Lingga berjalan menuju kamar Bisma. Di dalam kamar, Lingga melihat Bisma yang sedang fokus membaca buku.
"Apa yang sedang kamu baca?" tanya Lingga mengagetkan Bisma yang tengah fokus dalam membaca bukunya.
Bisma menoleh ke arah suara yang memanggil namanya.
"Ohh.. Kakak, kamu sudah pulang? " jawab Bisma menghentikan aktivitasnya membaca buku kuno tersebut.
"Buku apa yang sedang kamu baca?" tanya Lingga kembali melihati buku kuno yang sebelumnya belum pernah ia lihat.
"Ini buku Romo, aku meminjamnya saat tadi siang aku melihat Romo sedang membacanya buku ini, isinya tentang silsilah keluarga Kartanagara," jawab Bisma.
"Bagaimana pekerjaanmu di kantor Kak? Apa semuanya lancar? " tanya Bisma.
"Ya, tentu saja lancar seperti biasanya," jawab Lingga.
"Ya, sudah pasti begitu, semua yang kamu kerjakan pasti akan lancar karena itu aku tidak dibutuhkan disini," sahut Bisma.
"Apa yang kamu maksudkan berbicara seperti itu?
Have a nice dream. Kata - kata yang melayang di benak Lingga dan Azalea malam itu. Dua sejoli yang saling jatuh cinta tapi tidak menyadari tentang perasaannya. Lingga tenggelam dalam lamunan tentang Azalea, begitu pun dengan Azalea. Keduanya terlelap dengan hati yang menanti - nanti agar esok pagi datang lebih cepat."Apa yang membuatmu menangis Utari?" tanya seorang laki - laki."Pemimpin dapur memarahiku karena tidak bisa memasak dengan benar, dia bilang masakanku tidak enak," jawab Utari sesenggukan sambil memetik Bunga Azalea berwarna merah muda di sampingnya, mematah - matahkan kelopak Bunga itu hingga menjadi kecil - kecil."Hidup itu seperti tanaman, kadang berbunga cantik lalu kemudian gugur setelah itu muncul lagi kuncup bunga baru, dia harus berusaha agar mekar dengan indah, seperti itu hidup terus berjalan!" ucap seorang laki - laki kepada Utari yang sedang menangis di halaman belakang kerajaan. Laki - laki itu adalah Raden Arya Kartanagara. Putra per
"Hey, jangan berebut, semua pasti akan dapat balonnya!" ucap Azalea sembari memberikan balon yang ada di tangannya hingga habis tidak bersisa."Anak - anak, lihat Kakak juga punya banyak permen untuk kalian!" sahut Lingga kemudian mengambil sekotak permen yang dibawa oleh salah satu karyawannya lalu menunjukkannya pada anak - anak."Aku mau, Kakak!" sahut riuh suara anak panti yang berkata ingin permen itu."Oke oke, semua pasti dapat permennya tapi sebelum itu bilang dulu, Kak Lingga ganteng!" pinta Lingga membuat Azalea heran mengetahui bahwa Lingga juga orang yang narsis."Kak Lingga ganteng!" ucap anak - anak bersamaan."Lagi, Kak Lingga keren!" pinta Lingga lagi."Kak Lingga keren!" sahut anak - anak segera."Kak Lingga baik!" pinta Lingga lagi."Kak Lingga baik!" langsung saja anak - anak itu mengikuti perkataan Lingga. Setelah itu Lingga membagikan permen - permen itu kepada anak - anak."Terima kasih
"Apa semua anak - anak disini juga rajin?" tanya Lingga."Rajinn Kakkk!" jawab semua anak kompak."Sebelum tidur kita merapikan mainan dan buku - buku yang sudah dibaca," jawab seorang anak."Setelah bangun tidur kita merapikan tempat tidur kita sendiri," jawab yang lainnya."Kalau hari minggu kita membantu Bunda mencabut rumput di halaman," jawab yang lainnya."Waahh benarkah Bunda? " tanya Lingga."Benar, mereka semua anak - anak yang baik, intar dan rajin," jawab salah satu Bunda di panti tersebut."Baiklah karena semua sudah lulus tes, jadi semua dapat bingkisan dari Kakak," ucap Lingga disambut riuh oleh semua anak - anak yang ada disana."Siapa yang mau bermain di wahana?" tanya Lingga."Saya Kakkk," jawab semua anak kompak."Siapa yang mau berenang? " tanya Lingga lagi."Saya Kakkk," jawab anak - anak."Siapa yang mau menginap di vila yang bagus sambil menikmati pemandangan?? " tanya Lin
