Home / All / Baby Daddy / 36 - Photoshoot dan Tameng Eva

Share

36 - Photoshoot dan Tameng Eva

Author: Zabiella
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Matahari baru saja terbit, sinarnya merembes ke salah satu gedung apartemen di bagian selatan kota Jakarta. Dari kamar Eva Sania, sudah terdengar riuh suara hair dryer yang menyala. Sepagi itu, Eva sudah bersiap dengan napas segar dan rambut basah yang siap di-blow dan styling. 

“Gila, gila! Udah ngalah-ngalahin pengantin rempong di hari-H nya aja lu, Va!” Gerutuan itu terdengar dari arah dapur, menembus pintu kamar yang terbuka. Sahabat Eva, Ika, sedang berkutat di sana.

Eva hanya bisa tersenyum maklum sambil mulai mengambil roller, menempatkan rambut depannya sehingga memberinya ruang berkonsentrasi pada bagian belakang.

“Makasih loh, Ka … you’re a lifesaver!” ucap Eva tulus kepada Ika, yang kini terburu-buru memasuki kamarnya sambil menyajikan piring nasi goreng sosis-telur. 

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Baby Daddy   37 - Hadiah dan Kejutan

    Hari itu Nisa semangat sekali. Masbos kesayangannya, Bastian, baru saja menitahkan sebuah permintaan yang membuat asisten muda itu kegirangan sepanjang pagi. Tian mengajak Nisa berbelanja untuk memilih hadiah ulang tahun Eva. Hal yang membuat Nisa senang adalah bukan karena dia bisa keluar kantor lebih cepat dan berjalan-jalan di mall bersama Tian. Bukan, sama sekali bukan. Melainkan, adalah karena Nisa berkesempatan untuk menggali lebih dalam fakta tentang kelanjutan hubungan Tian dan Eva. Terlihat Jelas bahwa sejauh ini asisten muda itu sangat mendukung ketertarikan bosnya terhadap perempuan itu, terbukti pada saat photoshoot kemarin, Nisa sengaja meminta Wira untuk mengambil beberapa foto candid selama makan siang mereka. Niatan Nisa tentu saja untuk mengamankan barang bukti kalau sewaktu-wak

    Last Updated : 2024-10-29
  • Baby Daddy   38 - Raka dan Ceritanya

    Selama 28 tahun hidup di dunia, Eva tidak pernah merasa sedongkol ini. Sepertinya setiap manusia yang ada di sekitarnya telah menyumbang bahan bakar tersendiri untuk membuatnya kesal hati. Ika, sahabat yang seharusnya mendukung Eva apapun keadaannya, kini malah bersikap netral tanpa berani menegur keluarga Eva. Mami dan Papi yang bersekongkol memanfaatkan hari ulang tahun Eva sebagai ajang memperkenalkan lelaki asing itu, tentu saja sukses membuat mood Eva menjadi anjlok. Dan lelaki ini, Raka … ah, kalau saja dia tidak cengengesan dan tersenyum sopan bagaikan anak anjing yang super manut terhadap Papi, mungkin Eva bisa lebih marah terhadapnya. Tapi yang jelas, Eva juga marah sekali terhadap satu laki-laki yang dinantikannya sejak tadi pagi, yang mem-PHP-nya dengan ja

    Last Updated : 2024-10-29
  • Baby Daddy   39 - Bastian dan Mobilnya (1)

    Eva ingin tertawa. Rasanya dunia ini lucu sekali. Waktu itu, Eva sempat memenyokkan si Juki karena telepon mematikan dari Mami, yang membuatnya kini jadi kelimpungan sendiri—mencoba mendapatkan perhatian Bastian Cokro, lelaki yang secara tak sadar telah ia jadikan target sebagai kandidat baby daddy. “Eva? Kamu melamun?” Suara Bastian Cokro berhasil membawa Eva kembali ke realita. Diliriknya lelaki di sisi kanannya itu, yang ternyata sedang memandangi Eva dari balik roda kemudi. Mobil mereka berjalan dengan kecepatan lambat menyusuri jalan perumahan. “Eh, iya … sori, Mas,” ucap Eva. Bastian tersenyum. “Nggak papa. Tadi saya nanyain, arah ke rumah kamu belokan yang mana, tapi kamu malah bengong.” Tepat saat itu Eva menyada

    Last Updated : 2024-10-29
  • Baby Daddy   40 - Bastian dan Mobilnya (2)

