"Natalia ibumu adalah gadis yang sangat cantik. Tapi aku terlalu bodoh untuk menyatakan perasaanku kepadanya. Hingga pada akhirnya dia menerima lamaran dari orang lain. Dan untuk melampiaskan rasa sakit hati aku pun menikah dengan perempuan lain. Tetapi hal itu tidak membuat aku melepaskan diri dari Natalia. Aku selalu memantau gerak-gerik dan juga kondisinya. Aku tahu, jika dia belum memiliki anak setelah lama menikah. Sementara aku langsung memiliki Alex. Hanya saja sayang, istriku meninggal karena sakit. Yang aku sesali adalah sampai di hari kematiannya aku masih tetap mencintai Natalia. Dan aku tahu beberapa tahun setelah Alex lahir Natalia melahirkan dirimu."Seorang putri kecil yang sangat cantik bernama Rachel. Seiring berjalannya waktu usahaku semakin maju dan aku berhasil mengumpulkan pundi-pundi. Meskipun pada dasarnya aku memang memiliki warisan yang cukup banyak dari kedua orang tuaku dulu. Tetapi ternyata uang itu tidak bisa menyembuhkan istriku dari penyakitny
"Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa memaafkan Alex. Hanya satu yang pasti, mungkin dalam waktu dekat aku akan menggugat cerai. Aku tidak akan mungkin menggantungkan hubungan ini terus-menerus. Sementara di luar sana mungkin ada lelaki lain yang mencintai aku dengan tulus." Mahendra tersenyum kemudian menepuk bahu Rachel, "apapun yang menjadi keputusanmu, Papi akan mendukungnya. Tapi izinkan Papi untuk bisa menemui Alexa. tapi berjanji tidak akan mengatakan apapun kepada Alex.""Terima kasih atas pengertiannya, Papi," ujar Rachel.Setelah itu, Rachel pun kembali memanggil Alexa dan membiarkan gadis kecil itu bermain dengan opanya. Alexa banyak bercerita kepada Mahendra. Gadis kecil itu menceritakan bagaimana kehidupan mereka di Paris dengan penuh semangat.Ah, seandainya saja Mahendra tau bagaimana beratnya kehidupan yang dijalani oleh Rachel ketika dia meninggalkan Alex. Bahkan Rachel sempat mengalami baby blues. Elang bahkan harus membawa seorang psikiater untuk mengobati Rache
Alex yang merasa penasaran akhirnya memutuskan untuk hadir di grand opening butik yang bernama Beauty and You itu. Dan ia sangat terkesan dengan interior butik itu. Dengan gedung yang cukup besar dan interior yang sangat mewah.Dan betapa terkejutnya Alex saat nama Rachela Gaulle disebutkan. Rachel, sang istri yang sudah lama ia cari muncul sebagai Rachela.Dan saat pandangan mata mereka bertemu, Rachel hanya menatap tanpa eksperi kepada Alex.“Terima kasih untuk semua undangan yang sudah datang ke acara grand opening butik saya ini. Dan untuk pertama kalinya saya mengizinkan media untuk memotret saya,” kata Rachel.Siapa yang tidak kenal dengan Rachela Gaulle ?Di Paris, semua design pakaian yang dibuat oleh Rachela selalu laris manis dan juga disukai oleh banyak orang.“Wah, ternyata Rachela Gaulle itu orang Indonesia asli,” ujar seorang wanita yang berdiri di dekat Alex. Pembukaan butik itu dihadiri oleh banyak sel
