BAB 36 NEGOSIASI YANG ADILTalisa bertanya pada Calvin yang sedang membuat mobilnya berdengung seperti jet tempur meluncur di atas aspal."Kita mau ke mana?""Pulang!"Baru kali ini Calvin dibohongi oleh seorang wanita yang akhirnya tetap harus dia bawa pulang. Selanjutnya Calvin harus lebih waspada, tidak boleh asal mempercayai ucapan Talisa. Terutama Talisa tidak boleh tahu jika Calvin sudah memberinya banyak harta, karena wanita itu bisa benar-benar nekat kabur bila mengetahui dirinya memiliki ratusan juta dolar.Calvin mengendarai mobilnya seperti setan, jalanan gelap gulita dia anggap seperti sirkuit formula one. Perjalanan yang seharusnya membutuhkan waktu tujuh sampai delapan jam, mereka tempuh tidak sampai empat jam.Begitu sampai kembali di rumah, hari sudah pagi benderang."Ada apa ini?"Talisa terkejut melihat ada dua orang berjas rapi dengan tubuh tegap dan kacamata hitam berdiri di pintu gerbang. Selanjutnya di pintu teras juga ada pria-pria tegap berseragam serupa."Kena
BAB 37 KETAKUTAN TALISAMatata Talisa masih terpejam rapat dengan suara hisapan basah mulut pria yang sedang berpusar-pusar di kedua gumpalan buah dadanya."Sudah Cavin ..." Talisa merintih nyeri dan gelisah.Talisa sangat takut, buah dada Talisa yang sedang dihisap tapi pangkal pahanya yang terus ikut berdenyut-denyut merinding. Talisa takut jika lama-lama juga jadi ingin, mereka sudah sama-sama dewasa, sedang berada dalam satu ranjang."Jangan lama-lama ..."Talisa terus memohon. "Kita tidak bisa seperti ini!"Talisa juga merasa mulai melakukan pekerjaan kotor."Aku sudah menikahimu!" Calvin belum mau berhenti, terus meraup dengan rakus dan sesekali berhenti dengan gigitan kecil dan pusaran lidah."Oh ..., aku tidak bisa lagi!" Talisa terpaksa menjambak rambut di kepala Calvin dengan keras agar pria itu berhenti. Talisa juga buru-buru berguling tertelungkup begitu ada celah kesempatan."Tolong jangan lakukan ini padaku ..." Talisa masih tertelungkup mendekap buah dadanya yang masih
BAB 38 BERKELAHICalvin bukan cuma menjemput paksa Talisa, dia juga memukul Panji sampai menciptakan kerumunan keributan. Sudut bibir Panji sedikit koyak dan sisi hidungnya berdarah."Silahkan menuntut jika kau juga berani kehilangan lenganmu yang telah lancang!" Calvin menunjuk Panji dengan ancaman tegas, kemudian menyeret Talisa untuk dia bawa pergi di depan banyak orang.Talisa merasa sangat bersalah pada Panji, tapi tidak berani menolong, dia takut membantah Calvin. Talisa pilih pasrah karena tidak mau semakin menimbulkan keributan. Ketika Calvin terus menyeret lengan Talisa, saat itu sudah mulai banyak desas-desus mulut pembenci yang tidak enak didengar telinga. Rasanya Talisa bakal mati karena malu untuk kembali datang ke kampus."Ada apa denganmu?" Talisa baru berani vocal setelah mereka sampai di rumah dan masuk ke dalam kamar."Seharusnya aku yang bertanya kenapa kau tidak segera pulang?" Calvin balas melotot marah."Aku masih ada jam kuliah!""Jangan berbohong!"Calvin sudah
