BAB 41 AKHIRNYA TALISA TAHUTalisa sudah mandi pagi-pagi sebelum Calvin bangun, dia sudah tidak sabar menunggu email dari Panji, tapi begitu mendapat Email ternyata Talisa malah semakin tidak tenang. Jantungnya masih berdebar-debar ketika bertepatan dengan Calvin yang baru keluar dari kamar mandi. Pria itu terlihat menyeramkan. Calvin cuma memakai lilitan handuk pendek, tiap jengkal otot maskulin di tubuhnya terlihat meregang liat, tapi sepertinya bukan hal itu yang sedang membuat Talisa takut. Talisa takut dengan jumlah harta yang telah diberikan Calvin. Talisa mulai paham kenapa Calvin tidak akan melepaskannya dan bisa sangat murka ketika Talisa tidak berhati-hati."Kenapa kau melihatku seperti itu?"Talisa masih terlalu tegang memikirkan harga nyawanya, sampai dia tidak memperhatikan pertanyaan Calvin."Apa kau mau mengajakku berkelahi!" Calvin memberi tatapan sinis.Talisa baru mau bertanya ketika tiba-tiba ponselnya berbunyi. Panji yang menelpon. Talisa langsung mematikan pangg
BAB 42 INGIN KABURSaat Talisa bangun Calvin sudah tidak ada di tempat tidur. Talisa diam sejenak untuk memikirkan kondisi dirinya yang telah tidur satu ranjang dengan seorang pria. Meskipun Calvin telah berjanji tidak akan mencemari kesuciannya tapi rasanya tetap ada yang tidak benar bagi Talisa.Talisa masih berbaring menatap tempat tidur kosong yang telah ditinggalkan Calvin. Karena tidak mau terus berpikir macam-macam, Talisa buru-buru bangkit dari tempat tidur kemudian berjalan mendekati jendela untuk membuka tirai. Talisa terkejut melihat Calvin sedang berada di halaman belakang, berdiri di dekat tanah yang dia gali untuk mengubur mantan istrinya.Walaupun Tamara sudah berkhianat sepertinya Calvin tetap sangat mencintai Tamara. Talisa tidak tahu, entah sekarang Calvin sedang bersedih atau menyesal, yang pasti Calvin telah tega membunuh wanita yang paling dia cintai. Sampai Tamara sudah tidak bernyawa pun Calvin tetap ingin memilikinya, karena itu Calvin mengubur tubuh wanitany
BAB 43 SIFAT TALISA"Siapa yang melukaimu?" Talisa masih syok dan ternyata matanya berkaca-kaca.Walaupun keras kepala, tidak pernah mau kalah, sebenarnya Talisa memiliki hati yang lembut dan pemaaf. Buktinya Talisa tidak pendendam pada Agung yang tidak tahu diri sebagai kakak laki-laki, sepanjang jalan tadi Talis juga masih terus mengutuk Calvin agar masuk neraka. Tapi ternyata Talisa tetap sangat khawatir ketika melihat Calvin terluka."Aku tidak apa-apa! kau tidak perlu menangis!" Calvin melempar kota tisu di sampingnya agar ditangkap sendiri oleh Talisa.Calvin memang masih belum bisa bangkit karena kakinya masih dijahit. Talisa segera mengunakan tisu yang diberikan Calvin untuk menghapus air matanya kemudian pelan-pelan duduk di samping Calvin."Kau ditembak?"Talisa melihat biji peluru berlumuran darah yang sepertinya baru dikeluarkan dari dalam daging. Mata Talisa kembali mengenang air mata, sungguh hati Talisa benar-benar mudah tersentuh bila melihat orang lain susah atau sak
