Suasan menjadi gempar, banyak orang yang bergerombol mengelilingi asal suara itu, beberapa orang panik, dan berteriak-teriak memberi perintah, dan sebagian orang merangsek maju untuk mengetahui apa yang terjadi, suasana benar-benar kacau,
“Cepat_cepat_angkat, ayo bantu_bantu, hati_hati” seseorang berteriak-teriak memberi perintah dengan panik
“bawa ke kamar, ayo-ayo_kasih jalan, kasih jalan” seseorang yang lain mengatur orang-orang yang menggerombol mengelilingi TKP, Tempat Kejadian Perkara,
“sekitar tiga orang mengangkat tubuh besar itu dengan susah payah, keringat sampai bercucuran, sedang yang lain membuka jalan dari orang-orang yang selalu saja mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi,
“disini saja” beberapa orang sudah secepatnya membuat ruang kosong untuk penanganan lebih lanjut
“Tolong yang lain mundur, biar ada ada oksigen” kata bapak Sony, seorang Mantri Puskesmas warga kampung ini
Saat aku menjabat tangan Ayah Ninik untuk Ijab Kabul, tiba-tiba ada suaara BRUGG, suasana menjadi kacau dan heboh, banyak orang berlarian dan berteriak-teriakAku berdiri melihat apa yang terjadi seorang Wanita dengan tubuh tambun tersungkur dari kursinya, kemungkinan dia pingsan, atau kena serangan jantung atau yang lainnya, aku tidak tahu, acara dihentikan sementara, semua orang berusaha merangsek maju unutk mengetahui apa yang sdang terjadi, tak terkecuali aku, si Ibu itu mendapat pereawatan dari Pak Mantri tetangga Ninik, kami lega, ada ahli kesehatan menanganinya, tak terduga kejadian mengejutkan itu terjadi, tiba-tiba si ibu Tambun itu membuka matanya, tanpa diduga tangannya mengulur mencekik Pak Mantri, semua orang masih terbengong, belum sadar apa yang sedang terjadi,ERRRRGGHIbu Tambun menggeram, ekspresinya mendelik dengan mulut menyeringai seram sekali, dan tangannya mencekitk pak Mantri dengan kuat, semua orang masih terbengong, tidak ada tindakan m
POV AuthorDarto terkaget, sampai dia melompat dari tempat duduknya, melihat itu semua orang tertawa terbahak-bahakTernyata suara petasan untuk merayakan, dan menandai suksesnya ijab kabul“Huff” Darto mendengus sambil memagang dadanya yang terguncang, dia tersenyum kikuk dan malu, dengan tingkahnya sendiri, saat dia fokus menenagkan hatinya, ada tangan yang mengelap wajahnya dengan tisu, Darto terjengit lagi demi tahu siapa yang mengelap wajahnya,“Aduh Mas Macho kog gampang kaget sih, bikin aku tambah gemes deh,” suara Laura cempreng dengan genitnya menjawil dagu Darto, mulutnya monyong seakan mau mencium Darto, melihat gelagat yang membahayakan harga dirinya Darto spontan menjauhkan wajahnya, kemudian gegas menjauh dari Laura, yang seakan penuh nafsu saat berdekatan dengannya,Yang melIhat itu tentu saja terpingkal-pingkal,“Jangan begitu Macho... keringatmu harus segera di lap, biar tetep cakep...” te
Darto sangat tegang, dari kejauhan dia yang berada di atas panggung pelaminan dapat melihat siluet pria yang bikin ulah di Mall minggu lalu, yah dia adalah Mario mantan bos Ninik seperti yang diceritakan Ninik di teleponan malam-malamHatinya ketar-ketir, cemburu? Jangan tanya, tapi yang lebih mengkhawatirkan Darto justru ulah pria itu berulang di sini, bisa kacau acara ini,Pria itu semakin mendekat, saat ini sudah sepi permintaan foto dari tamu-tamu, sehingga pria itu melenggang dengan nyaman langsung menuju kearah pelamianan, Ninik yang melihat itu segera, menggenggam tangan Dasrto, seolah berkata sekarang aku milikmu, jangan khawatir.Tindakan Ninik membuat Darto sedikit menjadi lebih percaya diri, dan siap menghadapi berbagai kemungkinan,Darto membalas menggenggam tangan Ninik erat, dia ingin menunjukkan pada pria itu, bahwa Ninik kini miliknya, siapapun tidak boleh mengganggunya, Darto seperti Singa jantan yang siap siaga menjaga wilayahnya d