Di dalam mobil Azalea terlihat kedinginan. Ia terus mencengkeram erat jas Lingga yang menutupi tubuhnya. Lingga bisa melihat dengan samar bentuk tubuh itu dari sela - sela jas yang terbuka. Setelah sampai di rumah Azalea, Lingga membopong tubuh Azalea hingga ke dalam kamarnya."Sekarang kamu ganti baju biar gak sakit!" kata Lingga sambil melepas jasnya.Kini terlihat jelas pakaian dalam Azalea yang menerawang, bercampur dengan bentuk tubuh Azalea yang begitu menonjol di beberapa bagian. Lingga melihat tubuh Azalea tanpa berkedip dan menelan salivanya."Saya ganti baju dulu," ucap Azalea kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Sementara itu Lingga duduk di atas kasur Azalea, ia masih terbayang akan bentuk tubuh Azalea yang begitu indah.Sedangkan di dalam kamar mandi, Azalea melepas semua pakaiannya untuk diganti dengan pakaian yang baru. Namun ia lupa bahwa ia belum mengambil pakaiannya yang baru."Aduhh.. bajunya lupa," celetuk Azalea kemudian
Ciitt.. ciitt.. cuiitt..Suara burung bernyanyi di atas atap rumah Azalea dengan riangnya sambil meloncat - loncat bermain dengan kawan - kawannya.Lingga baru saja bangun tidur. Ia membuka mata dan kemudian tersenyum melihat di depannya sudah ada gadis yang selalu membuat hatinya merasakan hal yang selama ini belum pernah ia rasakan.Lingga menatapi terus wajah Azalea yang sedang tertidur pulas. Dilihatnya juga belahan indah yang ada di dada Azalea."Hahh.. masih terlalu pagi Lingga," ucap Lingga dalam hati dan memalingkan wajahnya dari pemandangan indah itu untuk mengatur hasratnya agar tidak muncul lagi."Kenapa hanya dia ya? " batin Lingga.Selama ini Lingga tidak terlalu memikirkan, kenapa hanya Azalea yang bisa membuat ia merasakan gairah normal layaknya seorang pria? Sedangkan jika bersama dengan wanita lain ia tidak bisa merasakan sentuhannya bahkan kadang merasa jijik kepada wanita - wanita yang rela menawarkan
"Rumah yang sederhana, Suami yang tampan, Istri yang cantik, dan makanan yanggg..... sungguh lebih dari sempurna," ucap Lingga kemudian tertawa kecil tapi tidak melihat ke wajah Azalea. Lingga memasukkan lagi makanan ke dalam mulutnya. Azalea yang penasaran juga mencoba masakan yang telah dibuatnya.Satu suapan masuk ke dalam mulut Azalea. Tumis paprika yang terlalu asin dan telur dadar yang tidak ada rasanya."Pak,sudah hentikan, jangan makan itu lagi,ini tidak enak!" ucap Azalea dengan wajah malu dan mengambil piring makanan Lingga."Hey, kenapa? berikan makanan itu padaku!" sahut Lingga."Jangan dimakan lagi, ini gak enak, kita beli makanan di luar saja!" jawab Azalea."Apanya? Ini juga tidak buruk, ini hanya terlalu asin dan telurnya tidak ada rasanya, jika telur dan tumis ini dimakan bersama maka rasanya sudah sempurna," ucap Lingga sambil tertawa dan terus memakan makanannya. Azalea semakin malu mendengar ucapan Lingga, ia terus m
Cinta itu tidak pernah salah, walaupun tempatnya tidak tepat. Siapa yang bisa mengatur hati? Bahkan jika seribu aturan dibuat, di hati tetap tidak ada aturan. Cinta lebih tinggi dari kasta. Di dalamnya tidak ada strata.Para manusia sendiri yang memberi kasta untuk cinta. Kala Bunga Azalea merah muda bermekaran. Suara seorang gadis tertawa menggema dalam istana. Aku tertarik oleh suaranya. Kucari dari mana suara itu berasal. Di tengah - tengah taman Bunga Azalea merah muda. Seorang gadis bergerak menciumi Bunga yang bermekaran itu dengan tawa. Entah bunganya yang indah atau gadisnya yang cantik. Sejak saat itu keduanya aku mulai suka."Wahhh.. bagus sekali Pak Pram," pujiku mengagetkan Pak Pram yang sedang membaca buku. Pak Pram
