Malam semakin larut sementara Mahendra dan Alex berada dalam satu ruangan bersama Rafli. Ketiga lelaki itu diam dan tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Hingga pada akhirnya cuaca hening itu terpecahkan oleh suara Mahendra."Aku tidak tahu di mana Rachel sekarang berada. Dia memang berpamitan kepadaku untuk pergi. Dia hanya takut anaknya akan dicelakai lagi. Dalam hal ini aku yang salah, aku yang sudah membuat dia terpaksa menikah denganmu hanya karena aku ingin keturunan.""Seharusnya papi mengatakan kepadaku dengan jujur sejak awal. Seharusnya papi mengatakan jika selama ini papi sudah curiga kepada ma ... maksudku Maharani. Yang aku lihat adalah papi sangat mencintai istri papi itu. Jadi mana aku tahu jika selama ini papi justru sedang mengamati gerak-geriknya.""Aku yang bersalah karena aku juga sejak awal tidak merangkulmu. Semua kesalahan itu akarnya dariku. Sekarang, terserah kepadamu bagaimana kamu akan menghukumku."Alex menggelengkan kepalanya. Saat ini dia merasakan ke
"Alexa nakal lagi di sekolah. Dia memukul temannya, Bu."Rachel menepuk dahinya, ini sudah kesekian kalinya baby sitter Alexa melapor kepadanya jika Alexa memukul teman sekolahnya lagi. Gadis berusia 4 tahun itu memang sedikit aktif dan juga sedikit pemarah. Jika ada yang mengganggunya maka Alexa akan bereaksi sedikit berlebihan termasuk juga memukul temannya.Sudah 5 tahun semenjak Rachel meninggalkan Alex di Indonesia dan tinggal di Paris. Berkat bantuan Elang, Rachel bisa menjadi seorang desainer pakaian yang cukup ternama dan memiliki butik. Dan rencananya tahun ini Rachel akan kembali ke Indonesia bersama elang dan juga putri tunggalnya yang bernama Alexa. Sebenarnya dia sangat enggan meninggalkan kota Paris. Tetapi, Elang harus kembali ke Indonesia karena Bu Rosana meninggal dunia. Tiga tahun lalu, ibunda Rachel yang sudah lama koma pun meninggal dunia. Waktu itu, Rachel tidak bisa pulang ke Indonesia karena dia takut akan bertemu dengan Alex atau keluarganya. Rachel benar-b
Akhirnya seminggu kemudian setelah perdebatan yang luar biasa, Rachel pun bisa membawa Alexa terbang ke Jakarta bersama Elang.Karena memang rumah untuk Rachel tinggal belum dipersiapkan, maka wanita itu pun tinggal di sebuah suite room hotel berbintang lima di Jakarta.Sementara Elang langsung menuju ke panti asuhan untuk melihat bagaimana keadaan di sana setelah Rosana meninggal dunia. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat seorang dua anak berusia tanggung tengah mengatur anak-anak di sana membantu tugas Diana, anak tunggal Rosana yang kini bertanggung jawab di panti itu."Kamu Leo? Dan ini Talita?" tanya Elang."Uncleee!" teriak Leo gembira lalu memeluk Elang.Leo pun memeluk bocah lelaki berusia 9 tahun itu."Apa kabarmu jagoan?" tanya Elang."Aku baik saja. Aku sedang bermain dengan Tabitha. Tadi, dia dititipkan di sini oleh Uncle Alex."Elang mengerutkan dahinya. Alex ke sini? Untuk apa?"Uncle Alex sering ke sini karena cerita dari Talita," kata Leo.Elang langsung mengerutkan
