Begitu sampai di sana. Aku melihat mantan ibu mertuaku terbaring lemah. Kata Lala dia stress menghadapi masalah keluarga. Ibu terkena tekanan darah tinggi dan beberapa hari yang lalu suhu tubuhnya panas. "La, kamu udah datang," katanya lemah sembari membuka matanya. Ketika mantan ibu mertua membuka matanya. Dia mungkin terkejut melihat kami semua sudah ada di ruangannya. Dia melihat aku, Lastri dan juga cucunya Reyhan. "Iya, Bu. Lala di sini. Sekarang kondisi Ibu kata dokter sudah jauh lebih baik. Tetapi Ibu nggak boleh banyak pikiran. Ibu harus banyak-banyak istirahat dan makan yang banyak supaya segera bisa pulang ke Rumah." Lala berkata lembut ke Ibunya. "Kenapa mereka ada di sini, La? Apakah kamu yang menyuruh Raisa datang kemari? Ibu nggak mau melihat dia. Gara-gara dia, kehidupan keluarga kita jadi berantakan. Emran dipenjara yang cukup lama dan gara-gara dia juga Emran melakukan tindakan pembunuhan ke orang lain. Semua itu hanya gara-gara Raisa. Pergi kamu, Raisa! Pergi!" ka
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 33. PoV Raisa. **Kami sudah berada di dalam kereta. Ku perhatikan putraku tertidur nyenyak, mungkin lelah dan banyak pikiran yang melanda dirinya. Aku meletakkan tanganku di kepala putraku sambil beberapa kali menepuknya dengan perlahan. Rasa sayangku begitu besar ke Reyhan. Hanya dia yang kumiliki saat ini. Saat ini aku masih bisa memeluknya, menciumnya layaknya seorang anak kecil. Tak terasa usianya sudah 12 tahun. Setelah nanti di khitan mungkin aku tidak bisa melakukannya lagi karena sebenarnya putraku sudah tumbuh remaja. Ada rasa kecewa sampai usianya 12 tahun tak teringat Mas Emran untuk meng-khitan Reyhan. Aku nggak tahu apa fungsi dia sebagai seorang ayah. Tapi sudahlah aku ingin melupakan semua jejak masa lalu berharap jejak itu memang benar-benar terhapus dari ingatan kami berdua. Pandanganku lurus dan aku teringat saat sebelum naik ke kereta ketika itu Faisal datang. Aku nggak tahu kenapa dia bisa datang dan mengejar kami sampai
Bunda ... Kenapa menangis?" tanya Reyhan membuyarkan lamunanku. Seketika aku menghapus buliran bening yang ada di pipiku secara kasar. "Enggak, Sayang. Bunda terharu bisa berjalan sejauh ini bersamamu. Bunda akan mendampingi Reyhan untuk mengejar cita-cita.""Terima kasih ya, Bunda. Karena sudah mau bersamaku dan mau melanjutkan pendidikanku lagi. Reyhan sangat menyayangi Bunda. Hanya Bunda yang kumiliki saat ini." "Iya, Nak. Setelah sampai kita harus cari klinik atau Rumah Sakit terdekat agar kamu bisa khitan. Setelah semuanya beres kamu akan jadi santri di pondok pesantren yang benar-benar bagus. Bunda mendukungmu, Nak," kataku mengulas senyum ke Reyhan. "Iya, Bun. Alhamdulillah akhirnya Reyhan bisa sekolah lagi."Kebahagiaan terpancar jelas dari wajah anakku. Aku juga bahagia kalau dia bahagia. **Tak terasa perjalanan kami cukup melelahkan. Akhirnya kami tiba juga di kota santri. Kota ini sengaja kupilih untuk tempat Reyhan menuntut ilmu. Di mana dia juga menyetujuinya, jadi a
BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 34.**POV RAISA.Alhamdulillah gadis kecil ini tidak apa-apa. Aku sangat senang dan khawatir kalau terjadi apa-apa padanya, mobil tadi berlalu kencang dan aku menarik gadis kecil ini karena dia hampir saja tertabrak."Heh, mau mati kamu!" hardik sopir pribadi kesal.Dia marah-marah ke gadis kecil tersebut karena nyaris menabraknya kalau saja tertabrak, kasus ini bisa saja dibawa ke jalur hukum.Selama marah-marah dan meluapkan kekesalannya. Aku segera minta maaf. Aku mengatakan kalau dia masih kecil, pengendara itu dengan kesal lalu tancap gas meninggalkan kami."Kamu nggak apa-apa kan, Dek? Kamu baik-baik aja? Ada yang sakit atau seperti apa?" tanyaku bingung."Aku nggak apa-apa kok, Tante. Aku baik-baik aja. Makasih ya. Aku takut banget. Huhuhu ...," katanya menangis.Ku perhatikan gadis kecil itu lekat-lekat. Aku juga mengelus pundaknya agar dia tidak takut lagi. Dia benar-benar mirip Rindu, anakku."Rindu ...," cicitku.Gadis kecil itu mengela
