“Kalau kamu ngerasa gak bersalah, kenapa juga harus ngehindarin mereka? Dada kamu harusnya lebih membusung daripada mereka, tunjukin tampang arogan kamu di depan mereka biar gak ada yang bisa ngerendahin kamu. Dibully kok diem aja. Kalau kamu emang gak sombong, ya harusnya kamu belajar gimana jadi orang sombong dari orang yang tiap pagi bikin kamu keramas.” Suara Kimmy terus terngiang di telinga Kia, tapi meski demikian hal itu tak mudah mengembalikan kepercayaan dirinya.Sebetulnya Kia sejak kemarin sudah merengek dan merayu agar bisa cuti kerja, tapi Gerry terus saja memaksanya bekerja dengan berbagai macam alasan, mulai dari perihal pekerjaan hingga perihal ranjang. “kalau aku lagi rapat terus tiba-tiba pengen kamu gimana? Masa aku harus pulang? Apa kata para karyawan kalau liat anak bos mereka kerjanya keluar masuk kantor? Kan kalau ada kamu di sana kan enak aku panggilnya, tinggal chat ‘pengen’ aja kamu bisa langsung lari ke ruangan aku,” ucap Gery saat Kia meminta untuk bekerja
Hans buru-buru saja memberikan tangannya untuk membantu Kia bangkit dari tubuh sang Pak Bos, tapi tentu saja Gerry tak akan mengijinkannya, dia pun segera bangkit dan membantu Kia berdiri.“Biar aku aja yang bantuin bersihin pasir di kemeja kamu,” ucap Tara saat melihat gelagat Kia akan membantu Gerry membersihkan pasir di tubuh pria yang sekejap lagi akan jadi miliknya. Pikir Tara.“Gak usah, emang seharusnya dia yang tanggung jawab karena udah nindihin aku, untung dadanya cukup empuk waktu mendarat di dada aku,” cengir Gerry pada sang istri yang sedang mencibir ke arahnya.Tara tak menimpali, untuk saat ini dia lebih memilih untuk tak berlaku posesif pada sang target, tapi tidak untuk nanti, setelah dia berhasil membuat Gerry ambruk di atas tubuhnya, wanita itu sudah berniat akan membuat pria itu tak bisa lagi melawan ucapannya. Dan malam ini Tara sudah berencana untuk menyusup ke dalam kamar Gerry dengan hanya mengenakan gaun tidur seksi yang sengaja ia bawa. Letak kamar mereka yan
Walaupun sisi romantis Gerry tak pernah muncul ke permukaan lagi sejak kejadian malam itu, namun kini kedua pasangan baru itu, mulai bisa menikmati masa-masa indah pengantin baru mereka. Namun Gerry tetaplah Gerry yang cuek dan keras kepala, tapi kini Kia tak lagi tersinggung dengan sifat suaminya itu, sebab sejak malam itu, dia tahu jika suaminya punya rasa yang sama seperti yang ia rasakan. “Tambahin garemnya segimana?” tanya Kia yang sedang belajar masak dengan sang suami.“Secukupnya.”“Ya, secukupnya itu segimana? Satu sendok, dua sendok, atau se gimana? Yang jelas!”Gerry yang kala itu sedang memasakan menu lain, langsung mengalihkan perhatiannya pada perempuan yang sedang belajar menjadi istri soleha yang pandai memanjakan lidah suami, karena tugas utamanya menjadi istri yang pandai memanjakan suami di ranjang, sudah pandai ia lakukan.“Ya kamu kira-kira dong! Liat perbandingan masakan sama garemnya!”“Aku kan gak tau, kalau aja ada rumus ya
Banyak sekali prosesi adat yang Kia dan Gerry lakukan sebelum mengadakan resepsi. Walaupun merasa semua hal itu sangat tidak penting, tapi keduanya terutama Gerry hanya bisa pasrah melewati semua prosesi yang telah mommynya persiapkan.Semua kerabat keluarga Chen baik yang di dalam negeri hingga yang berada di mancanegara, turut hadir dalam acara penting yang keluarga terpandang itu buat, maka tak heran Nyonya Chen membooking hampir semua kamar hotel di tempat acara akan berlangsung.Sama seperti pernikahan anak konglomerat pada umumnya, acara pernikahan Gerry sang penerus tunggal bisnis keluarga Chen pun tak luput dari santapan media. Bahkan sudah sepekan ini media terus menyiarkan perhitungan mundur prosesi resepsi salah satu anak konglomerat di negeri ini.“Aku berasa jadi artis,” ucap Kia yang baru saja tiba di kamar hotel, karena dia begitu terkejut saat mobil yang ia dan suami tumpangi langsung diserbu oleh para awak media.