    Bastian Cokro melajukan Range Rover abu di jalan bebas hambatan dari arah Bogor ke Jakarta. Hari semakin malam, dan lalu lintas di jalur yang ditempuhnya lengang karena memang berlawanan dari arus balik tengah kota. Hari yang dilewatinya di rumah keluarga Eva sangatlah menyenangkan, membuat senyum Tian terpoles tak kunjung hilang sembari menyetir dan menikmati alunan lagu dari pemutar musik di dasbor. Lagu cinta memang akan terdengar lebih merdu bagi mereka yang kebetulan juga sedang jatuh cinta. Mood Tian yang begitu baik seakan hampir membuatnya lupa akan kejadian yang baru saja dilaluinya siang tadi. Kejadian yang membuat sisi Range Rover-nya penyok parah. Kejadian yang tak sepenuhnya ia ceritakan dengan tuntas kepada Eva. Beberapa jam sebelumnya … “Mas beneran ya

    Last Updated : 2024-10-29
  • Baby Daddy   41 - Rencana Eva terhadap Bastian

    Sehari setelah ulang tahun Eva, kini perempuan itu duduk termangu di balkon apartemennya. Dia tidak mengenakan alas kaki, memandangi langit senja yang mulai menjingga, sambil menggumamkan nada lagu yang tersalur di earphone telinganya. Suara Cody Fry dalam I Hear A Symphony-nya mengalun merdu, membawa ingatan Eva ke salah satu museum tempat dia berswafoto dengan Tian, lelaki yang mengenalkannya pada lagu ini. Eva juga mulai sadar kalau dia tersenyum sendiri, tanpa ada angin dan hujan, sekadar hanya karena mengingat senyuman Tian; lesung tunggal itu sukses membuat Eva dan keluarganya luluh di acara ulang tahun kemarin. Menyadari dirinya sudah merasakan sensasi yang sudah lama sekali tak muncul ke permukaan, Eva membatin pada dirinya sendiri. Celaka, jangan-jangan aku beneran suka?

    Last Updated : 2024-10-29
  • Baby Daddy   42 - Informasi Orang Dalam

    Kantor Pandora padat seperti biasa. Di balik meja CEO, Bastian sibuk mengetik e-mail balasan dan menandatangani beberapa dokumen secara bergantian. Jika belum masuk jam makan siang, maka lelaki gila kerja ini tak akan istirahat atau bahkan keluar ruangan. Tidak seperti pegawai lain yang merokok, Tian tidak membutuhkan waktu break dengan mengisap nikotin batangan. Tian begitu berkonsentrasi sehingga tidak mendengar ketukan di pintu. Sekali. Dua kali. Tiga kali ketukan yang kali ini lebih kencang, akhirnya Tian mengangkat wajah. “Ya, Nisa? Ada apa?” ucap Tian saat mendapati asistennya berdiri di ambang pintu. “Ini, Mas … tanda tangan lagi.” Nisa menyodorkan beberapa lembar dokumen lain. “Apa ini?” tanya Tian sambil membaca

    Last Updated : 2024-10-29
  • Baby Daddy   43 - Ika dan Dilemanya

    Ika sedang dilema parah. Wanita dengan potongan rambut pendek sedagu ini baru saja mendapatkan banyak informasi tentang jabang jodoh sahabatnya. Tapi, bukannya merasa tercerahkan, Ika seketika terjebak dalam buah simalakama.Haruskah ia memberitahu Eva yang sebenarnya? Atau, haruskah ia tetap mendukung gerilya pendekatan Bastian yang jelas-jelas menaruh hati pada Eva, namun tidak bisa memenuhi goal akhir perempuan itu; menjadi ayah dari bayi yang diinginkannya?[Kak Ika, please jangan terlalu dianggap serius itu perkataan terakhir dari Kirana, dia memang biangnya ghibah, ratu gosip kantor. Aku mohon banget Kakak keep nama baik Mas Tian, ya? Jangan dibocorkan ke media masalah yang terlalu pribadi itu, tolong .…]Pesan digital dari Aura yang masuk ke ponsel Ika‌‌‌‌‌‌ membuat wanita

    Last Updated : 2024-10-29
  • Baby Daddy   44 - Dilema yang Menular

    Eva Sania berangkat kerja dengan pikiran yang tak fokus. Berkali-kali ingatannya terseret pada rangkaian kalimat yang dilontarkan Ika, sang sahabat, kemarin saat Eva mengepak barang sebelum keberangkatannya malam nanti. “I’m telling you, Bastian itu mandul, Va .…” Ika mengulang kalimat yang sukar dipercaya itu. Ika juga melanjutkan, “ini nggak sesuai sama misi lu buat punya anak, Va. Kalau lu beneran butuh ayah jabang bayi, kemungkinan besar Tian bukan orangnya.” TING! Elevator terbuka. Eva kembali ke masa kini, di lobi kantornya, terburu-buru memasuki lift untuk naik ke studio broadcast. ‘Tega bener kamu ngasih tau aku kabar begitu, Ka …,’ pikir Eva sambil melamun di dalam lift. ‘Aku harus gimana sekarang?’ lanjutnya da

