Bantu vote ,like dan berikan hadiah ya agar authornya semakin semangat update tiap hari terimakasih
“Ge- -Gemma.” Regi mundur beberapa langkah saat melihat Gemma datang. Jelas sekali ia telah melakukan hal yang sangat jahat, Gemma berdiri di pintu, tidak lama kemudian muncul dua orang lelaki berseragam polisi dari samping Gemma. “Pa - - Pak Polisi.” Tubuh Erina bergetar hebat. “Selamat siang, apa benar ini rumah Regi Wardono?” “Be- benar Pak.” Keringat segede jagung menetes dari dahi. Mereka berdua saling menatap, sudah pasrah dibawa ke kantor polisi atas apa yang mereka lakukan pada Gemma. “Oh baiklah, kami hanya mengantar Bu Gemma kesini, tadi dia ingin pulang tapi lupa jalan ke rumah, jadi dia ke kantor polisi dulu.” “Ha?” Regi seakan-akan tidak percaya dengan apa yang mereka dengar. “Bu Gemma lupa ingatan, setelah kecelakaan mobil dua tahun yang lalu dia hanya ingat sebagian yakni tujuh tahun yang silam, dia bilang dia menikah dengan bapak dan menjadi ibu sambung.” “Oo, begitu.” Gemma berlari ke arah Regi, “Mas aku merindukanmu.” Mendengar itu ia dan istrinya tiba-t
“Aku haus Mas. Ambilkan aku minum dong, selama dua tahun ini aku tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah, jadi aku belum terbiasa, tolong mengerti ya," ucap Gemma. Gemma melepaskan jaket yang dipakai, ia sengaja menunjukkan tubuhnya yang seksi, pinggang yang ramping, bokong yang padat, dadanya kencang dan berisi pakaian tipis itu memperlihatkan lekukan tubuh Gemma. Mata Regi langsung melotot, dengan begitu suami jahat itu akan jinak padanya . Gemma tahu, mata semua pria sama saja, tidak bisa melihat yang seksi.“Erina ambilkan minum!” suruh Regi pada istrinya“Kok aku,” protes wanita itu dengan wajah kesal. “Gemma baru tiba dia masih capek.” Erina berjalan ke dapur dengan mulut mendumal marah. 'Laki-laki kalau sudah melihat yang montok,seksi lupa semuanya, sekarang terima balasanku Erina' ucap Gemma dalam hati. “Kurang ajar! Aku akan membunuh wanita itu lagi, aku bukan pembantu ini rumahku,” rutuknya sambil berjalan ke dapur, saking marah ia ingin menyendok gula tetapi yang dibu
Prang! Zevan melempar botol Vodka diatas meja, lalu ia menatap sang bawahan dengan tajam. “Apa hanya mendapatkan nomornya kamu tidak bisa?” “Pak, saya sudah mencoba berpura-pura jadi pengantar susu segar dan meminta nomor Gemma. Tapi suaminya memberikan nomor telepon rumah.” “Berikan padaku.” Zevan menarik kertas itu dari tangan Boby. “Pak, saya mendengar kalau Bu Gemma akan pulang ke kampungnya dengan suaminya.” “Apa? Kapan?” “Dua hari lagi Pak.”Hati Zevan terasa mendidih saat ia melihat Gemma pulang ke rumah suaminya. “Aku ingin bicara berdua dengan Gemma. Kamu urus agar aku bisa menemuinya.” Boby hanya mengangguk, ia ikut bingung melihat sikap Zevan yang tiba-tiba jadi pemarah dan cenderung emosian setelah Gemma pulang. ke rumah suaminya. Keluar dari rumah Zevan ia menatap rumah Zevan. “Ada apa dengan dengannya. Sudah empat tahun bekerja baru kali ini dia semarah itu,” ucap lelaki itu masuk dalam mobil dan meninggalkan rumah sang majikan. Malam itu Zevan kembali dibua