Rachel tidak menyangka jika Alex akan mengatakan hal itu kepadanya. Cinta katanya? Ah, dulu juga dia selalu mengatakan cinta. Tetapi, nyatanya apa yang dia katakan tidak sesuai dengan kenyataan yang dia dapatkan.“Kamu pikir aku bisa percaya lagi dengan ucapan kamu? Aku bukan perempuan bodoh yang sama, Lex. Kalau perlu aku ingatkan, dulu kamu selalu mengatakan cinta kepadaku. Tetapi, kenyataannya kamu lebih mencintai Sheila dibandingkan aku,” kata Rachel.Alex terdiam, dia tau dia salah. Tetapi, tidak bisakah dia menebus kesalahannya?“Dulu aku memang salah. Aku akui jika aku dulu sangat bodoh, Rachel. Tapi, setelah kamu pergi aku baru menyadari jika aku sangat mencintaimu. Benar kata orang bijak, kita baru akan menyadari jika kita mencintai seseorang saat dia sudah pergi meninggalkan kita. Itulah sebabnya aku-““Tidak perlu kamu lanjutkan lagi. Aku tidak percaya lagi sekarang dengan semua yang kamu ucapkan. Aku benci kamu, Lex. Aku benci,” ujar Rachel sambil mendorong dada Alex denga
Rachel kali ini harus mengakui kegigihan Alex. Pagi ini saat ia membuka pintu, tampak Alex sudah berdiri di depan pintu rumahnya. “Darimana kamu tau rumah ini?” tanya Rachel dengan ketus. “Tentu saja aku membayar orang untuk mencarimu,” kata Alex. Rachel menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Tentu saja Alex bisa dengan mudah mendapatkan alamat tempat tinggalnya. Ini bukan Paris di mana ia bisa dengan mudah menyembunyikan diri. Dengan memutuskan untuk pulang ke Indonesia itu artinya dia harus siap untuk bertemu dengan Alex. “Di mana anakku?” tanya Alex. Rachel mengembuskan napasnya dengan kesal, “Lebih baik kamu pergi sekarang,” katanya dengan tegas. “Aku tidak akan pernah pergi dari sini sebelum kamu mempertemukanku dengan anak kita,” kata Alex. “Anak kita? Anak yang mana?” tanya Rachel. Wanita itu bersidekap kemudian menatap tajam kepada Alex. “Kalau perlu aku ingatkan, waktu itu aku sudah kehilangan anak kita.” “Kamu bohong.” “Bagaimana bisa kamu mengatakan
“Ini rumahku, dan aku tidak akan pernah pergi ke mana pun,” kata Rachel kepada Alex dengan kesal. Sungguh, saat ini ingin rasanya dia mencingcang lelaki di hadapannya. Bisa-bisanya dia mengklaim dirinya sebagai hak milik.“Kamu masih istriku yang sah secara agama dan negara,” kata Alex dengan penuh rasa percaya diri.“Oya? Kalau kamu menganggap aku ini istri, ke mana kamu dulu saat aku membutuhkan dirimu? Bahkan yang ada dalam pikiranmu hanyalah Sheila. Tidak ada yang lain,” kata Rachel dengan kesal.“Stop! Aku tidak mengerti apa yang Mama dan Paman Alex bicarakan. Saat ini aku hanya ingin mendengar pengakuan dari mama. Apakah paman Alex ini adalah papaku?”Alexa tiba-tiba saja berseru dengan nyaring. Dia merasa kesal melihat dua orang dewasa di depannya ini saling berdebat.“Kamu dengar kan apa yang ditanyakan oleh Alexa? Jangan berpura-pura bodoh, Rachel. Sejak tadi kami menunggu jawaban kamu,” kata Alex.“Mama, selama ini selalu mengajari aku untuk bicara dengan jujur. Maka, sekara
Hentakkan high heels berukuran 5 cm itu tengah menapaki lantai mengkilap di sebuah Bandara Internasional di Indonesia.Lalu wanita berambut hitam pekat itu pun menarik troli bag berukuran sedang sambil membuka kaca mata hitam yang membingkai bola matanya."Akhirnya, aku kembali lagi ke duniaku." Sheila menghirup nafasnya dalam mengisi dadanya dengan oksigen sekitar. "Tak masalah, jika aku kembali dengan wajah yang lain, yang penting semua misiku kali ini gak boleh gagal," ungkap Sheila mantap pada dirinya sendiri.Ya, wanita itu adalah Sheila. Berkat seorang lelaki yang ia kenal saat masih di penjara, Sheila bebas beberapa bulan yang lalu dan melakukan operasi plastik.Ketika ia mengingat banyak kenangan indah antara dirinya dengan Alex menari-nari di otaknya, Sheila sontak mengepalkan tangan seperti sedang menggenggam nama orang itu di dalam cengkramannya. Pasalnya, orang yang ia harap akan jadi miliknya seutuhnya, sekarang hanya tinggal kenangan.Hanya menyisakan sebuah dendam memba
