Warren Dawson melenggang tenang mengikuti Bianca yang melangkah di hadapannya. Karena Warren meminta untuk berbicara empat mata dengan Bianca, Bianca pun membawa ayahnya tersebut ke kamarnya. Ke dalam ruangan yang mampu menyembunyikan mereka dari segala mata yang memandang. Setelah sampai di kamar Bianca juga, ketika pintu tertutup di belakang mereka dan menyisakan keheningan di udara, ketika Bianca berbalik menghadap ayahnya..., dan PLAKKK!!! Satu tamparan mendarat di pipi Bianca. Keras tamparannya memecah keheningan, membuat Bianca terhuyung mundur dengan telinga berdengung. Bianca sudah menduga ini akan terjadi, tapi sialan, ia masih tidak terbiasa dengan sakit pukulan ayahnya. "Siapa kau pikir dirimu sampai berani-berani menginterupsi ucapanku?" Warren menapak satu langkah ke hadapan Bianca, telunjuknya naik lagi dan menoyor kening puterinya. Satu kali, dua kali, sampai hatinya puas. "Saat aku sedang mengajar keluarga Lagrave untuk menghormatimu, kau malah menyelaku? Apa kau an
"Apa salah Erina padamu sampai kau dan ayahmu bersekongkol untuk menyingkirkannya dari sini?"Ketika Bianca mengira ia akan menemukan ketenangan setelah ayahnya pulang, Gerald mendobrak masuk ke kamarnya dan langsung mencecarnya dengan pertanyaan yang menjengkelkan. Untung saja lampu di kamar itu sudah dimatikan, pikir Bianca, ia tidak mau Gerald melihat jejak tamparan Warren di pipinya. Bianca tidak mau memperoleh simpati dari si bajingan yang tidak tau cara mengetuk pintu itu!"Sebelum kau mempertanyakan salah Erina, bagaimana kalau kau bertanya apa yang salah dari ucapan ayahku tadi sampai kau marah-marah begini?" Bianca duduk di bibir ranjang, tangan tersilang di dada. Cahaya samar dari rembulan di luar kamarnya, masuk dan mencetak bayangan karpet di lantai."Kau masih bertanya?" Gerald terpana."Tentu saja. Soalnya aku tidak merasa apa yang ayahku katakan adalah kesalahan. Baiklah, dia memang agak frontal, tapi poin-poin yang dia ucapkan sangat masuk akal.""Jadi menurutmu, menyi
'Hanya karena aku memahami posisiku, bukan berarti aku akan tiba-tiba berubah ramah pada Bianca dan bersikap seperti pria kasmaran padanya,' Gerald membatin kesal ketika untuk kesekian kalinya, ia kembali mendengar omelan Roman tentang 'betapa pentingnya kerja sama dengan keluarga Dawson, dan betapa rumah tangga Gerald dan Bianca mempunyai peran signifikan dalam berlangsungnya kerja sama mereka'. "Kau hanya perlu bertahan di pernikahan ini selama 5 tahun. Sampai kontrak kerja sama kami selesai, kau bebas meninggalkan wanita itu, Gerald. Kau bebas melakukan apa saja. Bahkan bila kau ingin menikahi 5 wanita, Ayah tidak akan melarangmu. Hanya..., jaga hubunganmu dan Bianca sekarang." "Aku mengerti maksud Ayah, tapi itu tidak berarti aku akan mengabaikan sikapnya yang berusaha menyingkirkan Erina. Erina..., dia adalah bagian keluarga kita." "Aku setuju dengan Gerald," sahut Melisa. "Sepenting-pentingnya bisnis, keluarga adalah nomor satu. Aku tidak mau orang asing mendikte kita tentang
