“Apa kamu tidak bisa merawat dirimu?” ujar Regi menatap istrinya denga tatapan jijik.
“Aku sudah mandi kok, Mas,” balas Gemma sambil mencium pakaiannya sendiri.
“Kalau kamu sudah mandi kenapa kamu masih terlihat dekil seperti kainlap seperti itu?” ujar Regi menghela napas panjang
“Mas … jangan ngomong seperti itu. Kamu membuatku sakit hati,” ujar Gemma memelas dan memegang lengan sang suami, ia berharap dapat cinta dan perhatian dari sang suami.
Wanita bertubuh gemuk itu rela melakukan apapun untuk keutuhan rumah tangga mereka. Gemma sudah terbiasa hidup sederhana, makanya saat suaminya mengatakan kalau perusahaannya lagi krisis keuangan ia mencoba membantu beban suami dengan jualan kue online. Terkadang karena pesanannya ramai sehingga ia pun merasa kelelahan dan kurang istrirahat, belum lagi ia juga harus mengurus keempat anak sambungnya yang masih sekolah.
“Bun … baju olahragaku mana?” teriak Atika anak kedua suaminya, anak perempuan itu sangat dimanja bahkan untuk mengambil seragam sekolahnya saja ia tidak bisa. Ia maunya disediakan semua kebutuhannya.
“Ada di lemari Kak,” sahut Gemma dari dapur.
“Bun, buku gambar dedek mana?” teriak nomor tiga.
“Bun aku mau susu dong,” panggil si bontot.
Teriakan seperti itu sudah hal biasa untuk Gemma, ia menjalani perannya sebagai ibu sambung dengan iklas. Gemma mendengarkan nasihat orang tuanya untuk berbikap baik pada anak-anak sambungnya karena merawat anak-anak adalah tanggung jawab orang tua.
Gemma bergegas ke kamar anak-anak perempuan itu membuka lemari lalu menyodorkan pakaian olah raga Atika, lalu ia membuka laci Gemmasukkan buku gambar ke dalam tas anak nomor tiga, semua ia lakukan tanpa mengeluh lelah. Wanita bertubuh gemuk itu hanya berharap ia mendapatkan cinta yang tulus dari sang suami. Regi mangatakan belum cukup uang untuk mengaji asisten rumah tangga karena perusahaan miliknya sedang mengalami masalah, karena itulah Gemma melakukan semuanya sendiri.
Sementara Regi hanya duduk lalu membaca koran , ia sudah melihat Gemma mondar-mandir ke sana mengurus ke empat anaknya, tapi ia hanya untuk menyedu kopipun ia harus menunggu Gemma.
“Kopiku mana? Kenapa kau lelet sekali mengerjakan pekerjaan rumah.” ujar Regi sambil mendengus kesal.
“Tunggu ya Mas, aku buat susu dulu,” ucap Gemma menyendok beberapa bubuk susu ke dalam gelas dan menyodorkannya untuk si bontot, bergerak ke sana kemari membuat tubuhnya kembali berkeringat.
“Ini kopimu.” Gemma menyodorkan gelas berisi kopi di depan suaminya, karena lelah Gemma ingin duduk di kursi makan di samping Regi.
“Kamu mau keringat,” ujar lelaki itu mengibaskan telapak tangannya ke arah hidung.
“Nanti saja aku mandi setelah, setelah kalian pergi.”
“Menjjijikan,” sungut lelaki itu sembari menyerumput kopi di gelas.
Setelah tiga anak sambungnya sarapan, mereka pun berangkat ke sekolah bareng Regi karena kantor dan sekolah mereka satu arah. Gemma bergegas ke dalam untuk mengantar anak yang paling kecil ke sekolah TK, sehingga membuatnya tidak punya waktu untuk mengurus dirinya sendiri, jangankan untuk berdandan cantik seperti ibu-ibu kompleknya, hanya untuk istirahat saja ia tidak punya waktu. Tetapi Regi lelaki yang sudah menikahinya tidak pernah menganggap Gemma sebagai seorang istri, tapi Gemma wanita yang polos, ia berpikir suatu saat sang suami akan berubah.
**
Satu minggu kemudian.
Gemma bergegas ke dapur dan meminum sebuah pil penyubur.
“Apa kamu masih meminumnya?”
“Ya Mas.”
“Kamu ngeyel banget ya dibilangin. Aku sudah bilang kalau aku tidak sudi memiliki anak dari kamu.”