"Sudah selesai, ayo kita berangkat ke kantor!" ucapku kepada Lingga yang masih juga memelukku."Sebentar lagi!" jawab Lingga. Kubiarkan saja dia, aku juga menyandarkan kepalaku pada dadanya."Jangan pernah berpaling dariku!" ucap Lingga lagi."Kenapa jika aku berpaling? " tanyaku mencoba berharap."Tidak boleh!" jawabnya tegas."Kenapa tidak boleh? " tanyaku lagi."Karena kamu milikku," jawabnya."Apa kamu menyukaiku? " tanyaku lagi memberanikan diri.Lingga kemudian melepas pelukannya dan melihat tajam ke arahku."Iya, aku menyukaimu saat aku butuh untuk menciummu, aku menyukaimu saat aku butuh menyentuhmu," jawabnya.Kalimat itu begitu lugas kucerna. Sampai sejauh ini aku masih saja alat pemuas nafsunya. Ini bukan jawaban yang aku inginkan, aku yang terlalu berharap atau memang orang ini yang pintar memainkan perasaan."Kenapa kamu diam? " tanya Lingga padaku yang sekarang memang sedang melihatnya dan tid
Saat pagi bersinar dengan begitu cerahnya. Lingga masih tertidur pulas setelah semalaman berjuang dengan pergulatan cinta yang tidak pernah membuatnya bosan.Srengg.. srengg.. srengg.. Suara Azalea sedang memasak makanan untuk sarapan. Aroma harum menyebar di seluruh ruangan hingga membangunkan Lingga dari tidur pulasnya.Lingga membuka matanya, meraba tempat di sebelah dengan tangannya. Tidak ada Azalea disana. Dari luar terdengar begitu berisik suara orang sedang beraktifitas. Lingga keluar untuk melihat apa yang sedang di lakukan Istrinya tersebut.Lingga berdiri bersandar di tembok melihat Istrinya sedang memasak sesuatu untuk mereka. Begitu berisik dan rumit. Namun ternyata itu hanyalah nasi goreng, tapi karena koki yang membuat itu adalah Azalea, maka bagi Lingga nasi goreng itu adalah nasi goreng paling special di dunia."Rajin banget sihh Istriku," ucap Lingga mengagetkan Azalea yang tengah fokus memasak."Ehhh.. sayang,&n
"Sabar Pak Bos!" kata Azalea."Sudah bukan Pak Bos lagi, aku kan sudah jadi orang biasa, mulai sekarang panggil aku SAYANG, harus!" sahut Lingga."Waahhh.. bukan Pak Bos tapi tetap memerintah.""Gak peduli, gak dengar," balas Lingga memalingkan wajah berpura - pura tidak mengerti. Azalea tertawa melihat tingkah Lingga yang lucu itu. Tidak lama setelah itu pelayan membawa makanan yang telah mereka pesan."Yeaahhh.. akhirnya datang. Mas lama banget sih, aku ini mau buru - buru menyelesaikan tugas penting," ucap Lingga kepada pelayan. Azalea mencubit tangan Lingga."Maaf Pak, pesanannya masih antri dimasak," jawab Pelayan itu sopan."Gak apa - apa Mas, jangan di dengerin!" sahut Azalea dengan tersenyum.Setelah itu, pelayan itu pun pergi. Lingga memakan makanannya dengan sangat lahap dan terus senyum - senyum sendiri sambil melihat Azalea."Apaaa sih?" Azalea menatap heran."Hmm.. cepat makan makananmu terus kita pulang!" j
Di dalam rumah Azalea yang sederhana. Azalea sedang membersihkan sisa - sisa make up di wajahnya. Ia menaruh bunga melati hiasan dari sanggulnya itu di salah satu sudut meja riasnya sehingga aroma bunga itu menyebar mengharumkan seisi ruangan menjadikan kamar itu layaknya khas kamar pengantin baru. Lingga sudah beberapa kali melirik Azalea dengan senyum mesumnya yang khas. Ia melepas dasi kemudian jaz dan mengganti pakaiannya dengan kaos polos berwarna putih dan celana kain yang nyaman saat dipakai untuk bersantai. Lingga sedang duduk di belakang Azalea saat Azalea selesai menghapus riasan wajahnya dan akan mengganti bajunya. Azalea mengambil baju di lemarinya kemudian berjalan menuju kamar mandi."Azalea, kamu mau kemana?" tanya Lingga."Ganti baju lah, gak nyaman terus memakai baju ini Lingga," jawab Azalea dengan sederhana."Ganti baju dimana?" tanya Lingga lagi."Di kamar mandi lahh... kan ada kamu," jawab Azalea terus masuk ke dalam kamar mandi.