“Sayang, jangan seperti ini, aku geli,” tawa cekikikan terdengar di kamar Gemma. Erina mengepal tangannya dengan kuat menahan amarah, ia terbakar api cemburu mendengar sang suami bermesraan di kamar di sebelahnya. “Lagi, ah kurang kuat, dorong lagi, aah Mas,” suara manja Gemma berdengung kuat di kuping Erina. “Aku tidak kuat lagi Gemma tenagaku hanya seperti itu,” suara Regi terdengar terengah-egah. “Mas kurang olahraga, masa begitu doang,” regek Gemma. “Aku minta maaf Gemma, kita minum dulu.” Ia merasakan sakitnya cemburu, ia masih ingat dulu bagaimana mereka berdua berhubungan badan di depan Gemma saat wanita itu di sekap di gudang. Tapi kali ini, Erina menangis sedih merasa dikhianati sang suami. Dari sejak Gemma datang ke rumah Regi tidak memperdulikannya malah ikut menyalahkan saat ia berbuat kesalahan. “Kamu bajingan Regi. Kamu menghianatiku,” ujar Erina, ia menutup kupingnya dengan bantal tidak ingin mendengar desahan manja dari Gemma. Ia tidak tahu kalau Gemma hanya mem
Saat pagi.. Gemma turun ke dapur dengan kepala dibungkus handuk, ia sengaja keramas, saat tiba di meja makan mata Erina menatap dengan tajam, ia kembali dibakar api cemburu melihat Gemma habis keramas, ia berpikir karena suaminya dan Gemma main kuda-kudaan. “Selamat pagi anak-anak, Selamat pagi Ibu Erina,” sapa Gemma dengan ramah. Keempat anak itu hanya diam, penampilan Gemma membuat mereka merasa asing. Dulu wanita yang mereka panggil dengan sebutan Bunda wanita yang gemuk dan selalu berpakaian daster lusuh, rambut diikat asal, wajah berminyak. Tetapi kali ini wanita itu tampil sangat cantik sikap dan pembawaan Gemma tidak berubah. “Genta bagaimana sekolahmu?” “Baik.” Jawab lelaki itu dengan ketus. Gemma masih seperti ibu yang baik untuk mereka, mempersiapkan bekal untuk si bontot. “Biar saya saja Bu,” ucap asisten rumah tangga yang selama ini mengurus mereka. “Tidak apa-apa Bi, aku ibu mereka harus melakukan yang terbaik.” Regi juga turun dari atas ia menggerak-gerakkan leh
Mendapat uang jajan puluhan juta dan cincin berlian, Regi sungguh terbuai dan semakin mempercayai Gemma lelaki jahat itu melupakan kalau ia pernah berbuat hal yang kejam untuk Gemma. Saat Gemma keluar memandang taman, ia mendengar pembicaraan Regi dan Erina. “Kamu menghianatiku, kamu bersenang-senang dengan wanita kampung itu dan melupakanku,” ucap Erina. Regi buru-buru membekap mulut istri pertamanya sembari melirik ke taman. “Jangan berisik lihat ini, dia memberikan kita banyak uang, dia pohon uang untuk kita sekarang,” ucap Regi setengah berbisik. “Bagaimana kalau dia pura-pura?” “Itu tidak mungkin Mi, lihat sifatnya masih tetap sama, dia masih tetap bodoh dan cinta mati denganku, percayalah kita akan mengusai semua hartanya lalu kita buang dia,” ucap Regi. "Kalau berikan untukku untuk perawatan," ucap Erina. "Mami bisa gak, kamu jangan perawatan terus." "Tidak bisa, aku harus tetap cantik. Aku tidak mau kalah sama gadis kampung itu, aku juga ingin menambah ukuran dadaku,"
Setelah Erina dan Regi keluar rumah dan Bu Ina juga pulang kampung Gemma, menelepon tukang ia meminta mereka memasang sebuah peredam dalam ruangan, lalu pintu ke ruangan itu sengaja di tutup dan diganti dari ruangan lain akhirnya pekerjaan itu selesai. Menjelang sore Regi menelepon ke rumah kalau ia ingin mengajak kedua anaknya yang paling kecil untuk berenang. Setelah menutup telepon Gemma bicara sendiri. “Kenapa tidak membawa keempat anak-anakmu biar aku bisa bebas,” ucap Gemma. Sambil menunggu kedua anak remaja itu pulang Gemma jalan-jalan keliling ruangan, tiba-tiba matanya tertuju pada kamar anak perempuan yang beranjak remaja yang bernama Kayana gadis remaja berwajah cantik itu duduk di bangku kelas 3 SMP. Gemma membuka kamarnya ia hanya melihat-lihat sebentar Gemma berpikir anak perempuan itu sudah berubah karena kamarnya sudah rapi. Dua tahun yang lalu ia masih anak yang sangat manja apa-apa harus di sediakan. “Oh, sekarang sudah ada Bu Ina yang merapikan semuanya,” u