“Tapi Mas aku juga ingin punya anak yang aku lahirkan sendiri.”
“Oh … kamu mau bilang kalau mereka bukan anak-anakmu karena kamu yang bukan melahirkan.”
“Ya ampun Mas … Aku tidak bilang seperti itu. Aku juga sayang sama anak-anak, Aku mau bilang mereka juga tidak keberatan punya anak adik lagi. Setiap kali anak-anak kamu bawa ke rumah ibu mereka aku kesepian di rumah, kalau aku punya anak sendiri aku punya teman.’ tutur Gemma.
“Gemma, di rumah ini sudah ada empat anak. Masa kamu mau nambah lagi, dengar ya Aku tidak mau menambah anak lagi, jadi tak usah minum-minum obat itu lagi, empat orang anak saja sudah membuatku pusing bagaimana kalau lima,” ujar Regi berjalan ke lantai atas.
Gemma hanya diam berdiri, ia menatap tubuhnya di pantulan jendela rumah mereka, tubuh gemuk, daster lusuh dan warnanya hampir pudar. Sudah Lima tahun wanita itu menjadi ibu sambung untuk ke empat anak suaminya. Regi mengatakan padanya kalau ia dan istri pertamanya sudah bercerai. Gemma selalu percaya apapun yang dikatakan sang suami dan keluarganya, ia istri yang sangat penurut. Mendengar Gemma ingin menambah momongan ibu mertuanya menelepon.
“Gemma Regi bilang kamu ingin punya anak?”
“A-a iya Bu,” jawab Gemma dengan suara sedikit terbata-bata.
“Gemma, Ibu sudah pernah bilang, kalau aku tidak ingin menambah cucu lagi,” ujar wanita itu di ujung telepon.
“Tapi Gemma juga ingin merasakan melahirkan anak sendiri Bu.”
“Jangan dulu ya, kita akan ke Jakarta lagi tiga bulan lagi, kalau kamu hamil lalu siapa nanti yang mengurus kami saat di sana.” Gemma diam.
“Baik Bu,” jawabnya lemah.
Sedih, tidak berdaya itulah yang dirasakan Gemma saat itu.Setelah anak-anaknya berangkat ke sekolah dan suaminya juga berangkat ke kantor, Gemma mengantarkan kue ke langganannya. Tetangga sebelah rumah selalu memesan kue bikinan Gemma.
Saat sedang mengantarkan kue tersebut, tidak seperti biasanya, tidak ada asisten rumah tangga yang membuka gerbang walau sudah beberapa kali ia memencet bel.
“Pesanan Kue!” panggil Gemma dengan sopan.
Tiba-tiba terdengar suara dari arah bel yang ada di depan pagar rumah tersebut.
“Masuk.” ujar suara dari bel tersebut.
Tanpa berpikir panjang Gemma berjalan masuk ke dalam rumah sesuai intruksi si pemilik suara. Ia merasa ragu dan diam selama beberapa saat sebelum memasuki pintu rumah. Ternyata di dalam dalam rumah keluar laki-laki yang telah menunggunya.
“Taruh saja di sana.” ujar lelaki itu sambil menatap Gemma dengan dingin. Laki-laki tersebut memiliki postur tubuh yang tinggi dan warna matanya mengingatkan warna biru laut. Ia berjalan menuju taman, di satu tangannya memegang gelas kopi dan satunya lagi memegang lembaran koran.
“Saya harus meletakkan kue ini dimana?” tanya Gemma, ia baru tahu kalau orang selama ini memesan kue bikinannya seorang lelaki berwajah tampan. Ia merasa malu karena yang punya rumah terlihat tampan dan bersih, sedangkan ia belum membasuh wajahnya dan pakainnya juga sedikit kotor terkena tepung, dilehernya masih tergantung clemek bermotif anak kucing.
‘Aduh ini memalukan … harusnya aku mencuci muka sebelum keluar rumah, pakai clemek pula’ batin Gemma, sambil mengutuk dirinya sendiri.
“Bawakan saja ke sini.”
Gemma berjalan menuju taman dan meletakkan bok kue di atas meja, setelah menyebutkan harga ia pun berdiri karena ingin segera kembali ke rumahnya.
“Duduklah ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda.”
“Saya masih banyak pekerjaan Pak,” tolak Gemma.
