"Apa maksudnya?"Tante Putri tidak mengerti maksud kata 'membunuh sekali lagi' yang dikatakan oleh Pak Kusno."Ya, karena dia masih hidup dan aku terlanjur menyegelnya lantaran kau tidak sabaran, maka dia kembali hidup tapi bukan seperti manusia murni pada umumnya.""Jadi, dia benar-benar bukan manusia, kah?""Kau melihatnya seperti apa?""Makhluk yang menakutkan.""Itulah yang membuat ia bangkit.""Jadi, dia bukan Prima asli, kah?""Kurasa bukan.""Apa yang harus aku lakukan untuk membunuh dia sekali lagi?"Pak Kusno segera membeberkan aturan yang harus dilakukan oleh Tante Putri untuk membuat Prima yang menurutnya bangkit secara terpaksa bisa kembali mati. Wajah Tante Putri terlihat tegang mendengar apa yang diucapkan oleh pria paruh baya di hadapannya itu."Apakah harus melakukan hal itu, Pak? Tidak bisa diwakilkan? Maksudku, apakah aku bisa membayar orang lain untuk melakukan hal itu?" tanyanya pada pria tersebut."Tidak bisa, yang harus melakukannya kau, karena kau adalah seseor
"Aku bisa melihat mereka dengan benar.""Artinya, di mata Mbak Shelin tidak ada yang aneh dari Pak Prima dan Pram, kan?""Benar.""Aneh, berarti yang saling melihat tidak benar itu hanya Pram, Pak Prima dan ibunya Pram!""Kemungkinan ini ada kaitannya dengan hubungan kekeluargaan mereka?" Galih ikut bicara. "Tidak! Dia bukan adikku, wajahnya berbeda!" sangkal Pram sambil menatap ke arah Prima.Sedangkan Prima? Menyandarkan kepalanya ke dinding ruang rawat inap Shelin, ia sudah lelah menanggapi apapun yang ia dengar karena semakin ditanggapi otaknya semakin sakit dan ia merasa sangat tersiksa karena hal itu."Prima? Kau benar-benar tidak apa-apa?"Merasa Prima seperti sangat kepayahan, untuk yang ke-sekian, Shelin melontarkan pertanyaan tersebut pada pria itu. "Aku tidak apa-apa, tapi izinkan aku istirahat sebentar, aku cuma butuh waktu sebentar agar bisa pulih.""Kamu boleh istirahat di dekat Sheila! Ada hambal di sana?"Mendengar tawaran dari Shelin kedua mata Prima terbuka dan
"Perawakannya, ya? Kurang lebih seperti Wira."Tanpa sadar Shelin mengucapkan kalimat itu hingga membuat Sumi terperangah."Kenapa?" tanyanya pada gadis tersebut."Sebentar, kenapa aku berpikir kalau orang yang menyerang Mbak itu adalah...."Sumi menggantung ucapannya, ia melirik ke arah Prima yang terlihat sudah lelap dalam tidurnya. Lalu satu tangannya merogoh saku, mengeluarkan ponselnya, lalu setelah itu Sumi mulai fokus dengan ponsel tersebut.[Mbak, aku kok curiga sama Wira, ya? Tapi, dosa enggak sih, kalau aku curiga?]Sumi memilih mengirim pesan saja pada Shelin khawatir Prima terjaga dan mendengar apa yang ia katakan. Sebelum ada bukti, Sumi tidak berani mengatakan apapun pada Prima karena Prima terlibat dalam insiden kecelakaan Shelin dan berhak menuntut pelaku jika ia mau untuk memberatkan hukuman pelaku.Shelin menatap ke arah Sumi ketika membaca pesan gadis itu padanya, lalu ia mengetik pesan balasan.[Apa dia memang setega itu? Wira?][Memang seperti mustahil, tapi ciri
