapati suara yang serupa semalam. Dalam diam ia mendekat, mengelus punggung Lynelle lembut.

"Kau benar-benar tak apa?"

Lynelle menggeleng sambil menopang kedua tangannya pada sisi wastafel. Dengan nafas terengah ia menatap pantulan dirinya dan Aahton. Perasaannya mendadak memburuk saat hazelnya beradu dengan obsidian Ashton. Seperti tak asing.

"Apa kau baik-baik saja?" Ashton kembali bertanya begitu dirasanya Lynelle sudah terlihat tenang.

Lynelle mengangguk kecil sebagai jawaban, dibasuhnya bibirnya pada wastafel yang ada sedangkan Ashton ia memilih segera keluar dari situ.

Lynelle dengan sedikit lemas berjalan menuju sofa di ruang tengah sembari berusaha mengingat kejadian kemarin.

Ia mendesah panjang begitu kejadian kemarin terekam pikirannya dan terputar ulang bagai potongan-potongan film.

Melihat Lynelle yang termenung, Ashton mendekati wanita itu dengan penampilan fresh dan kasual, berbanding terbalik dengan penampilan Lynelle.

"Jangan salah paham, aku membawamu kemari karena aku tak tahu dimana tepatnya letak rumahmu." jelas Ashton.

Lynelle tak menggubris, sepertinya bukan hal itu yang menganggu pikirannya.

"Lupakan! Bisa kau antarkan aku ke bar milik Ben? Aku harus mengambil mobilku dan pergi ke suatu tempat." ujar Lynelle tiba-tiba. Hazelnya memancarkan kekhawatiran yang amat sangat.

"Baiklah." angguk Ashton tanpa banyak bertanya.

Tak butuh waktu lama, dengan kecepatan diatas rata-rata mereka sampai di tempat yang dimaksud. Hari ini akhir pekan jadi mereka bebas dari kegiatan perkuliahan.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Lynelle langsung turun dan berlari menuju mobilnya, yang satu-satunya terparkir disana.

Ashton mengamatinya dalam diam, gelagat Lynelle sedikit mencurigakan. Apakah ada rahasia yang disembunyikan wanita itu? Ia harus cepat bertemu dengan Ben dan mencari informasi tentang Wanita tersebut. Ia sudah melewatkan dua kesempatannya semalam, jadi kali ini ia tidak boleh gagal. Tekadnya.

...

Lynelle mengemudikan mobilnya dengan bringas menuju rumah sakit. Dalam perjalanan ia singgah sebentar untuk membeli handphone baru dan kemudian menelfon dokter Luce, membuat janji temu dengan dokter yang sering menanganinya tersebut. Beruntung hari ini dokter Luce tak memiliki jadwal yang padat jadi ia bisa menemuinya sekarang.

Tidak ia perdulikan lagi Ashton yang ia inggalkan begitu saja. Jika di pikir-pikir sejak kapan mereka dekat, sampai harus berpamitan satu sama lain?

Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah kata semoga. Sungguh, Lynelle benar-benar gugup dan takut dalam waktu yang bersamaan. Ia berusaha tenang dan berpikir jernih namun tidak bisa, rasa mual dan pusing yang deritanya tidak seperti biasa. Ia mencoba untuk masa bodoh dan berpura-pura baik-baik saja, tapi.. Arghhh...!

Lynelle memakirkan mobilnya pada tempat yang tersedia. Sedikit merapikan penampilannya yang acakan, ia keluar dari dalam mobil.

Dengan perasaan gelisah yang amat luar biasa, Lynelle melangkah masuk kedalam gedung rumah sakit tersebut. Ia menekan angka 6 pada lift, dimana lantai tempat dokter Luce berada.

"Hhhh~." desahnya sebelum mengetuk pelan ruangan dokter tersebut.

"Hai Lynelle! Apa yang membuatmu kemari, sweetie? Sesuatu terjadi?" tanya dokter Luce begitu Lynelle masuk.

Lynelle tersenyum canggung dan duduk dihadapannya.

"Ehmm sepertinya. Aku merasa ada sesuatu yang terjadi dengan diriku." balas Lynelle ragu.

Dokter Luce menatap Lynelle intens.

"Apa maksudmu sweetie? Katakan dengan jelas agar aku bisa mengerti."

Lynelle menarik nafasnya sepanjang mungkin dan mulai menceritakan semua yang terjadi tanpa menutupinya sedikit pun. Dokter Luce adalah dokter yang mendiagnosis penyakitnya, jadi ia percaya pada dokter tersebut.