“Abang jangan buang di dalam, nanti aku hamil,” seru gadis belia itu saat saudaranya mengerang panjang. “Tenang saja, aku akan buang di luar.” “Makanya aku bilang tadi pakaia pengaman.” “Uda diam, kamu tidak akan hamil, selama ini kan kamu tidak pernah hamil,” bentak Genta. ‘Sudah berapa lama mereka melakukan itu?’ Gemma mengeleng tidak percaya Gemma masih bersembunyi di dalam lemari melihat pemandangan yang membuat bulu kuduknya merinding. Ia semakin membenci Erina dan Regi, karena ia sadar bukan hanya dirinya yang jadi korban, bahkan anak-anak malang itu ikut jadi korban keegoisan kedua orang tuanya. ‘Apa Regi dan Erina kalau anak-anak mereka sudah jalan?’ tanya Gemma dalam hati. Ia sampai menutup mata merasa jijik melihat adengan ranjang kakak beradik tersebut. Melihat sikap anak laki-laki itu Gemma yakin kalau ia orang pertama yang mengajak adiknya melakukan hal terlarang tersesbut. Gemma tidak habis pikir kenapa ia harus menjadikan adiknya tempat pembuangan cairan mi
Semua keluarga syok dan sedih melihat kemarahan Gemma, mereka bisa mengerti kemarahan sang menantu, dibohongin suami selama empat tahun itu tidak mudah. Deyra hanya bisa mengusap dada.Besok harinya setelah Gemma merasa sedikit tenang, ia menemui Zevan di ruang kerjanya Zevan duduk melamun. Sepanjang malam, ia bahkan tidak bisa memejamkan mata ia juga tidak makan. Gemma mengetuk pintu.“Masuk!”“Boleh aku bicara?”“Gemma ….” Zevan langsung berdiri dengan wajah khawatir.“Aku sudah memikirkannya. Saat di tenda penampungan kamu pernah bertanya apa hukumannya kalau aku tidak jujur. Aku ingin memberi jawabannya sekarang,” ucap Gemma.“Gemma … kamu terlihat sangat pucat kita ke dokter ya,” bujuk Zevan.“Aku ingin memberikan jawaban Zevan.”“Baiklah.”“Mari kita berpisah.”Zevan langsung mematung menatap Gemma dengan mata berkaca-kaca, ia mengeleng sambil mengusap air matanya.“Jangan lakukan itu Gemma, aku memang salah, tapi aku akan memperbaiki dan tidak melakukannya.”“Kamu yang menga
Beberapa Minggu kemudianSemua orang masih suasana bahagia.Deyra mengajak Gemma berbelanja dan kesalon kecantikan."Bu, kalau ibu ulang tahun kado apa yang ingin kamu minta?" tanya Gemma."Aku ingin cucu kembar," ucap Deyra tertawa."Baiklah. bagaimana kalau aku bilang Ibu sudah punya cucu." Deyra hanya tertawa ia berpikir kalau Gemma akan mengungkapkan tengtang Moes anaknya. Deyra tidak ingin salah, jadia ia mengalihkan pembicaraan.Saat tiba di rumah Gemma membawa kotak di tangannya, tapi ia ragu-ragu menunjukkanya pada Zevan dan Deyra, karena di sana ada Mahesa dan keluarga yang lain.Setelah rumah sakit berjalan normal , Mahesa mengmpulkan anak-anaknyanya. Ia mengumumkan menyerahkan rumah sakit secara resmi secara tertulis pada Zevan. Ia juga mewariskan hartanya dalam jumlah besar pada Moes Mahesa. Hal itu menimbulkan kemarahan pada kedua putri Mahesa, karena Moes bukan darah daging Zevan. Dalam rapat keluarga besar itu hadir juga pengacara dan saksi yang akan melihat.“Dia cucu