"Apa kau impoten?"Gerald sedang mengancing baju kemejanya satu-persatu di depan lemari. Pikirannya pagi itu teduh dan tenang, sampai akhirnya suara Bianca kemarin sore mencuat di benaknya. Gerald membanting pintu lemari dengan keras sebelum berlalu dari sana dengan wajah kusut menahan murka."Siapa yang dia sebut impoten?" Gerald mengomel keki. Ucapan Bianca tempo hari sangat melukai harga dirinya sebagai pria yang sehat dan prima. Kejantanannya, maskulinitasnya sebagai seorang pria, diremehkan, dan demi Tuhan, itu sangat menjengkelkan.Gerald tau Bianca hanya memprovokasinya, mengejeknya demi memenangkan sebuah argumen. Namun..., argumen itu tidak akan keluar dari bibir Bianca kalau pemikiran itu tidak pernah ada di benaknya. Dia tidak akan pernah mengatakan sesuatu yang tidak ada di pikirannya, tidak terkecuali selama ini..."Apa dia menganggapku impoten selama ini?"Gerald menatap pantulan wajahnya di cermin dan mengernyit ngeri.Jangan bilang kalau selama ini Bianca menertawainya
"Di mata keluarga Lagrave, kau hanya seorang sanderaan yang mereka gunakan untuk mempertahankan kerja sama dengan Ayah. Aku mengerti itu adalah hubungan yang wajar, semenjak pernikahan kalian adalah pernikahan bisnis. Tapi..., memikirkan kau harus tinggal bersama segerombol orang asing yang menjadikanmu objek, aku tidak bisa tidur tenang di sini." Setelah berpisah lama dengan Clarissa Dawson, Bianca akhirnya menerima kabar dari adiknya tersebut. Namun, bukannya membahas kesenangan Clarissa selama di Stanford, adiknya itu malah membahas tentang status kehidupan Bianca sekarang. "Kalau kau mencemaskanku, kau seharusnya menghubungiku lebih awal. Aku mencemaskanmu setiap hari di sini." Bianca menimpali ucapan Clary di telepon, kakinya berayun riang di bawah bangku taman. Menyapu dedaunan. Mendengar suara Clary sudah melonjakkan suasana hatinya hingga ke surga. "Dengar, Clary. Kau tidak perlu mencemaskanku sama sekali. Aku baik-baik saja di sini. Kau tidak tau, kan? Selama di sini aku su
"Aku sudah memikirkan ini," kata Bianca, suaranya yang serius bertolak belakang dengan posturnya yang sangat membingungkan. Bianca sekarang, sedang berbaring di atas tempat tidur Gerald. Berbaring dengan pose yang unik, tidak, itu aneh. Kepalanya terkulai menjuntai di bibir ranjang, membuat rambut panjangnya tergerai jatuh ke lantai seperti tinta yang tumpah. "Apa kau bisa berpikir dalam pose itu?" Gerald menatap Bianca dengan pandangan heran. Lima bulan telah berlalu setelah Gerald menjadikan wanita alien itu istrinya, dan selama lima bulan ini, hidup Gerald sudah dijungkir-balikkan oleh keberadaan Bianca yang demi Tuhan, sangat sulit terbaca dan sangat sulit dipahami. Di bulan pertama pernikahan mereka, Gerald ingat hubungannya dan Bianca sudah seperti Tom And Jerry yang selalu bertikai setiap berjumpa. Bianca meneriakkan isi hatinya kalau dia membenci Gerald, dan Gerald pun menunjukkan rasa yang sama, bahwa kebencian mereka setara, dan mungkin, kebencian Gerald lebih besar lagi.