Keesokan harinya, Wanita berhidung runcing itu nampak berdiri tegak di depan jendela besar yang membentang pembatas antara balkon apartemen dengan kamar megahnya.Sheila menikmati secangkir teh panas sebelum pada akhirnya dia akan melancarkan misi keduanya."Kucing itu, akhirnya kena perangkatku juga. Dengan begini aku akan semakin mudah membuat pemilik kucing itu jinak. Kita lihat saja bagaimana kalau aku kuasai asisten kepercayaan kamu, Alex," umpat Sheila mendelik sambil menatap seluruh isi ibu kota di balik apartemennya itu.Kota metropolitan yang sangat besar itu, dianggapnya sebagai mainan semata karena dia bisa melakukan apapun yang ia mau kapanpun juga. Termasuk, membuat orang yang pernah membuatnya sakit hati, lebih menderita dari apa yang ia rasa sebelumnya."Jari harus di balas dengan jari. Juga hati harus di balas dengan hati pula. I'm Coming Alex sayang." Sheila berbicara dan tertawa lebar sendiri sendiri seperti orang gila.Lalu setelah ia meneguk hingga tandas kopi mili
Rachel masih membelalak lebar mendengar ucapan Alex. "Dasar kurang ajar! Berani sekali kamu memintaku menggantikan wanitamu! Lepaskan aku, Brengsek!"Namun alih-alih melepaskan, Alex malah menyatukan kedua tangan Rachel di atas kepala wanita itu dan menahannya. "Berhenti bersikap seperti ini. Lagipula aku sangat yakin kamu pasti cemburu karena aku mengajak perempuan lain ke rumah ini, kan? Kamu tidak bisa mengelak kalau kamu masih sangat mencintaiku.""Kamu sangat tidak sopan, Alex! Lepaskan aku atau aku akan berteriak agar semua orang tau kalau kamu sedang berusaha melecehkan istrimu sendiri!""Oh, aku takut sekali mendengarnya, Rachel!"Mereka pun masih saling bertatapan dengan tajam saat suara pintu kamar mendadak dibuka dengan kasar.Brak!"Kudengar kalian ribut lagi, hah? Dan apa yang sedang kalian coba lakukan?" pekik seorang pria tua yang nampak membelalak kaget.Alex dan Rachel pun langsung menoleh bersamaan menatap pria tua itu.Rachel langsung terdiam menatap Mahendra, ia m
“Kalau Daddy mau tau perasaan mama kepada Daddy, buat saja Mama cemburu,” kata Alexa kepada Alex.Lelaki itu baru saja bercerita kepada sang anak jika dia ingin sekali kembali membuat Rachel mencintainya seperti dulu. Dan diluar dugaan Alexa malah mengusulkan saran seperti itu.“Apa kamu yakin?”“Coba saja kalau tidak percaya.”Maka, malam ini Alex merencanakan semuanya dengan matang. Ia sengaja bersandiwara dengan seorang gadis yang bekerja di sebuah club malam."Shit! Ayo, cepatlah! Aku sudah hampir sampai!" kata Alex dengan keras."Ah, Alex..." desah wanita di bawahnya makin keras.Brak!Dan wanita muda dengan segala keangkuhannya itu masuk ke sana."Apa kamu pikir rumah ini tempat maksiat? Berhenti sekarang juga!" geram wanita itu dengan tatapan tajam yang berapi-api.Rachel tidak bisa menahan dirinya mengetahui kalau Alex sudah mulai berulah dengan membawa para wanita nakal ke rumahnya.Apalagi karena ada anak-anak di rumah itu.“Kamu memintaku dan anak-anak tinggal di sini hanya