Tidak ingin terjadi hal buruk pada Gemma, Zevan meminta kakeknya mengirim helikopter. Namun, cuaca buruk tidak memungkinkan helikopter bisa datang.Saat Zevan bondar bandir, Kai datang.“Dok, Istrinya ditempatkan saja di tenda saya,” usul Kai.Zevan memincingkan kedua alis matanya saat Kai menyebut istri.“Apa Bapak tahu dia istriku?”“Dia mengatakannya. Oh jangan salah paham. Leo memang rada gila karena menjodohkan aku dengan istrimu, tapi aku dan Gemma sudah sepakat untuk berteman,” tutur Kai.Rasa panas dalam hati Zevan sedikit berkurang saat Kai memgatakan hal seperti itu, ia mengendong Gemma ke dalam tenda milik Kai, di sana lebih nyaman karena ada kasur lipat, setelah memberi infus dan pengobatan pada sang istri Zevan keluar. Ia dan Kai duduk mengobrol diluar tenda."Gemms wanita yang baik Pak, saya tidak begitu mengenalnya, tapi saya berteman sama Lian saudara laki-laki Gemma."Setelah mendengar langsung dari Kai tidak ada lagi kesalapahaman.“Besok pagi-pagi sekali saya akan
Karena Zevan masih marah padanya, Gemma akhirnya menghidari Zevan. Setiap kali ia melihat Zevan datang mendekat ia akan menjauh“Tidak seharusnya aku marah padanya, aku marah karena khawatir.” Zevan ingin mengajak Gemma pulang bersamanya. Tapi sayang setiap kali ia datang Gemma akan menghilang, akhirnya ia tidak melihat Gemma selama berjam-jam.Zevan panik mencari ke semua tempat, saat itu sedang hujan lebat di lokasi penampungan tenda-tenda pada bocor semua orang sibuk membantu. Sonia bersembunyi di dalam mobil petugas, Zevan juga tidak tahu harus berbuat apa, dia berteduh di dalam mesjid. Matanya sibuk mencari Gemma, ia sangat khawatir.“Gemma kamu dimana kamu membuatku gila,” ucap Zevan mencari ke dalam mesjid. Ia melihat Gemma dan team dokter dan para tentara menyelamatkan obat-obatan dan persedian makanan dari tenda yang bocor. Tanpa pikir panjang Zevan ikut menerobos hujan dan ikut membantu menyelamatkan persedian obat-obatan menyimpan di dalam mesjid. Setelah selesai Gemma
Zevan dan Deyra baru saja turun dari parkiran, tapi suasana berbeda terlihat dari rumah sakit. Semua orang tampak sibuk. Padahal beberapa minggu belakangan rumah sakit itu nyaris tutup karena kehabisan stok obat-obatan. Zevan harus mengimpor obat-obatan dari luar negeri dengan harga dua kali lipat agar rumah sakit bisa beroperasi. Namun, saat barang dalam pengiriman kembali terjadi masalah dibeacukai . Zevan dan kakeknya kehabian ide.Tapi kali ini, rumah sakit terlihat sangat sibuk .“Ada apa?” tanya Zevan.‘ Apa Gemma berhasil membujuk saudaranya untuk memasukkan pasokan obat?’ Deyra tersenyum.“Mari kita cari tahu.” Ibu anak itu berjalan ke lobby, parkiran pasien VIP yang tadinya kosong kini berisi walau tidak penuh.“Dok, selamat pagi.” Simon muncul dengan wajah sumbringah, dokter bertubuh tambun itu batal cari pekerjaan baru.“Ada apa?” tanya Zevan.“Kita dapat pasokan obat lagi,” ucapnya dengan senyum lebar.“Dari mana?”“Ceo baru Filan Farma setuju menjalin kerja sama dengan
Gemma menatap wajah sang suami, ingin rasanya ia memeluk Zevan dan meluapkan semua perasaannya, tapi Gemma takut iditolak lagi. Hanya menatap bebera denit ia kembali menunduk dan meremas jemari tangannya“Kenapa?” tanya Zevan, kali ini ia menatap Gemma dengan tatapan lembut.“Zevan, a-apa kamu masih percaya padaku kalau aku bicara terus terang?” tanya Gemma semakin meremas jemarinya. Gemma bukan tipe wanita yang lemah ataupun manja, ia wanita kuat, bahkan keras tetapi kali ini ia terlihat sangat takut bahkan tidak berani menatap Zevan.‘Apa yang sebenarnya yang kamu lakukan Gemma kenapa kamu ketakutan begitu’“Baiklah katakan.”“Sebenarnya-”“Gemma! Katanya mau bicara sama Ibu.” Deyra tiba-tiba datang membuyarkan semuanya.Gemma berdiri. “ Nanti saja, aku bicara sama ibu dulu.” Ia berjalan menghampiri Deyra dan meninggalkan Zevan.Zevan masih duduk di bangku taman, ia penasarn kenapa Gemma tiba-tiba bersikap aneh dan takut padanya. *Gemma duduk bersama ibu mer