"Kuperhatikan, belakangan ini kau dan Gerald menjadi cukup dekat." Olliver Lagrave, si sulung dari keluarga Lagrave tersebut berujar sambil memperhatikan beragam perhiasan yang diuraikan di atas meja, khusus untuk dirinya dan Bianca. Di sebelah Olliver, Bianca memperhatikan kalung-kalung dengan beragam permata yang menggemaskan dan jelita tersebut dengan seksama. Bianca, tepatnya, sedang mencari hadiah ulang tahun untuk adiknya, Clarissa. Bianca memikirkan kalau kalung adalah hadiah yang tempat untuk adiknya tersebut mengingat Clarissa sudah menapak usia 19, usia ketika ia menjadi lebih dewasa sebagai wanita. Ia akan meninggalkan kepolosannya dan masuk ke dunia orang-orang dewasa yang hitam dan menjijikkan. Oke, itu agak negatif. "Kami kelihatan dekat hanya karena aku sudah menempeli Gerald seperti kuman." "Aku mengerti kau memang orang yang sudah mendekati Gerald dan sangat gencar mendekatinya. Hanya saja, bukan kedekatan seperti itu yang kumaksudkan." "Jadi?" "Hanya..., kurasa,
Mengikuti kata-kata Olliver, Bianca berujung berkencan dengan pria itu seharian. Kencan yang tentunya, tidak seperti kencan sepasang kekasih, kencan Bianca dan Olliver lebih seperti dua saudara yang berkencan. Tidak ada hal-hal romantis semacam berbagi kecupan, berpegangan tangan atau bercumbu di kegelapan. TIDAK! Hal-hal nista seperti itu tidak terjadi, dan Bianca juga tidak mengharapkan hal itu untuk terjadi. Jika ada hal yang terjadi selama kencan mereka adalah, mereka pergi ke bioskop dan menonton franchise film superhero yang sedang naik daun belakangan, pergi ke restoran Jepang dan mencicipi berbagai menu seafood yang terasa pedas dan asin di lidah, menikmati segelas boba yang uniknya, baru pertama kali Olliver cicipi dan pria itu kecanduan. Oh, mereka juga menonton atraksi sulap di bibir jalan, dan Bianca menganggap penampilan itu penuh tipuan. Terakhir, sebagai penutup kencan mereka, Olliver mengajak Bianca singgah ke sebuah cafe yang katanya, tempat langganannya. Mereka men
"Apa?" tanya Bianca, delikan matanya menyerang Gerald yang nampak kesusahan menahan senyuman.Iya, Gerald Lagrave yang terkenal dingin dan tak berperasaan itu sekarang cekikikan di sampingnya, meliriknya dengan tatapan jenaka yang menggoda. Jika saja Bianca tidak sedang kesal dengan Gerald, dia mungkin akan menganggap ekspresi pria itu begitu menawan dan memukaukan sekarang. Namun...Namun...Kekesalannya terhadap pria itu lebih mendominasinya, dan kekesalan tersebut bukan muncul tanpa alasan.Gerald Lagrave, suaminya yang memiliki energi dan stamina layaknya binatang buas di hutan sabana, sudah mengerjainya kemarin pagi, kemarin sore, kemarin malam dan oh, jangan lupakan tadi pagi juga. Dia terlalu bersemangat, demi Tuhan, dan semangatnya itu menakutkan.Permainan yang awalnya menyenangkan bagi Bianca, sesuatu yang menurutnya luar biasa, sekarang berubah menjengkelkan dan sangat melelahkan. Itu berubah menakutkan.Bianca jengkel setengah mati karena Gerald susah dibuat berhenti!Apa
"Kalian dari mana?"--merupakan pertanyaan yang menyambut Bianca dan Gerald begitu mereka sampai di rumah. Si penanya--Erina--berdiri di ruang tamu, menyambut mereka dengan penampilan yang begitu segar dan mengagumkan. "Kami baru saja selesai berjalan-jalan," Gerald berujar sambil merangkul Bianca rapat ke arahnya. Rangkulan itu pula membuatnya berujung disikut. Bianca masih kurang nyaman melakukan kontak fisik dengan Gerald, ia merasa nyalinya melunak dan jantungnya akan meledak. "Awww, kalau aku tau kalian akan berjalan-jalan, aku akan ikut." Erina mengerucutkan bibir. "Aku sangat suka jalan-jalan pagi." "Kau masih bisa jalan-jalan," Bianca menimpali. "Sekarang masih jam setengah tujuh, bukan? Gerald..., kau mau menemani Erina?" "Huh?" reaksi Gerald menyiratkan keterkejutan dan sedikit..., penolakan? Dia nampak tidak menyukai ide tersebut. "Aku baru saja berjalan-jalan denganmu. Aku berencana tidur kembali setelah ini." "Tidur lagi?" "Aku kurang tidur semalam." Semalam, ya? O