Setelah selesai menjelaskan, dokter Luce menatap Lynelle seakan ia juga tahu apa yang terjadi.

"Kau melakukannya? Seharusnya kau sudah tahu apa yang terjadi, sweetie." senyumnya.

"Apa kau bercanda dok? Aku hanya melakukannya satu kali, itu tidak mungkin terjadi." sangkal Lynelle.

Dokter Luce semakin mengembangkan senyumnya.

"Kau melakukannya sekali dengan satu pria, tapi berapa lama kau melakukannya malam itu?"

What the hell! Lynelle mengumpati dokter tersebut dalam diam, sungguh mulutnya tak bisa di kontrol.

Dokter Luce menyeringai tipis melihat keterdiaman Lynelle namum tak lama wajahnya menampilkan raut serius. Ia juga menghela nafasnya panjang, menatap Lynelle sesaat.

"Mendengar dari gejala yang kau sebutkan, kau mengalami morning sick, namun kondisi ini sebenarnya bisa terjadi kapan saja, baik pagi, siang, malam maupun sepanjang hari. Hal ini terjadi karena produksi hormon kehamilan dan adanya peningkatan hormon estrogen. Jika kau mengalami mual di pagi hari, bangunlah secara perlahan dari tempat tidur. Kalau memungkinkan makanlah sepotong roti atau biskuit sebelum berdiri, selain itu hindari bau-bau yang membuat kau pusing dan yang terakhir cobalah konsumsi suplemen kehamilan." ujar Dr. Luce menjelaskan.

Lynelle membuka mulutnya lebar. Ia bahkan belum di periksa tetapi sudah dinyatakan hamil. Apa-apan ini?

"Dok.. Kau belum memeriksaku, bisa saja aku masuk angin. Jangan menyimpulkan begitu saja." protesnya.

Dokter Luce mencebik "Aku seorang dokter, sweetie. Aku bisa mengetahui apa yang terjadi padamu lewat ceritamu. Berhentilah melakukan pembelaan."

Lynelle mengerang frustasi,mimpi buruk itu terjadi. Apa yang harus ia katakan pada Ayah dan Ibu?

Ashton! Lelaki itu.. Sial! Apa ia harus menghampirinya dan meminta pertanggung jawabannya? Itu terdengar gila. Atau apa ia harus menggugurkannya? Ini bahkan baru beberapa hari. Ia rasa bisa.

Tanpa Lynelle sadari dokter Luce tengah mengamatinya.

"Kau tidak berniat menggugurkannya kan, sweetie? " celetuk Dr. Luce.

Sontak Lynelle terlonjak kaget dan menggeleng cepat. "T-tentu tidak!"

"Baguslah. Kau tahu banyak pasangan mengindamkan anak tapi tidak bisa terwujud, bersyukurlah. Jangan jadikan kehamilanmu sebagai pukulan telak, kau spesial.. Jarang ada yang seperti ini. Lagian pula kau bukan pembunuh, ingat itu!"

Lynelle menggigit bibirnya, cemas. Sekarang ia harus bagaimana? Firasatnya benar. Argggghhh seandainya ia tidak melakukannya.

Lynelle bukan tipe orang yang akan menyalahkan orang lain atas keadaannya, ia lebih suka menanggunya sendiri dan berdiam diri.

Namun jika keadaannya seperti ini siapa yang berada di pihaknya? Ayah dan ibunya bisa berada di pihaknya jika Ashton bertanggung jawab.

Sepertinya ia memang harus berbicara dengan Ashton secepat mungkin. Entah apa yang terjadi dan dikatakan pria itu, Lynelle akan menerimanya. Ini tidak bisa di biarkan.

Kilasan malam kemarin dimana ia hampir di bunuh tiba-tiba menghampiri Lynelle. Sial! Dia lupa! Selain hamil, seseorang juga mengincarnya. Mimpi buruknya seakan tidak berakhir. Ini bahkan lebih buruk dari pertama kali ia di diagnosis hanya bisa sekali hamil.

Lynelle benar-benar bingung sekarang. Dengan lesuh ia tersenyum tipis dan berpamitan dari ruangan Dr. Luce setelah dokter tersebut memberikan beberapa suplemen vitamin untuknya.

'Brengs*k!' batinnya menjerit.

....