Alex benar-benar tidak menyangka jika wanita yang berdiri di hadapannya itu adalah Rachel. Wanita yang selama 4 tahun ini sudah dia cari-cari. Lalu anak yang sedang dia gendong?"Rachel ... kamu-""Tolong berikan anak saya, Tuan. Maaf kalau anak saya sudah mengganggu acara Anda," kata Rachel dengan dingin. Kemudian wanita itu pun langsung mengambil Alexa dengan sedikit kasar dari gendongan Alex. Dan tanpa menunggu lebih lama lagi Rachel pun langsung membalikkan tubuh dan berusaha secepat mungkin meninggal tanpa itu. "Rachel, tunggu! Ak-""Tuan Alex, maaf. Tapi, waktu saya terbatas."Shit! Alex menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia mengurungkan niatnya untuk mengejar Rachel dan kembali ke mejanya. Sementara Rafly yang sejak tadi memerhatikan tuannya hanya bisa menarik napas dengan tegang.Klien yang sedang mereka hadapi ini adalah klien yang sangat penting. Alex sedang membicarakan soal tender yang baru saja dia mena
"Jika waktunya sudah tepat Mama pasti akan membawa kamu kepada papamu. Tapi tolong Mama minta kamu bersabar. Dan tolong jangan pernah lagi menyapa orang asing. Kamu satu-satunya harta Mama yang paling berharga, Mama tidak mau kamu sampai celaka," ujar Rachel sambil memeluk Alexa. Ketika Rachel melahirkan Alexa dulu, dia sempat mengalami yang namanya sindrom baby blues. Dia sempat tidak mau menyusui Alexa karena melihat wajah Putri kecilnya itu begitu mirip dengan Alex.Bahkan waktu itu Elang sampai mendatangkan seorang psikolog untuk mendampingi Rachel. Saat-saat itu adalah benar-benar masa-masa yang paling sulit dalam hidup Rachel dan Elang. Karena rasa cinta Elang yang begitu besar membuat lelaki itu tidak pernah meminta imbalan apa pun. Bahkan, dia tidak pernah mengucapkan kata-kata cinta untuk Rachel. Dia benar-benar mencintai wanita itu dalam diam. Bagi Elang, tidak perlu memiliki Jika dia mencintai. Cukup melihat orang yang dia cintai hidup bahagia itu sudah membuat Elang bah
Rachel menatap rumah yang dibelinya melalui seorang marketing perumahan. Dia sangat puas dengan rumah bergaya minimalis yang sangat indah itu. Rumah bergaya eropa yang minimalis. Dari depan rumah itu terlihat biasa saja tetapi ketika masuk ke dalamnya desain interiornya sangat mewah ada kolam renang di halaman samping. Bahkan, rumah itu sudah terisi dengan perabotan yang baru. Dan tentu saja semua itu Elang yang menyiapkan. Setelah bertemu dengan Alex tadi, Rachel memang cepat-cepat menghubungi Elang. Dia tidak mau Alex menemukannya. Wanita itu yakin jika Alex pasti akan menyuruh orang kepercayaannya untuk mencari tahu di mana Rachel menginap. Bahkan bisa jadi dia menghubungi resepsionis hotel dan menanyakan tentang dirinya.Alex memiliki uang dan kekuasaan. Jadi, tentu tidak akan sulit untuknya mendapatkan informasi mengenai dirinya. Dan Rachel tidak mau hal itu terjadi. Dia belum siap jika harus bertemu dengan Alex. Untunglah, Elang memang s
"Jadi, dia sudah meninggalkan hotel itu?" Tanya Alex. Rafly menganggukkan kepalanya takut-takut.Alex menghembuskan napasnya dengan kasar. Merasa sangat kesal sekali karena selama ini dia sudah menunggu untuk bisa menemukan Rachel. Tapi tiba-tiba saja wanita itu kembali menghilang."Aku sangat yakin dia ada di sini, di kota ini. Kamu perintahkan semua orang untuk mencarinya di kota ini. Aku yakin jika dia pasti akan menyekolahkan anaknya. Cari dia sampai dapat!" "Siapa yang kamu cari?"Atensi Alex dan Rafli pun beralih ke asal suara yang baru saja datang. Ternyata tuan Mahendra sedang berdiri di pintu ruangan Alex. Lelaki yang masih tanpa gagah di usia lanjut itu berjalan menghampiri Alex kemudian duduk di kursi. "Siapa yang kamu sedang cari?" Tanya Mahendra mengulangi pertanyaannya."Aku baru saja bertemu dengan Rachel. Aku yakin anak perempuan yang bersamanya tadi adalah anakku," jawab Alex."Buat apa kamu mencari dia kalau memang kamu sudah tidak mencintainya lagi. Kamu hanya a
