Beranda / Semua / Baby Daddy / 32 - Kotak Surat Bastian?

Share

32 - Kotak Surat Bastian?

Penulis: Zabiella
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bagi Nisa, Bastian Cokro bukanlah sekadar bos biasa. Lelaki yang lebih tua 8 tahun darinya itu sudah menjelma sebagai kakak, keluarga, bahkan malaikat penyelamat yang mengubah hidup Nisa jadi lebih baik sekarang ini.

Khoir Annisa, nama panjang perempuan muda yang saat ini menjabat sebagai asisten pribadi CEO Pandora, merupakan anak tunggal dari keluarga tak berada. Ayahnya adalah buruh pabrik, yang di-PHK beberapa tahun lalu, mengakibatkan Nisa, yang bersekolah SMK, tidak dapat melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan sebab keterbatasan biaya. Nisa mencoba peruntungannya melamar ke sana-sini, menjadi apa saja—OB, cleaning service, bahkan pramusaji—karena tuntutan ekonomi keluarga yang harus dipikulnya sejak lulus SMK, bergantung pada gaji pekerjaan paruh waktu di bawah UMR demi mencukupi hidup Nisa dan kedua orang tuanya.

Sampai suatu hari, Nisa diterima

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Baby Daddy   33 - Tawaran Makan Siang, Lagi

    Ruang tata busana di kantor studio Channel 5 merupakan tempat di mana Eva berganti pakaiannya siang itu. Eva baru saja selesai melaksanakan tugasnya membacakan berita siang di Flash Headline. Hari itu terdapat dua berita perampokan, satu penganiayaan pada perempuan, dan sebuah berita yang menjadi headline adalah kasus korupsi salah satu pejabat pemerintahan. Bagi Eva pribadi, berita terakhir adalah yang paling kejam. Perempuan itu paling benci terhadap koruptor. “Lho, Mbak Eva, kok mukanya ditekuk begitu? Sakit giginya kumat, ya?” Ojah, seorang office girl berbadan gemuk yang baru memasuki ruangan itu dengan membawa laundry bersih baju-baju kostum sebuah acara, menyapa Eva. “Saya nggak sakit gigi, Jah … gigi saya tuh cuma sensitif.” Eva tersenyum pada office girl itu. “Enggak, ini … biasalah, beritanya biki

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Baby Daddy   34 - Persetujuan Soto Mie

    Soto Mie H. Aziz memang terkenal kelezatannya seantero jabodetabek. Namun entah kenapa sampai detik ini, Eva masih belum sempat mencoba soto mie legendaris itu, padahal jarak dari kantornya hanya lima menit berjalan kaki. Sepertinya selama ini benar kata-kata yang sering Eva dengar dari kolega-koleganya, bahwa dia terlalu gila kerja sampai tidak pernah sadar untuk beristirahat sejenak, sekadar untuk wisata kuliner di sekitaran kantor saja tidak pernah dilakukannya. “Ini dia!” ucap Tian dengan nada riang ketika tiga soto mie pesanan meja mereka telah tiba. Menghirup aroma yang menguar dari mengkok yang disajikan di depannya, Eva bisa merasakan perutnya keroncongan seketika. Gila. Wanginya sedap! “Kamu seriusan belum pernah nyoba soto mie ini, Eva?” tanya Tian sambil mengaduk mangkuknya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Baby Daddy   35 - Tentang Samantha

    Bastian mengetuk-ngetukkan kuku jarinya di atas roda kemudi. Mobil yang dikemudikannya itu, Range Rover berwarna abu-abu, melaju lurus memutari bundaran HI, melintasi jalan malam Jakarta yang bebas dari macet. Sudah lewat jam 11 malam, tapi mata Tian masih terjaga, kemeja fit body dan dasi yang sudah longgar menandakan lelaki itu baru saja kembali dari kantor Pandora. Pikiran lelaki itu berkelana karena pertanyaan asistennya, Nisa, sore tadi sempat mengulik kesadarannya. Beberapa hari yang lalu, Nisa juga sempat menyinggung hal yang sama. Nisa menanyakan tentang masa lalu Tian—tepatnya mempertanyakan pandangannya yang begitu tertutup akan masa lalu siapapun. Hal tersebut membuat Tian otomatis berpikir ... terlalu tertutupkah dia, sampai-sampai asisten yang begi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Baby Daddy   36 - Photoshoot dan Tameng Eva