Laki-laki itu menatap Gemma dengan dingin, hal itu membuat Gemma tidak bisa menolak permintaan laki-laki tersebut. Ia pun duduk di samping pria bertubuh atletis itu.
“Saya ingin memberikanmu penawaran,” ujar lelaki tersebut sambil menatap tajam ke arah Gemma. Sebelum Gemma sempat bertanya, lelaki tersebut melanjutkan perkataanya sambil menatap Gemma datar, “Jadilah istri keduaku, dan lahirkan anak untuk saya.”
“A---apa? Kenapa Anda berkata seperti itu? Saya sudah memiliki suami dan saya tidak akan menghianati suami saya.”
“Kalau kamu berubah pikiran, datanglah padaku,” ujar pria itu dengan tatapan misterius.
Bersambung.
Gemma bersungut-sungut dan masuk ke dalam rumah, dari jendela dapur ia melihat pria itu masih menatapnya. Gemma menutup jendela dan mendengus kesal “Lelaki aneh!” umpatnya dengan jengkel. Dalam satu ruangan Regi sedang berbicara dengan seorang pria gemuk yang diketahui seorang rentenir. “Jadi berapa lama aku harus menunggu kamu melunasi bunga hutangmu,” ucap pria itu menatap Regi. “Sabar Om, perusahaan saya sedang ada masalah. “Sabar, sabar … kesabaran itu ada batasnya. Saya tunggu satu minggu lagi, kalau dalam satu minggu kamu tidak bisa melunasi semua hutang-hutangmu beserta bunganya maka saya akan ambil semua barang-barangmu termasuk rumah.” ancam pria bertubuh gemuk itu. “Baik-baik Om.” Regi merasa stres karena dililit hutang sementara perusahaannya diambang kehancuran. Tidak tahan dengan tekanan yang ada ia pergi ke bar menemui seorang wanita bertubuh gemuk yang dipanggil Mami itu gerbo yang biasa menjual belikan wanita-wanita muda. Regi menemui pengawal gerbo ters
Karena Gemma gadis kampung, ia belum pernah datang ke hotel mewah seperti itu. Saat menikah dengan Regi waktu itu itu usianya masih muda Saat tiba di kamar hotel, wajah Gemma kembali berubah berbunga-bunga . Gemma merasa bak pengantin baru yang akan belah duren. Regi jarang menyentuhnya dengan alasan capek dari kerja. Mereka melakukan aktivitas ranjang bisa dihitung dengan jari dalam satu tahun. Maka saat sang suami menginjinkannya hamil dan mengajak Gemma ke hotel, ini hal yang paling mengembirakan untuknya. “Kamu tunggu di sini dulu ya, aku mau beli anggur,”ucap Regi. Mendengar anggur, wajah Gemma semakin merona, ia berpikir kalau suaminya bersikap romantis Tidak lama kemudian, Regi datang membawa satu botol anggur untuk mereka nikmati. “Minum duluan, ini akan membuat tubuhmu semakin bergairah,” ujar Regi memasukkan serbuk ke dalam gelas Gemma tanpa sepengetahuan wanita itu. Gemma terlalu bersemangat, ia tidak menyadari apa yang di masukkan sang suami untuk minumannya. Ia m
Anak-anak Regi melaporkan pada mama mereka kalau papi mereka sangat perhatian dan memanjakan Gemma, tidak memperbolehkan Gemma bekerja karena kehamilannya. Mendengar hal itu Erina merasa terbakar api cemburu. Ia datang ke rumah Regi dengan alasan ingin melihat anak-anak mereka. Melihat Gemma sedang memasak kue di dapur ia menghampari Gemma dan mulai memprokasi. “Kamu seperti induk gajah,” ledek wanita itu merendahkan Gemma, ia melakukan itu di depan anak-anak mereka. Semua anak-anak itu hanya diam,s eolah-olah mengijinkan ibu mereka menghina fisik ibu tiri itu. “Tidak apap gemuk yang penting anakku sehat,” ujar Gemma menyantap satu potongan buah. “Kamu pikir kamu bisa jadi Nyonya di rumah ini?” “Bisa, sebentar lagi aku akan jadi Nyonya, tenang saja dan lihat,” balas Gemma sambil mengusap perutnya, ia sibuk menyiapkan kue pesanan. “Kamu cocoknya jadi babu. Lihat pakianmu seperti kain lap,” ujar Erina semakin menghina Gemma. “Seorang ibu itu harus bisa masak, agar suami dan anak-
Dihianati orang yang sangat kita cintai itu sangat menyakitkan, itulah yang dirasakan Gemma saat ini. Ia sangat percaya pada suaminya tapi kenyataan itu meruntuhkan semua harapannya. Ternyata Selama ini Regi dan Erina tidak pernah bercerai. Mereka semua berkomplot membohonginya termasuk anak-anak yang selama ini ia rawat seperti anak sendiri. “Kamu bilang kamu senang kalau aku hamil,” ujar Gemma, ia harus perpengangan ke sisi sofa , ia merasa tubuhnya menjadi tidak bertenaga saat mendengar hal itu dari mulut sang suami. “Aku memang senag kamu hamil, karena ada alasan tertentu,” ujar Regi. “Lalu bagaimana dengan anak kita?” suara Gemma kecil, rongga dadanya terasa sesak seakan-akan terhimpit ribuan batu. “Kamu pikir Mas Regi mau meniduri wanita kucel seperti kamu. Selama ini dia mau tidur denganmu aku yang memaksanya agar kamu tidak curiga. Lelaki yang menghamili kamu bukan dia. Dia pria lain,” ujar Erina tertawa. “A—apa.” Tubuh Gemma begetar hebat mendengar penuturan Gemma.