BAB 39 BUKAN WANITA MISKINKetika menerima pesan dari Tomas, saat itu Calvin sedang dalam perjalanan. Talisa terlihat sedang menjambak teman wanitanya yang sedang menjerit, mereka saling balas sampai berguling di lantai tanpa ada yang berani melerai.Selain banyak ulah, merepotkan, Talisa juga sangat bandel. Calvin memberi perintah untuk menunggu diam di rumah, tapi Talisa malah kabur ke kampus untuk berkelahi."Batalkan semua meeting hari ini, kita balik arah!" Calvin memberi perintah tegas pada supirnya.Dua mobil pengawal yang mengiring di belakang Calvin ikut berputar arah. Tidak ada yang tahu mereka akan kemana. Demikian juga dengan Talisa yang tidak menduga Calvin Alexander akan datang dengan rombongan mobil pengawal untuk menjemputnya."Oh, tidak!" Talisa tercengang melihat Calvin keluar dari dalam mobil di ikuti sekitar enam pengawal berkacamata hitam, Talisa pikir adegan seperti itu cuma ada dalam cerita fiksi. "Apa dia gila!"Talisa sangat malu, ingin kabur tapi sudah tidak
BAB 40 WANITA KAYABerkelahi memang bukan cara yang elegan untuk menyelesaikan masalah, tapi kadang tetap dibutuhkan agar tidak gila karena depresi. Untuk urusan menyalurkan depresi sepertinya Talisa memang lebih ahli daripada Calvin."Jangan berkelahi lagi!" pesan Calvin setelah mengobati lengan Talisa.Talis cuma mengangguk pelan tapi tidak berjanji."Aku serius!" Calvin mempertegas. "Atau kau akan berkelahi denganku!"******Talisa menarik nafas, hembuskan ....Menarik nafas lagi, hembuskan ....Terserah sekarang orang mau bicara apa tentang dirinya, Talisa tetap akan pergi ke kampus. Talisa tetap bertekad untuk menyelesaikan pendidikan, Karena cuma di situ kesempatannya bisa mendapatkan gelar terhormat.Walapun sekarang Talisa menyandang predikat istri billionaire, bisa berpakaian serba mahal tapi dia akan tetap dipandang rendahan. Dipandang menjual diri pada laki-laki. Mungkin bagi sebagian wanita ada yang merasa bangga menjadi wanita simpanan pria kaya, sebuah kebanggaan bodoh
BAB 41 AKHIRNYA TALISA TAHUTalisa sudah mandi pagi-pagi sebelum Calvin bangun, dia sudah tidak sabar menunggu email dari Panji, tapi begitu mendapat Email ternyata Talisa malah semakin tidak tenang. Jantungnya masih berdebar-debar ketika bertepatan dengan Calvin yang baru keluar dari kamar mandi. Pria itu terlihat menyeramkan. Calvin cuma memakai lilitan handuk pendek, tiap jengkal otot maskulin di tubuhnya terlihat meregang liat, tapi sepertinya bukan hal itu yang sedang membuat Talisa takut. Talisa takut dengan jumlah harta yang telah diberikan Calvin. Talisa mulai paham kenapa Calvin tidak akan melepaskannya dan bisa sangat murka ketika Talisa tidak berhati-hati."Kenapa kau melihatku seperti itu?"Talisa masih terlalu tegang memikirkan harga nyawanya, sampai dia tidak memperhatikan pertanyaan Calvin."Apa kau mau mengajakku berkelahi!" Calvin memberi tatapan sinis.Talisa baru mau bertanya ketika tiba-tiba ponselnya berbunyi. Panji yang menelpon. Talisa langsung mematikan pangg
BAB 42 INGIN KABURSaat Talisa bangun Calvin sudah tidak ada di tempat tidur. Talisa diam sejenak untuk memikirkan kondisi dirinya yang telah tidur satu ranjang dengan seorang pria. Meskipun Calvin telah berjanji tidak akan mencemari kesuciannya tapi rasanya tetap ada yang tidak benar bagi Talisa.Talisa masih berbaring menatap tempat tidur kosong yang telah ditinggalkan Calvin. Karena tidak mau terus berpikir macam-macam, Talisa buru-buru bangkit dari tempat tidur kemudian berjalan mendekati jendela untuk membuka tirai. Talisa terkejut melihat Calvin sedang berada di halaman belakang, berdiri di dekat tanah yang dia gali untuk mengubur mantan istrinya.Walaupun Tamara sudah berkhianat sepertinya Calvin tetap sangat mencintai Tamara. Talisa tidak tahu, entah sekarang Calvin sedang bersedih atau menyesal, yang pasti Calvin telah tega membunuh wanita yang paling dia cintai. Sampai Tamara sudah tidak bernyawa pun Calvin tetap ingin memilikinya, karena itu Calvin mengubur tubuh wanitany