    Matahari baru saja terbit, sinarnya merembes ke salah satu gedung apartemen di bagian selatan kota Jakarta. Dari kamar Eva Sania, sudah terdengar riuh suara hair dryer yang menyala. Sepagi itu, Eva sudah bersiap dengan napas segar dan rambut basah yang siap di-blow dan styling. “Gila, gila! Udah ngalah-ngalahin pengantin rempong di hari-H nya aja lu, Va!” Gerutuan itu terdengar dari arah dapur, menembus pintu kamar yang terbuka. Sahabat Eva, Ika, sedang berkutat di sana. Eva hanya bisa tersenyum maklum sambil mulai mengambil roller, menempatkan rambut depannya sehingga memberinya ruang berkonsentrasi pada bagian belakang. “Makasih loh, Ka … you’re a lifesaver!” ucap Eva tulus kepada Ika, yang kini terburu-buru memasuki kamarnya sambil menyajikan piring nasi goreng sosis-telur.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Baby Daddy   37 - Hadiah dan Kejutan

    Hari itu Nisa semangat sekali. Masbos kesayangannya, Bastian, baru saja menitahkan sebuah permintaan yang membuat asisten muda itu kegirangan sepanjang pagi. Tian mengajak Nisa berbelanja untuk memilih hadiah ulang tahun Eva. Hal yang membuat Nisa senang adalah bukan karena dia bisa keluar kantor lebih cepat dan berjalan-jalan di mall bersama Tian. Bukan, sama sekali bukan. Melainkan, adalah karena Nisa berkesempatan untuk menggali lebih dalam fakta tentang kelanjutan hubungan Tian dan Eva. Terlihat Jelas bahwa sejauh ini asisten muda itu sangat mendukung ketertarikan bosnya terhadap perempuan itu, terbukti pada saat photoshoot kemarin, Nisa sengaja meminta Wira untuk mengambil beberapa foto candid selama makan siang mereka. Niatan Nisa tentu saja untuk mengamankan barang bukti kalau sewaktu-wak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Baby Daddy   38 - Raka dan Ceritanya

    Selama 28 tahun hidup di dunia, Eva tidak pernah merasa sedongkol ini. Sepertinya setiap manusia yang ada di sekitarnya telah menyumbang bahan bakar tersendiri untuk membuatnya kesal hati. Ika, sahabat yang seharusnya mendukung Eva apapun keadaannya, kini malah bersikap netral tanpa berani menegur keluarga Eva. Mami dan Papi yang bersekongkol memanfaatkan hari ulang tahun Eva sebagai ajang memperkenalkan lelaki asing itu, tentu saja sukses membuat mood Eva menjadi anjlok. Dan lelaki ini, Raka … ah, kalau saja dia tidak cengengesan dan tersenyum sopan bagaikan anak anjing yang super manut terhadap Papi, mungkin Eva bisa lebih marah terhadapnya. Tapi yang jelas, Eva juga marah sekali terhadap satu laki-laki yang dinantikannya sejak tadi pagi, yang mem-PHP-nya dengan ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Baby Daddy   39 - Bastian dan Mobilnya (1)

    Eva ingin tertawa. Rasanya dunia ini lucu sekali. Waktu itu, Eva sempat memenyokkan si Juki karena telepon mematikan dari Mami, yang membuatnya kini jadi kelimpungan sendiri—mencoba mendapatkan perhatian Bastian Cokro, lelaki yang secara tak sadar telah ia jadikan target sebagai kandidat baby daddy. “Eva? Kamu melamun?” Suara Bastian Cokro berhasil membawa Eva kembali ke realita. Diliriknya lelaki di sisi kanannya itu, yang ternyata sedang memandangi Eva dari balik roda kemudi. Mobil mereka berjalan dengan kecepatan lambat menyusuri jalan perumahan. “Eh, iya … sori, Mas,” ucap Eva. Bastian tersenyum. “Nggak papa. Tadi saya nanyain, arah ke rumah kamu belokan yang mana, tapi kamu malah bengong.” Tepat saat itu Eva menyada

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Baby Daddy   40 - Bastian dan Mobilnya (2)

    Bastian Cokro melajukan Range Rover abu di jalan bebas hambatan dari arah Bogor ke Jakarta. Hari semakin malam, dan lalu lintas di jalur yang ditempuhnya lengang karena memang berlawanan dari arus balik tengah kota. Hari yang dilewatinya di rumah keluarga Eva sangatlah menyenangkan, membuat senyum Tian terpoles tak kunjung hilang sembari menyetir dan menikmati alunan lagu dari pemutar musik di dasbor. Lagu cinta memang akan terdengar lebih merdu bagi mereka yang kebetulan juga sedang jatuh cinta. Mood Tian yang begitu baik seakan hampir membuatnya lupa akan kejadian yang baru saja dilaluinya siang tadi. Kejadian yang membuat sisi Range Rover-nya penyok parah. Kejadian yang tak sepenuhnya ia ceritakan dengan tuntas kepada Eva. Beberapa jam sebelumnya … “Mas beneran ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Baby Daddy   52 - Eva on Duty