Ashton baru saja keluar dari rumah Ben setelah mendapat beberapa informasi tentang Lynelle dari pria tersebut. Jika di lihat dari latar belakang, Lynelle benar-benar sangat kaya.

Sekarang entah mengapa ia menyesal tidak membunuh Lynelle semalam. Ia yakin jika ia membunuh Lynelle, bayaran yang akan ia dapatkan sangat besar mengingat wanita itu benar-benar anak konglomert.

Drrrtt

Getaran pada handphonenya mengalihkannya sesaat.

'Tuan Ferland? Ada gerangan apa ia menelfonku?'

"Halo Tuan?"

"Oh Ash, bisakah kita bertemu? Ada informasi penting yang harus ku beritahukan padamu. "

"Apa?"

Tut...

Sambungan terputus begitu saja. Perkataannya ambigu.

Tanpa berlama-lama Ashton angsung menuju ke tempat kediaman Tuan Ferland.

Sesampainya disana ia langsung disambut oleh pria berumur tersebut.

"Ada apa anda ingin bertemu denganku, Tuan? Bukankah kau memberiku waktu 3 minggu untuk menghabisi targetku?" tanya Ashton.

Tuan Ferland mengangguk lalu melemparkan beberapa dokumen diatas meja.

"Ini adalah dokumen bangkrutnya perusahanku serta orang-orang yang perusahaan-perusahaannya bekerja sama denganku menjadi korban."

Ashton menyerngit bingung. Ia tidak peduli dengan hal itu. Tugasnya hanyalah membunuh target yang ditentukan tuannya.

Namun semuanya lenyap begitu matanya menangkap nama orang tuanya pada dokumen tersebut.

Kejadian 9 tahun silam kembali terulang.

Hari dimana rumahnya di geledah dan ayahnya di temukan tak sadarkan diri.

Flashback on

"Ayah!" teriakan Ashton menggema membela duka yang menyelimuti kediaman mewahnya. Kenyataan itu begitu dalam meninggalkan luka dalam hatinya. Berkali-kali ia memanggil dan berusaha meraih tubuh ayahnya namun pria itu tetap terbujur kaku tanpa gerak dan suara.

Semenjak itu hari silih berganti, kepedihan itu tak kunjung lenyap bahkan semakin melingkari tiap hembusan nafasnya.

Lima hari berselang kepergian ayahnya, musuh dalam selimut itu semakin menampakan batang hidungnya, mendekat dengan perlahan dan merampas paksa perusahaan milik keluarganya tanpa jejak. Bahkan seluruh aset keluarganya turut terampas oleh manusia-manusia keparat itu.

Tak ada satu pun yang dapat dilakukannya, Ashton hanyalah seorang anak laki-laki berumur 9 tahun, terlalu lemah merampas kembali apa yang menjadi miliknya.

Ia tak memiliki apapun selain ibunya kala itu, hidup bertumpu pada belas kasih orang lain, tanpa derajat dan kerap dipandang sebelah mata. Namun Ashton tetap bertahan demi ibunya. Walau berjuang sekuat apapun untuk bertahan hidup, angin hitam itu kembali berhembus. Menghempas seluruh harapan hidupnya. Tiba-tiba saja ibunya jatuh sakit. Ashton tak memiliki biaya lebih untuk menyembuhkan penyakitnya hingga kematian itu kembali merenggut satu-satunya miliknya yang berharga.

Sejak hari itu, jalan hidupnya berubah total. Ia masuk dalam komunitas pembunuh. Membunuh dan di bayar untuk hidup.

Flashback off

Ashton menatap dokumen tersebut membara. Selama ini ia hidup tanpa arah, membunuh tanpa alasan. Hanya mengikuti apa yang di perintahkan tuannya. Tak ada satu pun yang diinginkannya selama ini. Namun sekarang ia sepertinya memiliki tujuan. Terutama pada seseorang yang menjadi benang merah dalam kesengsaraannya

Ditatapnya tuan Ferland menuntut. "Apakah Ainsley Corp adalah perusahaan di balik semua ini?" desisnya.

Tuan Ferland mengangguk. "Yah.. 13 tahun lalu mereka lah dalang dari semuanya, bahkan mereka membayar hakim untuk kasus ini."

"Serahkan padaku. Aku berjanji kali ini aku akan benar-benar menghabisi putrinya, tak akan kusia-siakan lagi kesempatan yang ada."

...