BAB 43 SIFAT TALISA"Siapa yang melukaimu?" Talisa masih syok dan ternyata matanya berkaca-kaca.Walaupun keras kepala, tidak pernah mau kalah, sebenarnya Talisa memiliki hati yang lembut dan pemaaf. Buktinya Talisa tidak pendendam pada Agung yang tidak tahu diri sebagai kakak laki-laki, sepanjang jalan tadi Talis juga masih terus mengutuk Calvin agar masuk neraka. Tapi ternyata Talisa tetap sangat khawatir ketika melihat Calvin terluka."Aku tidak apa-apa! kau tidak perlu menangis!" Calvin melempar kota tisu di sampingnya agar ditangkap sendiri oleh Talisa.Calvin memang masih belum bisa bangkit karena kakinya masih dijahit. Talisa segera mengunakan tisu yang diberikan Calvin untuk menghapus air matanya kemudian pelan-pelan duduk di samping Calvin."Kau ditembak?"Talisa melihat biji peluru berlumuran darah yang sepertinya baru dikeluarkan dari dalam daging. Mata Talisa kembali mengenang air mata, sungguh hati Talisa benar-benar mudah tersentuh bila melihat orang lain susah atau sak
BAB 93 KETENANGANEva yakin Calvin tahu keberadaan ibunya, pria itu memiiki kuasa, tidak sulit bagi seorang Calvin Alexander untuk mendapatkan informasi apapun."Di mana ibuku?" Meski permintaan Eva masih mengejutkan, tapi Calvin tetap berusaha menjawab dengan sikap tenang."Dia sudah tidak ada." Calvin bicara jujur. "Aku sangat menyesal karena datang terlambat untuknya."Calvin hanya tidak bercerita jika dia juga terlambat percaya pada Lorna. Seandainya Calvin percaya dan mau menolong Lorna, mungkin sekarang ibu mereka masih hidup. Pastinya Eva masih syok mendengar Lorna sudah meninggal tapi sepertinya Eva juga wanita muda yang cukup tangguh. "Bagaimana ibuku meninggal?" Eva balas mentap Calvin dengan jantung berdebar. "Dia sempat bercerita jika memiliki hutang yang cukup besar."Eva terlihat memejamkan mata sejenak, seperti sedang berusaha menenangkan diri."Sepertinya aku tahu pelakunya!" Eva sudah kemabali menatap Calvin. "Aku tahu mereka bekerja untuk siapa!"Sebelum Lorna hi
BAB 92 KEBEBASAN TALISASetelah sekian lama hidup dalam ketakutan, akhirnya Talisa bisa mendapatkan kebebasan untuk bernapas lega tanpa rasa cemas. Talisa dapat bermain bebas dengan putranya tanpa harus takut dengan ancaman dari musuh-musuh Calvin. Kebahagian terbesar Talisa dan Calvin adalah melihat Evan bisa bermain dengan anak-anak seusianya. Putra mereka harus tumbuh dengan sehat di lingkungan yang normal. Calvin tidak mau Evan memiliki masa kecil suran seperti dirinya. "Kalian mau pergi kemana?" Talisa terkejut melihat Calvin dan Evan sudah siap dengan baju sewarna, kaos biru dengan celana pendek hitam dan sepatu senada."Oah!" jawab Evan dengan lidah cadel karena belum bisa menyebut nama 'Noah' dengan benar."Aku akan membawa anak-anak bermain." Kali ini Calvin yang menjelaskan. "Kami akan menjemput Noah dulu.""Kalian tidak mengajakku?" Talisa bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri."Ingat saran dokter, kau masih harus istirahat." Calvin mengecup kening Talisa kemudian me
