Esme langsung ditarik keluar gedung tua tersebut dan segera masuk ke dalam mobil Austin. Esme benar benar tidak menyangka kalau di lain sisi, ia bekerja untuk menjalankan projectnya sebagai Agent CIA dan di lain sisi ia juga bekerja untuk memuafkan nafsu gairah Austin. Apakah Esme bisa menolak ? Sebenarnya sangat bisa tetapi apa boleh buat kalau ia benar benar mengeluarkan sisi galaknya maka bisa jadi Austin akan membuangnya. Dan jika Austin membuangnya, habis sudah jalan untuk melanjutkan project miliknya ini.
"Austin mungkin kau tidak lelah tapi bagaimana denganku yang selalu kau lahap habis habisan dan tidak memberikan nafas sedetik pun." ucap Esme jujur
"Kali ini kau juga akan menikmatinya, Esme." ucap Austin mengedipkan sebalah matanya seraya menggoda Esme
Austin tersenyum kemenangan mengingat ide yang diberikan oleh Fin memanglah cemerlang. Bahkan Austin sendiri tidak terpikirkan ke arah situ, Austin tidak me
Austin segera keluar dari ruang kamar mandi dan tidak menemukan kehadiran Esme dimana-mana. Austin sempat berpikir apakah mungkin Esme lebih memilih untuk tidur di sofa luar ketimbang bersama dengan dirinya ? Oleh karena itu Austin segera berjalan menuju lantai 1 lebih tepatnya ke ruang tengah tetapi ketika sudah sampai disana hasilnya nihil. Tidak ada seorang pun di sana melihat hal tersebut membuat Austin jadi mencari keberadaan Esme kemana-mana. Ia bahkan tidak menemukannya dimana-mana.'Dimana dia sekarang ?' batin Aron bertanya tanya dalam benaknyaDi lain sisi, Esme yang baru saja bertukar bajunya meminjam dari baju tidur milik Kiana yang ternyata pas dengan tubuhnya. Esme sempat bernafas lega ketika mendapati model ranjang di kamar kecil Kiana yang merupakan ranjang susun, setidaknya ini tidak terlalu buruk untuknya. Esme bahkan lebih memilih untuk tidur bersama Kiana saja jika tidak ada hubungannya dengan project miliknya. Kiana yang
Esme segera masuk ke dalam Mansion dan tidak menemukan keberadaan Austin di dalam kamarnya. Esme segera mencari keberadaan Austin dimana-mana sampai akhirnya mereka berpas-pasan di ruang bawah tanah. Austin yang baru saja keluar dari ruang kerja pribadinya dan Esme yang baru saja turun untuk menuju ke ruang kerja Austin. Sontak mereka terdiam mengingat kejadian yang sempat menjadi pertengkaran kecil mereka saat berada di kamar mandi."Ada apa datang kemari ?" tanya Austin menghampiri Esme yang terdiam paku"Hanya numpang lewat." ucap Esme asal-asalanEsme merasa tidak nyaman kalau ia berkata sedang mencari keberadaannya maka mungkin saja Austin akan merasa menang kalau Esme tidak bisa pergi darinya. Austin hanya terkekeh pelan mendengar alasan Esme yang jelas jelas merupakan alasan bodoh yang pernah Austin dengar. Austin berjalan pelan menghampiri Esme dan menatap manik mata Esme yang begitu indah disana.
