"Aku sudah memikirkan ini," kata Bianca, suaranya yang serius bertolak belakang dengan posturnya yang sangat membingungkan. Bianca sekarang, sedang berbaring di atas tempat tidur Gerald. Berbaring dengan pose yang unik, tidak, itu aneh. Kepalanya terkulai menjuntai di bibir ranjang, membuat rambut panjangnya tergerai jatuh ke lantai seperti tinta yang tumpah. "Apa kau bisa berpikir dalam pose itu?" Gerald menatap Bianca dengan pandangan heran. Lima bulan telah berlalu setelah Gerald menjadikan wanita alien itu istrinya, dan selama lima bulan ini, hidup Gerald sudah dijungkir-balikkan oleh keberadaan Bianca yang demi Tuhan, sangat sulit terbaca dan sangat sulit dipahami. Di bulan pertama pernikahan mereka, Gerald ingat hubungannya dan Bianca sudah seperti Tom And Jerry yang selalu bertikai setiap berjumpa. Bianca meneriakkan isi hatinya kalau dia membenci Gerald, dan Gerald pun menunjukkan rasa yang sama, bahwa kebencian mereka setara, dan mungkin, kebencian Gerald lebih besar lagi.
"Kuperhatikan, belakangan ini kau dan Gerald menjadi cukup dekat." Olliver Lagrave, si sulung dari keluarga Lagrave tersebut berujar sambil memperhatikan beragam perhiasan yang diuraikan di atas meja, khusus untuk dirinya dan Bianca. Di sebelah Olliver, Bianca memperhatikan kalung-kalung dengan beragam permata yang menggemaskan dan jelita tersebut dengan seksama. Bianca, tepatnya, sedang mencari hadiah ulang tahun untuk adiknya, Clarissa. Bianca memikirkan kalau kalung adalah hadiah yang tempat untuk adiknya tersebut mengingat Clarissa sudah menapak usia 19, usia ketika ia menjadi lebih dewasa sebagai wanita. Ia akan meninggalkan kepolosannya dan masuk ke dunia orang-orang dewasa yang hitam dan menjijikkan. Oke, itu agak negatif. "Kami kelihatan dekat hanya karena aku sudah menempeli Gerald seperti kuman." "Aku mengerti kau memang orang yang sudah mendekati Gerald dan sangat gencar mendekatinya. Hanya saja, bukan kedekatan seperti itu yang kumaksudkan." "Jadi?" "Hanya..., kurasa,
Mengikuti kata-kata Olliver, Bianca berujung berkencan dengan pria itu seharian. Kencan yang tentunya, tidak seperti kencan sepasang kekasih, kencan Bianca dan Olliver lebih seperti dua saudara yang berkencan. Tidak ada hal-hal romantis semacam berbagi kecupan, berpegangan tangan atau bercumbu di kegelapan. TIDAK! Hal-hal nista seperti itu tidak terjadi, dan Bianca juga tidak mengharapkan hal itu untuk terjadi. Jika ada hal yang terjadi selama kencan mereka adalah, mereka pergi ke bioskop dan menonton franchise film superhero yang sedang naik daun belakangan, pergi ke restoran Jepang dan mencicipi berbagai menu seafood yang terasa pedas dan asin di lidah, menikmati segelas boba yang uniknya, baru pertama kali Olliver cicipi dan pria itu kecanduan. Oh, mereka juga menonton atraksi sulap di bibir jalan, dan Bianca menganggap penampilan itu penuh tipuan. Terakhir, sebagai penutup kencan mereka, Olliver mengajak Bianca singgah ke sebuah cafe yang katanya, tempat langganannya. Mereka men