Mendengar pertanyaan itu terlontar di mulut pria berusia lanjut tersebut, Pram dan Galih saling pandang.Rasa penasaran semakin meraja di benak keduanya terutama Pram, mengapa orang itu tahu tentang dirinya? Mereka dipersilahkan untuk masuk ke dalam rumah sederhana bergaya tempo dulu tersebut. Tentu saja ketika Pram membenarkan bahwa ia adalah pria yang dimaksud oleh laki-laki itu. "Kasus adikmu itu sungguh membuat saya tidak habis pikir, karena waktu itu saya masih ingin meyakinkan bahwa adikmu itu masih bisa diselamatkan."Setelah duduk di ruang tamu yang tidak begitu besar milik sang tuan rumah pria berusia lanjut yang menyebut namanya dengan Pak Arifin itu bicara demikian pada Pram dengan wajah yang serius. "Bisa diselamatkan? Bagaimana Bapak bisa mengatakan hal itu? Padahal pihak kepolisian saja mengatakan bahwa adik saya tidak ada harapan lagi untuk ditemukan hidup-hidup."Pram mengutarakan ketidakpercayaannya atas prediksi yang dikatakan oleh Pak Arifin, dan Pak Arifin mengh
Mereka semua mundur sambil mengucapkan astaghfirullah secara bersamaan, belum lagi selesai rasa terkejut mereka atas apa yang terjadi, tiba-tiba saja dua bayangan hitam dengan mata bersinar putih masuk menerobos rumah Pak Arifin.Galih dan Pram sangat terkejut melihat hal itu hingga mereka berdua mundur sementara Pak Arifin merapatkan kedua telapak tangannya di dada lalu mulutnya komat-kamit seperti membaca sesuatu, dan Galih juga Pram tidak tahu apa yang sedang dibaca oleh pria tersebut yang jelas mereka berdua buru-buru membaca doa karena khawatir bayangan hitam itu ingin menyerang mereka."Siapa yang memberikan perintah pada kalian untuk kemari? Pergi! Aku tidak mau berurusan dengan kalian jadi kalian tidak boleh seenaknya menciptakan masalah dengan kami!"Suara Pak Arifin sangat tegas ketika mengucapkan kata-kata itu pada dua bayangan hitam yang sekarang mengambang di hadapannya. Terdengar suara tidak jelas seperti suara seseorang yang sedang marah. Ini membuat mereka bertiga yaki
"Siapa lu!" teriak Wira, sampai suaranya membuat Prima terkejut dan seolah sadar ia sangat familiar dengan suara tersebut. Bersamaan dengan hal itu, Sumi yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut dengan apa yang sudah terjadi di ruang rawat inap Shelin, apalagi darah berceceran di lantai karena selang infus di lengan Shelin tercabut dengan paksa. "Hei! Siapa kamu? Kamu Wira? Beraninya kamu menyerang teman sendiri hanya karena kamu ditolak Mbak Shelin, kamu Wira, ya!" Sumi berbalik ke toilet dan segera kembali keluar dengan penggosok toilet di tangan. Dengan penggosok toilet yang jadi senjatanya, Sumi melesat ke arah Wira dan hal itu membuat Wira tersentak karena pukulan dari penggosok toilet itu telak mengenai tubuhnya."Sumi!! Ini gue! Ini gue!!" Karena situasi yang kacau balau, Wira tidak tahan untuk tetap bersembunyi di balik topeng di wajahnya tersebut. Ia membuka topeng itu, dan Sumi makin gencar memukul Wira karena dugaannya ternyata benar. Orang yang menyerang Shel
Semua yang ada di situ terkejut melihat apa yang terjadi pada Wira. Terutama dengan apa yang dilakukan oleh Prima padahal pria itu tidak menyentuh Wira sama sekali.Tidak hanya sampai di situ, Prima juga bergerak mendekati Wira dengan sorot mata yang terlihat ganas berbeda dari biasanya, ini membuat Sumi mau tidak mau membantu Wira untuk berdiri dan menjauh dari Prima. "Pak! Istighfar! Baca doa! Jangan biarkan mereka menguasai pikiran Bapak! Ingat, Pak, Bapak bisa dituntut kalau melakukan kekerasan meskipun untuk membuat penjahat ini jera!" teriak Sumi, dan kata penjahat yang diucapkan oleh Sumi membuat Wira tidak terima."Sumi! Gue bukan penjahat! Gue cuma disuruh, gue -""Diam kamu!!" bentak Sumi, dan baru kali ini Wira melihat Sumi semarah itu. Memang, Sumi adalah wanita yang cerewet menurutnya, tapi kemarahan Sumi yang sekarang sangat berbeda dan itu membuat Wira sampai tidak bisa berkata-kata lagi dibuatnya. Sementara itu, Shelin berusaha untuk membujuk anaknya agar mau melepas