Sekarang Esme, Austin serta Fin sudah berada di sebuah ruangan yang begitu gelap ... lebih tepatnya sebuah ruangan yang begitu jauh dari pemikiran Esme. Entah kenapa Austin sangat menyukai dengan model ruang bawah tanah, bahkan di markas Mafia Mavros saja ia tetap menyiapkan ruang bawah tanah yang lokasinya sangat tertutup. Esme saja sampai tidak menyadari kalau tidak diberitahu oleh Austin sendiri. Sekarang Austin, Fin beserta Esme sedang memandangi seorang laki laki yang masih tidak ingin mengaku identitasnya."Siempre seré leal a mi Señor" ucap laki laki itu sudah di ikat serta bercucuran darah dimana mana(Aku akan tetap setia kepada Tuanku.)"Debes saber que no te dejaremos morir muy fácilmente. Estamos agradecidos de que hayas estado viviendo en esta habitación húmeda durante más de un año, porque hemos sido muy insoportables." jelas Fin mengancam sambil menyayat kulit paha
Permen yang Esme berikan kepada Austin bukanlah sembarang permen pada biasanya. Mungkin terasa mani ketika dimakan tetapi sebenarnya itu adalah racikan obat tidur yang dikemas seperti sebuah permen. Berhubung Austin langsung memakan 2 permen sekaligus membuat jangka waktunya jauh lebih lama. Esme langsung mengenakan pakaian hitam serta masker miliknya dan tidak lupa juga untuk menguncir rambutnya agar tidak menggangu selama ia beraksi.Ketika semua sudah siap, Esme lansgung berjalan mengendap endap melalui pintu belakang agar tidak terlalu mencolok oleh orang orang di Mansion Austin. Esme langsung berlari ketika sudah sepenuhnya berada di luar Mansion Austin, Esme harus segera menuju ke karavan tempat TJ dan Raven bersembunyi. Melihat waktu yang sudah terbuang membuat Esme tidak bisa mengundur waktu lagi, karena mungkin hanya ini kesempatan yang Esme miliki untuk menginterosgasi laki laki tersebut."Aku sudah disini," ucap Raven
Esme yang sudah berjalan perlahan lahan sambil melirik ke kiri dan juga ke kanan melihat tidak ada seorang pun yang berlalu lalang di ruang tengah lantai 1. Esme langsung menukar bajunya di ruang kamar mandi lantai 1 ssebelum dirinya pergi ke kamarnya dan melihat kabar Austin. Esme yang masih bertukar baju di lantai 1 tiba tiba mendengar sebuah suara barang pecah dari lantai atas, sontak Esme langsung panik dan buru buru menuju lantai 2.Esme yang sudah menyiapkan pisau di belakang punggungnya terus berjalan waspada takut jika ada penyusup lagi masuk ke dalam mansion Austin. Seketika Esme melihat pintu kamarnya terbuka lebar dan dari jauh tidak melihat kehadiran Austin disana, Esme langsung berjalan masuk ke dalam ruangannya karena begitu curiga. Esme membuka pintu ruang kamarnya secara perlahan dan tiba tiba merasakan sebuah tangan besar menyentuh pundaknya dari belakang, sontak Esme langsung mengarahkan pisau di belakang punggung nya ke orang yang menyen
Esme yang sedang memberesi seluruh pakaian miliknya di walk in closet Austin. Sedari tadi Esme terus terusan berpikir mengenai Austin yang bisa mengetahui tempat ia tinggal, Esme akui kalau sekarang ia sedikit ketakutan jika identitas aslinya terbongkar oleh Austin. Dan berbicara mengenai pulang, hari ini Esme akan diberangkatkan meggunakan pesawat pribadi Austin berada dengan Fin. Begitu banyak pertanyaan dalam benak Esme yang salah satunya adalah, kenapa Austin tidak mengatakan padanya kalau Esme diizinkan untuk balik ?"Se necesita mucho tiempo para superar la línea." ucap Fin bersenderan di pintu sambil menyilangkan kedua tangannya di depan Dada(Membutuhkan waktu yang lama ya untuk berberes doang.)"Austin está enojado conmigo?" Tanya Esme tiba tiba berbalik badan(Apakah Austin marah padaku ?)"No sé acerca de sus sentimientos. Me acaban de decir que te cuide mientras estaba en Nu