"Ugh..."Langit masih gelap di luar sana ketika Bianca terbangun dari tidurnya. Waktu menunjukkan pukul 5. Ketika ia seharusnya kembali memejamkan mata, tidur dan membiarkan hangat selimut dan lengan Gerald melingkupinya, Bianca malah memutuskan bangun.Ia beranjak perlahan-lahan dari posisi berbaringnya, berusaha lepas dari dekapan Gerald tanpa membangunkan singa tidur tersebut.'Sialan,' pikir Bianca. Nyeri di ototnya, merah di kulitnya, membuat Bianca bertanya-tanya kegilaan macam apa yang sudah terjadi semalam? Apa yang sudah ia lakukan sampai memancing Gerald menciumnya dan menuntun mereka ke dalam pergelutan buas yang kalau Bianca ingat-ingat kembali, sangat memalukan?'Gerald adalah binatang,' Bianca sangat yakin sekarang.Pria itu mungkin mempunyai wujud manusia dengan raut tampan yang memukau dan mempesona. Namun, di balik ketenangan yang rautnya tunjukkan, ada binatang bersemayam di tubuhnya. Dia begitu liar dan tidak tau kapan harus berhenti. Tidak, mungkin dia memang tidak
Mungkin karena terlalu asik dengan dunia menggambarnya, Bianca tidak menyadari sesosok pria yang kini berdiri di depan pintu kamarnya, memantaunya. Atau, mungkin karena musik yang menyumpal kupingnya juga, Bianca tidak mendengar dan menyadari kedatangan pria itu.Pria itu--atau tepatnya--Gerald Lagrave."Dan di sini aku menembus badai salju karena mencemaskannya sendirian." Gerald menghela napas panjang.Di hatinya, ia merasa lega melihat Bianca baik-baik saja sendirian di kamarnya. Sebelum ini, Gerald mencemaskan Bianca, takut gadis itu akan diliputi kesedihan karena kesepian. Habisnya, siapa yang bisa berbahagia ketika di hari orang-orang berparade di pusat kota dengan senyum sumringah ceria, dia malah terjebak sendirian di kamarnya tanpa teman untuk diajak bicara.Setelah mendengar kabar Bianca tidak pergi kemana-mana, Gerald segera meninggalkan pesta alumninya. Perjalanannya pulang sempat terhambat karena salju yang menumpuk tebal di jalanan. Ia tidak mempunyai pilihan lain selain
Pergantian tahun tinggal hitungan jam lagi. Ketika orang-orang kerap berkumpul di pusat kota, merayakan tahun baru dengan kembang api yang menghiasi angkasa, berkumpul dengan keluarga, pergi ke restoran dan menikmati beragam hiburan, Bianca Lagrave--malangnya--terjebak di mansion keluarga Lagrave karena badai salju yang terjadi di luar.Alih-alih bergembira dan berpesta, ia terjebak di kamarnya, menatap langit-langit kamar dengan satu mug cokelat panas tergeletak di atas meja. Sendirian tanpa Junie, karena pelayannya itu mengambil cuti akhir tahun.Di luar kamarnya pun, mansion keluarga Lagrave begitu sunyi karena Melisa dan Roman Lagrave berangkat ke Newyork untuk merayakan tahun baru bersama kolega bisnis mereka di sana. Olliver, Erina dan Gerald di sisi lain, menghadiri selebrasi tahun baru yang dirayakan teman alumni sekolah mereka.Bianca--sebenarnya--bisa saja menempeli Gerald dan ikut menunjukkan wajahnya di pesta tersebut. Namun, demi mengikuti rencananya yang ingin menjadi 'i
"Mau bagaimana lagi," adalah gumaman Bianca begitu ia masuk ke kamarnya dan menemukan pot pemberian Liam sudah pecah di lantai.Junie berada di lokasi pecahan tersebut, mata bergetar gugup. Setelah Bianca datang, Junie langsung bersimpuh di kakinya penuh drama, memohon ampun karena sudah tidak sengaja memecahkan hadiah natal Bianca."Aku tidak sengaja menyenggolnya ketika sedang membersihkan meja, Miss. Bia. Aku sudah bersalah. Maafkan aku, aku tidak tau mengapa aku bisa selalai ini dalam bekerja. Aku benar-benar berdosa..."Bianca ingin marah, sebenarnya. Mengingat pot tembikar pemberian Liam adalah sebuah mahakarya yang hanya ada sedikit di dunia.Pot tersebut mungkin berharga puluhan juta dan sangat berarti bagi Bianca juga, karena itu adalah hadiah dari sahabatnya. Namun, bagaimana bisa ia menyalahkan Junie ketika wanita itu mengaku tidak sengaja?Ketidak-sengajaan bukanlah kesalahan. Terkecuali ia melakukannya berulang-ulang, dan ini adalah kali pertama Junie melakukan kesalahan.