BAB 44 MENGUJI KEPERCAYAANAda beberapa tahap dalam perkembangan perasan yang tidak bisa dipukul rata untuk langsung disimpulkan sebagai cinta. Berawal dari sekedar suka, mulai nyaman, saling butuh, makin ketergantungan, hingga menjadi cintai pun masih banyak tingkat levelnya.Sepertinya Talisa sedang di level mulai nyaman dengan ciuman Calvin. Ketika Calvin mengais bibirnya, Talisa ikut memutar kepala miring agar nyaman utuk dilumat. Bibir Calvin terasa lembut hangat tapi gerakannya maskulin. Ciuman dewasa yang tenang dan nyaman untuk dinikmati saat siang hari.Bohong jika Talisa tidak menyukai ciuman Calvin. Rahangnya kasar untuk diraba, detail garis wajahnya tegas dan sangat tampan. Calvin terus melumati bibir Talisa yang manis dan sensual untuk di hisap pria. Mereka sedang berada di surga dunia, tempat yang nyaman untuk bercumbu. Meskipun Calvin telah berjanji tidak akan melampaui batas, tapi bila Talisa sendiri yang ikut terbuai maka itu sudah lain perkara.Ciuman Calvin semakin m
BAB 45 SIAPA YANG HARUS DIPERCAYASeharusnya sejak awal Talisa selalu waspada dengan pria yang dia lihat telah mengubur mayat di halaman rumahnya. Talisa benar-benar telah terlibat masalah, dia tidak mau ikut masuk penjara, Talisa tidak mau masa depannya hancur."Sampai kapan kau akan membawaku kabur bersembunyi?" Talisa menuntut Calvin. "Kau benar-benar tetap akan membuatku celaka!""Aku tidak sedang bersembunyi untuk kabur!" tegas Calvin. "Katakan bagaiman kau bisa terlibat dalam penembakan?"Talisa tetap menuntut, dia ingin tahu kenapa kemarin Calvin sampai tertembak. Ternyata Calvin tidak mau menjawab pertanyaan Talisa."Bagaimana aku bisa mempercayaimu?" Talisa kesal, jengkel, dan muak."Karena jika kukatakan siapa yang menembakku, kau juga akan tetap membelanya!"Talisa tercengang dan langsung kembali menebak. "Daren!""Terserah kau ingin percaya padaku atau pengecut yang telah mencampurkan obat tidur di minumanmu!"Bukannya menjelaskan, Calvin malah langsung meninggalkan Talis
BAB 46 KECURIGAAN TALISATalisa langsung mundur pelan-pelan, kembali masuk ke dalam kamar untuk berpikir tenang.'Memang bukan hanya Calvin yang bisa bertemu Tamara di Jakarta!' Pertanyaannya, 'siapa yang terakhir bertemu Tamara?' dan 'kapan tepatnya Tamara meninggal?'Talisa jadi mulai berpikir seperti detektif kriminal.Talisa berusaha mengingat-ingat kembali hari ketika Calvin pulang membawa mayat dalam kantong plastik. Saat itu sudah malam, tapi dari lengan mayat yang terjulur keluar, Talisa yakin tubuh itu masih segar. Kemungkinan baru meninggal siang atau malam sebelumnya.'Bisa jadi pelakunya bukan Calvin. Mungkin Calvin hanya menemukan tubuh mantan istrinya yang sudah tidak bernyawa kemudian membawanya pulang.'Talisa tahu Calvin sangat mencintai Tamara, sampai wanita itu tak bernyawa pun, Calvin tidak akan rela melepaskan.Talisa terus mengingat-ingat lagi detail kejadian hari itu. Malam sebelum kejadian Talisa melihat Calvin membawa mayat, Talisa bertemu Daren di klub.