"Janji itu utang, Mama,"Alexa mengulangi perkataan Diana sambil menatap sang ibu. sementara Rachel hanya bisa diam. Dia benar-benar tidak berdaya diserang dari kanan dan kiri."Jadi bagaimana, kamu mau anak yang mana untuk jadi temanmu?" Tanya Rachel mengalihkan pembicaraan. Alexa menggandeng seorang gadis kecil seusianya. Gadis Itu tampak sangat malu-malu, tubuhnya kurus tapi wajahnya sangat cantik. Dan Rachel merasa jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap gadis itu."Aku mau dia yang menjadi temanku di rumah selain juga Leo. Aku mau punya teman yang banyak supaya ketika aku di rumah aku tidak sendirian.""Siapa yang bilang kalau kamu sendirian di rumah? Bukankah ada Bella?""Bella itu bukan temanku, dia pengasuh yang selalu cerewet mengingatkan aku ini dan itu. Teman dengan pengasuh itu beda, Mama. Sama seperti kamu dan Bella. Mama adalah ibuku tentu saja berbeda dengan Bella," jawab Alexa lagi. Melihat hal itu Diana hanya bisa menggelengkan kepalanya. Diana sudah tahu jika Al
Rachel masih membelalak lebar mendengar ucapan Alex. "Dasar kurang ajar! Berani sekali kamu memintaku menggantikan wanitamu! Lepaskan aku, Brengsek!"Namun alih-alih melepaskan, Alex malah menyatukan kedua tangan Rachel di atas kepala wanita itu dan menahannya. "Berhenti bersikap seperti ini. Lagipula aku sangat yakin kamu pasti cemburu karena aku mengajak perempuan lain ke rumah ini, kan? Kamu tidak bisa mengelak kalau kamu masih sangat mencintaiku.""Kamu sangat tidak sopan, Alex! Lepaskan aku atau aku akan berteriak agar semua orang tau kalau kamu sedang berusaha melecehkan istrimu sendiri!""Oh, aku takut sekali mendengarnya, Rachel!"Mereka pun masih saling bertatapan dengan tajam saat suara pintu kamar mendadak dibuka dengan kasar.Brak!"Kudengar kalian ribut lagi, hah? Dan apa yang sedang kalian coba lakukan?" pekik seorang pria tua yang nampak membelalak kaget.Alex dan Rachel pun langsung menoleh bersamaan menatap pria tua itu.Rachel langsung terdiam menatap Mahendra, ia m
“Kalau Daddy mau tau perasaan mama kepada Daddy, buat saja Mama cemburu,” kata Alexa kepada Alex.Lelaki itu baru saja bercerita kepada sang anak jika dia ingin sekali kembali membuat Rachel mencintainya seperti dulu. Dan diluar dugaan Alexa malah mengusulkan saran seperti itu.“Apa kamu yakin?”“Coba saja kalau tidak percaya.”Maka, malam ini Alex merencanakan semuanya dengan matang. Ia sengaja bersandiwara dengan seorang gadis yang bekerja di sebuah club malam."Shit! Ayo, cepatlah! Aku sudah hampir sampai!" kata Alex dengan keras."Ah, Alex..." desah wanita di bawahnya makin keras.Brak!Dan wanita muda dengan segala keangkuhannya itu masuk ke sana."Apa kamu pikir rumah ini tempat maksiat? Berhenti sekarang juga!" geram wanita itu dengan tatapan tajam yang berapi-api.Rachel tidak bisa menahan dirinya mengetahui kalau Alex sudah mulai berulah dengan membawa para wanita nakal ke rumahnya.Apalagi karena ada anak-anak di rumah itu.“Kamu memintaku dan anak-anak tinggal di sini hanya