Mario sudah jengah dengan tatapan para tamu lain, dan dirasa kehadirannya cukup, untuk turut mengucapkan selamat bahagia kepada Pemngantinnya, dia maju ke panggung pelaminan, saatnya dia pamit“Bro aku pamit ya, jaga Ninik dengan baik” ucap Mario kepada Darto dengan penuh penekanan,“Pasti bro” Darto menyahutnya mantapMerka berdua Toas anak muda, kemudian berangkulan saling menepuk punggung tanda persahabatan,‘Bolehkah aku sekali-kali menemui Ninik?” tanya Mario saat sudah melepas pelukannya“Kamu cari matai!!” Darto mendelilk sambil tangannya sudah mengepal“Hihihii, bercanda bro, lagian mana mungkin Ninik mau menemuiku, aku tahu Ninik bukan wanita sembarangan” tukas Mario menepuk-nepuk bahu Darto, mereka berdua tersenyum, dua Singa jantan itu kini berdamaipata tamu yang hadir, terutama gadis-gadis sangat iri, bagaimana bisa Ninik disukai Pria-pria keren seperti itu, sung
“Nggak apa-apa Dek, tidurlah kalau masih capek” Darto bertutur lembut“Iya Mas, sampean juga tidurlah pasti capek” perintah Ninik, sebenarnya hatinya deg-degan, yang tadinya sendiri, kini ada orang lain di kamar ini, seorang pria lagi, yang kini berstatus Suami,Disisi lain sebenarnya Darto juga sangat deg-degan, saat masuk kamar saja tadi dia sudah nervous, bagaimanapun ini pertama kalinya dia masuk kamar seorang wanita,“Hemm...” jawab Darto sambil berdiri,Darto mencopot satu persatu bajunya,Ninik yang masih belum terpejam sepenuhnya melihat siluet Darto yang mencopot bajunya seketika menjerit“Aaaaa” sambil menutup matanya dengan kedua tanganDarto yang kaget dikira Ninik kenapa-kenapa dengan sigap melompat ke arah Ninik“Ada apa Dek” dengan wajah khawatir Darto sangat dekat dengan wajah Ninik, tangannya memegang pergelangan Ninik, kemudian ditariknya tangan Ninik
Ninik menjerit, Dartok terkaget, Tangan Ninik mendorongnya keras, hingga Darto terjengkang,“M_M_maaf, bukan maksudku” Ninik gagapDarto menyeringai dengan senyum smirk, dia berpikir Ninik malu dan gugup, Dia jadi ingin mengerjai istrinya ini, dia perlahan mendekati istrinya, wajahnya sudah endekat lagi ke wajah NinikNinik yang melihat pergerakan dan gelagat Darto segera mengetahui maksudnya, segera dia berucap“Maaf Mas, aku tadi sebenarnya mau mengingatkan Mas Darto belum Shola, jadi sholat dulu” ujar Ninik pelan,JEDARRRRDarto tersentak, dengan kata-kata Ninik yang walau diucapkan kalem tapi bagai petir yang menghempaskan tubuhnya, hingga dia melompat tanpa sadar, Darto masih terdiam, saking kagetnya“Ayo... lekas Wudlu gih, aku siapkan perlengkapan sholatnya” Ninik bangkit menuju lemari, dia tampak mengeluarkan sesuatu, yang ternyata Sajadah, Koko dan Sarung, maaf mas,“Maaf Mas s
