Suara tembakan menggema ke seluruh ruangan gelap nan gulita. Peluru yang menembus kulit hingga ke daging seseorang membuat orang tersebut langsung terjatuh ke depan akibat peluru yang mengenai punggung bagian belakang sejajar dengan dada. Begitu banyak darah yang langsung keluar dengan deras disana ditambah dengan darah hangat yang keluar dari mulut seseorang. Sedangkan orang yang ada di depannya langsung berusaha menangkap dan menopang orang yang mengambil peluru itu darinya.
Laki-laki penyelamat itu langsung membelakkan matanya ketika melihat Esme termengap-mengap serta merintih kesakitan akibat pelurunya. Sontak laki laki itu langsung mengambil botol besar bekas alcohol dan langsung melemparkannya tepat ke kepala Theizz. Seketika Theizz langsung tak sadarkan dirinya akibat pukulan botol tepat mengenai kepalanya dengan begitu keras. Laki laki itu langsung melihat kondisi Esme yang terus merintih kesakitan.
"Esme ..." ucap laki
Esme terbangun ketika merasakan sebuah kepala yang begitu berat menindih tangannya yang hampir mati rasa. Esme mengerjapkan mata dan masih dapat merasakan perih, sakit tetapi untungnya tidak sesakit kemarin. Esme melihat ke seluruh ruangan yang tampak begitu asing untuk dirinya, seperti sebuah klinik kecil. Tapi tiba tiba Esme melihat sosok wanita memakai jubah putih masuk ke dalam ruangannya tersenyum manis sambil membawa secangkir teh hangat."Halo, aku Bella temannya Aaric." sapa Bella memperkenalkan diri"Aaric ? Maksudmu Raven ?" tanya Esme yang begitu asing dengan sebuah panggilan Aaric"Ah iya Raven, aku pikir kau sudah tau nama aslinya. Ternyata belom juga ya ..." balasnya sambil tertawa lembut dan pelan"Ini pertama kalinya aku mengetahui namanya, aku Esme ... ehm terimakasih sudah menolongku." ucap Esme ikut tersenyum"Itu sudah menjadi tanggung jawabku, yang perl
Ketika Esme dan Aaric sedang menikmati makanan yang sudah dibuatkan oleh Aaric tiba tiba mereka cukup dikagetkan dengan suara pintu otomatis yang terbuka secara tiba tiba tepat di belakang Esme. Sontak Esme langsung menoleh ke arah sumber suara untuk melihat siapa yang datang, tetapi tiba tiba Esme langsung menjatuhkan sendok miliknya karena begitu terkejut melihat orang yang ada di depan matanya. Esme sangat tidak menyangka kalau akan bertemu dengan orang tersebut."Hola Mi Amante" sapa laki laki itu sambil berdiri tepat di depan pintu utama.(Hello, Sweetheart)"Darius ?" seru Esme masih tidak menyangkaYes Darius, dia adalah laki laki yang pertama kali memergokki Esme ketika ingin mencuri uangnya ketika Esme masih menjadi gelandangan di pinggiran kota Brazil saat ia masih muda. Dan Darius lah orang pertama yang membawa Esme masuk ke dalam Geng Mafia Roycival sehingga sejak hari itu, seluruh hidup Esme tel
Austin memasuki ke sebuah rumah yang baru pertama kali ia injakkan kakinya ke rumah tersebut, siapa lagi kalau bukan rumahnya Violetta. Awalnya rumah yang sedang Violetta tempati ini adalah untuk rumah Austin bersama dengan Viona tetapi karena suatu kondisi hal yang ternyata membuat seluruh kondisi jadi berubah sehingga kelak rumah ini akan diisi oleh Austin dan Violetta, dan tentu saja hadiah ini diberikan oleh Mateo sendiri. Austin melirik ke seluruh ruangan dan mendapati banyak asisten rumah tangga serta orang orang Violetta yang tampak menunduk ketika melihat kedatangan Austin."Joven maestro Austin, la señorita Violetta está descansando. Quiere decir algo, señor?" tanya salah satu asisten rumah tangga yang begitu renta dan lelah(Tuan Muda Austin, Nona Violetta sedang beristirahat. Apakah ada sesuatu yang ingin tuan sampaikan ?)"La señorita Violetta siempre duerme en esta situación tan ru