Mahendra merasa sangat senang karena ia baru saja menerima pesan jika saat ini Alex sedang bersama dengan anak istrinya di rumah sakit. Meski merasa khawatir kepada Alexa, tetapi Mahendra senang pada akhirnya Alex mengetahui keberadaan Alexa dan Rachel.“Papi berharap jika kamu dan anak-anakmu mau tinggal bersama lagi di rumah papi,” kata Mahendra kepada Rachel.“Kamu tidak harus tidur dalam satu kamar bersamaku. Tapi, yang paling penting kita bisa satu atap demi anak-anak,” kata Alex kepada Rachel.Rachel menarik napas panjang. Sungguh rasanya sangat berat untuk mengiyakan permintaan Mahendra. Tetapi, ayah mertuanya itu tampak begitu berharap. Mungkin karena ia juga ingin berkumpul dengan cucunya.“Dalam hal ini aku tidak bisa menjawab. Semuanya terserah kepada Alexa,” jawab Rachel lirih.Rachel berharap jika Alexa akan menolak, tetapi ternyata gadis itu menerima permintaan Alex dan Mahendra.“Aku mau tinggal bersama Daddy dan Grandpa,”jawab gadis kecil itu dengan tegas.Dan akhirny
Entah berapa lama Alexa kehilangan kesadaran karena matanya terasa begitu berat. Saat ia terbangun, tubuhnya terasa basah. Hal itu disebabkan karena keringat yang keluar. Ia menoleh ke sampingnya, tampak Rachel memegang tangannya. Sementara kepalanya berada di atas ranjang. Ibunya tertidur dalam posisi duduk. Dan ketika ia melihat ke arah sofa ... ternyata Alex sedang duduk di sana sambil menatap layar laptopnya.“Mama ....”Alex yang mendengar suara Alexa segera menyingkirkan laptopnya dan menghampiri gadis kecil itu.“Kamu sudah bangun, Sayang? Mau minum?”Mendengar suara Alex yang terasa dekat, Rachel membuka matanya. Dan wanita itu tersenyum saat melihat Alexa sudah terbangun. "Kamu mau apa? Bajumu basah, Sayang. Mau mama bantu untuk menggantinya?" tanya Rachel. Alexa duduk di tempat tidurnya, memandangi ibunya dengan tatapan penuh kesedihan. Rachel, mencoba meyakinkan Alexa untuk mengganti pakaian yang kotor dengan yang segar. Namun, gadis kecil itu menolak dengan tegas."Ma
Mendengar suara Celine, Rachel pun bergegas masuk ke dalam. Dan saking paniknya ia sampai tidak menyadari jika Alex pun ikut masuk dan berjalan di belakangnya. Saat mereka masuk, tubuh Alexa sudah ada di atas lantai yang dingin. Sementara Celine duduk bersimpuh di dekat Alexa sambil menangis."Ya ampun, Alexa!” Rachel membantu Alexa bangun, lalu terkejut dengan betapa panasnya tubuh putrinya itu. “Suhu tubuhmu semakin parah!"“Ayo, kita bawa saja dia ke rumah sakit!” kata Alex dengan tegas.Pandangan Alexa buram, kepalanya menjadi pusing tapi suara panik Rachel terdengar jelas. Samar ia juga melihat kehadiran Alex bersama sang ibu. Apa lelaki yang mengaku ayahnya ini juga tengah mengkhawatirkannya?Entah berapa lama Rachel dan Alex membawa tubuh Alexa ke mobil. Akan tetapi, semakin lama Alexa semakin kesulitan membandingkan antara mimpi dan bukan.Gadis kecil itu merasa tubuhnya seperti melayang. Dan semuanya pun menja
Setelah mengantarkan Leo ke sekolah, Rachel pun segera menuju ke butik dan memberikan pesan ini dan itu kepada Jane- asistennya.“Tolong kamu tangani dulu semua pekerjaan hari ini. Terutama awasi pembuatan baju seragam pengiring pengantin yang dipesan ibu walikota. Besok sore semua sudah harus siap. Alexa sakit dan aku harus menemaninya di rumah,” kata Rachel kepada Jane.“Nyonya, sebaiknya Anda fokus dulu dengan kesehatan Alexa. Masalah butik dan pesanan untuk besok percayakan saja kepada saya,” kata Jane sambil tersenyum.“Baiklah kalau begitu. Aku pulang dulu,” ujar Rachel.Wanita itu pun bergegas pulang, dan tepat 30 menit setelah Rachel pulang, Alex tiba di butik itu.“Nyonya Rachel sedang tidak di sini, Tuan. Anaknya sakit,” kata Jane saat melihat Alex masuk.Alex memicingkan mata dan menatap asisten pribadi Rachel itu.“Anaknya yang mana?”“Alexa.”Tanpa berpikir panjang lagi, Alex pun segera keluar dari butik itu dan langsung masuk ke dalam mobilnya menuju ke rumah Rachel.Saa