Bab terkait

  • Bad Boy Vs Playgirl   08. "Aku Hamil"

    ~ Permainan takdir kita sedikit kejam~.....Lynelle Pov...Awan mulai menggelap bertanda hujan musim dingin akan mengguyur kota Chicago yang padat. Aku masih bergelung di balik selimutku, padahal waktu setempat sudah menunjukan pukul tujuh sore. Sepulang dari rumah sakit, aku langsung ke rumah dan mengurung diri didalam kamar. Tok.. Tok.. "Lyn.. It's me, Lyvi."Suara pintu yang diketuk diikuti suara khas Lyvi membuatku beranjak sebentar. "Ada apa?" tanyaku bersandar pada pintu. "Semalam kau kemana? Dad pulang dan ia menanyakanmu." seru Lyvi sambil melenggang masuk, duduk di atas ranjangku. Aku mengikutinya lalu duduk di tepi ranjang "Aku menginap di rumah teman."Lyvi menaikan satu alasnya, menatapku tak percaya. "Teman yang mana? Dad bahkan menghubungi Rose."Aku memasang raut malas. Ayolah temanku bukan Rose seorang. "Please to the point.. Apa yang Dad katakan dan ingin kau sampaikan padaku?" jengahku. "Hmm.. Sepertinya Dad ingin kau memegang bisnisnya. Dad sempat murka saa

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-07
  • Bad Boy Vs Playgirl   09. Pertengkaran

    ~ Kita bisa memilih, menantang takdir atau mengikutinya dan hancur bersama~Ashton Pov.... "Kau akan mati, j*lang! ""AKHHHH!! "PRANK.. Kaca mobil milik Lynelle dalam sekejap retak. Sayang tinjuanku melesat mengenainya. Aku tidak perduli dia wanita.Aku tertawa mengejek menatap telapak tanganku yang tergores. Jujur aku hendak melayangkan tanganku memukul Lynelle kala itu,namun beruntunglah dengan cepat ia menghindar. Lynelle merosot perlahan, meringkuk ketakutan di samping mobil. Hazelnya menatap obsidianku penuh akan kewaspadaan.Aku ikut merunduk, berjongkok dihadapannya. Aku mengamati Lynelle. sesaat dengan gigi bergemeletuk Kuangkat dagunya kasar dan memaksa hazelnya menatapku. Aku menyesal tidak membunuhnya malam itu.. Sungguh..! "Sejak kapan?" desisku menatapnya nyalang. "B-berapa hari yang lalu." suara Lynelle mengalun bergetar, hazelnya berkedip tak tenang mencoba menghindari tatapanku. Aku menatapnya tak percaya. Ini gila, tak masuk akal! Aku mendesah berbahaya, piki

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-07
  • Bad Boy Vs Playgirl   10. Amarah tuan Ainsley

    ~Dari awal takdir memang menargetkan kita, bahkan semesta membantunya~...Lynelle tahu ini akan terjadi cepat atau lambat namun ia tak sadari kalau akan secepat ini.Ia akui ini salahnya karena dengan bodohnya meletakan kertas pernyataan kehamilannya di meja belajar begitu saja. Seharusnya dia lebih berhati-hati. Mendengar suara Ayahnya yang sangat marah di seberang sana membuatnya berdetak ketakutan. Sepanjang perjalanan pikirannya penuh dengan kata-kata apa yang harus ia ucapkan ke Ayahnya.Tamparan tuan Ainsley menyambut Lynelle begitu wanita itu memasuki rumah. Dari sudut matanya, Lynelle bisa melihat surat pernyataan kehamilannya tergeletak diatas meja. Mengapa ia begitu ceroboh?"LYNELLE, BISA KAU JELASKAN INI?" Seru tuan Ainsley seraya melempar surat itu tepat didepan hazel Lynelle."Itu......"Lynelle hendak menjelaskan namun entahlah bibirnya mendadak kelu, ia tidak tahu harus memulai dari mana dan pada akhirnya ia hanya terdiam."Jadi apa yang dituliskan disitu benar adany

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-07
  • Bad Boy Vs Playgirl   11. Peraturan Aneh