"Nami tadi hampir kecelakaan, Nek!""Apa?!" Pandangan wanita paruh baya itu tajam padaku."Eh, siapa kamu? Kenapa masih berdiri di situ? Apa yang kamu lakukan kepada cucuku? Kamu mau melakukan tindak kejahatan kepadanya? Aku bisa melaporkan kamu ke Polisi biar kamu ditangkap Polisi sekalian!""Astaghfirullahaladzim, enggak kok, Bu. Tadi saya yang menarik Nami agar tidak ditabrak. Saya tidak melakukan apa-apa. Saya hanya berusaha menyelamatkan dia!""Bohong kamu! Mana aja penjahat mengaku. Kalau memang ada penjahat yang mengaku sudah penuh penjara. Sekarang kamu pergi dari sini sebelum aku berteriak agar kamu masuk penjara. Setidaknya kalau kamu tidak pergi juga dari sini orang-orang akan memukulimu!" katanya kasar padaku."Nenek nggak boleh bersikap seperti itu. Tante Raisa ini menyelamatkanku. Benar apa katanya. Aku tadi nyaris tertabrak setelah itu kita ngobrol-ngobrol sebentar. Tante ini kangen sekali dengan anaknya. Katanya wajahku mirip dengan anaknya!" Namira menanggapi dan beru
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 35.**PoV Raisa."Sayang, jadi anak yang baik, anak yang pintar dan anak yang cerdas. Sekarang kamu sudah remaja dan santri di pondok pesantren. Ini adalah pesantren pilihan kamu. Bunda ingin kamu benar-benar mempertanggungjawabkan sebagai santri yang belajar dengan giat di sini," kataku ke Reyhan.Putraku menganggukkan kepalanya. Alhamdulillah, akhirnya Reyhan masuk juga ke pondok pesantren. Kami menunggu waktu seminggu untuk benar-benar memulihkan kondisinya dan juga mengemas barang-barang Reyhan.Aku bangga sekali akhirnya anakku bisa mondok juga, itu keinginannya. Dia ingin menjadi anak laki-laki yang bisa mendoakan orang tua. Dan anak yang bermanfaat untuk sesama manusia. "Terima kasih ya, Bun, sudah mengantarkan aku sampai sejauh ini. Aku sangat mencintai dan menyayangi Bunda lebih dari apapun," katanya dengan mata berkaca-kaca.Melihat dia bersedih. Aku juga mengelap kasar wajahku. Tentu saja begitu banyak sekali cobaan yang kami lalui be
Tiba-tiba gawaiku bergetar dan itu panggilan dari Lastri. Sudah lama juga kami tidak saling menelpon, mungkin aku sibuk juga mengurus kepindahan dan masuk pondok pesantrennya Reyhan jadi tidak memberi kabar kepadanya."Assalamualaikum, Lastri.""Waalaikumsalam, Raisa. Gimana kabar kamu? Udah lama ya nggak menghubungi. Mungkin kamu sibuk di tempat baru. Apakah kamu bahagia di sana? Udah dapat teman-teman baru dan juga tetangga yang baik-baik?" tanyanya penasaran."Alhamdulillah, kabarku baik. Sekarang Reyhan juga sudah masuk pondok. Aku tinggal mencari pekerjaan aja. Belum dapat pekerjaan sama sekali masih ikhtiar terus mencari.""Iya, zaman sekarang nyari pekerjaan susah, Raisa. Bagaimana kalau kamu itu masak dan membuat kue. Lagian masakan kamu kan enak. Insya Allah laris.""Lastri. doakan yang terbaik ya. Untuk pergi ke luar negeri aku nggak mungkin lagi. Aku sudah berjanji sama Reyhan, aku akan tetap di sini sampai dia menyelesaikan pendidikannya. Aku tidak mau meninggalkan Reyhan
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 36.**PoV Raisa"Tante Raisa ... Kok bisa ada di sini? Nami senang sekali bisa ketemu lagi sama Tante Raisa. Udah kangen banget rasanya ...."Aku tersentak kaget ketika menoleh ternyata itu adalah Namira seorang gadis kecil yang beberapa waktu lalu hampir kecelakaan dan aku menyelamatkannya. Tidak menyangka dia ada di sini. Dia memakai seragam merah putih, sepertinya baru pulang sekolah."Nami ... Tante Raisa juga nggak nyangka bisa ketemu kamu di sini. Kamu apa kabar? Alhamdulillah, Tante ada sedikit rezeki untuk anak-anak di sini.""Kamu kenal sama Nami? Anak ini sering kemari karena dia berteman dengan beberapa anak yang ada di Panti, juga mereka satu sekolah. Teman akrabnya Citra, tinggal di Panti asuhan ini."Bu Husna menjelaskan. Aku menganggukkan kepalaku mengerti ternyata Nami sering kemari bermain dengan teman-teman seusianya.Tak lama berselang seorang wanita yang tadi membantu membawakan makanan dan pakaian-pakaian yang sengaja kuberik