Gemma Calista tidak pernah menduga kalau hidupnya akan tragis seperti itu, ia sangat mempercayai sang suami selama ini, ia bahkan rela melakukan apapun agar rumah tangganya tetap bertahan dengan Regi. Di perlakukan babu di rumah, jadi ibu sambung untuk emapt orang anak, ia juga membantu sang suami mencari uang dengan jualan kue secara online. Tapi semua pergorbanan Gemma ternyata semuanya sia-sia. Mendengar kalau sang suami menjualnya ke pria asing membuat hatinya hancur berkeping-keping. Bukan hanya itu, ternyata Regi dan Erina tidak pernah bercerai, itu artinya mereka semua membohonginya selama bertahun-tahun dan anak-anak yang ia jaga dan ia besarkan selama ini ikut membohonginya.“ Kalian akan mendapat karma atas apa yang kalian perbuat padaku. Talak aku Mas. Ceraikan aku sekarang juga! Aku tidak sudi lagi tinggal di rumah ini,” teriak Gemma lagi dengan putus asa.“Tidak, aku tidak akan melepaskanmu. Kamu dan anak yang kamu kandung akan jadi pohon duit untukku,” ujar Regi.“In
Gemma kabur dari gudang, saat ia berlari ke arah jalan sebuah mobil berwarna hitam datang dari depan lalu. Bruaaak! Tubuh Gemma terhempas di jalanan. Pria itu mengira kalau ia menabrak orang gila yang sedang berkeliaran, sebagai seorang tenaga medis ia turun. Seorang wanita dengan berpenampilan compang –camping dan rambut botak tergelak di jalan. “Kamu tidak apa-apa?” “To-tolong selamatkan aku, mereka ingin membunuhku,” ujar Gemma lalu ia pingsan. “Siapa yang ingin membunuh?” tanya pria itu lagi. Ia menatap dan meneliti wajah Gemma dan matanya melotot bigung karena ia mengenalnya. "Gemma ...?" Melihat ada orang yang mengejar, ia mengendong dan memasukkannya ke jok belakang, melihat nyawanya dalam bahaya tidak membawanya ke rumah sakit tapi membawanya ke Villa * Setelah beberapa jam ia pingsan, Gemma akhirnya terbangun dan menyadari dirinya di tempat asing. “Aku di mana?” “Tidak usah bagun tubuhmu belum kuat,” ujar seorang pria yang berdiri membelakanginya.