BAB 91 PENGEJARAN CALVINBegitu melihat Talisa sudah tidak ada di tempat tidurnya Calvin langsung berteriak pada Robin untuk memeriksa kamera CCTV. Dari rekaman kamera di sepanjang lorong rumah sakit, Talisa terlihat berlari panik kemudian masuk ke salah satu ruangan dokter untuk mencuri jas putih guna membungkus pakaian pasien yang saat itu dia pakai dengan compang camping."Istri Anda kabur melalui UGD langsung kejalan raya." Robin menemukan rekaman terakhir saat Talisa menghilang di halaman gelap.Setelah ikut menyimak semua tangkapan kamera, Calvin yakin jika Talisa pilih kabur seorang diri karena mendapat tekanan."Periksa kamar istriku!"Calvin kembali memberi perintah pada Tomas. Setelah menggeledah semua laci meja dan membongkar ranjang. Tomas menemukan lipatan amplop kertas yang terselip di bawah kasur."Ini foto putra Anda, Tuan." Tomas menunjukkan foto Evan bersama Daren."Iblis terkutuk!" Calvin juga membaca pesan yang ditulis oleh Daren di balik foto.Calvin segera menga
BAB 90 KETAKUTAN TALISATalisa benar-benar pergi tanpa sepengetahuan Calvin, dia hanya memiliki waktu dua kali dua puluh empat jam untuk menyelamatkan nyawa putra mereka. Sampai Talisa duduk di dalam kursi pesawat, dia masih belum tahu akan pergi ke mana. Talisa sudah pasrah dia hanya terus mengikuti semua instruksi dari Daren.Talisa mendarat beberapa kali di ibukota negara Eropa. Talisa selalu disambut seorang pria di pintu kedatangan dengan papan namanya. Talisa akan diberi tiket penerbangan selanjutnya, beserta pasport baru dan seperti itu seterusnya untuk menghilangkan jejak. Daren benar-benar sudah sangat hati-hati, cerdik dan penuh perhitungan agar perjalanan Talisa tidak terlacak oleh Calvin.Terakhir Talisa mendarat di sebuah bandara kecil di Iceland, dia sudah di tunggu oleh supir yang akan mengantarnya. Saat itu Talisa mulai berpikir mungkin dirinya memang tidak akan pernah bisa kembali pada Calvin. Harapan Talisa hanya untuk memeluk Evan dan Talisa rela mati menukar nyawa
BAB 89 HARUS BURU-BURUSebenarnya Calvin nyaris berpapasan dengan Daren ketika dia baru keluar dari kamar Talisa. Daren buru-buru bersembunyi dan terus mengamati sampai benar-benar yakin Calvin telah pergi. Sudah dua Hari Daren mencari tahu di mana Talisa sedang dirawat setelah dia jatuh histeris di toilet.Ternyata pintu kamar Talisa terus di jaga oleh Tomas sepanjang waktu. Mustahil Daren bisa masuk menyelinap mengelabui Tomas, pasti Tomas akan langsung mengenali Daren.Tapi ternyata Daren tidak kehabisan akal karena dia juga telah mengawasi setiap dokter serta perawat yang bertugas di kamar Talisa. Setelah yakin Calvin sudah pergi, Daren buru-buru menghampiri perawat yang bertugas untuk mengantar sarapan ke kamar Talisa."Mr. Alexander!" Perawat wanita itu mengira Daren sebagai Calvin."Berikan ini pada istriku." Daren mengulurkan lipatan amplop kertas berisi foto beserta dua kalimat dengan tulisan tangan di baliknya.[Apa kau ingin bertemu putramu?][Ikuti semua instruksi ku dan
BAB 88 TALISA INGIN BETEMU EVANCalvin langsung pergi mendatangi Eva. Setelah sekian minggu tidak berkunjung, pastinya Eva tersenyum bahagia melihat kedatangan Calvin Alexander ke tempat tinggalnya di akhir pekan."I miss You." Eva menghampiri Calvin yang baru masuk dari ambang pintu untuk dia peluk mesra."Duduk!"Perintah tegas dari bibir Calvin membuat Eva terkejut karena biasanya Daren memang tidak pernah menolak sambutan Eva."Aku memberimu perintah untuk duduk!" Calvin mengulang perintahnya dengan lebih tegas karena melihat Eva masih berdiri kaku belum bergerak.Dengan dada terus berdebar Eva melangkah mundur pelan-pelan untuk duduk di sofa. Eva benar-benar duduk dengan patuh tanpa berani bergerak karena tatapan Calvin membuatnya takut. Untuk sekedar menarik napas pun sepertinya Eva memang harus hati-hati karena Calvin sedang dalam mode siap meledak, Daren sudah sangat lancang berani menyentuh putranya.Calvin melempar foto pasport Daren ke atas meja di hadapan Eva."Perhatika
