BAB 22 SALING CURIGA"Cepat kemari!"Daren minta Tamara untuk datang ke tempat persembunyiannya. Waktu itu Tamara masih belum tahu dengan apa yang telah menimpa Daren. Tamara terkejut luarbiasa ketika melihat Daren berbaring tidak berdaya di atas ranjang."Apa yang terjadi?"Tamara melihat kedua pangkal kaki Daren masih di bebat perban."Calvin menembak ku!" Daren langsung memberitahu dengan bibir berdesis."Bisa kuperiksa?"Tamara seorang dokter bedah tapi Daren langsung menggeleng."Pelurunya sudah diangkat, tidak mengenai tulang."Tamara ikut lega meskipun dia tidak sepenuhnya menyukai sifat Daren."Lakukan apapun agar aku segera bisa berjalan!"Seharusnya Tamara lebih tahu."Sepertinya kau harus istirahat total jika ingin segera pulih.""Berapa lama penyembuhannya?" Daren sudah tidak sabar."Minimal dua bulan.""Calvin terkutuk!" Daren kembali mengumpat. "Aku bersumpah akan segera membalasnya!"Ketika melihat Daren menggebu-gebu ingin segera membalas dendamnya tiba-tiba Tamara sad
BAB 23 CALVIN MENGHILANG DARI SEMU ORANG.Calvin Alexander tiba-tiba menghilang, membuat semua musuhnya panik."Apa kau sudah mendapat informasi?" Tamara kembali bertanya pada Daren untuk yang ke lima belas kalinya."Calvin masih menghilang!" Daren sama sekali tidak dapat melacak keberadaan Calvin."Aku yakin Calvin sengaja dibuat menghilang untuk menutupi kondisinya." Dugaan Tamara tidak sepenuhnya salah karena sama halnya dengan Daren yang sedang bersembunyi dalam masa pemulihan. "Masalahnya kita juga tidak tahu Calvin selamat atau tidak?" Tamara terus risau karena sekarang dia jadi benar-benar berharap Calvin sudah mati karena racun. Mereka juga sama-sama tidak tahu dan masih terus menduga-duga siapa sebenarnya yang telah memberi racun ke dalam minuman Calvin. Semua informasi yang Daren dapatkan dari para karyawan Cabin masih simpang siur."Jika benar pelakunya Katrina, kita harus lebih waspada!" Daren memperingatkan Tamara. "Kita belum tahu apa rencana mereka selanjutnya.""Ak
BAB 24 MEREPOTKANTubuh Talisa masih gemetaran karena takut dan tidak siap melihat dua garis merah."Bagaimana bila aku benar-benar hamil?"Saat itu juga Calvin langsung menelpon Robin."Robin cepat kirim helikopter ke mari!"Calvin memanggil helikopter untuk membawa Talisa ke rumah sakit terdekat. Calvin benar-benar tidak sabar untuk memastikan kehamilan Talisa."Kita mau ke mana?" Talisa masih bingung."Kita ke rumah sakit!"Talisa benar-benar takut hamil dalam kondisi kurang kondusif seperti ini."Aku benar-benar takut hamil, Calvin!""Kau istriku, apa masalahnya bila kubuat hamil!"Calvin tetap membawa Talisa ke rumah sakit. Setelah yakin Talisa benar-benar hamil Calvin juga langsung membuat keputusan tegas."Kau harus bersembunyi!"Calvin tidak mau kelurganya sampai tahu jika Talisa sedang hamil. Pastinya Calvin sudah sangat waspada mempersiapkan seluruh pengamanan untuk Talisa."Apa kita tidak bisa bersembunyi di sini saja?" Talisa masih ingin berlibur di pulau."Tidak, di si