    ~Takdir kita lebih gila dari yang kita duga~...Seminggu telah berlalu dengan begitu cepat sama halnya dengan ujian akhir semester yang telah usai. Lynelle melangkah gontai keluar dari gedung, diikuti Rose disampingnya."Lyn, liburan kali ini apa yang kau rencanakan?" Rose mulai bertanya sambil sesekali melirik handphone-nya.Menanggapi hal tersebut, Lynelle bergumam tak acuh "Entahlah.""Apa kau punya masalah? Kau tampak kacau belakangan ini." Komentar Rose. Ia menyimpan handphone-nya sementara, memfokuskan pandangannya pada Lynelle yang terlihat berantakan."Aku baik-baik saja, mungkin ujian membuatku sedikit berantakan." kilah Lynelle.Rose memicingkan matanya tak percaya, namun sudahlah sepertinya Lynelle tidak ingin berbagi cerita. Baru beberapa langkah mereka menuju parkiran, sesuatu yang sedikit aneh menyambut Rose. Ayolah, siapa tak aneh melihat Ashton berada di fakultasnya, seperti menunggu seseorang.. tapi siapa?"Kau sudah tiba? Cepat sekali." Lynelle berujar menghampiri A

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-09
  • Bad Boy Vs Playgirl   12. Sekali Brengsek tetap Brengsek

    ~Perlahan Leopard menerkam mangsanya~... "Apa kau yakin dengan keputusanmu?"Kedua obsidian-nya memandang redup hamparan salju di luar. Sesekali jemari panjangnya mengguncang minuman beralkohol itu menciptakan sebuah bunyi dan gumpalan yang melonjak"Ashton... Aku sedang bicara denganmu." Ben begitu jengah, melihat sahabatnya mulai hanyut dalam dunianya sendiri. Ia tahu Ashton tengah berfantasi mengerikan tentang anak itu. Saat ini mereka sedang berada di bar milik pamannya. Sedangkan waktu sendiri telah menunjukan pukul sembilan malam lebih."Aku akan menikmatinya.""Tck! Hei, berhentilah bersikap seperti pria psikopat!"Ashton terkekeh mendengarnya, dalam sekali gerakan ia memutar tubuh dan memandang lekat pria bernama Ben di hadapannya."Singa telah menerkam mangsanya, sangat menarik bukan?" desisan itu membuat dirinya terperangah, entahlah ia merasa Ashton tak hanya sekedar mengoceh. Terlebih tatapan obsidiannya terlalu rumit untuk ditafsirkan. Samar-samar Ben mencium niat terse

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-10
  • Bad Boy Vs Playgirl   13. Tangisan Dalam Keheningan

    ~Kita perlahan bergerak menantang takdir~...Ashton berjalan pelan memasuki ruang dimana tuan Ferland berada, pria berumur itu nampak sumringah melihat kedatangan Ashton."Akhirnya kau datang nak!""Ya, seperti itu." sahut Ashton sembari mendudukkan dirinya di depan tuan Ferland.Pria itu menatap Ashton menyeringai "Jadi bagaimana dengan rencana kita? Apakah berjalan lancar?'Ashton mengangguk dan tersenyum licik "Tentu, sepertinya psikis-nya mulai terganggu. Pagi ini ia bahkan dengan nekat menelan semua obatnya tanpa dosis dikarenakan sesuatu yang ku lakukan padanya." jelas AshtonTuan Ferland nampak keberatan mendengarnya, lelaki berumur tersebut berdiri sebentar mengitari ruangan tersebut. Ditiupnya seberkas debu pada jendela yang menopang."Jadi kau akan membunuhnya secara psikis? Tidak secara fisik?"Ashton menggeleng di balik pundak pria tersebut. "Tidak, saya di bayar bukan untuk membunuh psikis.. Seperti yang Tuan ketahui saya selama ini dibayar untuk membunuh secara fisik t

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-11
  • Bad Boy Vs Playgirl   14. Perasaan Aneh

    ~Di dunia ini, tidak ada yang hidup dengan mudah.~...Kini Ashton telah mencengkram mangsanya, meski bukan mangsa utama yang selama ini diincarnya. Sedikit mengecewakan memang tapi setidaknya Lynelle bisa menjadikan lampiasan segala dendamnya. Putri keluarga Ainsley itu harus jauh lebih menderita di bandingkan dengan dirinya."A-Ashton?"Ashton tersentak dari lamunannya begitu mendengar panggilan lirih Lynelle. Ia menyipitkan mata, melihat wanita itu tampak berdiri gemetar di ambang pintunya."Hn!" gumam Ashton dingin, ia menatap Lynelle sesaat lalu setelahnya berpaling dan lebih memilih berkutat dengan gadget hitamnya."Antarkan aku ke Rumah sakit, perutku mengalami kram." ucap Lynelle tak kalah dingin begitu melihat tanggapan tak acuh Ashton.Namun Ashton menoleh cepat dan menatap tak suka pada dirinya."Pergilah Sendiri, aku sibuk!"Lynelle membulatkan mata lebar, tentu saja itu tidak baik. Udara sangat dingin tentu mengerikan jika ia harus menyetir."Aku tidak sedang ingin berde