Sekarang Esme sedang berjalan menuju ke kantor CIA di jam 4 pagi dini hari. Esme sengaja memilih jam 4 karena melihat para temannya beserta Henry yang masih tertidur pulas di apartemen miliknya. Esme sudah mencetak makalah hasil tangan TJ untuk diserahkan kepada Ray selama dalam perjalanan menuju ke kantor Agent CIA, Esme terus-terusan menghela nafas beratnya karena begitu banyak beban pikiran di dalam otaknya sekarang ini."Good Morning, Ms. Fatale." sapa salah satu staff wanita yang sudah berjaga di pagi hariEsme hanya membalasnya dengan menampilkan sebuah senyum manisnya lalu segera beranjak menuju ruang atasannya. Memang sebelumnya kemarin malam Esme sudah memberikan sebuah pesan kepada Ray kalau ia akan bertemu dengannya di jam 4 dini hari, walaupun ada penolakan dari Ray tetapi ia tidak bisa menolak lebih lanjut karena memang Ray membutuhkan dokumen yang dibawa oleh Esme. Ketika sudah sampai di depan ruangan Ray yang dari jauh p
Suara tembakan menggema ke seluruh ruangan gelap nan gulita. Peluru yang menembus kulit hingga ke daging seseorang membuat orang tersebut langsung terjatuh ke depan akibat peluru yang mengenai punggung bagian belakang sejajar dengan dada. Begitu banyak darah yang langsung keluar dengan deras disana ditambah dengan darah hangat yang keluar dari mulut seseorang. Sedangkan orang yang ada di depannya langsung berusaha menangkap dan menopang orang yang mengambil peluru itu darinya.Laki-laki penyelamat itu langsung membelakkan matanya ketika melihat Esme termengap-mengap serta merintih kesakitan akibat pelurunya. Sontak laki laki itu langsung mengambil botol besar bekas alcohol dan langsung melemparkannya tepat ke kepala Theizz. Seketika Theizz langsung tak sadarkan dirinya akibat pukulan botol tepat mengenai kepalanya dengan begitu keras. Laki laki itu langsung melihat kondisi Esme yang terus merintih kesakitan."Esme ..." ucap laki
Hembusan angin pagi yang masuk ke dalam sebuah ruangan makeup langsung mengipas seluruh helaian rambut Esme yang sudah di hias dengan begitu indah ditambah Veil putih panjang di bagian belakang. Hari ini adalah hari bahagia sekaligus hari barunya Esme untuk memulai hidupnya yang baru dan melupakan kejadian kelam, sedih yang terjadi di masa lalu. Seluruh Member Poison Angels sudah berkumpul dan mengabadikan moment mereka bersama dengan Esme di hari bahagianya."Ash ! Padahal kita sudah sepakat untuk Melajang bersama." ucap Sabrina sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Kalau begitu kau saja yang melajang. Melihat Esme mengenakan gaun putih seperti ini membuaku jadi begitu iri untuk ikutan menikah, hanya kurang calonnya saja." ucap Amber sambil cemberut melihat pakaian yang Esme kenakan model V depan belakang sehingga terlihat kesan Hot serta Sexy Saat ia gunakan."Aku juga ! Tingga kita tunggu saja siap