    “HACHIM!!!”Eva menggosok hidungnya yang gatal karena bersin. Debu dari sudut planetarium ini sepertinya telah membangkitkan alerginya—atau mungkin, ada yang sedang membicarakannya di luar sana. Entahlah.“Gimana, Mbak?” tanya Gama yang kini menghampiri Eva.Pemuda itu mengecek smartphone-nya beberapa kali, hasil memotret sudut-sudut museum dan planetarium ini, sementara Bisma dan Fardi sibuk merekam berbagai lokasi dan ruangan dengan kamera mereka, sebagai bahan laporan dan rekaman untuk episode pilot nanti.“Kok tanya saya? Menurut kalian sendiri, gimana ini lokasinya?” Eva melemparkan pertanyaan balas pada Gama.“Hehe. Maksudnya, gimana menurut Mbak Eva, memungkinkan nggak ng

  • Baby Daddy   51 - Peraduan Tian

    Pagi yang padat menjadi pembuka hari Bastian di Surabaya. Selain mendampingi Eva sebagai orang kepercayaan Channel 5, dia sendiri juga memiliki beberapa agenda pribadi yang harus dijalankannya. “Lho, Mas Tian nggak ikut ke lokasi kedua? Ini beneran saya saja sama anak-anak kreatif, nih?” Gama bertanya ketika Tian hendak melepas kepergian mereka ke lokai kedua. “Iya, saya ada janji dengan salah satu investor Pandora. Nanti kita ketemu lagi pas makan malam,” jelas Tian kepada rombongannya. “Oke Mas Tian, hati-hati!” Fardi melambaikan tangan. Salah satu anggota tim kreatif itu sedang membawa tas kamera yang terlihat lumayan berat. “See you soon, then ….” Eva melepas Tian dengan senyum tipis. Berpisah sementara memberi Tian

  • Baby Daddy   50 - Kekacauan Breakfast (2)

    “Uhuk—uhuk!!!” Tian menepuk-nepuk dadanya. Eva refleks ikut menepuk punggung kukuh lelaki itu, untuk kemudian tersadar akan apa yang dia lakukan, dan buru-buru kembali menarik tangan. Batuk Tian itu masih berlangsung selama beberapa detik sebelum akhirnya CEO Pandora itu berucap, “kamu salah sangka, Gama.” Lelaki yang diajak bicara oleh Tian itu seketika mengerutkan kening. “Maksud Mas?” tanyanya. “I—itu ...” Kini giliran Eva yang membuka suara. “Anu, Gama, tolong di-keep dulu masalah ini. Jangan sampai ketahuan orang luar, apalagi media. Bahkan orang kantor juga … please, kalau bisa jangan sampai tau.” Perkataan Eva barusan tidak hanya membuat Gama bungkam, tapi juga Tian yang seketika melongo. Pasalnya, Eva seakan-akan mengkonfirmasi jika ada sesuatu di antara mereka. Sesuatu yang rancu. “Ooooh, jadi beneran toh,” simpul Gama. Empat rekan tim kreatif yang lain ikut manggut-manggut juga. “Tenang aja, Mbak. Rahasia Mbak Eva sama Mas Tian aman kok sama

  • Baby Daddy   49 - Kekacauan Breakfast (1)

    Bastian Cokro terbangun dengan perasaan senang yang baru. Ada aroma familier yang menggelitik hidungnya; paduan teh hijau dan eucalyptus yang segar dan halus. Saat membuka mata, dia melihat Eva Sania terlelap di ranjang hadapannya. ‘Kemenangan kecil’, begitu gumam Tian dalam benaknya sebelum bangun dari sofa bed tempatnya semalaman. Tian merasa sukses karena dia sudah bisa menjaga sikap, tidak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk membuat Eva tidak nyaman. Kalau Tian brengsek, bisa saja malam tadi dia menggunakan modus untuk bisa seranjang dengan perempuan idamannya itu. Tapi tidak, Tian masih menghormati Eva, dan juga dia lebih memikirkan efek jangka panjangnya. Kenikmatan sesaat bisa saja menjadi tiket menuju hancurnya hubungan secara permanen. Tian, tentu

  • Baby Daddy   48 - Sekamar Berdua?