Mahendra merasa sangat senang karena ia baru saja menerima pesan jika saat ini Alex sedang bersama dengan anak istrinya di rumah sakit. Meski merasa khawatir kepada Alexa, tetapi Mahendra senang pada akhirnya Alex mengetahui keberadaan Alexa dan Rachel.“Papi berharap jika kamu dan anak-anakmu mau tinggal bersama lagi di rumah papi,” kata Mahendra kepada Rachel.“Kamu tidak harus tidur dalam satu kamar bersamaku. Tapi, yang paling penting kita bisa satu atap demi anak-anak,” kata Alex kepada Rachel.Rachel menarik napas panjang. Sungguh rasanya sangat berat untuk mengiyakan permintaan Mahendra. Tetapi, ayah mertuanya itu tampak begitu berharap. Mungkin karena ia juga ingin berkumpul dengan cucunya.“Dalam hal ini aku tidak bisa menjawab. Semuanya terserah kepada Alexa,” jawab Rachel lirih.Rachel berharap jika Alexa akan menolak, tetapi ternyata gadis itu menerima permintaan Alex dan Mahendra.“Aku mau tinggal bersama Daddy dan Grandpa,”jawab gadis kecil itu dengan tegas.Dan akhirny
Entah berapa lama Alexa kehilangan kesadaran karena matanya terasa begitu berat. Saat ia terbangun, tubuhnya terasa basah. Hal itu disebabkan karena keringat yang keluar. Ia menoleh ke sampingnya, tampak Rachel memegang tangannya. Sementara kepalanya berada di atas ranjang. Ibunya tertidur dalam posisi duduk. Dan ketika ia melihat ke arah sofa ... ternyata Alex sedang duduk di sana sambil menatap layar laptopnya.“Mama ....”Alex yang mendengar suara Alexa segera menyingkirkan laptopnya dan menghampiri gadis kecil itu.“Kamu sudah bangun, Sayang? Mau minum?”Mendengar suara Alex yang terasa dekat, Rachel membuka matanya. Dan wanita itu tersenyum saat melihat Alexa sudah terbangun. "Kamu mau apa? Bajumu basah, Sayang. Mau mama bantu untuk menggantinya?" tanya Rachel. Alexa duduk di tempat tidurnya, memandangi ibunya dengan tatapan penuh kesedihan. Rachel, mencoba meyakinkan Alexa untuk mengganti pakaian yang kotor dengan yang segar. Namun, gadis kecil itu menolak dengan tegas."Ma
Mendengar suara Celine, Rachel pun bergegas masuk ke dalam. Dan saking paniknya ia sampai tidak menyadari jika Alex pun ikut masuk dan berjalan di belakangnya. Saat mereka masuk, tubuh Alexa sudah ada di atas lantai yang dingin. Sementara Celine duduk bersimpuh di dekat Alexa sambil menangis."Ya ampun, Alexa!” Rachel membantu Alexa bangun, lalu terkejut dengan betapa panasnya tubuh putrinya itu. “Suhu tubuhmu semakin parah!"“Ayo, kita bawa saja dia ke rumah sakit!” kata Alex dengan tegas.Pandangan Alexa buram, kepalanya menjadi pusing tapi suara panik Rachel terdengar jelas. Samar ia juga melihat kehadiran Alex bersama sang ibu. Apa lelaki yang mengaku ayahnya ini juga tengah mengkhawatirkannya?Entah berapa lama Rachel dan Alex membawa tubuh Alexa ke mobil. Akan tetapi, semakin lama Alexa semakin kesulitan membandingkan antara mimpi dan bukan.Gadis kecil itu merasa tubuhnya seperti melayang. Dan semuanya pun menja
Setelah mengantarkan Leo ke sekolah, Rachel pun segera menuju ke butik dan memberikan pesan ini dan itu kepada Jane- asistennya.“Tolong kamu tangani dulu semua pekerjaan hari ini. Terutama awasi pembuatan baju seragam pengiring pengantin yang dipesan ibu walikota. Besok sore semua sudah harus siap. Alexa sakit dan aku harus menemaninya di rumah,” kata Rachel kepada Jane.“Nyonya, sebaiknya Anda fokus dulu dengan kesehatan Alexa. Masalah butik dan pesanan untuk besok percayakan saja kepada saya,” kata Jane sambil tersenyum.“Baiklah kalau begitu. Aku pulang dulu,” ujar Rachel.Wanita itu pun bergegas pulang, dan tepat 30 menit setelah Rachel pulang, Alex tiba di butik itu.“Nyonya Rachel sedang tidak di sini, Tuan. Anaknya sakit,” kata Jane saat melihat Alex masuk.Alex memicingkan mata dan menatap asisten pribadi Rachel itu.“Anaknya yang mana?”“Alexa.”Tanpa berpikir panjang lagi, Alex pun segera keluar dari butik itu dan langsung masuk ke dalam mobilnya menuju ke rumah Rachel.Saa