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14
  • Bad Boy Vs Playgirl   15. Bring Back Memories

    ~ Setiap orang memiliki rahasia dan kita tidak pernah menceritakannya~...Dalam temaran kamar, Lynelle menangis. Sangat memalukan! Dia sekali lagi menjatuhkan harga dirinya didepan Ashton, menunjukan betapa lemah dirinya sebagai wanita.Lynelle tidak tahu kenapa suasana hatinya tiba-tiba seperti ini, menangis dan menjadi cengeng tanpa alasan yang jelas. Ia ingin marah namun pada siapa? Orang di depannya yang menatapnya dengan obsidian yang memancarkan kebingungan? Ya, Lynelle juga berpikir begitu namun itu bukan Ashton. Dia marah pada dirinya sendiri yang menjadi seperti ini. Apa dia sangat melankolis?Tes.."Tolong jawab aku, apa kau merasa sakit?" Suara bass milik Ashton kembali menyapa gendangnya. Tak ada niat menjawab, karena jika sepatah kata keluar dari bibirnya maka tangisannya akan benar-benar pecah saat itu juga.Keterdiaman Lynelle terus berlangsung selama beberapa detik hingga tangan kasar milik Ashton menyentuh dagunya, memaksa hazel wanita itu menatap obsidian-nya.'Air

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-19

Bab terbaru

  • Bad Boy Vs Playgirl   25. Tentang Kita

    Kini Ashton duduk didepan tuan Ainsley, suasana yang ada terasa dingin dan mencekam. Pria setengah baya tersebut menatap Ashton menyelidik. Belum sampai satu bulan lebih Ashton datang kemari dan mengambil Lynelle untuk tinggal bersamanya. Tiba-tiba ia mendapat kabar bahwa Lynelle akan pulang. Selain itu permasalahan dengan tuan Ferland sudah ia tangani, pria muda didepannya hanya tinggal menunggu panggilan wawancara dan menghadiri sidang. Semua sudah terkendali dan aman, jadi... dengan alasan apa lagi Ashton ingin memulangkan putrinya?"Mengapa kau memulangkan putriku? Kau tidak ingin bertanggungjawab terhadapnya setelah semua yang terjadi?"Ashton menghembuskan nafasnya kasar, pertanyaan tuan Ainsley membuat kepalanya semakin pening, bukan ia tidak ingin bertanggungjawab, hanya... keadaan tidak memungkinkan. "Dari awal kau menginjakkan kakimu disini dan dengan enteng mengaku bahwa kau yang menghamili Lynelle, terlihat jelas bahwa kau tipe lelakinya yang tidak dapat dipercaya. Kau ba

  • Bad Boy Vs Playgirl   24. Pisah Rumah

    Hari telah berganti begitu cepat, padahal baru sejenak Lynelle memejamkan matanya. Satu per satu pakaian yang ada di lemari ia ambil dan masukan kedalam koper. Sedari ia bangun sampai sekarang, ia sama sekali tidak berbicara sepatah katapun dengan Ashton. Ia lelah dengan semua sikap tertutup Ashton. Pria tersebut membuat semuanya rumit.Ashton yang baru selesai mandi, hanya terdiam depan kamar memperhatikan Lynelle yang tengah mengepak barang-barangnya. Sungguh, ia bukan ingin mengusir Lynelle.Kini Lynelle menyeret kopernya menuju mobil Ashton. Keheningan masih meliputi mereka.Ashton tahu itu kesalahannya karena menutupi semua hal dari Lynelle. Tanpa banyak kata, mobil bewarna hitam tersebut melaju, membelah jalanan kota Chicago yang padat...."Akhirnya kau pulang.. dan kau masih hidup!" seru Lyvi kala retinanya menangkap sosok sang kakak dan pacarnya di depan pintu rumah.Lynelle menghunuskan tatapan tajamnya pada Lyvi, gadis itu...sungguh!Secepat mungkin kaki mungil Lyvi berlar