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Baby Daddy   52 - Eva on Duty

    “HACHIM!!!”Eva menggosok hidungnya yang gatal karena bersin. Debu dari sudut planetarium ini sepertinya telah membangkitkan alerginya—atau mungkin, ada yang sedang membicarakannya di luar sana. Entahlah.“Gimana, Mbak?” tanya Gama yang kini menghampiri Eva.Pemuda itu mengecek smartphone-nya beberapa kali, hasil memotret sudut-sudut museum dan planetarium ini, sementara Bisma dan Fardi sibuk merekam berbagai lokasi dan ruangan dengan kamera mereka, sebagai bahan laporan dan rekaman untuk episode pilot nanti.“Kok tanya saya? Menurut kalian sendiri, gimana ini lokasinya?” Eva melemparkan pertanyaan balas pada Gama.“Hehe. Maksudnya, gimana menurut Mbak Eva, memungkinkan nggak ng

  • Baby Daddy   51 - Peraduan Tian

    Pagi yang padat menjadi pembuka hari Bastian di Surabaya. Selain mendampingi Eva sebagai orang kepercayaan Channel 5, dia sendiri juga memiliki beberapa agenda pribadi yang harus dijalankannya. “Lho, Mas Tian nggak ikut ke lokasi kedua? Ini beneran saya saja sama anak-anak kreatif, nih?” Gama bertanya ketika Tian hendak melepas kepergian mereka ke lokai kedua. “Iya, saya ada janji dengan salah satu investor Pandora. Nanti kita ketemu lagi pas makan malam,” jelas Tian kepada rombongannya. “Oke Mas Tian, hati-hati!” Fardi melambaikan tangan. Salah satu anggota tim kreatif itu sedang membawa tas kamera yang terlihat lumayan berat. “See you soon, then ….” Eva melepas Tian dengan senyum tipis. Berpisah sementara memberi Tian

  • Baby Daddy   50 - Kekacauan Breakfast (2)

    “Uhuk—uhuk!!!” Tian menepuk-nepuk dadanya. Eva refleks ikut menepuk punggung kukuh lelaki itu, untuk kemudian tersadar akan apa yang dia lakukan, dan buru-buru kembali menarik tangan. Batuk Tian itu masih berlangsung selama beberapa detik sebelum akhirnya CEO Pandora itu berucap, “kamu salah sangka, Gama.” Lelaki yang diajak bicara oleh Tian itu seketika mengerutkan kening. “Maksud Mas?” tanyanya. “I—itu ...” Kini giliran Eva yang membuka suara. “Anu, Gama, tolong di-keep dulu masalah ini. Jangan sampai ketahuan orang luar, apalagi media. Bahkan orang kantor juga … please, kalau bisa jangan sampai tau.” Perkataan Eva barusan tidak hanya membuat Gama bungkam, tapi juga Tian yang seketika melongo. Pasalnya, Eva seakan-akan mengkonfirmasi jika ada sesuatu di antara mereka. Sesuatu yang rancu. “Ooooh, jadi beneran toh,” simpul Gama. Empat rekan tim kreatif yang lain ikut manggut-manggut juga. “Tenang aja, Mbak. Rahasia Mbak Eva sama Mas Tian aman kok sama

  • Baby Daddy   49 - Kekacauan Breakfast (1)

    Bastian Cokro terbangun dengan perasaan senang yang baru. Ada aroma familier yang menggelitik hidungnya; paduan teh hijau dan eucalyptus yang segar dan halus. Saat membuka mata, dia melihat Eva Sania terlelap di ranjang hadapannya. ‘Kemenangan kecil’, begitu gumam Tian dalam benaknya sebelum bangun dari sofa bed tempatnya semalaman. Tian merasa sukses karena dia sudah bisa menjaga sikap, tidak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk membuat Eva tidak nyaman. Kalau Tian brengsek, bisa saja malam tadi dia menggunakan modus untuk bisa seranjang dengan perempuan idamannya itu. Tapi tidak, Tian masih menghormati Eva, dan juga dia lebih memikirkan efek jangka panjangnya. Kenikmatan sesaat bisa saja menjadi tiket menuju hancurnya hubungan secara permanen. Tian, tentu

  • Baby Daddy   48 - Sekamar Berdua?