Sesaat sebelum Kia menghilangSetelah pesta usai, kedua pengantin yang tak baru lagi itu, tidak langsung meninggalkan tempat pesta, mereka memilih untuk menyapa teman dan para kolega yang juga sengaja meninggalkan diri di sana. Kia sibuk dengan teman-teman kampusnya dulu, sedang Gerry menyapa kerabat dan rekan-rekan bisnisnya yang tadi hadir terlambat. Tapi Gerry yang memang sangat lelah, pamit undur diri ke kamarnya terlebih dahulu. Dia sudah sangat merindukan kasur empuk di kamar pengantin mereka.“Aku ke kamar dulu ya, capek!” ucap Gerry pada sang istri yang sedang digilir untuk berfoto oleh teman-teman kampus sang istri.“Iya, nanti aku nyusul.”“Njel, nanti anterin Kia ke atas ya!” pinta Gerry pada sang ponakan.“Iya Om, nanti aku akan pastiin Tante aku sampe ke kamarnya dengan selamat,” seloroh Angel, membuat mereka yang mendengar sontak tertawa, kecuali Kia yang terlihat tidak sudi dipanggil Tante oleh sahabatnya sendiri. “Iya panggil dia Tante, biar sadar kalau dia bini siap
Ternyata salah seorang dari penculik itu yang menggedor kaca pintu mobil, mungkin karena kesal menunggu kedatangan Gerry jadi mereka mengutus salah seorang untuk menjemput Gerry. “Cepet turun!” perintahnya dengan suara lantang.Dengan gagah dan penuh percaya diri Gerry turun dari dalam mobil. Melihat penampilan Gerry yang masih mengenakan pakaian pengantin lengkap dengan keris dan aksesoris yang melingkar di otot bisepnya, sontak saja membuat tiga orang penjahat berperawakan besar itu melipat bibir mereka, berusaha menahan tawa agar tak pecah melihat penampilan Gerry yang mirip kesatria di jaman Majapahit.“Ta, itu si Monyet nyadar gak sih kalau dia jadi mirip tokoh di drama-drama kolosal?” Satria pun ikut terkekeh saat menyadari bahwa sahabatnya itu masih belum berganti kostum.“Mungkin sengaja kali biar keliatan keren. Moga aja ada efeknya,” celetuk Kimmy. Di saat genting seperti itu saja, mereka masih saja bisa menyempatkan diri untuk bergurau. “Keluar yuk, kita ikut masuk aja,
Malam ituSatria segera menahan langkah Thomas dan sang istri untuk masuk ke ruangan tempat Gery berada, karena melihat aba-aba dari Gery yang menahan mereka untuk masuk.“Kenapa?”“Si Monyet nahan kita masuk dulu, kayaknya dia mau ngalihin perhatian si Tari dulu,” jawab Satria menggebu penuh emosi.“Tara, Mbek. Bukan Tari, si Tari mah model yang pernah naksir elu itu, Kambing,” jelas Thomas.“Beda dikit lah, meski cakep mah beda.” Satria tampaknya lupa ada ibu Negara yang sedang membawa senjata di belakangnya.“Tapi cakepan si Tari menurut gue sih, walaupun bampernya gak segede si Tara.” Thomas ikut bernostalgia kea bad sebelum hidayah menghampiri mereka. “gue sih yakin punya si Tara isinya plastik, tapi tetep aja beuh banget ya, diliatnya.”“Kok lu tau bumper si Tari minimalis?” Satria mendelik curiga.“Hehehe. Gue kan pelampiasan tuh cewek setelah elu bosen ma dia.” Thomas menjelaskan tanpa rasa berdosa. “Gak usah marah gitu kali, elu juga dulu sering nyalip gebetan gue.”“Mereka y