"Mengapa kau melakukan itu?""Mengapa aku melakukan apa?"Malam itu, di kamar tidur Olliver, Gerald datang mengunjungi saudaranya tersebut dan langsung mencecar saudaranya itu dengan pertanyaan yang cukup ambigu, karena..., apa maksudnya dengan mengapa, dan melakukan apa? Olliver tidak tau apa yang sudah ia lakukan sampai Gerald menatapnya dengan delikan tajam."Aku mempertanyakan maksudmu mendekati Bianca." terang Gerald, lebih tegas."Aaah, itu..., aku hanya melakukan tugasku.""Dan apa itu tugasmu?"Olliver yang sejak tadi duduk di meja kerjanya, menggunakan telapak tangannya untuk bertopang dagu di meja. "Untuk mempertahankan Bianca di sini, tentunya."Gerald menghela napas. "Aku mengerti kau sangat peduli pada kerja sama kita dengan keluarga Dawson, tapi tidakkah kau merasa kau sudah melewati batas? Mempertahankan Bianca adalah tugasku, aku adalah suaminya. Kau seharusnya tidak mencampuri urusan kami.""Aku tidak berniat mencampuri, tapi..., kau tidak melakukan tugasmu dengan bai
"Itu kalung yang indah," merupakan pujian yang dilontarkan Melisa ketika melihat Bianca bergabung bersama mereka di meja makan. Kalung sapphire pemberian Gerald mencolok begitu elegan di leher Bianca, membuat Melisa refleks memujinya. Bianca tersenyum riang. "Benarkan? Aku juga merasa begitu. Gerald memberikannya untukku." "Gerald?" Bianca mengangguk tersipu. "Gerry begitu perhatian, bukan? Aku mengingat ketika ulang tahunku, dia juga memberikanku hadiah yang begitu mewah..." Erina ikut berbicara, dan ucapannya membuat Bianca ingin menyumpal mulut wanita itu dengan daun seledri di atas meja. "Oh, Ibu ingat...," kata Melisa juga. "Gerald memberikanmu gelang emerald yang dia desain sendiri, bukan? Gerald memang pria yang penuh kasih sayang, dan dia tidak pernah menunjukkan kasih sayangnya setengah-setengah." "Oh, oh...," tutur Bianca, seperti takjub. "Apa itu artinya Gerald sangat menyayangi Rinie?" "Ah..., itu..."Melisa tergagap kikuk. Tentunya, tidak seperti Erina yang mengang
"Berkencan di hari senin, kah...?"Tidak peduli bagaimana Bianca berusaha merasionalkan keputusan Gerald, Bianca masih merasa tindakan pria itu sangat tidak masuk akal. Siapa yang berkencan di hari senin, dan paling parah, di jam setengah dua belas siang? Meskipun sekarang sudah memasuki musim dingin, temperatur lebih rendah daripada normal dan cuaca lebih sering mendung daripada cerah, tetap saja..., senin adalah senin.Senin adalah hari tersibuk di dunia!"Aku jadi penasaran," kata Bianca, ia yang duduk berdampingan dengan Gerald di dalam mobil yang kini melesat di jalan raya, menoleh ke arah Gerald yang menyetir tanpa ekspresi di wajahnya."Apa kau pernah berkencan sebelumnya?""Kenapa kau mau tau?" Gerald melirik Bianca dari sudut matanya."Hanya..., selama ini, hubunganmu dan Erina hanya hubungan satu arah, kan..., jadi..., kalian mungkin tidak pernah berkencan sungguhan...""Aku selalu penasaran mengenai ini, apa perasaanku kepada Erina begitu terbaca atau kau hanya menarik kesi
"Terima kasih," tutur Bianca, ekspresinya meredup tanpa warna. "Kau sudah merusak pandanganku tentang romansa."Tadi, selepas Gerald melepaskan pagutannya di bibir Bianca, meninggalkan gadis itu dengan bibir yang basah oleh saliva, Gerald menangkup pipinya dan mengucapkan hal yang membuat jantung Bianca mencelos ke perutnya. "Lihat..., aku baik-baik saja menciummu meskipun aku tidak mempunyai perasaan apa pun padamu."Pelajaran. Gerald hanya memberikannya pelajaran tentang asmara yang sesungguhnya. Bahwa, tanpa perasaan pun, pria dan wanita bisa bergelut panas penuh gairah. Bahwa, meskipun hati Gerald berada pada Erina, dia masih bisa mencium Bianca dengan hasrat panas menggelora. Itu menjijikkan. Bianca merasa malu sudah tergerus dalam pagutan pria itu.Apa dia wanita gampangan yang akan luluh pada siapa pun yang menciumnya?"Aku tidak merusak pandanganmu terhadap apa pun, aku hanya mengajarkanmu tentang dunia orang dewasa.""Sepertinya kau lupa, aku hanya 2 tahun lebih muda darimu."