BAB MABUKTalisa benar-benar telanjang dengan banyak jejak megerikan. Berbagai bekas hisapan di sekitar buah dada, pingul, pinggang, bahkan pangkal paha bagian dalam. Rasanya Talisa ingin menjerit histeris seperti dalam adegan drama, tapi yang keluar dari mulutnya malah berbagai kutukan kotor."Brengsek! terkutuk! Calvin setan!"Talisa segera melompat berdiri dari ranjang cuma dengan gumpalan selimut melilit-lilit dada. Talisa langsung keluar kamar untuk mencari Calvin.Untung Talisa segera menemukan pria yang dia cari, Calvin sedang duduk santai di sofa sambil menerima pangilan telepon."Apa yang kau lakukan padaku?"Calvin berhenti untuk memperhatikan tubuh Talisa yang masih telanjang terbelit selimut sekenanya."Kau telah melecehkanku!" "Kau yang minta!" jawab Calvin tanpa menunjukkan wajah berdosa."Mustahil!" Talisa tidak percaya.Tiba-tiba Calvin alvin membuka sisi bahunya. "Lihat, kau juga menggigitku!""Tidak mungkin!" Talisa melotot tidak percaya. Calvin malah langsung berdi
BAB 48 SATU-SATUNYA KELUARGA Bulan sedang purnama dengan langit malam benderang tanpa serabut awan. Di bawah naungan ribuan bintang, tubuh Talisa diterkam dengan sangat intim oleh lelakinya yang sedang gemas. Mereka berdua sudah terlanjur basah dan kotor. Untungnya udara malam tetap hangat, tidak masalah untuk bercumbu di tempat terbuka. Calvin menekan kepala Talisa sampai berpusar-pusar diatas pasir, saling tengelam dalam ciuman yang semakin dalam, semakin pekat dan panas. Talisa benar-benar sangat hangat, sedikit mabuk membuatnya tidak keberatan untuk diremas di mana saja. Dalam kesadaran penuh Talisa tidak akan mungkin mau berbuat seperti itu dengan pria yang dia tahu masih mencintai mantan istrinya. Calvin terus mengais bibir Talisa sambil meraba ke dalam isi branya. Talisa tumbuh mengeras kenyal, dia juga bergairah ingin dicumbu. Ketika Calvin menjepit pinggulnya dengan kedua paha, Talisa ikut sibuk meraba ke sekujur tubuh Calvin. Mungkin maksud Talisa ingin membuka pakaian le
BAB 93 KETENANGANEva yakin Calvin tahu keberadaan ibunya, pria itu memiiki kuasa, tidak sulit bagi seorang Calvin Alexander untuk mendapatkan informasi apapun."Di mana ibuku?" Meski permintaan Eva masih mengejutkan, tapi Calvin tetap berusaha menjawab dengan sikap tenang."Dia sudah tidak ada." Calvin bicara jujur. "Aku sangat menyesal karena datang terlambat untuknya."Calvin hanya tidak bercerita jika dia juga terlambat percaya pada Lorna. Seandainya Calvin percaya dan mau menolong Lorna, mungkin sekarang ibu mereka masih hidup. Pastinya Eva masih syok mendengar Lorna sudah meninggal tapi sepertinya Eva juga wanita muda yang cukup tangguh. "Bagaimana ibuku meninggal?" Eva balas mentap Calvin dengan jantung berdebar. "Dia sempat bercerita jika memiliki hutang yang cukup besar."Eva terlihat memejamkan mata sejenak, seperti sedang berusaha menenangkan diri."Sepertinya aku tahu pelakunya!" Eva sudah kemabali menatap Calvin. "Aku tahu mereka bekerja untuk siapa!"Sebelum Lorna hi
BAB 92 KEBEBASAN TALISASetelah sekian lama hidup dalam ketakutan, akhirnya Talisa bisa mendapatkan kebebasan untuk bernapas lega tanpa rasa cemas. Talisa dapat bermain bebas dengan putranya tanpa harus takut dengan ancaman dari musuh-musuh Calvin. Kebahagian terbesar Talisa dan Calvin adalah melihat Evan bisa bermain dengan anak-anak seusianya. Putra mereka harus tumbuh dengan sehat di lingkungan yang normal. Calvin tidak mau Evan memiliki masa kecil suran seperti dirinya. "Kalian mau pergi kemana?" Talisa terkejut melihat Calvin dan Evan sudah siap dengan baju sewarna, kaos biru dengan celana pendek hitam dan sepatu senada."Oah!" jawab Evan dengan lidah cadel karena belum bisa menyebut nama 'Noah' dengan benar."Aku akan membawa anak-anak bermain." Kali ini Calvin yang menjelaskan. "Kami akan menjemput Noah dulu.""Kalian tidak mengajakku?" Talisa bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri."Ingat saran dokter, kau masih harus istirahat." Calvin mengecup kening Talisa kemudian me