Gemma baru saja melahirkan bayinya, wajar kalau ia mengeluarkan ASI . Ternyata pakaian bagian depan Gemma basah karena ASI-nya menetes dengan deras, setelah ia urut dengan kedua jarinya. Bongkahan di dadanya membesar bagai balon ditiup. Gemma menyembunyikan dari Zevandra Gemma malu. Untuk mengurasi rasa sakit di dadanya ia masuk ke kamar mandi dan mencoba mengeluarkannya dengan tangan. “Ini sangat menyakitkan,” Gemma meringis di kamar mandi. Ternyata dokter itu melihat dan mengetahui kondisi Gemma, dia minta ijin keluar dan membeli sebuah alat untuk memompa Asi. “Kamu pakai ini saja,” ucap Zevandra menyodorkan bag. “Ini apa?” “Itu menggantikan bayimu untuk mengeluarkannya.” Dengan cekatan Zevandra memasang alat tersebut dan mengajari Gemma cara menggunakannya. Ia juga membeli beberapa potong pakaian untuk Gemma pakai. “Terimakasih Pak,” ucap Gemma dengan gembira. * Gemma kembali memegang dadanya, pakaiannya basah lagi, padahal baru beberapa jam lalu ia mengeluarkannya
Melihat para penjahat itu masih bertahan di sana. Zevandra tidak ingin tinggal lama di dalam penampung air tersebut. “Kita keluar saja,” ucap Zevandra. Apa mereka sudah pergi?” tanya Gemma dengan wajah menegang. Tidak.” “Lalu … kenapa kita keluar?” “Saya bisa mati kalau lama-lama di dalam toren itu,” ujar Zevan. Ia keluar duluan dengan cara hati-hati, saat Gemma ingin keluar tubuh gemuknya kesusahan keluar. “Aku kesusahan keluar, bantu aku,” bisik Gemma. Lelaki bertubuh tinggi itu menarik tangan Gemma, tetapi terlalu susah karena berat badan Gemma sama seperti gajah bunting. Zevandra terpaksa masuk kembali ke dalam toren dan mendorongnya dari sana. Saat mereka ingin keluar, Buak! Ternyata Gemma terjatuh ke tanah menyebabkan suara, Zevandra dengan cepat melompat dan menarik tangan Gemma lalu menggulingkan tubuh gemuk itu ke semak-semak, sementara Zevandra berdiri di belakang gedung, sementara Gemma gendut terguling di lumpur di dalam semak-semak, ia terlihat seperti sapi yan
Semua keluarga syok dan sedih melihat kemarahan Gemma, mereka bisa mengerti kemarahan sang menantu, dibohongin suami selama empat tahun itu tidak mudah. Deyra hanya bisa mengusap dada.Besok harinya setelah Gemma merasa sedikit tenang, ia menemui Zevan di ruang kerjanya Zevan duduk melamun. Sepanjang malam, ia bahkan tidak bisa memejamkan mata ia juga tidak makan. Gemma mengetuk pintu.“Masuk!”“Boleh aku bicara?”“Gemma ….” Zevan langsung berdiri dengan wajah khawatir.“Aku sudah memikirkannya. Saat di tenda penampungan kamu pernah bertanya apa hukumannya kalau aku tidak jujur. Aku ingin memberi jawabannya sekarang,” ucap Gemma.“Gemma … kamu terlihat sangat pucat kita ke dokter ya,” bujuk Zevan.“Aku ingin memberikan jawaban Zevan.”“Baiklah.”“Mari kita berpisah.”Zevan langsung mematung menatap Gemma dengan mata berkaca-kaca, ia mengeleng sambil mengusap air matanya.“Jangan lakukan itu Gemma, aku memang salah, tapi aku akan memperbaiki dan tidak melakukannya.”“Kamu yang menga
Beberapa Minggu kemudianSemua orang masih suasana bahagia.Deyra mengajak Gemma berbelanja dan kesalon kecantikan."Bu, kalau ibu ulang tahun kado apa yang ingin kamu minta?" tanya Gemma."Aku ingin cucu kembar," ucap Deyra tertawa."Baiklah. bagaimana kalau aku bilang Ibu sudah punya cucu." Deyra hanya tertawa ia berpikir kalau Gemma akan mengungkapkan tengtang Moes anaknya. Deyra tidak ingin salah, jadia ia mengalihkan pembicaraan.Saat tiba di rumah Gemma membawa kotak di tangannya, tapi ia ragu-ragu menunjukkanya pada Zevan dan Deyra, karena di sana ada Mahesa dan keluarga yang lain.Setelah rumah sakit berjalan normal , Mahesa mengmpulkan anak-anaknyanya. Ia mengumumkan menyerahkan rumah sakit secara resmi secara tertulis pada Zevan. Ia juga mewariskan hartanya dalam jumlah besar pada Moes Mahesa. Hal itu menimbulkan kemarahan pada kedua putri Mahesa, karena Moes bukan darah daging Zevan. Dalam rapat keluarga besar itu hadir juga pengacara dan saksi yang akan melihat.“Dia cucu