"Bagaimana kencanmu dan Gerald kemarin?"Menyenangkan--adalah jawaban yang tertahan di bibir Bianca. Ia menatap kepada Olliver yang melontarkan tanya padanya, dan memutuskan menjawab dengan anggukan ringan. "Kurasa, itu baik.""Hanya baik?""Baik...," jawab Bianca, ia menahan diri untuk tidak menjadi antusias dalam ceritanya karena itu akan berujung memalukan. Dia di sini harusnya menjadi istri yang teraniaya, bukan istri yang berbahagia. Ia seharusnya tidak bersenang-senang kemarin, ugh, rencananya jadi berantakan.Mengingat kencannya kemarin, Bianca tidak bisa mengatakan kalau kencan itu berujung naas dan menjijikkan karena seriusan, setelah Gerald memaksanya naik roller coaster dan mereka mengobrol ringan tentang apa yang menurut mereka 'menyenangkan', Gerald pun tidak mengerjainya lagi dengan memaksanya naik wahana ekstrim. Mereka seperti menemukan garis tengah yang pas untuk bisa bersenang-senang tanpa menyiksa satu sama lain.Gerald menemaninya menaiki wahana biasa dan selama it
"Apa?" tanya Bianca, delikan matanya menyerang Gerald yang nampak kesusahan menahan senyuman.Iya, Gerald Lagrave yang terkenal dingin dan tak berperasaan itu sekarang cekikikan di sampingnya, meliriknya dengan tatapan jenaka yang menggoda. Jika saja Bianca tidak sedang kesal dengan Gerald, dia mungkin akan menganggap ekspresi pria itu begitu menawan dan memukaukan sekarang. Namun...Namun...Kekesalannya terhadap pria itu lebih mendominasinya, dan kekesalan tersebut bukan muncul tanpa alasan.Gerald Lagrave, suaminya yang memiliki energi dan stamina layaknya binatang buas di hutan sabana, sudah mengerjainya kemarin pagi, kemarin sore, kemarin malam dan oh, jangan lupakan tadi pagi juga. Dia terlalu bersemangat, demi Tuhan, dan semangatnya itu menakutkan.Permainan yang awalnya menyenangkan bagi Bianca, sesuatu yang menurutnya luar biasa, sekarang berubah menjengkelkan dan sangat melelahkan. Itu berubah menakutkan.Bianca jengkel setengah mati karena Gerald susah dibuat berhenti!Apa
"Kalian dari mana?"--merupakan pertanyaan yang menyambut Bianca dan Gerald begitu mereka sampai di rumah. Si penanya--Erina--berdiri di ruang tamu, menyambut mereka dengan penampilan yang begitu segar dan mengagumkan. "Kami baru saja selesai berjalan-jalan," Gerald berujar sambil merangkul Bianca rapat ke arahnya. Rangkulan itu pula membuatnya berujung disikut. Bianca masih kurang nyaman melakukan kontak fisik dengan Gerald, ia merasa nyalinya melunak dan jantungnya akan meledak. "Awww, kalau aku tau kalian akan berjalan-jalan, aku akan ikut." Erina mengerucutkan bibir. "Aku sangat suka jalan-jalan pagi." "Kau masih bisa jalan-jalan," Bianca menimpali. "Sekarang masih jam setengah tujuh, bukan? Gerald..., kau mau menemani Erina?" "Huh?" reaksi Gerald menyiratkan keterkejutan dan sedikit..., penolakan? Dia nampak tidak menyukai ide tersebut. "Aku baru saja berjalan-jalan denganmu. Aku berencana tidur kembali setelah ini." "Tidur lagi?" "Aku kurang tidur semalam." Semalam, ya? O
"Ugh..."Langit masih gelap di luar sana ketika Bianca terbangun dari tidurnya. Waktu menunjukkan pukul 5. Ketika ia seharusnya kembali memejamkan mata, tidur dan membiarkan hangat selimut dan lengan Gerald melingkupinya, Bianca malah memutuskan bangun.Ia beranjak perlahan-lahan dari posisi berbaringnya, berusaha lepas dari dekapan Gerald tanpa membangunkan singa tidur tersebut.'Sialan,' pikir Bianca. Nyeri di ototnya, merah di kulitnya, membuat Bianca bertanya-tanya kegilaan macam apa yang sudah terjadi semalam? Apa yang sudah ia lakukan sampai memancing Gerald menciumnya dan menuntun mereka ke dalam pergelutan buas yang kalau Bianca ingat-ingat kembali, sangat memalukan?'Gerald adalah binatang,' Bianca sangat yakin sekarang.Pria itu mungkin mempunyai wujud manusia dengan raut tampan yang memukau dan mempesona. Namun, di balik ketenangan yang rautnya tunjukkan, ada binatang bersemayam di tubuhnya. Dia begitu liar dan tidak tau kapan harus berhenti. Tidak, mungkin dia memang tidak