"Apa kamu bersedia hidup dengan sederhana bersamaku?" tanya Lingga."Aku tidak apa - apa hidup sederhana, aku terbiasa dengan itu tapi kamu kan tidak" jawab Azelea."Maaf karena aku tidak bisa memberimu hidup yang mewah tapi aku berjanji akan memberimu hidup yang baik dan aku sangat mencintaimu, karena itu hanya dengan bersamamu saja hidupku sudah indah, aku tidak membutuhkan apapun lagi," Lingga berkata dengan senyum bahagia.Semua yang ada disana mendengarkan pembicaraan Lingga dan Azalea. Bisma dan Arum terkejut dengan keputusan yang dipilih oleh Lingga. Bisma akhirnya mengerti kenapa Raden Arya dan Utari memilih jatuh ke jurang bersama - sama. Karena mereka tidak bisa hidup jika mereka terpisah. Cinta dalam hati mereka begitu kuat dan penuh. Hingga tidak ada yang lebih penting selain bersama dengan orang yang dicintainya.Wajah Raden Wisnu begitu datar mendengar percakapan Lingga dan Azalea, ia sudah membaca kisah antara Raden Arya dan Utari. Te
"Lakukan apapun yang membuat hatimu lega namun jangan pernah meninggalkan keluargamu, kamu tahu kan bahwa tidak baik meninggalkan keluarga sendiri, seburuk apapun mereka, mereka tetaplah keluarga," ingat Azalea."Aku tidak meninggalkan mereka, aku hanya tidak ingin bersama dengan mereka," jawab Lingga.Tringgg.. tringg.. tringg..Suara handphone Lingga berbunyi. Sebuah panggilan dari Raden Wisnu."Halo, Romo," Lingga berkata dengan nada yang begitu datar."Halo Lingga anakku, aku tahu engkau tengah bersedih tapi bisakah kamu datang untuk makan bersama nanti malam," ucap Raden Wisnu dalam telponnya."Aku tidak ingin Romo," jawab Lingga."Ini sebuah perintah, bukan permintaan, jadi nanti malam datanglah kerumah untuk makan malam bersama" balas Raden Wisnu memerintah."Jika begitu maka aku akan mengajak Azalea bersamaku," Lingga berkata dengan tegas."Terserah padamu, yang penting datanglah nanti malam!" Raden Wisnu lalu menu
Setelah kepergian Paman Pram, keluarga Kartanagara menjadi dingin. Tidak ada mulut yang bersuara, Lingga tidak kembali ke rumahnya setelah acara pemakaman Paman Pram selesai. Selama beberapa hari ia berada di rumah Azalea. Lingga berpesan pada Romonya bahwa ia ingin menenangkan diri, ia begitu sedih dengan kepergian Paman Pram. Begitu juga dengan Raden Wisnu, adik satu - satunya yang selalu ia perintah dengan seenaknya, adik yang tidak pernah diperhatikan keadaannya. Yang Raden Wisnu tahu hanyalah bisnis keluarga berjalan lancar. Nama keluarga Kartanagara begitu tersohor. Ia tidak pernah berpikir bagaimana adiknya menjalani hidup, bagaimana anaknya menjalani hidup? Raden Wisnu yang mentitipkan Lingga kepada Raden Pramoedya dengan alasan agar Raden Praoedya tidak merasa kesepian karena tidak memiliki istri dan tidak memiliki anak.Kini semua kasih sayang Lingga tertuju pada Raden Pramoedya. Untuk Raden Wisnu hanyalah bentuk rasa hormat antara anak kepada Ayahandanya.Ra