BAB 25 SEBUAH RAHASIA"Talisa juga menghilang, dia tidak hadir di acara wisudanya!" Tamara kembali mendatangi Daren yang masih berbaring di atas ranjang. "Aku semakin yakin jika semua ini adalah akal jahat Talisa!"Tamara benar-benar curiga Talisa yang telah melenyapkan Calvin karena dia pikir Talisa sama licik dan serakah seperi dirinya. Seandainya Tamara tahu Talisa sama sekali tidak pernah meminta harta dari Calvin, tapi justru Calvin sendiri yang suka rela memberikannya, mungkin Tamara akan menjerit gila karena cemburu."Talisa menggoda Calvin dengan kotor, menjeratnya dengan licik kemudian membunuhnya mengunakan racun setelah dia mendapatkan banyak harta dari mantan suamiku!" Tamara terus menggebu dengan kebenciannya terhadap Talisa. "Seharusnya dia yang Kao habisi lebih dulu!"Perintah Tamara sama persis seperti perintah Tuan Harlan, tapi nyatanya Daren tidak juga melaksanakan."Jangan ceroboh tergesa-gesa cuma karena kecemburuanmu." Daren malah mengkritik sikap Tamara."Kenapa
BAB 26 SAUDARA Talisa memperhatikan Calvin yang masih tidur dalam pengaruh obat penenang. Calvin memerlukan istirahat untuk mengalihkan dorongan mual. Sungguh Talisa sebenarnya tidak tega melihat Calvin sampai seperti itu. Sindrom yang dialami Calvin sudah sangat parah dan mengkhawatirkan. Ketika terus memperhatikan kelopak mata Calvin yang terpejam lembut, tiba-tiba Talisa mulai berpikir. Calvin tidak mungkin mengalami sindrom separah ini jika bukan karena trauma yang lain. Mustahil jika cuma karena kehamilan Talisa bisa membuat pria seperti Calvin Alexander sampai jatuh pingsan. Talisa yakin ada sesuatu yang membuat Calvin sangat takut. Sesuatu yang terus Calvin simpan sendiri. Talisa tahu, dulu Calvin takut memiliki anak, sebelumnya Calvin juga pernah mengalami trauma karena menemukan ayahnya meninggal. Tapi Calvin tidak pernah sampai pingsan karena melihat tetesan darah. Sepertinya memang bukan cuma itu sumber ketakutan Calvin. Talisa juga jadi ingat, kemarin Calvin sempat m
BAB 27 SIAPA YANG LEBIH CEPAT "Kenapa Abang masih ingat nomor teleponku saat hampir mati seperti ini!" Talisa benar-benar marah dengan semua ulah Agung yang hanya merepotkan."Tolong Talisa, hanya kau yang bisa menolongku. Kali ini aku benar-benar tidak berbohong." Agung terus memohon sambil menaNgis cengeng."Jadi selama ini Abang sering berbohong?" sindir Talisa dalam pertanyaan tegas. Akhirnya Agung terpaksa mengaku karena sudah terdesak, butuh pertolongan. "Aku memang sering berbohong padamu karena Daren terus membujukku.""Daren!" Talisa syok."Ya, Daren sering memberiku iming-iming dengan sejumlah uang untuk membantunya mendapatkanmu.""Abang mau menjualku pada Daren?" Talisa berteriak marah karena dia memang baru tahu mengenai kerjasama Agung dengan Daren."Sungguh aku tidak berniat jahat, karena kupikir Daren juga benar-benar menyukaimu.""Abang mau memberikanku pada psikopat gila dan kau bilang itu bukan kejahatan!" Talisa semakin murka."Talisa, aku sudah berusaha jujur p
BAB 28 BUKTI PEMBUNUH TAMARA Tamara sudah tergeletak tidak bernyawa, matanya masih terbuka lebar dengan kelopak kaku. Otak Daren syok, dia sama sekali tidak memiliki gambaran siapa yang telah membunuh Tamara dengan cara sesadis itu, isi perutnya benar-benar dicongkel dengan pisau dapur berukuran cukup besar. Sepertinya juga sempat terjadi perlawanan dengan pergulatan seimbang. Pembunuhnya bukan profesional. Daren melihat rembesan darah dari sisi perut Tamara juga tercecer di sepanjang lantai sampai kamar mandi di sudut dapur.Daren segera memeriksa ke dalam kamar mandi, dia melihat lantai shower yang masih basah. Pembunuhnya sempat mandi untuk membersihkan tubuhnya dari darah. Daren buru-buru memeriksa tempat sampah di dalam kamar mandi dan dapur yang ternyata kosong. Tidak ada bekas pakaian kotor. Saat itu juga Daren langsung ingat untuk memeriksa ke ruang wardrobe.Terlihat salah satu pintu lemari yang masih terbuka dan gantungan baju kosong, pembunuhnya perempuan, dia kabur dengan