Tidak ingin terjadi hal buruk pada Gemma, Zevan meminta kakeknya mengirim helikopter. Namun, cuaca buruk tidak memungkinkan helikopter bisa datang.Saat Zevan bondar bandir, Kai datang.“Dok, Istrinya ditempatkan saja di tenda saya,” usul Kai.Zevan memincingkan kedua alis matanya saat Kai menyebut istri.“Apa Bapak tahu dia istriku?”“Dia mengatakannya. Oh jangan salah paham. Leo memang rada gila karena menjodohkan aku dengan istrimu, tapi aku dan Gemma sudah sepakat untuk berteman,” tutur Kai.Rasa panas dalam hati Zevan sedikit berkurang saat Kai memgatakan hal seperti itu, ia mengendong Gemma ke dalam tenda milik Kai, di sana lebih nyaman karena ada kasur lipat, setelah memberi infus dan pengobatan pada sang istri Zevan keluar. Ia dan Kai duduk mengobrol diluar tenda."Gemms wanita yang baik Pak, saya tidak begitu mengenalnya, tapi saya berteman sama Lian saudara laki-laki Gemma."Setelah mendengar langsung dari Kai tidak ada lagi kesalapahaman.“Besok pagi-pagi sekali saya akan
Karena Zevan masih marah padanya, Gemma akhirnya menghidari Zevan. Setiap kali ia melihat Zevan datang mendekat ia akan menjauh“Tidak seharusnya aku marah padanya, aku marah karena khawatir.” Zevan ingin mengajak Gemma pulang bersamanya. Tapi sayang setiap kali ia datang Gemma akan menghilang, akhirnya ia tidak melihat Gemma selama berjam-jam.Zevan panik mencari ke semua tempat, saat itu sedang hujan lebat di lokasi penampungan tenda-tenda pada bocor semua orang sibuk membantu. Sonia bersembunyi di dalam mobil petugas, Zevan juga tidak tahu harus berbuat apa, dia berteduh di dalam mesjid. Matanya sibuk mencari Gemma, ia sangat khawatir.“Gemma kamu dimana kamu membuatku gila,” ucap Zevan mencari ke dalam mesjid. Ia melihat Gemma dan team dokter dan para tentara menyelamatkan obat-obatan dan persedian makanan dari tenda yang bocor. Tanpa pikir panjang Zevan ikut menerobos hujan dan ikut membantu menyelamatkan persedian obat-obatan menyimpan di dalam mesjid. Setelah selesai Gemma
Zevan dan Deyra baru saja turun dari parkiran, tapi suasana berbeda terlihat dari rumah sakit. Semua orang tampak sibuk. Padahal beberapa minggu belakangan rumah sakit itu nyaris tutup karena kehabisan stok obat-obatan. Zevan harus mengimpor obat-obatan dari luar negeri dengan harga dua kali lipat agar rumah sakit bisa beroperasi. Namun, saat barang dalam pengiriman kembali terjadi masalah dibeacukai . Zevan dan kakeknya kehabian ide.Tapi kali ini, rumah sakit terlihat sangat sibuk .“Ada apa?” tanya Zevan.‘ Apa Gemma berhasil membujuk saudaranya untuk memasukkan pasokan obat?’ Deyra tersenyum.“Mari kita cari tahu.” Ibu anak itu berjalan ke lobby, parkiran pasien VIP yang tadinya kosong kini berisi walau tidak penuh.“Dok, selamat pagi.” Simon muncul dengan wajah sumbringah, dokter bertubuh tambun itu batal cari pekerjaan baru.“Ada apa?” tanya Zevan.“Kita dapat pasokan obat lagi,” ucapnya dengan senyum lebar.“Dari mana?”“Ceo baru Filan Farma setuju menjalin kerja sama dengan