"Apa maksud, lu? Kenapa lu bawa-bawa nyokap gue!""Ya! Karena gue hanya diminta nyokap lu buat merusak mantan istri lu itu agar supaya kalian kagak rujuk lagi! Lu pikir kalau lu melaporkan gue, nyokap lu bisa lepas dari jeratan hukum? Jangan harap, Pram! Kalo gue ditangkap, gue akan bersaksi kalau nyokap lu biangnya!" Teriakan keras Wira membuat mereka semakin menjadi pusat perhatian, Pram terjajar ke belakang mendengar pengakuan Wira, cengkraman tangannya di kerah pakaian Wira juga terlepas. Wajahnya pucat, tidak menyangka kalau ibunya adalah orang yang jadi tersangka dalam kasus yang hampir mencelakakan Shelin."Pram, masalah itu nanti diurus, yang penting Wira udah diamankan entar juga dibawa ke kantor polisi, sekarang yang penting itu kita urus Prima, mereka tidak mungkin terus menahan Prima di sini."Galih berusaha untuk membuka jalan pikiran Pram. Sesaat, Pram seperti tidak bisa mengendalikan dirinya, ia ingin segera pulang ke rumah lalu mencari ibunya, tapi perkataan Galih pu
Perasaan Shelin jadi tidak karuan ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Pram. Beberapa kali mantan suaminya itu bicara demikian tentang dirinya yang bukan pembawa sial, Pram selalu mengatakan, bahwa yang membawa sial itu dirinya sendiri."Masalah siapa yang sial, aku tidak mau tahu, karena bagiku, semua yang terjadi itu ada hikmahnya, kejadian buruk sekalipun, rasa trauma karena sudah membuat kehidupan orang lain jadi terpuruk membuat aku berpikir banyak tentang itu, dan yang mempermasalahkan ibu kamu....""Kita bahas ini di depan ibuku? Kamu mau?""Untuk apa?""Aku hanya ingin ibuku tahu aku yang ingin rujuk dengan kamu, bukan kamu, biar beliau tidak menyalahkan kamu."Shelin menghela napas. Ditatapnya Pram saat pria itu bicara demikian, hingga akhirnya perempuan itu setuju dengan apa yang diusulkan Pram, dan mereka melanjutkan perjalanan pulang khawatir Sheila mencari mereka karena sudah pergi terlalu lama.***"Julie?" Sumi terkejut ketika saat ia membuka pintu rumahnya, Julie
Sang ustadz menghela napas panjang mendengar isi pertanyaan Pram. Ia menatap Pram, Shelin dan Galih bergantian."Orang yang memberikan perintah pada seorang dukun untuk melakukan kejahatan, akan menerima balasannya sendiri, Nak. Jadi, lambat laun, Allah akan memberikan balasannya, kau tidak perlu repot untuk membalas.""Tidak perlu diperkarakan?" "Kamu memperkarakan dengan kondisi dia yang seperti itu, hukumannya juga tertunda, kepolisian akan membuat dia sembuh dulu baru proses dijalankan, biasanya hal-hal seperti itu tidak akan bisa sembuh kecuali ada mukjizat dari Allah dan orang itu sendiri bertobat, jika tidak entahlah....""Begitu, ya. Baiklah, terima kasih, Ustadz, kalau begitu kami pamit dulu, terima kasih sekali lagi." Pram, Shelin dan juga Galih akhirnya pamit dari hadapan ustadz tersebut. Mereka berpikir mungkin akan lebih baik ke rumah sakit untuk mengetahui bagaimana keadaan Ratna sebelum kembali ke kost Shelin. Shelin menghubungi Sumi untuk memastikan apakah sang ana