'Ini tidak bisa terjadi. TIDAK MUNGKIN !' Batin Esme berteriak ketika melihat sosok yang ada di depannya sudah tergeletak tak bernyawa lagi dengan sebuah peluru yang masih tersimpan di dalam kepala orang tersebut akibat tembakan yang ia kenakan kepada diri sendiri.Esme sudah berusaha mati-matian menanti penderitaannya dan inikah hasil yang Esme dapatkan ? Andai saja ia tidak mendengar perkataan Frederick dan perkataan Johan maka orang yang ada di depannya tersebut tidak akan berakhir segampang ini. Esme tidak terima jika Theizz harus berakhir dengan jalan yang begitu cepat, yaitu dengan bunuh diri. Esme ingin membuat Theizz merasakan sebuah penderitaan di dalam sel penjara dengan tuduhannya selama seluruh hidupnya di balik jeruji."Esme Esme !!" seru Aaric berlari masuk ke dalam dan langsung memeluk Esme dengan begitu erat seperti orang yang takut akan kehilangan lagi."Aku tidak terima dia mati dengan mudah
Theizz yang mendengar sebuah suara perempuan dari arah belakangnya tentu saja langsung terlintas dengan nama Esme di dalam kepalanya. Theizz mendongakkan kepalanya dan seketika ia dapat merasakan sebuah benda yang sudah diarahkan tepat ke bagian kepalanya, apa lagi kalau bukan senjata api. Esme tersenyum miring menyadari Theizz yang tampaknya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui siapa dirinya."Désolé de vous avoir fait attendre si longtemps." ucap Esme sambil tertawa pelan(Maaf Membuatmu menunggu lama.)"Je sais déjà que vous regarderez, qu'attendez-vous?" ucap Theizz berbalik badan dan tersenyum lebar menunjukkan kalau ia sama sekali tidak takut dengan sebuah senjata yang mengarah ke kepalanya.(Aku sudah tahu kalau kau akan mengincarku, apalagi yang kau tunggu sekarang ?)"No lo haré tan fácilmente, Theizz" balas Esme menarik kerah Theizz unt
Setelah menghabiskan waktu berbincang-bincang membahas mengenai rencana yang akan Esme lakukan kepada Theizz tentu saja terus mendapat tolak belakang dengan Johan yang tidak mengizinkannya untuk membunuh. Mungkin Theizz bisa membunuh satu keluarga Esme tetapi Johan tidak bisa membiarkan Esme untuk ikutan menjadi seorang pembunuh, memang selama Esme bekerja menjadi Agent CIA dengan lebih daru puluhan project tidak ada satupun dari project yang Esme dapat melibatkan nyawa orang melayang. Hanya baru kali ini saja terlintas di benak Esme untuk membunuh seseorang yaitu Theizz sendiri.Sekarang Esme sedang berada di dalam sebuah mobil sewaannya karena tidak akan mungkin Esme kembali ke hotel tempat penginapannya yang saat Esme lewati saja begitu banyak anak anak Roycival yang berkelerian disana. Oleh karena itu Esme memilih untuk menyewa sebuah mobil yang sedikit tua tapi masih bisa Esme gunakan walaupun kecepatannya sangat berbeda dengan mobil listrik miliknya.
Tetesan darah terus mengalir deras dan dapat dirasakan sesuatu yang hangat terus mengalir ke seluruh wajah Esme yang habis dilumuri oleh darah. Kondisi yang sedang dialaminya sekarang sangat tidak mendukungnya untuk meminta tolong karena itu hanya akan menambah kecurigaan orang orang dan membuat masalah kecil ini menjadi lebih besar. Tetapi setidaknya Esme dapat bernafas lega karena telah lolos dari orang yang mengincar untuk membunuhnya. Siapa lagi kalau bukan Theizz yang menyuruhnya sudah jelas ia merasa takut jika Esme melakukan macam macam padanya setelah terkuat seluruh fakta yang membunuh seluruh anggota keluarganya."Anda tidak kenap--" ucap seorang anak kecil melihat kondisi Esme seperti seseorang yang kebingungan. "OH FU*K!" seru Esme spontan karena merasa kaget dengan kedatangan anak kecil di sampingnya."Kenapa seluruh tubuh anda dilapisi oleh darah ?" tanya anak kecil itu mencolek kulit Esme yang telah dilumuri oleh d