BAB 91 PENGEJARAN CALVINBegitu melihat Talisa sudah tidak ada di tempat tidurnya Calvin langsung berteriak pada Robin untuk memeriksa kamera CCTV. Dari rekaman kamera di sepanjang lorong rumah sakit, Talisa terlihat berlari panik kemudian masuk ke salah satu ruangan dokter untuk mencuri jas putih guna membungkus pakaian pasien yang saat itu dia pakai dengan compang camping."Istri Anda kabur melalui UGD langsung kejalan raya." Robin menemukan rekaman terakhir saat Talisa menghilang di halaman gelap.Setelah ikut menyimak semua tangkapan kamera, Calvin yakin jika Talisa pilih kabur seorang diri karena mendapat tekanan."Periksa kamar istriku!"Calvin kembali memberi perintah pada Tomas. Setelah menggeledah semua laci meja dan membongkar ranjang. Tomas menemukan lipatan amplop kertas yang terselip di bawah kasur."Ini foto putra Anda, Tuan." Tomas menunjukkan foto Evan bersama Daren."Iblis terkutuk!" Calvin juga membaca pesan yang ditulis oleh Daren di balik foto.Calvin segera menga
BAB 90 KETAKUTAN TALISATalisa benar-benar pergi tanpa sepengetahuan Calvin, dia hanya memiliki waktu dua kali dua puluh empat jam untuk menyelamatkan nyawa putra mereka. Sampai Talisa duduk di dalam kursi pesawat, dia masih belum tahu akan pergi ke mana. Talisa sudah pasrah dia hanya terus mengikuti semua instruksi dari Daren.Talisa mendarat beberapa kali di ibukota negara Eropa. Talisa selalu disambut seorang pria di pintu kedatangan dengan papan namanya. Talisa akan diberi tiket penerbangan selanjutnya, beserta pasport baru dan seperti itu seterusnya untuk menghilangkan jejak. Daren benar-benar sudah sangat hati-hati, cerdik dan penuh perhitungan agar perjalanan Talisa tidak terlacak oleh Calvin.Terakhir Talisa mendarat di sebuah bandara kecil di Iceland, dia sudah di tunggu oleh supir yang akan mengantarnya. Saat itu Talisa mulai berpikir mungkin dirinya memang tidak akan pernah bisa kembali pada Calvin. Harapan Talisa hanya untuk memeluk Evan dan Talisa rela mati menukar nyawa
BAB 89 HARUS BURU-BURUSebenarnya Calvin nyaris berpapasan dengan Daren ketika dia baru keluar dari kamar Talisa. Daren buru-buru bersembunyi dan terus mengamati sampai benar-benar yakin Calvin telah pergi. Sudah dua Hari Daren mencari tahu di mana Talisa sedang dirawat setelah dia jatuh histeris di toilet.Ternyata pintu kamar Talisa terus di jaga oleh Tomas sepanjang waktu. Mustahil Daren bisa masuk menyelinap mengelabui Tomas, pasti Tomas akan langsung mengenali Daren.Tapi ternyata Daren tidak kehabisan akal karena dia juga telah mengawasi setiap dokter serta perawat yang bertugas di kamar Talisa. Setelah yakin Calvin sudah pergi, Daren buru-buru menghampiri perawat yang bertugas untuk mengantar sarapan ke kamar Talisa."Mr. Alexander!" Perawat wanita itu mengira Daren sebagai Calvin."Berikan ini pada istriku." Daren mengulurkan lipatan amplop kertas berisi foto beserta dua kalimat dengan tulisan tangan di baliknya.[Apa kau ingin bertemu putramu?][Ikuti semua instruksi ku dan