  • Bad Boy Vs Playgirl   23. Rencana Ashton

    ClekSuara pintu yang dibuka pada tengah malam, membuat Lynelle terjaga. Ia tidak tidur, meskipun matanya tertutup namun tidak dengan pikirannya. Sedari tadi ia menunggu Ashton, lelaki itu mengatakan akan pulang secepatnya, tapi...apa ini? Jarum jam yang ditampilkan layar handphone telah menunjukkan pukul empat subuh, sedikit lagi hari akan berganti. Masih pantaskah ini disebut tengah malam?"Kau pulang?" tanya Lynelle, berjalan perlahan menyalakan lampu ruang tengah.Ashton membeku. 'Mengapa Lynelle belum tidur?' "Kau bau alkohol dan rokok. Kau darimana saja? Kau bilang ada urusan penting yang mendadak harus kau urus. Apakah urusan penting itu adalah mabuk-mabukan sampai subuh bersama teman-temanmu?"Ashton berdehem, mencairkan suasana yang menegang. Dari nada bicara Lynelle, ia tahu wanita tersebut marah."Aku akan menjelaskannya nanti.""Mengapa harus nanti? Tidak bisakah sekarang? Kau selalu menyembunyikan semua hal dariku.""Aku tidak. Hanya... aku tidak ingin menganggu pemikira

  • Bad Boy Vs Playgirl   22. Markas

    Dalam perjalanan pulang, Ashton hanya diam. Pikirannya kalut memikirkan apa yang barusan dikatakan Ben di telfon beberapa menit lalu.Lynelle terus mengamati Ashton. Ia sadar ada yang berbeda dengan pria disampingnya. Ashton seketika menjadi pendiam saat keluar dari mall. Ingin sekali Lynelle menanyakan apa ada yang salah? Namun, pertanyaan itu tertahan di kerongkongannya. Lynelle takut semakin ia bertanya, semakin memperburuk keadaan yang ada."Kita sampai, turunlah."Ashton berujar dingin, dan langsung membuka bagasi mobilnya, mengambil barang-barang yang mereka beli dan meletakkannya di apartemen.Lynelle masih diam terpaku didepan pintu sembari menatap Ashton yang sibuk menata barang-barang. Gelagat Ashton yang dingin dan cuek membuat Lynelle gugup. Lynelle takut Ashton yang dulu kembali."Lynelle, maaf sepertinya hari ini aku tidak bisa menemanimu. Aku ada beberapa urusan diluar, jika kau tak bisa memasak, kau bisa pesan delivery, jangan tunggu aku."Sudah Lynelle duga ada sesuat

  • Bad Boy Vs Playgirl   21. Do you remember about Nola?

    Lynelle memutarkan tubuh berisinya di depan cermin dengan antusias. Kali ini, ia mengenakan gaun putih sebatas lutut yang agak longgar dipadukan dengan jaket mantel dan sepatu bots. Tidak lupa syal bewarna abu mengikat leher mungilnya.Ashton mengetuk pintu kamar Lynelle dan melongokan kepalanya, memastikan apakah Lynelle sudah selesai bersiap atau tidak."Sudah selesai?""Uhm...Sudah!" Angguk Lynelle setelah sedikit merapikan poninya yang menjuntai."Kita hanya akan ke mall, mengapa kau sangat lama bersiap? Seolah-olah kita akan menghadiri sebuah pesta. Dan satu lagi.. mengapa kau menggunakan gaun? Cuaca hari ini masih dingin. Ganti lah, gunakan celana panjang."Aku merasa sesak jika menggunakan celana. Lagian aku juga menggunakan jaket mantel, jangan khawatir, aku tidak akan mati kedinginan."Ashton hanya bisa menghela nafasnya kasar. Lynelle benar-benar keras kepala. "Yasudah, ayo pergi. Perhatikan langkahmu, awas jatuh.""Wow.. kau menjadi sangat posesif."Ashton tidak membalas

  • Bad Boy Vs Playgirl   20. Back to home

    Cium*n yang awalnya lembut itu perlahan menjadi panas dan berlanjut hingga ke tempat tidur Ashton.Dikukungnya Lynelle dengan kedua lengannya, bibir mereka bergerak liar, memagut dan menyecap satu sama lain, seolah menyampaikan betapa rindunya mereka akan sentuhan satu sama lain."Eungh...Ash!" desah Lynelle di sela-sela cium*n panas tersebut. "Apa aku menyakitimu?" Ashton melepaskan tautan bibir mereka dan menatap Lynelle dalam. Lynelle menggeleng kecil. "Tidak, tapi tolong pelan-pelan. Aku sedang hamil."Ashton merunduk sesaat, melihat perut Lynelle yang kelihatan mulai membesar di balik bush yang dikenakannya.Kejadian masa lalu, dimana dengan tegas ia menolak anak yang berada dalam kandungan tersebut dan menyuruh Lynelle menggugurkannya, kembali menyapa Ashton.Rasa bersalah itu muncul. Dia sangat kejam bukan? Baik pada Lynelle maupun calon bayi mereka.Jemari-jemari Ashton bergerak, mengelus perut Lynelle. Ia tersenyum sendu. Hatinya mencelos. "Jika kau tak nyaman, katakan! Aku