Austin memasuki sebuah rumah besar dan keliatan tua tampak luar yang pastinya sudah dikenali oleh banyak orang kalau rumah yang sedang Austin masuki ini adalah wilayah kekuasaan MAVROS. Banyak anak buah MAVROS yang melihat kedatangan Austin dan seketika langsung menundukkan kepala memberi hormat tetapi Austin sama sekali tidak memperdulikan kehadiran mereka sekalipun, ia langsung membanting pintu utama dengan sangat keras sehingga seisi rumah langsung menatap ke arahnya. Seketika Austin langsung bertemu dengan manik mata ibunya yang sudah berair tampak seperti sedang menangis, Austin mengerutkan dahinya karena begitu bingung dengan segala kondisi yang terjadi."Mamá, qué pasó? Por qué lloras mamá?" tanya Austin mengusap pelan air bening yang mengalir di pipi ibunya(Mama, Apa yang sedang terjadi ? Kenapa kau menangis, Ma ?)"Tu padre está en coma, Austin. De repente, se sorprendió
Esme segera berlari menuju kamar tamu yang sedang ia pakai dan segera membuka lemari pakaian yang ternyata sudah terisi penuh oleh pakaian-pakaian wanita. Esme berpikir mungkin saja isinya masih pakaian laki-laki mengetahui rumah yang sedang Esme tumpangi adalah milik Aaric tetapi tampaknya Aaric sudah membelikannya sebuah pakaian yang merupakan size biasa Esme pakai."Kau ingin kemana, malam malam begini ?" tanya Aaric berdiri di pintu kamar Tamu dengan wajah bingungnya"Aku harus ke apartemen ku..." ucap Esme mengambil satu pakaian yang menurut cocok untuk ia gunakan"Itu adalah baju ibuku semua." balas Aaric ketika menyadari Esme ingin memakainya"Oh Sorry ... kalau begitu apakah kau ada pakaian yang bisa aku gunakan sekarang ?" tanya Esme kembali mengembalikan baju milik ibunya Aaric"Tidak, kau pakai saja baju ibuku. Aku juga tidak bisa menyimpan seluruh pakaiannya tan
"Oh My God Finally ! Akhirnya teman kita sudah menghilangkan kehormatan pertamanya setelah sekian lama." seru Amber yang begitu girang ketika mendengar cerita Esme yang sudah tidak perawan lagi akibat Austin."Amber ! Kau gila ? masih ada Aaric di depan." balas Esme langsung menutup mulut Amber karena suaranya yang dapat terdengar sampai luar"Jadi, bagaimana rasanya ? Biar aku tebak ... sangat nikmat bukan ?!" ucap Sabrina kembali bertanya dan ikutan menggoda Esme"Aku menyesal bercerita kepada kalian." ucap Esme langsung membenamkan wajahnya ke bantal miliknya"Tapi jika aku ada di posisimu maka aku juga akan sama bingungnya untuk memilih karena keduanya sangat sangat Fresh from the oven Esme. Bahkan mereka berdua sama sama HOT !!" seru Candace yang jadi ikutan mengkhayal"Siapa yang bilang aku akan memilih salah satu dari mereka ? aku ingin hidup sendiri." balas Esme membantah