Gerald berniat mengajak Bianca makan siang bersama di luar hari ini.Di pikiran Gerald, atau lebih tepatnya, dari jawaban yang ia temukan di internet, Gerald menemukan jawaban kalau keakraban dapat terjalin tergantung seberapa sering dua orang menghabiskan waktu bersama, bertukar obrolan dan terbuka pada satu sama lain.Bukan berarti Gerald adalah pribadi tolol yang tidak tau cara bersosialisasi. Namun, bersosialisasi dalam bentuk formalitas dan bersosialisasi untuk mendekati wanita adalah dua hal yang berbeda.Gerald ingin menerapkan pengetahuannya tersebut pada proyek yang akan ia jalankan mulai hari ini. Sebuah proyek yang ia namakan sebagai 'Meruntuhkan tembok pertahanan Bianca', sebuah awal dari masa depan mereka yang sudah berdamai.Gerald berniat mengajak Bianca keluar, tapi ketika ia masuk ke kamar Bianca, ia dihadapkan pada realita yang tidak berjalan sesuai ekspektasinya. Bianca, dalam keadaan bertiarap di tempat tidur, terlelap tanpa melepaskan mantelnya. Surai hitam ikalny
'Akhirnya...'Suara batin Bianca tertuang jelas dalam ekspresinya. Kelegaan menyeruak di dadanya, terima kasih pada pemandangan mansion keluarga Lagrave yang kini berada di depan hidungnya. Akhirnya, pikir Bianca, ia bisa kembali ke kamarnya pribadi, jauh-jauh dari suaminya yang bersikap unik dan terus-terusan menggodanya.'Hanya karena kami menghabiskan malam panas bersama...' Bianca membatin lalu ingin membentur kepalanya ke dinding. Tidak peduli seberapa keras ia ingin menyepelekan perihal itu dengan melabelinya sebagai 'Hanya'. Ingatan ketika ia merintih gerah di bawah Gerald muncul di benaknya, mempermalukannya. Bagaimana bisa bersikap sevulgar itu?"Gerry..., kalian akhirnya kembali." Menyambut Gerald dan Bianca, Erina muncul dengan cengiran manis yang menyegarkan mata. Bianca segera menapak selangkah lebih jauh dari Gerald yang sejak tadi menempeli punggungnya. Ia merasa risih memamerkan kemesraan yang hei, apa ini kemesraan?Bianca tidak tau apa pun, demi Tuhan. Ia hanya tidak
Sebelum Bianca bertemu muka dengan Gerald, pria yang dirumorkan akan menjadi calon suaminya, reputasi pria itu sudah mencapai telinga Bianca terlebih dahulu. Bahwa, Gerald Lagrave adalah pematah hati wanita, balok es yang mengambang di lautan antartika, ketampanannya mengintimidasi, tatapannya membekukan nyali.Bianca--sejak awal--selalu memandang Gerald berdasarkan imej pria itu.Setelah mereka menikah pun, Bianca menyadari kalau reputasi Gerald bukan sekedar omong besar orang-orang. Gerald memang pria dingin dan paling menyebalkan, dia juga pria bengis dengan sikap mengiritasi.Gerald adalah pria minim ekspresi dengan kepribadian yang tidak menyenangkan. Bianca sudah tidak meragukan itu lagi. Tidak sampai ia melihat pria itu tertawa riang begitu tubuhnya melayang di udara, melakukan bungee jumping dengan senyuman lebar mekar di paras batunya.Bianca berpikir, 'Oh, Gerald ternyata bisa tertawa juga!'. Lalu, ia memperhatikan kedekatan Gerald dan Erina, Bianca melihat Gerald kerap ters