  • Bad Boy Vs Playgirl   19. We Were In Love

    ~Ikuti perasaanmu dan semua akan baik-baik saja.~....Lynelle memandang hamparan salju yang ikut memeriahkan malam pergantian tahun bersama dengan letusan kembang api yang memekakkan.Ia disini, masih di tempat yang sama. Di balkon apartemen itu, menunggu tanpa kepastian berharap orang yang dinanti akan datang.Drrrt..Getaran benda persegi empat pada kantong celananya, membuat Lynelle tersentak pelan."Halo?""Hey Girl, apa kau tidak keluar berjalan-jalan bersama kami? Disini juga ada Jay, David, Bobby, dan masih banyak pria lainnya."Diujung sana Rose berujar antusias, teman baiknya itu nampak sangat bersenang-senang di akhir tahun ini."Lynelle, apa kau masih disana?" Suara diujung telfon kembali bertanya, memastikan orang yang ditujunya masih mendengarkan."Ya-Ya! Aku akan ikut, kalian berkumpul dimana?" Lynelle mengiyakan ajakan tersebut."Biasa... Kami di bar milik Ben."Setelah kalimat tersebut, sambungan terputus.Lynelle menatap layar handphone-nya sesaat lalu menghela nafas

  • Bad Boy Vs Playgirl   18. "Aku tahu segalanya"

    ~Ikuti perasaanmu dan semua akan baik-baik saja.~....Lynelle memandang hamparan salju yang ikut memeriahkan malam pergantian tahun bersama dengan letusan kembang api yang memekakkan.Ia disini, masih di tempat yang sama. Di balkon apartemen itu, menunggu tanpa kepastian berharap orang yang dinanti akan datang.Drrrt..Getaran benda persegi empat pada kantong celananya, membuat Lynelle tersentak pelan."Halo?""Hey Girl, apa kau tidak keluar berjalan-jalan bersama kami? Disini juga ada Jay, David, Bobby, dan masih banyak pria lainnya."Diujung sana Rose berujar antusias, teman baiknya itu nampak sangat bersenang-senang di akhir tahun ini."Lynelle, apa kau masih disana?" Suara diujung telfon kembali bertanya, memastikan orang yang ditujunya masih mendengarkan."Ya-Ya! Aku akan ikut, kalian berkumpul dimana?" Lynelle mengiyakan ajakan tersebut."Biasa... Kami di bar milik Ben."Setelah kalimat tersebut, sambungan terputus.Lynelle menatap layar handphone-nya sesaat lalu menghela nafas

  • Bad Boy Vs Playgirl   17. Fakta Mengejutkan

    ~Terluka, dilukai, dan melukai adalah bukti bahwa kau hidup~...Ashton POV...Detik berganti menit, menit berganti jam... Terus terulang..Meskipun mataku terpejam namun aku tidak dapat tidur dengan nyenyak seperti biasanya. Pikiranku berkecamuk. Ada sesuatu yang mengganjal, yang membuatku sangat penasaran. Pengakuan Lynelle beberapa jam yang lalu mengusikku. Firasatku mengatakan ada sesuatu yang tidak beres dan itu tersembunyi rapat dari jangkauanku. Tahun dimana ayah biologis Lynelle meninggal sama dengan tahun dimana ayahku merenggang nyawanya. Itu tidak kebetulan bukan?Aku memutuskan membuka mataku dan menghela nafas berat. Di sampingku, Lynelle telah tertidur. Ia Nampak tak nyaman dengan posisinya. Aku memperhatikannya dalam diam, di benakku ada berbagai pertanyaan yang ingin ku lontarkan padanya.Sesaat aku memandangi wajahnya yang nampak tenang. Perasaan bersalah menyergapku. Kemarin bukan tanpa alasan aku memperlakukannya dengan baik, sejujurnya aku hanya ingin membuat ken

DMCA.com Protection Status