Dengan susah payah Darto terus melaksanakan Sholat dengan sungguh-sungguh, dia mengingat pesan pak Ustad tadi, tubuhnya bergetar dan doyong ke kiri dan ke kanan, kadang terhuyung ke belakang dan juga kadang hampir tersungkur ke kedepan, kepalanya oleng-oleng, lidahnya seperti diplintir-plitntir, dengan pengucapan yang seperti anak cedal, tapi dia tahu, Tuhan juga tahu, bukan maksud dia melecehkan bacaan sholat, tapi karena kondisi yang dia sendiri tidak tahu kenapa terjadi seperti itu, dengan Teguh Darto bertahan, tubuhnya begitu terasa kesakitan, seperti ada bulu-bulu tubuh di cabuti, Bahkan ada sedikit pikiran terlintas bahwa ini hari terakhir dia hidup di Dunia, tekadnya dia harus menyelesaikan Sholatnya, Dia beartekad menjadi Imam yang terbaik bagi Istrinya bila diberikan panjang umur, saat sujutd dan hendak bangun, kepalanya sperti tertindih sesuatu yang berat_sangat berat, dahi rasanya kena lem pada lantai, tidak bisa di angkat kepalanya, ada sebersit pikiran terlintas u
Ninik sangat terkejut, Ternyata Darto meminumnya tanpa memerikasa suhunya, sehingga masih panas langsung di sosor saja, akhirnya disemburkan, lidahnya terasa kebas dan tebal, Ninik hendak menolong Darto, tapi justru aksinya mengejutkan Darto dan tumpahlah Minuman Wedang Jahe ke pangkuan Darto, Darto berlompatan karena kepanasan, sarung bagian Depan basah, dengan cepat dia angka-angkat dan kibas-kibaskan sarungnya, menjauh dari kulitnya karena merasa panas oleh suhunya, juga panas Jahenya mulai terasa dikulit, kalau dibiarkan bisa melepuh kulitnya, apalagi menyangkut area masa depannya, Darto spontan melepas Sarungnya, maksud hati mengurangi efek panas, “Aaaaaa” Ninik menutup matanya dengan kedua telapak tangannya, hatinya berdentum tak karuan Darto juga kaget dengan teriakan Ninik, dia akhirnya sadar bahwa dia melepas sarung di hadapan Ninik, dia segera berlari kearah kamar mandi, dan segera membasuh pahanya dan area yang terkena tumpahan, agar efek panas berku
Mereka melihat di depan ada seorang nenek dengan berkebaya kuno dan memakai jarik, yang berjalan tenang menyeberang jalan. Yai Sepuh menyipitkan matanya mengamati orang itu, sedetik kemudian matanya melebar, dadanya berdebar-debar. "Mungkinkah dia,?” batin yai Sepuh "Mbok Rah! " "Rah! " Darto dan yai sepuh berseru bersamaan. Darto kaget dengan seruan yai sepuh, demikian juga yai sepuh terkejut dengan seruan Darto, sontak mereka saling memandang "Kamu mengenalnya nak Darto?" "Ysi Sepuh mengenalnya? " Darto dan yai sepuh saling bertanya bersamaan "Ingeh yai beliau ikut dirumah kami beberapa bulan, kamarnya yang kita temukan botol keramat itu yai" Darto menjelaskan sedangkan yai sepuh manggut-manggut, sambil mengelus-elus janggutnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan mata membulat, "Kita harus menangkapnya!" teriak mereka Darto dan yai sepuh bersamaan, Tanpa komando mereka berdua segera melompat keluar dari mobil dan berlari mengejar orang yang di maksud, me
“LEMPAR...,” suaranya melengking tinggi, tapi tertelan suara ombak yang menderu-deru, meski demikian ustad Reyhan yang memegang botol sangat sigap, segera dia melempar botol itu, tepat saat percikan air laut sudah menghantam bibir batu karang tempat mereka berpijak, ombak itu seperti makhluk laut yang sangat besar dan mengerikan “ALLAHUAKBAR...,” teriak guru dan murid itu bersamaan. SWING... CLUNG Botol itu terlempar tepat di tengah ceruk omba, yai Sepuh dan ustad yang lain berdiri kokoh di bibir tebing, sarung mereka berkibar kibar, di tengah suara ombak yang menderu-deru, masih dengan posisi yang sama ombak itu seakan hendak mencaplok mereka, puncak ombak itu bertahan di atas kepala mereka tapi seolah ada yang manahan, ustad Daru mengalunkan adzan dengan nada yang indah, sedangkan yang lain memejamkan mata dan mendengar dengan khidmat, tidak mempedulikan sekitar dimana alam seolah sedang bergejolak, “......LAA ILAAHA ILLALLAAH” ustad Danu menyelesaikan adzan dan segera menengadah