Setelah bicara dengan Zevan Gemma tidak banyak bicara lagi, ia lebih banyak diam.“Aku ingin ke kamar dulu.”“Apa kamu tidak akan mengatakan apa-apa?”“Tidak ada.”Zevan langsung diam, Zevan menyadari setelah penolakan malam itu Gemma banyak berubah.“Lalu bagaimana dengan paspor di tanganmu?””Itu milik teman. Aku mau ke kamar dulu.”Gemma masuk ke dalam kamar, ia membuka laci dan membawa beberapa berkas, saat memasukkan ke dalam tas Zevan masuk.“Aku akan tidur di restoran,” ucap Gemma sembari melepaskan penutup kepala yang ia pakai.“ Itu artinya kamu sudah menyerah?”Gemma hanya terseyum kecil tidak menjawab pertanyaan Zevan, sikap diam Gemma membuat Zevan merasa gelisah.“Aku sudah mengatakan padamu jangan membuang-buang waktu, kamu tidak percaya.”‘Setidaknya aku berusaha’ balas Gemma dalam hati.Saat sedang mengobrol dengan Zevan Leo menelepon, raut wajah Gemma berubah. Ia menjauh dari Zevan sembari mengangkat telepon.“Apa kamu gila?” Apa maksudnya?”Terdengar suara tawa meng
Setelah kejadian itu Gemma tidak pulang ke rumah Zevan, ia memilih tidur di restoran miliknya, di sana ia jauh lebih tenang tidak ada yang mengusik tidak ada yang menatapnya dengan tatapan dingin.Pagi itu Zevan masuk ke kamar mereka, tempat tidur masih rapi, Gemma sudah dua hari tidak pulang ke rumahnya.“Baiklah itu lebih baik, pergilah itu jauh lebih baik untuk kita berdua,” ucap Zevan. Mulut bicara tidak tetapi hatinya sedih karena tidak melihat Gemma.Saat ingin berangkat ke rumah sakit Zevan sengaja mampir ke restorannya, ia menoleh ke lantai dua, di sana duduk seorang wanita cantik, duduk melamun menatap jalanan ibu kota.“Akhirnya kamu menyerah juga.” Zevan menghidupkan mobilnya kembali dan meninggalkan restoran Gemma. Di rumah sakit ia banyak melamun dan pikirannya kemana-mana.Setelah semua yang terjadi pada keluarganya Zevan memutuskan kembali bekerja di rumah sakit keluarganya, setelah dr. Deyra berangkat ke luar negeri bersama suaminya Zevan yang mengantikan posisi sang i
Mata Gemma melotot kaget mendengar kata-kata penghinaan itu. Ia menahan rasa sesak di dada, Gemma tidak mau menangis di depan Zevan. Ia berdiri lalu memungut dan mengenakan piyama tidurnya.“Baiklah terimakasih untuk malam ini, selamat malam.” Gemma bergegas lalu kembali ke kamarnya.Zevan mengepal tangannya dengan kuat, Gemma masuk ke kamar mandi dan menangis keras di sana, ia merasa seperti jalang yang meminta dipuaskan sama seorang pria. Zevan datang ia mendengar Gemma menangis di kamar mandi. Ia tidak tahan mendengar Gemma menangis, ia kembali ke kamar Moes dan memukul dinding kamar itu beberapa kali, saat Gemma menangis seperti itu ia juga merasa terluka, tapi kekecewaan masih menyelimuti hatinya, ia masih marah sama Gemma.“Kenapa? Kenapa harus ada seperti ini. Aku berharap kamu pergi biar kamu tidak terluka,” ucap Zevan. *Saat Gemma bangun pagi, ia merasa tubuhnya terasa remuk, Zevan benar-benar menghajarnya malam itu. Ia malas bangun dari tempat tidur, melihat