    Malam sudah terlampau larut. Sepertiga terakhir menunjukkan waktu dini hari, namun Bastian Cokro masih berstatus tamu buangan karena tidak menemukan tempat untuk bermalam.Sudah lebih dari sepuluh menit dia duduk di sofa lobi Celestial Hotel, menggulir gawainya untuk mencari penginapan lain untuk disinggahi.‌ Hasilnya selalu sama: unavailable, fully booked.Ah, mencari kamar dadakan di ibukota provinsi pada jam-jam segini memang sungguh misi yang mustahil.“Sudahlah, Mas, di kamar ini saja.‌ Saya nggak keberatan, kok, kita sharing berdua.”Eva masih setia menemani Tian di lobi, masih menggenggam kartu kamar terakhir yang dipesankan Nisa untuk rombongannya, dan masih belum naik ke kamar itu sendiri.&ldqu

  • Baby Daddy   47 - Insiden Hotel

    Turbulensi ringan menyambut kedatangan Eva, Tian, dan rombongan di bumi Surabaya. Penerbangan singkat dari bandara Soekarno-Hatta menuju Juanda itu berjalan lancar, malahan, dua orang dari tim kreatif, Bisma dan Fardi, tertidur pulas di kursi mereka.Eva menanggapi posisinya sebagai satu-satunya perempuan di rombongan itu dengan santai. Toh dia dikelilingi orang-orang yang dikenal dan terpercaya; adalah Tian dan juga rekan-rekan satu kantornya di Channel 5.Sembari menunggu pesawat mendarat dan mereka diperbolehkan turun, terlihat Gama hendak mengajak Eva bicara.“Mbak Eva nanti katanya yang bakal nge-lead gantiin Pak Bram, ya?” Suara Gama, pemuda dari tim kreatif yang duduk dua kursi di sebelah kirinya, menyapa Eva.“Emmm … iya sih, rencananya g

  • Baby Daddy   46 - Tian Bertamu

    Ketukan di pintu unit apartemen Eva membuat sang nona rumah berlari kecil ke arah sumber suara. Eva menyempatkan diri mengintip penampilannya di pantulan layar hitam flat TV ruang tengahnya. Tubuhnya dibalut terusan katun yang ringan, tanpa model yang terlalu rumit, juga rambut yang dikeringkan dan di-blow dry buru-buru—kini tersanggul dalam jepitan besi berhias mutiara imitasi. Riasan wajah? Bah, jangan harap. Eva hanya sempat melembabkan bibir dengan lip balm transparan agar tidak pecah-pecah dihantam pendingin ruangan, pun wajahnya hanya berbalut pelembab tanpa ada pulasan bedak. Rasanya penampilan Eva jauh lebih polos dari sebelum-sebelumnya, saat ia menemui Bastian di lingkungan kantor atau di photoshoot. Di sana, Eva selalu tampak berpoles dan presentable. Pantas untuk dilihat.

  • Baby Daddy   45 - Tugas Dari Pak Bram

    “Apa benar kamu akan ikut trip ke Surabaya bersama Bastian Cokro?” Pak Bram bertanya dengan nada serius.Eva seketika gugup, dan berusaha menjawab dengan anggukan. “Benar, Pak,” ucapnya kemudian.“Hmmm, oke. Kapan berangkatnya?” Pak Bram meneruskan.“Malam ini.”“Oke, good. Kamu yang akan jadi perwakilan saya kalau begitu.”Pernyataan Pak Bram barusan membuat Eva terbelalak kaget.“Eeeeh … maksudnya gimana, Pak?” bingung Eva.“Sebenarnya, saya juga diundang untuk ikut dalam work trip ke Surabaya itu. Tapi, pas sekali nanti malam saya harus ke Singapore

  • Baby Daddy   44 - Dilema yang Menular

    Eva Sania berangkat kerja dengan pikiran yang tak fokus. Berkali-kali ingatannya terseret pada rangkaian kalimat yang dilontarkan Ika, sang sahabat, kemarin saat Eva mengepak barang sebelum keberangkatannya malam nanti. “I’m telling you, Bastian itu mandul, Va .…” Ika mengulang kalimat yang sukar dipercaya itu. Ika juga melanjutkan, “ini nggak sesuai sama misi lu buat punya anak, Va. Kalau lu beneran butuh ayah jabang bayi, kemungkinan besar Tian bukan orangnya.” TING! Elevator terbuka. Eva kembali ke masa kini, di lobi kantornya, terburu-buru memasuki lift untuk naik ke studio broadcast. ‘Tega bener kamu ngasih tau aku kabar begitu, Ka …,’ pikir Eva sambil melamun di dalam lift. ‘Aku harus gimana sekarang?’ lanjutnya da

DMCA.com Protection Status