"Botol itu, botol itu, botol itu," gagap ustad Reihan sambil jarinya menunjuk di tempat botol itu diletakkan,HA...!Semua orang dalam mobil itu tersentak, matanya membelalak, mulutnya melongo, Tak terkecuali Darto sangat terkejut, hatinnya sungguh tergetar, dia takut, kalau-kalau botol itu hilang, lalau terjatuh di tangan orang jahat, atau botol itu pecah lalu penghuninya bebas bergentayangan, dia jadi ngeri, bagaimana dengan nasibnya. ‘Astaghfirullahhaladzim, kalian itu diuji sedikit saja sudah melupakan Allah, kita pasrahkan dan minta sama Allah, ingat tak selembar daun jatuh tanpa seijin Allah, dan apabila botol itu benar-benar hilang, itu berarti memang seijin Allah, mari kita berdoa dan berikhtiar, tenangkan hati kalian, ayo kita cari dengan tenang, karena saat kita panik atau marah, setan menutup mata kita,” tutur yai Sepuh tenang dan bijak, ASTAGHFIRULLAHHAADZYM Seru semua orang itu bersamaan, kemudian dengan tanpa komando mereka semua mengatur nafas agar lebih tenang, “A
DUARRRR ASTAGFIRULLAHAADZIM ... ALLAHUAKBAR seru semua penumpang mobil Mobil bergetar hebat, Darto yang memegang kemudi sampai tangannya terasa kesemutan, Spontan Darto menginjak rem, Ciiiiiiiiit BRUAKKK BRAK BRAK Darto dan semua penumpang saling berpandangan, mata mereka tampak terkejut, "Bagaimana ini Yai sepuh?" tanya Darto dengan suara bergetar, hatinya masih berdebar karena kaget, sedangkan penumpang yang lain hanya terdiam, semua nampak tegang, yah nampaknya sedang terjadi tabrakan beruntun, "Sabar dulu, kita diam dulu, anak-anakku, mari kita berdoa sama-sama, mohon petunjuk dan perlindungan sama Allah SWT, agar kita deberi jalan keluar yang terbaik" titah Yai sepuh pada semua yang ada dalam mobil, "Siap Yai, laksanakan dawuh" serempak para ustad murid Yai Sepuh menjawab, Yai sepuh segera melaksanakan sholat sunah dalam mobil, diikuti oleh para santrinya itu, tak terkecualli Darto, seusai sholat Yai Sepuh memanjatkan doa, suasana namapak hening dan mencekam, nyaris tid
PRUANGSemua tersentakASTAGHFIRULLAHHAADZIMSeru mereka semua bersamaan dan menoleh kearah sumber suara, dan tanpa komando mereka semua menuju ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya mereka dengan apa yang, terjadiUstad Danu sedang terpaku melihat pecahan beling dengan kuah yang berserakan di lantai, sementara Susi berjongkok memunguti pecahan beling,“Ya ampun mbak Susi, kenapa, apa mbak Susi, kurang enak badan ...?” seru Ninik khawatir, ikutan jongkok, dia melihat wajah Susi pucat, bahkan dilihatnya tangannya bergetar,“Eh, oh, nggak mbak Ninik, sa ... sa ... sa ....” Susi gugup hingga sulit menyelesaikan kata-katanya.Dalam hati Susi sangat malu sekali dengan kejadian itu, tanpa mereka ketahui dalam hati Susi sangat merutuki kecerobohannya sendiri, hanya karena tadi tanpa sengaja berpapasan dengan ustad Danu yang keluar dari kamar kecil, dia jadi gugup, dadanya berdetak dengan kencang, entah masih shok dengan kejadian waktu adegan pusaka atau hal lain, yang jelas dia begitu