Gemma menatap wajah sang suami, ingin rasanya ia memeluk Zevan dan meluapkan semua perasaannya, tapi Gemma takut iditolak lagi. Hanya menatap bebera denit ia kembali menunduk dan meremas jemari tangannya“Kenapa?” tanya Zevan, kali ini ia menatap Gemma dengan tatapan lembut.“Zevan, a-apa kamu masih percaya padaku kalau aku bicara terus terang?” tanya Gemma semakin meremas jemarinya. Gemma bukan tipe wanita yang lemah ataupun manja, ia wanita kuat, bahkan keras tetapi kali ini ia terlihat sangat takut bahkan tidak berani menatap Zevan.‘Apa yang sebenarnya yang kamu lakukan Gemma kenapa kamu ketakutan begitu’“Baiklah katakan.”“Sebenarnya-”“Gemma! Katanya mau bicara sama Ibu.” Deyra tiba-tiba datang membuyarkan semuanya.Gemma berdiri. “ Nanti saja, aku bicara sama ibu dulu.” Ia berjalan menghampiri Deyra dan meninggalkan Zevan.Zevan masih duduk di bangku taman, ia penasarn kenapa Gemma tiba-tiba bersikap aneh dan takut padanya. *Gemma duduk bersama ibu mer
Setelah bicara dengan Zevan Gemma tidak banyak bicara lagi, ia lebih banyak diam.“Aku ingin ke kamar dulu.”“Apa kamu tidak akan mengatakan apa-apa?”“Tidak ada.”Zevan langsung diam, Zevan menyadari setelah penolakan malam itu Gemma banyak berubah.“Lalu bagaimana dengan paspor di tanganmu?””Itu milik teman. Aku mau ke kamar dulu.”Gemma masuk ke dalam kamar, ia membuka laci dan membawa beberapa berkas, saat memasukkan ke dalam tas Zevan masuk.“Aku akan tidur di restoran,” ucap Gemma sembari melepaskan penutup kepala yang ia pakai.“ Itu artinya kamu sudah menyerah?”Gemma hanya terseyum kecil tidak menjawab pertanyaan Zevan, sikap diam Gemma membuat Zevan merasa gelisah.“Aku sudah mengatakan padamu jangan membuang-buang waktu, kamu tidak percaya.”‘Setidaknya aku berusaha’ balas Gemma dalam hati.Saat sedang mengobrol dengan Zevan Leo menelepon, raut wajah Gemma berubah. Ia menjauh dari Zevan sembari mengangkat telepon.“Apa kamu gila?” Apa maksudnya?”Terdengar suara tawa meng
Setelah kejadian itu Gemma tidak pulang ke rumah Zevan, ia memilih tidur di restoran miliknya, di sana ia jauh lebih tenang tidak ada yang mengusik tidak ada yang menatapnya dengan tatapan dingin.Pagi itu Zevan masuk ke kamar mereka, tempat tidur masih rapi, Gemma sudah dua hari tidak pulang ke rumahnya.“Baiklah itu lebih baik, pergilah itu jauh lebih baik untuk kita berdua,” ucap Zevan. Mulut bicara tidak tetapi hatinya sedih karena tidak melihat Gemma.Saat ingin berangkat ke rumah sakit Zevan sengaja mampir ke restorannya, ia menoleh ke lantai dua, di sana duduk seorang wanita cantik, duduk melamun menatap jalanan ibu kota.“Akhirnya kamu menyerah juga.” Zevan menghidupkan mobilnya kembali dan meninggalkan restoran Gemma. Di rumah sakit ia banyak melamun dan pikirannya kemana-mana.Setelah semua yang terjadi pada keluarganya Zevan memutuskan kembali bekerja di rumah sakit keluarganya, setelah dr. Deyra berangkat ke luar negeri bersama suaminya Zevan yang mengantikan posisi sang i
Mata Gemma melotot kaget mendengar kata-kata penghinaan itu. Ia menahan rasa sesak di dada, Gemma tidak mau menangis di depan Zevan. Ia berdiri lalu memungut dan mengenakan piyama tidurnya.“Baiklah terimakasih untuk malam ini, selamat malam.” Gemma bergegas lalu kembali ke kamarnya.Zevan mengepal tangannya dengan kuat, Gemma masuk ke kamar mandi dan menangis keras di sana, ia merasa seperti jalang yang meminta dipuaskan sama seorang pria. Zevan datang ia mendengar Gemma menangis di kamar mandi. Ia tidak tahan mendengar Gemma menangis, ia kembali ke kamar Moes dan memukul dinding kamar itu beberapa kali, saat Gemma menangis seperti itu ia juga merasa terluka, tapi kekecewaan masih menyelimuti hatinya, ia masih marah sama Gemma.“Kenapa? Kenapa harus ada seperti ini. Aku berharap kamu pergi biar kamu tidak terluka,” ucap Zevan. *Saat Gemma bangun pagi, ia merasa tubuhnya terasa remuk, Zevan benar-benar menghajarnya malam itu. Ia malas bangun dari tempat tidur, melihat