Setelah selesai acara makan pagi bersama entah ada acara gimana tiba tiba hampir seluruh temannya memiliki kesibukan lain. Amber yang tiba tiba mendapat sebuah panggilan dari keluarganya di Italy membuat dirinya harus berangkat ke Italy Sore nanti, lalu Amber yang tiba tiba memiliki trouble dari bisnis yang ia kelola yaitu bisnis Fashion sedangkan Sabrina yang mengalami gangguan teknik dari perusahaan trading miliknya yang sedang diserang dengan perusahaan trading lainnya. Oleh karena itu sekarang hanya menyisakan Esme sendirian di dalam kamar ternyamannya, tidak lupa dengan kehadiran Aaric yang harus balik ke rumahnya karena sedikit ada urusan dengan Darius. Esme menghela nafas beratnya menatap langit langit kamar miliknya yang begitu membosankan, seketika terlintas di dalam pikiran Esme untuk memeriksa ruangan rahasia miliknya.Sama sekali tidak ada yang tau kalau di dalam apartemen Esme yang cukup terbilang kecil terdapat sebuah ruang rahasia. Esme membuka le
"CÁLLATE!!" Teriak Austin dengan sorot mata tajamnya kembali bersifat brutal dengan mencium ke seluruh tubuh Esme mulai dari bibi hingga ke leher Esme dengan sangat kasar.(DIAM !!)Esme terus berusaha dengan mendorong tubuh Austin agar menjauh darinya tetapi tenaganya sama sekali tidak sepadan dengan kekuatan Austin terlebih disaat sedang emosi tinggi. Esme kembali merasakan lumatan-lumatan hangat yang menjalar ke seluruh tubuhnya dan beberapa hisapan kepemilikan di lehernya yang meninggalkan banyak bekas disana yang dapat terlihat dengan sangat jelas. Esme terus meronta-ronta agar Austin berhenti melakukan semua ini tetapi hal itu tidak ditanggapi apapun oleh Austin yang mulai mengusap pelan dada kenyal Esme."ESME ... ESME ..." Teriak orang yang berada di luar pintu dengan sangat kencang"AKU DISINI !!" Balas Esme ikut berteriak yang sontak langsung disekap oleh Austin dengan kasarS
Hembusan angin pagi yang masuk ke dalam sebuah ruangan makeup langsung mengipas seluruh helaian rambut Esme yang sudah di hias dengan begitu indah ditambah Veil putih panjang di bagian belakang. Hari ini adalah hari bahagia sekaligus hari barunya Esme untuk memulai hidupnya yang baru dan melupakan kejadian kelam, sedih yang terjadi di masa lalu. Seluruh Member Poison Angels sudah berkumpul dan mengabadikan moment mereka bersama dengan Esme di hari bahagianya."Ash ! Padahal kita sudah sepakat untuk Melajang bersama." ucap Sabrina sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Kalau begitu kau saja yang melajang. Melihat Esme mengenakan gaun putih seperti ini membuaku jadi begitu iri untuk ikutan menikah, hanya kurang calonnya saja." ucap Amber sambil cemberut melihat pakaian yang Esme kenakan model V depan belakang sehingga terlihat kesan Hot serta Sexy Saat ia gunakan."Aku juga ! Tingga kita tunggu saja siap
'Ini tidak bisa terjadi. TIDAK MUNGKIN !' Batin Esme berteriak ketika melihat sosok yang ada di depannya sudah tergeletak tak bernyawa lagi dengan sebuah peluru yang masih tersimpan di dalam kepala orang tersebut akibat tembakan yang ia kenakan kepada diri sendiri.Esme sudah berusaha mati-matian menanti penderitaannya dan inikah hasil yang Esme dapatkan ? Andai saja ia tidak mendengar perkataan Frederick dan perkataan Johan maka orang yang ada di depannya tersebut tidak akan berakhir segampang ini. Esme tidak terima jika Theizz harus berakhir dengan jalan yang begitu cepat, yaitu dengan bunuh diri. Esme ingin membuat Theizz merasakan sebuah penderitaan di dalam sel penjara dengan tuduhannya selama seluruh hidupnya di balik jeruji."Esme Esme !!" seru Aaric berlari masuk ke dalam dan langsung memeluk Esme dengan begitu erat seperti orang yang takut akan kehilangan lagi."Aku tidak terima dia mati dengan mudah