“Hai, Sob!” seru pria berjas putih, saat menghampiri Satria di lorong rumah sakit.“Oh, hai juga dokter Lutfi.” Satria membalas sapaan dokter spesialis jiwa, yang sangat mahir dalam hal pengobatan hipnoterapi. “Lagi apa di sini? Apa ada anggota keluarga kamu yang sakit?” tanya dokter itu dengan ramah.“Gak, saya cuma lagi nganter istri ikut kelas yoga aja. Alhamdulillah kami masih dikasih kepercayaan,” jawab Satria tersenyum bangga.“Alhamdulillah, saya ikut seneng dengernya. Selamat, selamat!” pria itu menjabat tangan Satria dengan penuh rasa suka, seperti merasa bahagia atas kehadiran calon buah hati dari sahabat sepupunya. Ya, pria itu adalah sepupu dari Thomas.“Makasih, dok.” Satria kembali tersenyum bangga.“Kalau kamu lagi luang, mau saya traktir kopi di kantin?”Gayung pun bersambut. “Boleh juga, kebetulan saya baru mau ke sana. Ngantuk saya dengerin musik pengiring yoga.”
Perubahan hormon ibu hamil,membuat sifat gadis itu jadi banyak berubah, perempuan yang biasa giat bekerja itu jadi tiba-tiba saja jadi malas bekerja, jangankan bekerja, mandi pagi saja malas, karena setiap kali badannya tersentuh airnya, rasa mual pasti datang mendera. Bukan hanya itu saja, moodnya sangat mudah berubah, rasa bahagia dan sedih seperti hanya terpisah sehelai benang. Pagi ini contohnya, Gerry begitu terkejut saat mendengar suara isak tangis dari balik selimut yang masih membungkus tubuh sang istri. Dia menangis seperti seorang istri yang teraniaya, sama persis dengan para aktris di sinetron azab.“Kamu kenapa? Mual?” tanya Gerry dengan lembut dan penuh kasih. Sungguh, Kia pun bingung dengan dirinya sendiri, hanya karena mengingat drama romantis yang ia tonton semalam saja sudah membuat dirinya seperti seorang istri yang tidak dicintai, karena sikap Gerry yang tidak seromantis aktor-aktor dalam drama itu.“Kamu kenapa, aku tanya? Atau mau apa?” Gerry masih bersabar men
“Kalian emang mau kemana sih?” tanya Amora penuh curiga saat melihat sang suami dan dua pria sableng lainnya itu berpakaian rapi di malam hari.“Nganter Gerry, katanya ada sesuatu yang harus dia urus di sini,” jawab Thomas sambil melingkarkan jam rolex di pergelangan tangannya.“Kamu gak ada niatan macem-macem kan?” Amora langsung memandang sang suami dengan sinis.“Ini bukan waktunya kamu cemburu, Sayang. Di sini gak ada klab malam atau sejenisnya, cuman ada pasar malem yang katanya baru besok malem mulai buka,” jawab Thomas, dan segera mengecup singkat bibir sang istri sebelum wanita itu kembali mengucapkan hal-hal negatif kepadanya.Kejadian yang hampir sama pun terjadi di kamar lainnya, tepatnya di kamar Gerry dan Kia. Kia merasa ada yang sedang suaminya sembunyikan kepadanya, karena Gerry yang biasa mageran tiba-tiba memberitahukan dirinya bahwa dia dan kedua sahabatnya akan keluar malam itu.“Aa sebenernya mau kemana sih? Kalau emang mau ke rumah Pak Kades, kenapa gak ajak Pak R
Kia pikir ucapan Gerry yang akan mendatangi rumah Pak Kades hanya bualan saja. Untungnya saja semalam Kia berhasil mengalihkan perhatian sang suami yang ngeyel ingin mendatangi rumah kepala desa dengan cara mengajak sang suami melakukan ritual mengasikan yang mereka sukai, ditambah lagi cuaca malam tadi memang kurang mendukung, makin giat saja Gerry membuat suasana kamar mereka memanas.Tapi tidak untuk pagi ini, sebab Gerry sudah meminta sang adik ipar memanggil ketua RT di sana untuk menemani dirinya ke kantor balai desa agar bisa bertemu langsung dengan si kepala desa.