"Kalau aku lepaskan kesitu, Azalea jatuh Kakak. Kakak cepatlah kesini, kau harus melihatku saat bersama dengan cintamu ini," Bisma berkata dengan tertawa. Azalea terlihat menangis. Bisma menutup mulut Azalea dengan lakban."Kakak, aku berada di salah satu gedung milik kita, kau bisa lihat kan aku berada dimana?" Bisma memperlihatkan sekelilingnya agar Lingga tahu tempat dia berada.Lingga langsung mengetahui keberadaan Bisma. Lingga segera menelpon Paman Pramoedya untuk memberitahu keberadaan Bisma."Haloo, Paman Pram, Bisma ada di atap gedung C milik kita, sekarang aku sedang menuju kesana." ucap Lingga lalu menutup telponnya dan segera mengendarai mobil dengan cepat. Lingga begitu khawatir karena Bisma membawa Azalea di tempat ketinggian. Lingga sungguh khawatir bahwa Bisma akan menjatuhkan Azalea ke bawah seperti pada Utari.Tidak lama Lingga menyetir ia sudah sampai di gedung C, segera ia berlari menuju atap. Tidak lama juga setelah itu Paman Pram jug
"Bagaimana mungkin itu terjadi? " gumam Azalea. Dan jika itu benar maka kita...?" ucap Azalea berhenti kemudian ia menangis.Lingga mengecup bibir Azalea sekilas."Tidak, itu tidak akan terjadi, aku akan melindungimu, aku memintamu untuk berani kali ini, jika ada sesuatu terjadi langsung carilah aku atau Paman Pram!" pinta Lingga."Sudah, sekarang kita harus berangkat kerja, tenanglah, semua akan baik - baik saja," ucap Lingga lagi lalu mereka berdua berangkat ke kantor. Setelah sampai di kantor, rupanya Paman Pram sudah berada disana lebih dulu."Selamat pagi Paman Pram," sapa Azalea dengan senyum yang sendu."Selamat pagi Azalea, apa kamu baik - baik saja?" tanya Paman Pram."Ya Paman, aku baik - baik saja," jawab Azalea dengan pelan."Dengar Azalea anakku, jangan takut! Paman akan menjagamu dan juga Lingga," ucap Paman Pram dengan senyum yang lembut.Azalea tersenyum dan mengangguk."Jika begitu apa yang perlu aku khawati
"Utari, maafkan aku, aku tidak bisa melindungi cinta kita, aku berjanji padamu di kesempatan lain aku akan lebih berani, aku akan menjadi keras dan melindungi cinta kita, aku mencintaimu Utari," ucap Raden Arya tersenyum dan meneteskan air matanya. Wajahnya begitu sendu dan sedih. "Aku juga mencintaimu Raden Arya," jawab Utari dengan tersenyum sendu. "Aku tidak mengertii.. akkuuu.. tidak mengerti...," gumam Raden Admaja kemudian pegangan tangannya terlepas dan Raden Arya bersama dengan Utari jatuh ke dalam jurang. Raden Admaja terus melihat Kakang Masnya yang jatuh bersama dengan cintanya. Raden Arya juga melihat wajah adiknya yang menangis melihat ia jatuh. "Haaahhhh... hahhh.. haahhh.." Lingga bangun dari mimpinya ia begitu terkejut mengingat mimpi yang seolah nyata itu. Jantungnya berdetak tidak beraturan. Lingga mengambil air minum yang ada di mejanya. Ia sudah tahu bahwa itu adalah akhir dari Raden Arya dan Utari, itu tertulis di buku yang ia bac