BAB 29 MALAM DI TENGAH HUJANBegitu mengetahui rencana licik Daren menjebak Agung, Calvin langsung mengutus Robin untuk memantau pergerakan Daren serta sekutunya."Tomas memantau Daren masih berada di persembunyiannya." Robin terus melapor. "Tamara yang lebih aktif bergerak selama Daren bersembunyi untuk pemulihan.""Cari tahu apa saja yang dilakukan Tamara!" Calvin benar-benar tidak mau lengah."Siang ini Tamara memindahkan persembunyian anaknya. Sepertinya karena Katrina telah mengetahui tempat keberadaan bayinya."Walaupun Calvin sudah tahu bayi itu bukan darah dagingnya tapi semua orang mengira Tamara tetap bisa melakukan tuntutan karena Tamara mulai hamil ketika masih berstatus sebagai istri sah Calvin. Pastinya Katrina juga akan ikut mengincar bayi laki-laki yang telah dilahirkan oleh Tamara. Manusia-manusia serakah yang akhirnya saling bertikai. "Terus pantau Daren dan Tamara, jangan sampai lengah!" Calvin mempertegas perintahnya karena kedua orang itu sedang menjadi target u
BAB 93 KETENANGANEva yakin Calvin tahu keberadaan ibunya, pria itu memiiki kuasa, tidak sulit bagi seorang Calvin Alexander untuk mendapatkan informasi apapun."Di mana ibuku?" Meski permintaan Eva masih mengejutkan, tapi Calvin tetap berusaha menjawab dengan sikap tenang."Dia sudah tidak ada." Calvin bicara jujur. "Aku sangat menyesal karena datang terlambat untuknya."Calvin hanya tidak bercerita jika dia juga terlambat percaya pada Lorna. Seandainya Calvin percaya dan mau menolong Lorna, mungkin sekarang ibu mereka masih hidup. Pastinya Eva masih syok mendengar Lorna sudah meninggal tapi sepertinya Eva juga wanita muda yang cukup tangguh. "Bagaimana ibuku meninggal?" Eva balas mentap Calvin dengan jantung berdebar. "Dia sempat bercerita jika memiliki hutang yang cukup besar."Eva terlihat memejamkan mata sejenak, seperti sedang berusaha menenangkan diri."Sepertinya aku tahu pelakunya!" Eva sudah kemabali menatap Calvin. "Aku tahu mereka bekerja untuk siapa!"Sebelum Lorna hi
BAB 92 KEBEBASAN TALISASetelah sekian lama hidup dalam ketakutan, akhirnya Talisa bisa mendapatkan kebebasan untuk bernapas lega tanpa rasa cemas. Talisa dapat bermain bebas dengan putranya tanpa harus takut dengan ancaman dari musuh-musuh Calvin. Kebahagian terbesar Talisa dan Calvin adalah melihat Evan bisa bermain dengan anak-anak seusianya. Putra mereka harus tumbuh dengan sehat di lingkungan yang normal. Calvin tidak mau Evan memiliki masa kecil suran seperti dirinya. "Kalian mau pergi kemana?" Talisa terkejut melihat Calvin dan Evan sudah siap dengan baju sewarna, kaos biru dengan celana pendek hitam dan sepatu senada."Oah!" jawab Evan dengan lidah cadel karena belum bisa menyebut nama 'Noah' dengan benar."Aku akan membawa anak-anak bermain." Kali ini Calvin yang menjelaskan. "Kami akan menjemput Noah dulu.""Kalian tidak mengajakku?" Talisa bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri."Ingat saran dokter, kau masih harus istirahat." Calvin mengecup kening Talisa kemudian me