Galih, Pram dan juga Shelin manggut-manggut mendengar penjelasan pria tersebut. Lalu, mereka mempersilahkan orang itu untuk memanggil seorang ustadz terdekat agar bisa memeriksa keadaan pemilik rumah yang dibayar Ratna untuk praktik ilmu tak lazimnya. Beberapa saat kemudian, orang itu sudah kembali bersama ustadz yang dimaksud dan mereka langsung masuk ke rumah dukun yang dibayar Ratna untuk memeriksa apa yang terjadi, akan tetapi, ketika mereka baru saja sampai di ambang pintu, dukun itu berteriak agar mereka tidak masuk.Ustadz itu meminta yang lain untuk tetap di luar, karena pria pemilik rumah itu menatap tajam ke arahnya dengan mata yang merah entah karena apa."Pergilah kamu dari raga orang itu, jangan mengganggu manusia, kau punya dunia sendiri, jangan mengacaukan kehidupan manusia!"Ustadz itu bicara dan Pram, Galih, Shelin serta laki-laki yang memanggil ustadz itu memperhatikan dengan raut wajah yang demikian tegang. "Aku tidak akan pergi! Dia harus bertanggung jawab atas k
Pendapat Galih akhirnya diterima oleh Pram. Shelin meminta maaf pada Sumi karena sudah merepotkan wanita itu untuk membuatnya menjaga Sheila, namun Sumi meyakinkan pada Shelin bahwa ia tidak keberatan sama sekali untuk menjaga anak temannya tersebut. Alhasil, mereka segera berangkat ke tempat di mana Pram mendapatkan informasi tentang dukun yang dimaksud. Mereka berharap, informasi itu benar, karena mereka ingin masalah bisa selesai secepatnya.Setelah menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan lantaran terjebak macet, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang dikatakan rumah di mana Ratna sering terlihat datang di waktu waktu yang tidak biasa. Saat mereka mengetuk pintu rumah tersebut, cukup lama mereka menunggu pintu itu dibuka, sampai akhirnya, seseorang membukakan pintu dan terlihat heran melihat beberapa orang berdiri di depannya seperti itu. "Ada perlu apa kalian ke sini?" tanyanya dengan wajah kurang bersahabat."Ada perlu untuk mengetahui apa yang dilakukan seseorang yan
Sang ibu terenyuh mendengar apa yang diucapkan oleh sang anak angkat, ia tidak bisa berkata-kata, meskipun ada kekhawatiran yang ia simpan di dasar hati jika nanti Prima justru kembali pada keluarga aslinya, namun wanita itu tidak bisa melarang apa yang diinginkan oleh sang anak. Karena baginya, kebahagiaan Prima yang terpenting."Jaga anakku dengan baik, Julie, apapun kesalahan yang pernah kau lakukan, aku harap kau tidak melakukannya kembali terlebih pada putraku, kalau kau menyakitinya, aku orang pertama yang sangat ingin memberikan kamu pelajaran, ingat itu."Begitu pesan ibunya Prima pada Julie sebelum akhirnya perempuan itu keluar dari ruangan untuk mengurus administrasi perawatan Prima.***"Selamat ya, aku ikut senang ternyata kalian itu berjodoh, jangan ditunda untuk menikah, kalian cocok!" Shelin bicara demikian ketika mengetahui Galih dan Sumi akhirnya resmi berpacaran dan sebentar lagi akan menikah setelah meyakini kasus Pram dan juga Shelin yang terbelit masalah berkaita
Karena terkejut dengan apa yang menimpa Prima, Julie berteriak minta tolong. Ibunya Prima yang kebetulan ada di rumah segera ke ruang tamu. Tanpa berpikir panjang, ia berteriak memanggil tukang kebun agar bisa membantunya untuk membawa Prima ke rumah sakit. Julie menawarkan bantuan untuk memakai mobilnya saja. Ibunya Prima mengiyakan, dibantu tukang kebun, mereka segera membawa Prima ke mobil milik Julie dan setelah memasukkan tubuh Prima ke mobil, Julie dan wanita itu segera masuk pula ke dalam mobil. Sesampainya di rumah sakit terdekat, mereka meminta bantuan para petugas medis untuk membawa Prima ke IGD.Wajah ibunya Prima tidak tenang meskipun anak angkatnya itu sudah ditangani oleh dokter yang bertugas. "Apa yang kau lakukan pada anakku?" tanya wanita itu pada Julie. Mereka sedang menunggu dokter yang memeriksa Prima, hingga perempuan itu memutuskan untuk mengintrogasi Julie. "Aku minta maaf, Tante. Aku tidak bermaksud membuat Prima seperti itu, aku hanya ingin meluruskan se