Austin berjalan lemas menuju mansion miliknya yang kini terasa begitu sepi dan juga hampa. Sudah begitu banyak anak anak Mavros yang memilih untuk ikut bersama dengan Theizz ketimbang bersama dengan Austin yang ingin mengubah Mavros. Austin mengusap wajahnya dengan kasar sampai ketika terkejut melihat kehadiran Henry yang sedang duduk menunggu kedatangan Austin pulang."¿Dónde has estado todo el día? Te llamé pero no contestaste." tanya Henry ketika sudah menyadari kehadiran Austin yang baru saja menginjakkan kakinya ke Mansion miliknya di jam 9 malam.(Kemana saja kau seharian ini ? Aku menelponmu tapi tidak kau angkat angkat.)"Estoy cansado hoy ... quiero descansar primero." balas Austin merasa seluruh tubuhnya melemas dan tidak ada tenaga lagi.(Aku sedang lelah hari ini ... aku ingin istirahat dulu.)"Necesito tu ayuda, Austin. Este es el problema de Theizz y nec
Esme dan Aaric berjalan keluar dari gedung Agent CIA untuk terakhir kalinya. Esme yang setidaknya sudah terlepas dari sebuah pekerjaan dan membuatnya menjadi seorang pengangguran sama sekali tidak membuat Esme pusing atau juga malu dengan status penganggurannya. Esme langsung memasuki mobil Aaric dan disusul pula oleh Aaric yang langsung menancapkan gasnya menuju arah balik pulang. Tetapi Esme yang melihat terdapai sebuah kedai makanan di pinggir jalan tampak begitu ramai diserbu oleh pembeli membuat Esme tertarik untuk mencobanya."Tidak lama kau baru saja makan dan kau ingin makan lagi ?" tanya Aaric tetap menurut dengan menepikan mobilnya di pinggir jalan."Aku hanya penasaran ... kita bisa membawa makanannya pulang." ucap Esme melepaskan sabuk pengamannya dan segera turun dari mobil Aaric."Oh ya ... kau tunggu saja disini aku tidak akan lama." Seru Esme di kaca jendela sebelum dirinya berjalan masuk ke d
"Querida Esme, no estás tramando algo, verdad?" tanya Elanor sedikit was was melihat ekspresi wajah Esme yang menjadi tajam dan kesal.(Esme sayang, kau tidak sedang merencakan sesuatu bukan.)"Esme, entendemos que debes estar molesta y enojada en este momento, pero vengarse no es algo que siempre te enseñe." jelas Frederick meningatkan Esme untuk tidak melakukan hal jahat dengan membalas dendam.(Esme kami mengerti kau pasti kesal dan marah sekarang tetapi membalas dendam bukanlah hal yang selalu aku ajarkan padamu.)"No, no ... después de todo Mateo se ha ido, ¿por qué vengarse de él? Tal vez tenga una fiesta junto a su tumba." ucap Esme berusaha santai di depan yang lain.(Tidak tidak ... lagipula Mateo sudah tidak ada jadi untuk apa membalas dendam padanya ? Mungkin aku hanya akan merayakan pesta di sebelah kuburannya.)"Esme !" bentak Elanor kaget ketika
Italy 10.00 a.mEsme yang berlarian mengejar seekor kupu kupu biru yang mengipas kedua sayap indahnya kemana mana di halaman belakang rumah Esme. Esme yang sudah sedari pagi berlarian kemana mana sekitar halaman belakang rumahnya tiba tiba merasa haus dan juga merasa lelah. Sudah menjadi aktivitas Esme sejak ia mulai bisa berlari, Esme begitu menyukai bermain di taman belakang rumahnya tempat para bunga kesukaan ibunya tumbuh disana. Esme yang kerjaannya hanya berkeliling mencabut satu tangkai bunga dan menyusunnya menjadi satu bouqet untuk ia berikan ke ibunya ketika akan pulang. Esme kembali berlari menuju rumahnya yang cukup jauh mengetahui halaman belakang begitu luas."Mamma sono tornata a casa, ho portato dei fiori ---" ucap Esme terhenti ketika melihat banyak sekali bercak darah dimana mana.(Mama aku pulang, aku bawa bunga ---)Esme mendapati kedua adek laki lakinya yang sudah ter