BAB 91 PENGEJARAN CALVINBegitu melihat Talisa sudah tidak ada di tempat tidurnya Calvin langsung berteriak pada Robin untuk memeriksa kamera CCTV. Dari rekaman kamera di sepanjang lorong rumah sakit, Talisa terlihat berlari panik kemudian masuk ke salah satu ruangan dokter untuk mencuri jas putih guna membungkus pakaian pasien yang saat itu dia pakai dengan compang camping."Istri Anda kabur melalui UGD langsung kejalan raya." Robin menemukan rekaman terakhir saat Talisa menghilang di halaman gelap.Setelah ikut menyimak semua tangkapan kamera, Calvin yakin jika Talisa pilih kabur seorang diri karena mendapat tekanan."Periksa kamar istriku!"Calvin kembali memberi perintah pada Tomas. Setelah menggeledah semua laci meja dan membongkar ranjang. Tomas menemukan lipatan amplop kertas yang terselip di bawah kasur."Ini foto putra Anda, Tuan." Tomas menunjukkan foto Evan bersama Daren."Iblis terkutuk!" Calvin juga membaca pesan yang ditulis oleh Daren di balik foto.Calvin segera menga
BAB 90 KETAKUTAN TALISATalisa benar-benar pergi tanpa sepengetahuan Calvin, dia hanya memiliki waktu dua kali dua puluh empat jam untuk menyelamatkan nyawa putra mereka. Sampai Talisa duduk di dalam kursi pesawat, dia masih belum tahu akan pergi ke mana. Talisa sudah pasrah dia hanya terus mengikuti semua instruksi dari Daren.Talisa mendarat beberapa kali di ibukota negara Eropa. Talisa selalu disambut seorang pria di pintu kedatangan dengan papan namanya. Talisa akan diberi tiket penerbangan selanjutnya, beserta pasport baru dan seperti itu seterusnya untuk menghilangkan jejak. Daren benar-benar sudah sangat hati-hati, cerdik dan penuh perhitungan agar perjalanan Talisa tidak terlacak oleh Calvin.Terakhir Talisa mendarat di sebuah bandara kecil di Iceland, dia sudah di tunggu oleh supir yang akan mengantarnya. Saat itu Talisa mulai berpikir mungkin dirinya memang tidak akan pernah bisa kembali pada Calvin. Harapan Talisa hanya untuk memeluk Evan dan Talisa rela mati menukar nyawa
BAB 89 HARUS BURU-BURUSebenarnya Calvin nyaris berpapasan dengan Daren ketika dia baru keluar dari kamar Talisa. Daren buru-buru bersembunyi dan terus mengamati sampai benar-benar yakin Calvin telah pergi. Sudah dua Hari Daren mencari tahu di mana Talisa sedang dirawat setelah dia jatuh histeris di toilet.Ternyata pintu kamar Talisa terus di jaga oleh Tomas sepanjang waktu. Mustahil Daren bisa masuk menyelinap mengelabui Tomas, pasti Tomas akan langsung mengenali Daren.Tapi ternyata Daren tidak kehabisan akal karena dia juga telah mengawasi setiap dokter serta perawat yang bertugas di kamar Talisa. Setelah yakin Calvin sudah pergi, Daren buru-buru menghampiri perawat yang bertugas untuk mengantar sarapan ke kamar Talisa."Mr. Alexander!" Perawat wanita itu mengira Daren sebagai Calvin."Berikan ini pada istriku." Daren mengulurkan lipatan amplop kertas berisi foto beserta dua kalimat dengan tulisan tangan di baliknya.[Apa kau ingin bertemu putramu?][Ikuti semua instruksi ku dan
BAB 88 TALISA INGIN BETEMU EVANCalvin langsung pergi mendatangi Eva. Setelah sekian minggu tidak berkunjung, pastinya Eva tersenyum bahagia melihat kedatangan Calvin Alexander ke tempat tinggalnya di akhir pekan."I miss You." Eva menghampiri Calvin yang baru masuk dari ambang pintu untuk dia peluk mesra."Duduk!"Perintah tegas dari bibir Calvin membuat Eva terkejut karena biasanya Daren memang tidak pernah menolak sambutan Eva."Aku memberimu perintah untuk duduk!" Calvin mengulang perintahnya dengan lebih tegas karena melihat Eva masih berdiri kaku belum bergerak.Dengan dada terus berdebar Eva melangkah mundur pelan-pelan untuk duduk di sofa. Eva benar-benar duduk dengan patuh tanpa berani bergerak karena tatapan Calvin membuatnya takut. Untuk sekedar menarik napas pun sepertinya Eva memang harus hati-hati karena Calvin sedang dalam mode siap meledak, Daren sudah sangat lancang berani menyentuh putranya.Calvin melempar foto pasport Daren ke atas meja di hadapan Eva."Perhatika