Theizz yang mendengar sebuah suara perempuan dari arah belakangnya tentu saja langsung terlintas dengan nama Esme di dalam kepalanya. Theizz mendongakkan kepalanya dan seketika ia dapat merasakan sebuah benda yang sudah diarahkan tepat ke bagian kepalanya, apa lagi kalau bukan senjata api. Esme tersenyum miring menyadari Theizz yang tampaknya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui siapa dirinya."Désolé de vous avoir fait attendre si longtemps." ucap Esme sambil tertawa pelan(Maaf Membuatmu menunggu lama.)"Je sais déjà que vous regarderez, qu'attendez-vous?" ucap Theizz berbalik badan dan tersenyum lebar menunjukkan kalau ia sama sekali tidak takut dengan sebuah senjata yang mengarah ke kepalanya.(Aku sudah tahu kalau kau akan mengincarku, apalagi yang kau tunggu sekarang ?)"No lo haré tan fácilmente, Theizz" balas Esme menarik kerah Theizz unt
Setelah menghabiskan waktu berbincang-bincang membahas mengenai rencana yang akan Esme lakukan kepada Theizz tentu saja terus mendapat tolak belakang dengan Johan yang tidak mengizinkannya untuk membunuh. Mungkin Theizz bisa membunuh satu keluarga Esme tetapi Johan tidak bisa membiarkan Esme untuk ikutan menjadi seorang pembunuh, memang selama Esme bekerja menjadi Agent CIA dengan lebih daru puluhan project tidak ada satupun dari project yang Esme dapat melibatkan nyawa orang melayang. Hanya baru kali ini saja terlintas di benak Esme untuk membunuh seseorang yaitu Theizz sendiri.Sekarang Esme sedang berada di dalam sebuah mobil sewaannya karena tidak akan mungkin Esme kembali ke hotel tempat penginapannya yang saat Esme lewati saja begitu banyak anak anak Roycival yang berkelerian disana. Oleh karena itu Esme memilih untuk menyewa sebuah mobil yang sedikit tua tapi masih bisa Esme gunakan walaupun kecepatannya sangat berbeda dengan mobil listrik miliknya.
Tetesan darah terus mengalir deras dan dapat dirasakan sesuatu yang hangat terus mengalir ke seluruh wajah Esme yang habis dilumuri oleh darah. Kondisi yang sedang dialaminya sekarang sangat tidak mendukungnya untuk meminta tolong karena itu hanya akan menambah kecurigaan orang orang dan membuat masalah kecil ini menjadi lebih besar. Tetapi setidaknya Esme dapat bernafas lega karena telah lolos dari orang yang mengincar untuk membunuhnya. Siapa lagi kalau bukan Theizz yang menyuruhnya sudah jelas ia merasa takut jika Esme melakukan macam macam padanya setelah terkuat seluruh fakta yang membunuh seluruh anggota keluarganya."Anda tidak kenap--" ucap seorang anak kecil melihat kondisi Esme seperti seseorang yang kebingungan. "OH FU*K!" seru Esme spontan karena merasa kaget dengan kedatangan anak kecil di sampingnya."Kenapa seluruh tubuh anda dilapisi oleh darah ?" tanya anak kecil itu mencolek kulit Esme yang telah dilumuri oleh d