Mungkin karena terlalu asik dengan dunia menggambarnya, Bianca tidak menyadari sesosok pria yang kini berdiri di depan pintu kamarnya, memantaunya. Atau, mungkin karena musik yang menyumpal kupingnya juga, Bianca tidak mendengar dan menyadari kedatangan pria itu.Pria itu--atau tepatnya--Gerald Lagrave."Dan di sini aku menembus badai salju karena mencemaskannya sendirian." Gerald menghela napas panjang.Di hatinya, ia merasa lega melihat Bianca baik-baik saja sendirian di kamarnya. Sebelum ini, Gerald mencemaskan Bianca, takut gadis itu akan diliputi kesedihan karena kesepian. Habisnya, siapa yang bisa berbahagia ketika di hari orang-orang berparade di pusat kota dengan senyum sumringah ceria, dia malah terjebak sendirian di kamarnya tanpa teman untuk diajak bicara.Setelah mendengar kabar Bianca tidak pergi kemana-mana, Gerald segera meninggalkan pesta alumninya. Perjalanannya pulang sempat terhambat karena salju yang menumpuk tebal di jalanan. Ia tidak mempunyai pilihan lain selain
Pergantian tahun tinggal hitungan jam lagi. Ketika orang-orang kerap berkumpul di pusat kota, merayakan tahun baru dengan kembang api yang menghiasi angkasa, berkumpul dengan keluarga, pergi ke restoran dan menikmati beragam hiburan, Bianca Lagrave--malangnya--terjebak di mansion keluarga Lagrave karena badai salju yang terjadi di luar.Alih-alih bergembira dan berpesta, ia terjebak di kamarnya, menatap langit-langit kamar dengan satu mug cokelat panas tergeletak di atas meja. Sendirian tanpa Junie, karena pelayannya itu mengambil cuti akhir tahun.Di luar kamarnya pun, mansion keluarga Lagrave begitu sunyi karena Melisa dan Roman Lagrave berangkat ke Newyork untuk merayakan tahun baru bersama kolega bisnis mereka di sana. Olliver, Erina dan Gerald di sisi lain, menghadiri selebrasi tahun baru yang dirayakan teman alumni sekolah mereka.Bianca--sebenarnya--bisa saja menempeli Gerald dan ikut menunjukkan wajahnya di pesta tersebut. Namun, demi mengikuti rencananya yang ingin menjadi 'i
"Mau bagaimana lagi," adalah gumaman Bianca begitu ia masuk ke kamarnya dan menemukan pot pemberian Liam sudah pecah di lantai.Junie berada di lokasi pecahan tersebut, mata bergetar gugup. Setelah Bianca datang, Junie langsung bersimpuh di kakinya penuh drama, memohon ampun karena sudah tidak sengaja memecahkan hadiah natal Bianca."Aku tidak sengaja menyenggolnya ketika sedang membersihkan meja, Miss. Bia. Aku sudah bersalah. Maafkan aku, aku tidak tau mengapa aku bisa selalai ini dalam bekerja. Aku benar-benar berdosa..."Bianca ingin marah, sebenarnya. Mengingat pot tembikar pemberian Liam adalah sebuah mahakarya yang hanya ada sedikit di dunia.Pot tersebut mungkin berharga puluhan juta dan sangat berarti bagi Bianca juga, karena itu adalah hadiah dari sahabatnya. Namun, bagaimana bisa ia menyalahkan Junie ketika wanita itu mengaku tidak sengaja?Ketidak-sengajaan bukanlah kesalahan. Terkecuali ia melakukannya berulang-ulang, dan ini adalah kali pertama Junie melakukan kesalahan.