“Aa, gak usah ke sana sih, mending titip pesen aja sama Pak RT, jadi biar Pak RT yang nyampein pesen Aa, ke Pak Kades,” pinta Kia, masih berusaha merayu sang suami di detik-detik terakhir.Pak RT yang ternyata masih kerabat Kia segera mengangguk setuju, sebab dia juga cukup sungkan untuk bertemu kepala desa hanya untuk membahas soal perbaikan jalan ke kampung mereka dalam waktu singkat, ditambah lagi hanya karena al
Mommy Rossi berusaha mengalihkan ngidam sang menantu dengan berbagai makanan mewah. Dia bahkan menyewa koki hotel bintang lima untuk memasak menu-menu andalan yang biasa diminati para tamu.“Ayo sayang, dimakan. Mommy sengaja sewa koki hotel buat masak makanan buat kamu,” ujar wanita itu, saat memanggil sang menantu untuk makan siang. “Tadi pagi Mommy liat kamu gak ngabisin sarapan kamu.”“Iya, Mom. Gak tau kenapa rasa makanan yang aku makan jadi aneh semua, dan kadang bikin aku mual,” jelas Kia yang masih betah meringkuk di balik selimutnya.“Wajar, kebanyakan perempuan yang lagi hamil muda emang begitu.”“Emang Mommy gak ngalamin kayak gini waktu hamil si Aa?” Kia yang sebetulnya sangat malas beranjak dari ranjang, akhirnya memaksakan diri untuk bangun. Sungguh perlakuan sang ibu mertua yang terlampau baik membuatnya sangat tidak enak hati.“Mommy tau hamil aja pas udah lima bulan, karena ada yang gerak di perut Mommy.”“Mommy emang gak merhatiin siklus haid Mommy?”“Siklus haid Mom
Gerry yang begitu bahagia langsung membawa Kia kepada sang Mommy yang saat itu masih berada di salah satu butiknya. Dengan senyum yang sejak tadi tak pernah pudar dari wajah tampannya, Gerry menggandeng tangan Kia ke dalam butik dengan tergesa-gesa.“Sabar A, pelan-pelan atuh!” tegur Kia yang merasa dirinya seperti diseret-seret sang suami.“Aku udah gak sabar liat reaksi mertua kamu,” jawabnya bersemangat. “Mau aku gendong, takutya kamu capek?”Belum apa-apa Gerry sudah berlebihan memperlakukan istrinya.“Dari rumah ibu ke sini aja, aku kuat nyetir sendiri, masa jalan dari parkiran ke dalem aja pake digendong?” Kia terkekeh geli. “Ya siapa tau aja kamu capek abis nyetir,” jawab Gery kemudian kembali menggandeng tangan sang istri, namun kini dengan langkah lebih santai, walaupun hatinya sama sekali tidak santai. Seperti biasa, kedatangan mereka selalu disambut ramah para karyawan butik, tapi jika biasanya Gerry bersikap cuek dan selalu tak acuh pada sapaan mereka, namun hari ini ber
(Beberapa jam sebelum kedatangan Kia)“Maaf, karena ada sedikit kesalahan teknis, acara harus kami undur sekitar 30 sampai 60 menit,” ujar Gerry kepada semua narasumber yang datang siang itu. meskipun kesalahan ini murni bukan karena ulahnya, Gerry selaku anak dari pemilik stasiun televisi itu tetap harus menurunkan egonya untuk meminta maaf.“Mau gimana lagi?” sahut salah seorang dari mereka.“Dan sebagai permintaan maaf kami, saya akan mentraktir makan siang di restoran saya. Bagaimana?” usul Gerry, mencairkan suasana.Para narasumber pun terlihat senang menanggapi usulan calon penerus kerajaan bisnis Chen. Beberapa di antara mereka bahkan baru mengetahui bahwa Gerry adalah anak tunggal dari pemilik stasiun televisi swasta tersebut. Mereka termasuk Gitsa langsung diantar oleh mobil operasional perusahaan yang cukup mewah ke salah satu cabang restoran Cina milik Gerry yang letaknya tak jauh dari tempat tersebut.Gerry sengaja memesankan sebuah privat room ukuran besar untuk menjaga