Austin berjalan lemas menuju mansion miliknya yang kini terasa begitu sepi dan juga hampa. Sudah begitu banyak anak anak Mavros yang memilih untuk ikut bersama dengan Theizz ketimbang bersama dengan Austin yang ingin mengubah Mavros. Austin mengusap wajahnya dengan kasar sampai ketika terkejut melihat kehadiran Henry yang sedang duduk menunggu kedatangan Austin pulang."¿Dónde has estado todo el día? Te llamé pero no contestaste." tanya Henry ketika sudah menyadari kehadiran Austin yang baru saja menginjakkan kakinya ke Mansion miliknya di jam 9 malam.(Kemana saja kau seharian ini ? Aku menelponmu tapi tidak kau angkat angkat.)"Estoy cansado hoy ... quiero descansar primero." balas Austin merasa seluruh tubuhnya melemas dan tidak ada tenaga lagi.(Aku sedang lelah hari ini ... aku ingin istirahat dulu.)"Necesito tu ayuda, Austin. Este es el problema de Theizz y nec
Esme dan Aaric berjalan keluar dari gedung Agent CIA untuk terakhir kalinya. Esme yang setidaknya sudah terlepas dari sebuah pekerjaan dan membuatnya menjadi seorang pengangguran sama sekali tidak membuat Esme pusing atau juga malu dengan status penganggurannya. Esme langsung memasuki mobil Aaric dan disusul pula oleh Aaric yang langsung menancapkan gasnya menuju arah balik pulang. Tetapi Esme yang melihat terdapai sebuah kedai makanan di pinggir jalan tampak begitu ramai diserbu oleh pembeli membuat Esme tertarik untuk mencobanya."Tidak lama kau baru saja makan dan kau ingin makan lagi ?" tanya Aaric tetap menurut dengan menepikan mobilnya di pinggir jalan."Aku hanya penasaran ... kita bisa membawa makanannya pulang." ucap Esme melepaskan sabuk pengamannya dan segera turun dari mobil Aaric."Oh ya ... kau tunggu saja disini aku tidak akan lama." Seru Esme di kaca jendela sebelum dirinya berjalan masuk ke d
"Querida Esme, no estás tramando algo, verdad?" tanya Elanor sedikit was was melihat ekspresi wajah Esme yang menjadi tajam dan kesal.(Esme sayang, kau tidak sedang merencakan sesuatu bukan.)"Esme, entendemos que debes estar molesta y enojada en este momento, pero vengarse no es algo que siempre te enseñe." jelas Frederick meningatkan Esme untuk tidak melakukan hal jahat dengan membalas dendam.(Esme kami mengerti kau pasti kesal dan marah sekarang tetapi membalas dendam bukanlah hal yang selalu aku ajarkan padamu.)"No, no ... después de todo Mateo se ha ido, ¿por qué vengarse de él? Tal vez tenga una fiesta junto a su tumba." ucap Esme berusaha santai di depan yang lain.(Tidak tidak ... lagipula Mateo sudah tidak ada jadi untuk apa membalas dendam padanya ? Mungkin aku hanya akan merayakan pesta di sebelah kuburannya.)"Esme !" bentak Elanor kaget ketika
Italy 10.00 a.mEsme yang berlarian mengejar seekor kupu kupu biru yang mengipas kedua sayap indahnya kemana mana di halaman belakang rumah Esme. Esme yang sudah sedari pagi berlarian kemana mana sekitar halaman belakang rumahnya tiba tiba merasa haus dan juga merasa lelah. Sudah menjadi aktivitas Esme sejak ia mulai bisa berlari, Esme begitu menyukai bermain di taman belakang rumahnya tempat para bunga kesukaan ibunya tumbuh disana. Esme yang kerjaannya hanya berkeliling mencabut satu tangkai bunga dan menyusunnya menjadi satu bouqet untuk ia berikan ke ibunya ketika akan pulang. Esme kembali berlari menuju rumahnya yang cukup jauh mengetahui halaman belakang begitu luas."Mamma sono tornata a casa, ho portato dei fiori ---" ucap Esme terhenti ketika melihat banyak sekali bercak darah dimana mana.(Mama aku pulang, aku bawa bunga ---)Esme mendapati kedua adek laki lakinya yang sudah ter