Gerald berniat mengajak Bianca makan siang bersama di luar hari ini.Di pikiran Gerald, atau lebih tepatnya, dari jawaban yang ia temukan di internet, Gerald menemukan jawaban kalau keakraban dapat terjalin tergantung seberapa sering dua orang menghabiskan waktu bersama, bertukar obrolan dan terbuka pada satu sama lain.Bukan berarti Gerald adalah pribadi tolol yang tidak tau cara bersosialisasi. Namun, bersosialisasi dalam bentuk formalitas dan bersosialisasi untuk mendekati wanita adalah dua hal yang berbeda.Gerald ingin menerapkan pengetahuannya tersebut pada proyek yang akan ia jalankan mulai hari ini. Sebuah proyek yang ia namakan sebagai 'Meruntuhkan tembok pertahanan Bianca', sebuah awal dari masa depan mereka yang sudah berdamai.Gerald berniat mengajak Bianca keluar, tapi ketika ia masuk ke kamar Bianca, ia dihadapkan pada realita yang tidak berjalan sesuai ekspektasinya. Bianca, dalam keadaan bertiarap di tempat tidur, terlelap tanpa melepaskan mantelnya. Surai hitam ikalny
'Akhirnya...'Suara batin Bianca tertuang jelas dalam ekspresinya. Kelegaan menyeruak di dadanya, terima kasih pada pemandangan mansion keluarga Lagrave yang kini berada di depan hidungnya. Akhirnya, pikir Bianca, ia bisa kembali ke kamarnya pribadi, jauh-jauh dari suaminya yang bersikap unik dan terus-terusan menggodanya.'Hanya karena kami menghabiskan malam panas bersama...' Bianca membatin lalu ingin membentur kepalanya ke dinding. Tidak peduli seberapa keras ia ingin menyepelekan perihal itu dengan melabelinya sebagai 'Hanya'. Ingatan ketika ia merintih gerah di bawah Gerald muncul di benaknya, mempermalukannya. Bagaimana bisa bersikap sevulgar itu?"Gerry..., kalian akhirnya kembali." Menyambut Gerald dan Bianca, Erina muncul dengan cengiran manis yang menyegarkan mata. Bianca segera menapak selangkah lebih jauh dari Gerald yang sejak tadi menempeli punggungnya. Ia merasa risih memamerkan kemesraan yang hei, apa ini kemesraan?Bianca tidak tau apa pun, demi Tuhan. Ia hanya tidak
Sebelum Bianca bertemu muka dengan Gerald, pria yang dirumorkan akan menjadi calon suaminya, reputasi pria itu sudah mencapai telinga Bianca terlebih dahulu. Bahwa, Gerald Lagrave adalah pematah hati wanita, balok es yang mengambang di lautan antartika, ketampanannya mengintimidasi, tatapannya membekukan nyali.Bianca--sejak awal--selalu memandang Gerald berdasarkan imej pria itu.Setelah mereka menikah pun, Bianca menyadari kalau reputasi Gerald bukan sekedar omong besar orang-orang. Gerald memang pria dingin dan paling menyebalkan, dia juga pria bengis dengan sikap mengiritasi.Gerald adalah pria minim ekspresi dengan kepribadian yang tidak menyenangkan. Bianca sudah tidak meragukan itu lagi. Tidak sampai ia melihat pria itu tertawa riang begitu tubuhnya melayang di udara, melakukan bungee jumping dengan senyuman lebar mekar di paras batunya.Bianca berpikir, 'Oh, Gerald ternyata bisa tertawa juga!'. Lalu, ia memperhatikan kedekatan Gerald dan Erina, Bianca melihat Gerald kerap ters