"Benarkah? Masalah apa itu?" Raut wajah Prima semakin terlihat penasaran mendengar apa yang diucapkan oleh perempuan berambut pirang tersebut. "Kamu benar-benar tidak ingat lagi saat masa kuliah kamu dulu?" tanya Julie hati-hati, sekedar untuk memastikan, Prima masih ingat saat ia masih kuliah atau tidak."Tidak ingat."Dia benar-benar amnesia, ingatannya dihapus menggunakan ilmu kah, sampai ia tidak bisa ingat semuanya? Hati Julie bicara demikian. "Dulu, ada seorang wanita yang memperhatikan kamu secara diam-diam...."Julie mulai bercerita. Dan Prima menyimaknya dengan baik."Wanita itu tidak bisa mendekati, karena kamu sangat selektif dengan siapapun yang dekat denganmu, entah karena apa.""Lalu?""Seiring waktu, kamu yang seperti itu makin tenggelam dalam kesendirian, kamu sibuk dengan duniamu sendiri, tidak peduli dengan orang lain, hingga saat semua sibuk berpacaran, kamu justru tidak pernah suka dengan wanita sama sekali.""Kurasa aku memang orang yang seperti itu, karena ak
"Keterlaluan! Jadi, Mama melakukan ini hanya mengejar harta dan kedudukan?" Pram benar-benar tidak bisa menahan perasaannya sekarang hingga emosinya kembali tersulut meskipun Shelin memintanya untuk sabar karena mereka harus mendengarkan secara tuntas apa yang ingin diceritakan oleh Tante Putri pada mereka."Maaf, Pram, Mama yang salah, Mama memang takut hidup kita miskin, apalagi saat kamu menikah dengan Shelin, kamu itu bangkrut, Mama semakin sulit untuk menerima semuanya, Mama-""Aku yang membuat Pram bangkrut karena aku pembawa sial?" potong Shelin. "Sebenarnya, aku juga tidak tahu pasti, itu hanya pendapatku saja, karena setelah kamu dengan Pram, hidup Pram itu berantakan, aku membencimu, Shelin, lalu aku mendengar tentang nama kalian yang tidak cocok jika bersama, disitulah aku punya cara untuk membuat Pram percaya bahwa kamu pembawa sial!""Jangan salahkan Tante Putri, khusus untuk memisahkan kalian, aku juga ikut andil, aku terobsesi dengan Pram, jadi aku menerima tawaran Ra
Apa yang dikatakan oleh Sumi disetujui oleh Galih. Meskipun sekarang tidak bisa dipungkiri ia bahagia lantaran tidak menyangka ternyata ia dan Sumi berjodoh, tapi memikirkan sahabatnya, Pram yang sekarang sedang masa terpuruk, mau tidak mau membuat kebahagiaan Galih belum lengkap.Sementara itu, Shelin, Julie, Pram dan juga Sheila sudah saling berhadapan dengan Tante Putri yang masih belum dipastikan akan masuk penjara kapan karena kasus yang melibatkan dirinya masih diselidiki secara menyeluruh.Melihat kedatangan semuanya, Tante Putri tertunduk dalam. Perempuan itu merasa terpuruk sekarang dengan apa yang sudah terjadi padanya. "Tante, untuk masalah Wira dan apa yang sudah aku terima, aku tidak akan menuntut Tante asalkan Tante mau bicara apa yang sebenarnya terjadi selama ini, aku berjanji tidak akan menuntut Tante dengan alasan karena aku korban, tapi, aku harap, Tante bisa mengatakan semuanya pada kami semuanya. Tanpa bersisa."Shelin yang lebih dulu bicara, dan Tante Putri terd