“Aya naon?” tanya ibu melihat perubahan raut wajah sang putri setelah mendapat telepon dari menantunya.“si Aa nyuruh aku cepet pulang,” jawab Kia dengan kesal.“Baru juga beberapa jam di sini, masa langsung nyuruh pulang? Gimana sih?” ibu juga tak kalah kesal. Ya, bagaimana tak kesal, sudah lebih dari satu bulan sang putri tidak mengunjunginya, dan baru beberapa jam saja menginjakan kaki di rumahnya, sang menantu sudah menyuruh putrinya untuk meninggalkannya lagi.Ingin sekali sang ibu menelpon menantu titisan Sultan itu seraya berkata ‘APA-APAAN?’, sambil memarahi menantunya itu yang tak tahu adab. Tapi kenyataannya, boro-boronya dia memarahi sang menantu, baru menatap wajah tampan pria yang menikahi putrinya saja langsung membuat nyalinya menciut. Entah karena malu atau karena segan, yang jelas Ibu tak pernah bisa mengobrol banyak pada menantunya sendiri.“Bawaan orok kali, jadi bapaknya kangen terus sama Neng Kia,” sahut si ibu penjual rujak.Sontak saja kedua ibu dan anak itu men
Setiba di kampung halamannya, entah mengapa membuat hati Kia gelisah, seperti ada sesuatu yang membuat dirinya begitu tidak nyaman dengan tempat itu. apa mungkin karena rumahnya yang telah dirombak habis sang suami, membuat Kia jadi harus beradaptasi dengan suasana rumah orang tuanya?Beberapa bulan lalu, Gerry meminta izin dari Kia untuk merenovasi rumah sederhana milik orang tuanya, dan itu cukup membuat Kia terharu saat itu. Akan tetapi, Kia tidak tahu jika renovasi versi Gerry sangat jauh dari bayangannya. Gerry bahkan membeli sebagian tanah warga yang ada di sekitar rumahnya, untuk memperluas rumah yang kini hanya diisi oleh sang ibu dan adik bungsunya. Rumah sederhana itu kini disulap layaknya kediaman seorang pejabat, bahkan rumah yang dulu hanya seluas kamar tidur utama di kediaman keluarga Chen, sekarang sudah melebihi rumah Pak Lurah di desa tempat sang ibu tinggal.(percakapan dalam bahasa Sunda)“Ini tanah siapa aja yang si Aa beli?” tanya Kia yang takjub dengan renovasi
“Gue harus gimana ini?” tanya Gerry dengan tergesa.Satria dan Thomas yang baru saja akan menikmati minumannya kembali tegang saat melihat Gerry kembali di hadapan mereka.“Ya minta maaf aja sih, apa susahnya?” sahut Thomas.“Gampang ya kalian para cowok minta maaf setelah ngelakuin kesalahan yang bikin perempuan sakit hati.” Amora terlihat kesal dengan jawaban suaminya.“Ya, gak gampang juga. Emang kamu pikir gampang bikin rayuan yang bikin kamu maafin aku? kadang aku sendiri aja lupa apa salah aku, tapi aku tetep berlapang dada minta maaf ke kamu.” Thomas tak mau kalah.“Oh, jadi selama ini kamu minta maaf ke aku karena terpaksa? Iya?”“Kok kamu jadi marah ke aku gini sih? Sekarang aku tanya, emang apa salah aku sampe kamu sewot gitu?” Thomas tak terima dituduh seperti itu oleh sang istri.“Pake nanya salah kamu apa lagi. Mas, aku tuh gak suka cara kamu nyelesein masalah, kamu tuh ter