BAB 87 GARA-GARA EVANSatu Minggu berlalu tapi Daren sama sekali belum muncul. Calvin memang telah membaca semua rencana Daren, sampai sebuah kejutan tak terduga ketika Daren bertemu putranya dan setelah itu rencananya mendadak berubah. Kali ini Daren sedang fokus untuk mendapatkan putra Calvin."Evan ingin bermain dengan Noah." Talisa memberitahu Calvin. "Dia terus merengek sejak kemarin.""Nanti akan aku antar." Saat itu Calvin masih terlihat sibuk di ruang kerjanya meskipun hari libur."Aku bisa menemaninya bersama Tomas atau Robin." Talisa ingin pergi sendiri tidak ingin menganggu kesibukan Calvin."Tidak, biar aku antar!" Calvin tetap bersikeras ingin pergi sendiri untuk menemani putranya. "Tunggu dua puluh menit lagi.""Oke, aku ambil Evan dulu!""Jangan gendong putramu!" Calvin mengingatkan Talisa yang sudah berjalan keluar pintu.Calvin memang benar-benar sangat disiplin dalam menjaga kehamilan istrinya. Apa lagi dalam kehamilan keduanya ini Talisa terus mual dan muntah sampai
BAB 86 EVA YANG MENJENGKELKANSebenarnya Talisa juga masih kesal dengan kesombongan Eva, tapi begitu mengetahu Eva adalah adik perempuan Calvin, musthail jika Talisa bersikerss ingin marah atau cemburu. Seperti Talisa memang harus menelan kekesalannya sendiri karena rasanya dia juga belum bisa jika harus menempatkan dirinya sebagai kakak perempuan."Kenapa kau tidak memberitahu Eva mengenai yang sebenarnya?" Talisa bertanya pada Calvin yang baru kembali dari bertemu Eva."Aku belum bisa menebak Eva bakal lebih loyal pada siapa." Calvin tetap harus sangat berhati-hati, apa lagi Daren dan Eva sudah berulang kali tidur bersama. Calvin masih belum lupa dengan pengkhianatan Tamara setelah dia juga ditiduri oleh Daren dengan sangat licik."Lalu apa rencanamu?""Eva akan pindah ke rumah yang telah aku sediakan dengan sekuriti dan supir."Kali ini Calvin akan menggunakan Eva sebagai umpan untuk menarik Daren masuk kedalam perangkap mematikan."Bagaiaman kau yakin Daren tidak akan curiga?"
BAB 85"Apa Adik Evan juga sering bermain di sini?""Ya kami bermain saat papa libur!""Apa Adik Evan sudah berulang tahun?" Daren terus coba mencari informasi dari kepolosan Noah."Ya, Evan mendapat hadiah mobil kecil yang dapat kami naiki berdua."Artinya anak Calvin dan Talisa sudah berumur satu tahun lebih. Daren terus dibuat terkejut karena keberhasilan Calvin menyimpan rahasia mengenai putranya dari semua orang."Apa kau juga mau hadiah mobil kecil?" Daren kembali bertanya pada Noah."Aku mau mobil tank!""Nanti akan ku belikan mobil tank, tapi jangan pernah bercerita pada siapapun jika kita pernah bertemu!"Noah langsung mengangguk dengan bersemangat."Anak pintar!" Daren mencium puncak kepala Noah kemudian buru-buru pergi.Begitu kembali keluar dari pintu gerbang Daren langsung menelpon Katrina."Calvin dan Talisa telah memiliki anak laki-laki berumur satu tahun!""Mustahil!" Katrina terkejut."Kita semua sudah tertipu, kau tidak akan pernah bisa menyingkirkan Talisa!" Daren m