BAB 87 GARA-GARA EVANSatu Minggu berlalu tapi Daren sama sekali belum muncul. Calvin memang telah membaca semua rencana Daren, sampai sebuah kejutan tak terduga ketika Daren bertemu putranya dan setelah itu rencananya mendadak berubah. Kali ini Daren sedang fokus untuk mendapatkan putra Calvin."Evan ingin bermain dengan Noah." Talisa memberitahu Calvin. "Dia terus merengek sejak kemarin.""Nanti akan aku antar." Saat itu Calvin masih terlihat sibuk di ruang kerjanya meskipun hari libur."Aku bisa menemaninya bersama Tomas atau Robin." Talisa ingin pergi sendiri tidak ingin menganggu kesibukan Calvin."Tidak, biar aku antar!" Calvin tetap bersikeras ingin pergi sendiri untuk menemani putranya. "Tunggu dua puluh menit lagi.""Oke, aku ambil Evan dulu!""Jangan gendong putramu!" Calvin mengingatkan Talisa yang sudah berjalan keluar pintu.Calvin memang benar-benar sangat disiplin dalam menjaga kehamilan istrinya. Apa lagi dalam kehamilan keduanya ini Talisa terus mual dan muntah sampai
BAB 86 EVA YANG MENJENGKELKANSebenarnya Talisa juga masih kesal dengan kesombongan Eva, tapi begitu mengetahu Eva adalah adik perempuan Calvin, musthail jika Talisa bersikerss ingin marah atau cemburu. Seperti Talisa memang harus menelan kekesalannya sendiri karena rasanya dia juga belum bisa jika harus menempatkan dirinya sebagai kakak perempuan."Kenapa kau tidak memberitahu Eva mengenai yang sebenarnya?" Talisa bertanya pada Calvin yang baru kembali dari bertemu Eva."Aku belum bisa menebak Eva bakal lebih loyal pada siapa." Calvin tetap harus sangat berhati-hati, apa lagi Daren dan Eva sudah berulang kali tidur bersama. Calvin masih belum lupa dengan pengkhianatan Tamara setelah dia juga ditiduri oleh Daren dengan sangat licik."Lalu apa rencanamu?""Eva akan pindah ke rumah yang telah aku sediakan dengan sekuriti dan supir."Kali ini Calvin akan menggunakan Eva sebagai umpan untuk menarik Daren masuk kedalam perangkap mematikan."Bagaiaman kau yakin Daren tidak akan curiga?"
BAB 85"Apa Adik Evan juga sering bermain di sini?""Ya kami bermain saat papa libur!""Apa Adik Evan sudah berulang tahun?" Daren terus coba mencari informasi dari kepolosan Noah."Ya, Evan mendapat hadiah mobil kecil yang dapat kami naiki berdua."Artinya anak Calvin dan Talisa sudah berumur satu tahun lebih. Daren terus dibuat terkejut karena keberhasilan Calvin menyimpan rahasia mengenai putranya dari semua orang."Apa kau juga mau hadiah mobil kecil?" Daren kembali bertanya pada Noah."Aku mau mobil tank!""Nanti akan ku belikan mobil tank, tapi jangan pernah bercerita pada siapapun jika kita pernah bertemu!"Noah langsung mengangguk dengan bersemangat."Anak pintar!" Daren mencium puncak kepala Noah kemudian buru-buru pergi.Begitu kembali keluar dari pintu gerbang Daren langsung menelpon Katrina."Calvin dan Talisa telah memiliki anak laki-laki berumur satu tahun!""Mustahil!" Katrina terkejut."Kita semua sudah tertipu, kau tidak akan pernah bisa menyingkirkan Talisa!" Daren m