    Malam sudah terlampau larut. Sepertiga terakhir menunjukkan waktu dini hari, namun Bastian Cokro masih berstatus tamu buangan karena tidak menemukan tempat untuk bermalam.Sudah lebih dari sepuluh menit dia duduk di sofa lobi Celestial Hotel, menggulir gawainya untuk mencari penginapan lain untuk disinggahi.‌ Hasilnya selalu sama: unavailable, fully booked.Ah, mencari kamar dadakan di ibukota provinsi pada jam-jam segini memang sungguh misi yang mustahil.“Sudahlah, Mas, di kamar ini saja.‌ Saya nggak keberatan, kok, kita sharing berdua.”Eva masih setia menemani Tian di lobi, masih menggenggam kartu kamar terakhir yang dipesankan Nisa untuk rombongannya, dan masih belum naik ke kamar itu sendiri.&ldqu

  • Baby Daddy   47 - Insiden Hotel

    Turbulensi ringan menyambut kedatangan Eva, Tian, dan rombongan di bumi Surabaya. Penerbangan singkat dari bandara Soekarno-Hatta menuju Juanda itu berjalan lancar, malahan, dua orang dari tim kreatif, Bisma dan Fardi, tertidur pulas di kursi mereka.Eva menanggapi posisinya sebagai satu-satunya perempuan di rombongan itu dengan santai. Toh dia dikelilingi orang-orang yang dikenal dan terpercaya; adalah Tian dan juga rekan-rekan satu kantornya di Channel 5.Sembari menunggu pesawat mendarat dan mereka diperbolehkan turun, terlihat Gama hendak mengajak Eva bicara.“Mbak Eva nanti katanya yang bakal nge-lead gantiin Pak Bram, ya?” Suara Gama, pemuda dari tim kreatif yang duduk dua kursi di sebelah kirinya, menyapa Eva.“Emmm … iya sih, rencananya g

  • Baby Daddy   46 - Tian Bertamu

    Ketukan di pintu unit apartemen Eva membuat sang nona rumah berlari kecil ke arah sumber suara. Eva menyempatkan diri mengintip penampilannya di pantulan layar hitam flat TV ruang tengahnya. Tubuhnya dibalut terusan katun yang ringan, tanpa model yang terlalu rumit, juga rambut yang dikeringkan dan di-blow dry buru-buru—kini tersanggul dalam jepitan besi berhias mutiara imitasi. Riasan wajah? Bah, jangan harap. Eva hanya sempat melembabkan bibir dengan lip balm transparan agar tidak pecah-pecah dihantam pendingin ruangan, pun wajahnya hanya berbalut pelembab tanpa ada pulasan bedak. Rasanya penampilan Eva jauh lebih polos dari sebelum-sebelumnya, saat ia menemui Bastian di lingkungan kantor atau di photoshoot. Di sana, Eva selalu tampak berpoles dan presentable. Pantas untuk dilihat.

  • Baby Daddy   45 - Tugas Dari Pak Bram

    “Apa benar kamu akan ikut trip ke Surabaya bersama Bastian Cokro?” Pak Bram bertanya dengan nada serius.Eva seketika gugup, dan berusaha menjawab dengan anggukan. “Benar, Pak,” ucapnya kemudian.“Hmmm, oke. Kapan berangkatnya?” Pak Bram meneruskan.“Malam ini.”“Oke, good. Kamu yang akan jadi perwakilan saya kalau begitu.”Pernyataan Pak Bram barusan membuat Eva terbelalak kaget.“Eeeeh … maksudnya gimana, Pak?” bingung Eva.“Sebenarnya, saya juga diundang untuk ikut dalam work trip ke Surabaya itu. Tapi, pas sekali nanti malam saya harus ke Singapore

  • Baby Daddy   44 - Dilema yang Menular

    Eva Sania berangkat kerja dengan pikiran yang tak fokus. Berkali-kali ingatannya terseret pada rangkaian kalimat yang dilontarkan Ika, sang sahabat, kemarin saat Eva mengepak barang sebelum keberangkatannya malam nanti. “I’m telling you, Bastian itu mandul, Va .…” Ika mengulang kalimat yang sukar dipercaya itu. Ika juga melanjutkan, “ini nggak sesuai sama misi lu buat punya anak, Va. Kalau lu beneran butuh ayah jabang bayi, kemungkinan besar Tian bukan orangnya.” TING! Elevator terbuka. Eva kembali ke masa kini, di lobi kantornya, terburu-buru memasuki lift untuk naik ke studio broadcast. ‘Tega bener kamu ngasih tau aku kabar begitu, Ka …,’ pikir Eva sambil melamun di dalam lift. ‘Aku harus gimana sekarang?’ lanjutnya da

DMCA.com Protection Status