Hari sudah menunjukkan pukul delapan tapi Alexa belum juga keluar dari kamar. Biasanya gadis kecil itu akan keluar dan menikmati sarapan sebelum Rachel berangkat ke kantor sambil mengantarkan Leo sekolah. Tapi tidak biasanya Alexa terlambat bangun."Ma, di mana Alexa dan Celine?" tanya Leo karena memang saat Leo bangun, kedua adiknya sudah duduk menghadap segelas susu hangat di meja makan."Leo makan dulu ya, Mama akan melihat apa yang kedua adikmu lakukan." ucapnya, Leo mengangguk.Rachel melepaskan apron sebelum menuju kamar Alexa dan Celine. Tidak biasanya Alexa masih tidur jam segini. Dan benar saja gadis kecil itu masih tidur menyembunyikan tubuhnya di balik selimut tebal. Sementara Celine tampak berdiri di dekat ranjang Alexa dengan wajah pucat.“Aku baru saja mau keluar dan memberitahu Mama kalau Lexa sakit,” cicit Celine ketakutan.Rachel menganggukkan kepala lalu mengusap rambut Celine.“Tidak apa-apa. Kamu pergilah sarapan bersama Leo. Biar Alexa mama saja yang urus,” kata R
“Siapa, Leo? Kenapa kamu bilang mama mengenalnya?” tanya Rachel.“Dia paman Alex,” jawab Leo.Rachel mengembuskan napas dengan keras. Sebenarnya apa mau Alex dengan mendekati anak angkatnya? Rachel sangat yakin jika Alex pasti sengaja datang ke sekolah Leo untuk bertemu dengan anak itu.“Apa dia mengatakan sesuatu kepadamu?” tanya Rachel.Leo menggelengkan kepalanya,”Baiklah, kalau begitu kita pulang sekarang. Lukamu harus dirawat.”Rachel pun segera berpamitam untul membawa Leo pulang kepada kepala sekolah. Dan setelah dia mengantar anaknya itu pulang, ia memastikan jika Leo baik-baik saja. Kemudian ia pun segera pergi lagi. Kali ini untuk menemui Alex.BRAK!Alex baru saja selesai dengan meeting jarak jauhnya saat Rachel dengan kasar membuka pintu ruangannya.“Katakan apa maksudmu mendekati anak-anakku? Apa yang kamu inginkan sebenarnya? Aku yakin jika kamu sengaja datang ke sekolah Leo bukan? Kamu mau mengorek keterangan apa dari anakku?”“Wah ... wah, memangnya salah kalau aku ber
"Jadi begitu saja! Apa ada yang mau ditanyakan?" tanya Rachel saat menyudahi rapatnya. Rachel masih menatap para peserta rapat saat tiba-tiba ponselnya berbunyi. Saat ini butik miliknya sudah sangat maju dan beberapa kliennya tentu saja berasal dari kalangan artis dan juga istri pejabat. Rachel pun melirik nama di ponselnya dan sedikit membelalak melihat nama kepala sekolah di sana. "Ah, maaf, kalau ada pertanyaan, silahkan ke Jane dulu, aku permisi untuk mengangkat teleponku!" Dengan jantung yang berdebar kencang, Rachel pun keluar untuk mengangkat teleponnya. Kepala sekolah hampir tidak pernah meneleponnya kalau semuanya baik-baik saja, wanita itu baru akan menelepon kalau Leo mengalami sesuatu di sekolah atau telat dijemput oleh supir. "Halo, Bu, ada apa?" tanya Rachel segera setelah ia mengangkat teleponnya. "Bu Rachel, maaf, aku mengganggumu, ini tentang Leo!" "Ada apa dengan Leo, Bu? Dia baik-baik saja kan?" Rachel sudah mulai cemas. "Dia baik-baik saja, hanya saja dia t