Share

66. Kepergian Sarita

"Cup-cup, Sayang!" Aku menimang-nimang Fawwaz yang masih tidak mau diam. "Ibu kamu cuma sebentar kok nganter utimu."

Namanya masih bayi, Fawwaz mana mengerti omonganku. Anak itu terus menangis. Aku dan Simbok memilih masuk. Selain sudah mau maghrib, angin petang juga terasa cukup dingin.

"Mbok, coba lihat di tasnya Fawwaz. Mungkin Bunga bawa cadangan ASI dalam botol." Aku menyuruh karena tangis Fawwaz tidak juga reda.

"Nggih, Bu. Saya lihat dulu." Simbok mengangguk patuh.

Wanita itu gegas naik ke kamar lama Bunga. Sembari menunggu kedatangan simbok, aku terus mendiamkan Fawwaz dengan sholawatan.

"Alhamdulillah ... ada niki, Bu." Di tangga simbok berseru girang. Perempuan itu menunjukan botol berisi ASI kemasan kecil.

"Alhamdulillah!" Aku menerima dengan senang. "Sudah sana gantian sholatnya, Mbok," suruhku pada pelayan Mas Arif itu.

"Nggih, Bu." Simbok pun berlalu.

Fawwaz langsung menyedot susu botol yang kuberi dengan rakus. Aku tersenyum melihatnya. Momen ini mengingatkan kenangan d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status