BAB 88 TALISA INGIN BETEMU EVANCalvin langsung pergi mendatangi Eva. Setelah sekian minggu tidak berkunjung, pastinya Eva tersenyum bahagia melihat kedatangan Calvin Alexander ke tempat tinggalnya di akhir pekan."I miss You." Eva menghampiri Calvin yang baru masuk dari ambang pintu untuk dia peluk mesra."Duduk!"Perintah tegas dari bibir Calvin membuat Eva terkejut karena biasanya Daren memang tidak pernah menolak sambutan Eva."Aku memberimu perintah untuk duduk!" Calvin mengulang perintahnya dengan lebih tegas karena melihat Eva masih berdiri kaku belum bergerak.Dengan dada terus berdebar Eva melangkah mundur pelan-pelan untuk duduk di sofa. Eva benar-benar duduk dengan patuh tanpa berani bergerak karena tatapan Calvin membuatnya takut. Untuk sekedar menarik napas pun sepertinya Eva memang harus hati-hati karena Calvin sedang dalam mode siap meledak, Daren sudah sangat lancang berani menyentuh putranya.Calvin melempar foto pasport Daren ke atas meja di hadapan Eva."Perhatika
BAB 87 GARA-GARA EVANSatu Minggu berlalu tapi Daren sama sekali belum muncul. Calvin memang telah membaca semua rencana Daren, sampai sebuah kejutan tak terduga ketika Daren bertemu putranya dan setelah itu rencananya mendadak berubah. Kali ini Daren sedang fokus untuk mendapatkan putra Calvin."Evan ingin bermain dengan Noah." Talisa memberitahu Calvin. "Dia terus merengek sejak kemarin.""Nanti akan aku antar." Saat itu Calvin masih terlihat sibuk di ruang kerjanya meskipun hari libur."Aku bisa menemaninya bersama Tomas atau Robin." Talisa ingin pergi sendiri tidak ingin menganggu kesibukan Calvin."Tidak, biar aku antar!" Calvin tetap bersikeras ingin pergi sendiri untuk menemani putranya. "Tunggu dua puluh menit lagi.""Oke, aku ambil Evan dulu!""Jangan gendong putramu!" Calvin mengingatkan Talisa yang sudah berjalan keluar pintu.Calvin memang benar-benar sangat disiplin dalam menjaga kehamilan istrinya. Apa lagi dalam kehamilan keduanya ini Talisa terus mual dan muntah sampai
BAB 86 EVA YANG MENJENGKELKANSebenarnya Talisa juga masih kesal dengan kesombongan Eva, tapi begitu mengetahu Eva adalah adik perempuan Calvin, musthail jika Talisa bersikerss ingin marah atau cemburu. Seperti Talisa memang harus menelan kekesalannya sendiri karena rasanya dia juga belum bisa jika harus menempatkan dirinya sebagai kakak perempuan."Kenapa kau tidak memberitahu Eva mengenai yang sebenarnya?" Talisa bertanya pada Calvin yang baru kembali dari bertemu Eva."Aku belum bisa menebak Eva bakal lebih loyal pada siapa." Calvin tetap harus sangat berhati-hati, apa lagi Daren dan Eva sudah berulang kali tidur bersama. Calvin masih belum lupa dengan pengkhianatan Tamara setelah dia juga ditiduri oleh Daren dengan sangat licik."Lalu apa rencanamu?""Eva akan pindah ke rumah yang telah aku sediakan dengan sekuriti dan supir."Kali ini Calvin akan menggunakan Eva sebagai umpan untuk menarik Daren masuk kedalam perangkap mematikan."Bagaiaman kau yakin Daren tidak akan curiga?"
BAB 85"Apa Adik Evan juga sering bermain di sini?""Ya kami bermain saat papa libur!""Apa Adik Evan sudah berulang tahun?" Daren terus coba mencari informasi dari kepolosan Noah."Ya, Evan mendapat hadiah mobil kecil yang dapat kami naiki berdua."Artinya anak Calvin dan Talisa sudah berumur satu tahun lebih. Daren terus dibuat terkejut karena keberhasilan Calvin menyimpan rahasia mengenai putranya dari semua orang."Apa kau juga mau hadiah mobil kecil?" Daren kembali bertanya pada Noah."Aku mau mobil tank!""Nanti akan ku belikan mobil tank, tapi jangan pernah bercerita pada siapapun jika kita pernah bertemu!"Noah langsung mengangguk dengan bersemangat."Anak pintar!" Daren mencium puncak kepala Noah kemudian buru-buru pergi.Begitu kembali keluar dari pintu gerbang Daren langsung menelpon Katrina."Calvin dan Talisa telah memiliki anak laki-laki berumur satu tahun!""Mustahil!" Katrina terkejut."Kita semua sudah tertipu, kau tidak akan pernah bisa menyingkirkan Talisa!" Daren m