Hari sudah menunjukkan pukul delapan tapi Alexa belum juga keluar dari kamar. Biasanya gadis kecil itu akan keluar dan menikmati sarapan sebelum Rachel berangkat ke kantor sambil mengantarkan Leo sekolah. Tapi tidak biasanya Alexa terlambat bangun."Ma, di mana Alexa dan Celine?" tanya Leo karena memang saat Leo bangun, kedua adiknya sudah duduk menghadap segelas susu hangat di meja makan."Leo makan dulu ya, Mama akan melihat apa yang kedua adikmu lakukan." ucapnya, Leo mengangguk.Rachel melepaskan apron sebelum menuju kamar Alexa dan Celine. Tidak biasanya Alexa masih tidur jam segini. Dan benar saja gadis kecil itu masih tidur menyembunyikan tubuhnya di balik selimut tebal. Sementara Celine tampak berdiri di dekat ranjang Alexa dengan wajah pucat.“Aku baru saja mau keluar dan memberitahu Mama kalau Lexa sakit,” cicit Celine ketakutan.Rachel menganggukkan kepala lalu mengusap rambut Celine.“Tidak apa-apa. Kamu pergilah sarapan bersama Leo. Biar Alexa mama saja yang urus,” kata R
“Siapa, Leo? Kenapa kamu bilang mama mengenalnya?” tanya Rachel.“Dia paman Alex,” jawab Leo.Rachel mengembuskan napas dengan keras. Sebenarnya apa mau Alex dengan mendekati anak angkatnya? Rachel sangat yakin jika Alex pasti sengaja datang ke sekolah Leo untuk bertemu dengan anak itu.“Apa dia mengatakan sesuatu kepadamu?” tanya Rachel.Leo menggelengkan kepalanya,”Baiklah, kalau begitu kita pulang sekarang. Lukamu harus dirawat.”Rachel pun segera berpamitam untul membawa Leo pulang kepada kepala sekolah. Dan setelah dia mengantar anaknya itu pulang, ia memastikan jika Leo baik-baik saja. Kemudian ia pun segera pergi lagi. Kali ini untuk menemui Alex.BRAK!Alex baru saja selesai dengan meeting jarak jauhnya saat Rachel dengan kasar membuka pintu ruangannya.“Katakan apa maksudmu mendekati anak-anakku? Apa yang kamu inginkan sebenarnya? Aku yakin jika kamu sengaja datang ke sekolah Leo bukan? Kamu mau mengorek keterangan apa dari anakku?”“Wah ... wah, memangnya salah kalau aku ber
"Jadi begitu saja! Apa ada yang mau ditanyakan?" tanya Rachel saat menyudahi rapatnya. Rachel masih menatap para peserta rapat saat tiba-tiba ponselnya berbunyi. Saat ini butik miliknya sudah sangat maju dan beberapa kliennya tentu saja berasal dari kalangan artis dan juga istri pejabat. Rachel pun melirik nama di ponselnya dan sedikit membelalak melihat nama kepala sekolah di sana. "Ah, maaf, kalau ada pertanyaan, silahkan ke Jane dulu, aku permisi untuk mengangkat teleponku!" Dengan jantung yang berdebar kencang, Rachel pun keluar untuk mengangkat teleponnya. Kepala sekolah hampir tidak pernah meneleponnya kalau semuanya baik-baik saja, wanita itu baru akan menelepon kalau Leo mengalami sesuatu di sekolah atau telat dijemput oleh supir. "Halo, Bu, ada apa?" tanya Rachel segera setelah ia mengangkat teleponnya. "Bu Rachel, maaf, aku mengganggumu, ini tentang Leo!" "Ada apa dengan Leo, Bu? Dia baik-baik saja kan?" Rachel sudah mulai cemas. "Dia baik-baik saja, hanya saja dia t