Yai Sepuh melihat gelagat Darto, dia bisa memahami gestur Darto yang salah tingkah,“Hmm, baiklah, saya akan bicara berdua dengan nak Darto,” ujar Yai Sepuh, sontak membuat tim rukyah mengernyitkan dahi, tapi mereka sangat percaya Yai Sepuh punya perhitungan dan alasan sendiri,“Apakah kita bisa bicara berdua Nak Darto, bisa kita disiapkan kamar?” lanjut Yai Sepuh,“Baik Yai, mari ikut saya” ujar Darto, dia sedikit terkejut dengan manuver Yai sepuh, seolah tahu apa yang diresahkan olehnya,Segera Yai Sepuh mengikuti langkah Darto menuju mushola keluarga yang, dan segera menutup pintunya, kemudian mereka bersila berhadapan,“Dek Darto, aku tahu, kamu mengenal wanita dalam lukisan itu bukan?” tanya yai Sepuh lembut tanpa penekanan, dia ingin Darto terbuka dengan suka rela,“I_ya Yai ... “ jawab Darto gagap sambil menunduk, ada perasaan campur aduk, dia malu sekali mengingat masa gelap itu“Apa hubungannya denganmu?” cecar Yai Sepuh lagi, tetap dengan mode lembut.“saya, saya ... “ Darto
Ustad Mamad terlihat menggerakkan tangannya ke arah kanvas, dengan mata tertutup ustad Mamad meraih cat dengan kuasnya, kemudian menyapukan kuas dengan gerakan yang cepat, gerakan mengambil cat lalu menyapukkan diatas kanvas terlihat seperti sedang menari-nari, sesekali ustad Mamad berhenti sejenak, kepalanya meleng-meleng, kemudian melanjutkan lagi lukisannya,Ustad Mamad terus saja beraksi, sketsa wajah sudah mulai nampak, walau belum selesai sepenuhnya, semua yang ada disitu sudah dapat menganalisa wajah itu, rambut setengah pirang, wajah oval dengan mata belok, bibir menawan, tinggal sentuhan terakhir gar lebih jelas siapa sosok itu, tiba-tiba ....UGH, AAAA, UGH, Usdat Mamad gerakannya terhenti, tangannya yang memegang kuas seakan ada yang menahannya, ustad Mamad berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tak terlihat itu, dia harus segera menyelesaikan tugasnya, tapi cengkeraman ghoib itu begitu kuat, Yai sepuh dan tim yang melihat itu tanpa komando, segera membentuk formasi mel
AAAAAAAAAAAAA Susi yang masih dalam posisi terduduk karena tabrakan dengan ustad Reihan tadi berteriak kencang, kedua telapak tangannya menutup wajahnya dengan menunduk, Ustad Danu dan ustad Reihan menoleh kearah Susi, dengan sorot mata penuh tanya, "Mbak ... mbak kenapa?" tanya ustad Reihan pada Susi, "itu ... itu...." Susi masih menutup wajahnya menunjuk-nunjuk ustad Danu yang masih dengan posisi berdiri dan membentangkan kain sarung menampung botol itu, Sontak ustad Reihan melihat apa yang ditunjuk oleh Susi, seketika matanya membulat, BUAHHHHHHHHHH HHHHHHH HHHHHH Ustad Reihan tertawa terbahak-bahak, sampai memegang perutnya, dia tidak berkata-kata apapun, hanya jarinya menunjuk-nunjuk dengna tertawa terbahak. Ustad Danu penasaran dengan apa yang bikin ustad Reihan tertawa lepas dan terbahak-bahak seperti itu, matanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh ustad Reihan dan Susi, seketika matanya membulat, wajahnya memerah, senyumnya kecil tersipu-sipu, segera dia berseimpuh denga
Ustad Danu ikutan berjongkok dan melongok ke bawah ranjang, matanya seketika melebar, dan kemuidan menyipit untuk menajamkan penglihatannya, dilihatnya sebuah benda seperti botol kuno, dengan bodi botol bulat di bawah, kemudian lehernya panjang, dengan tutup seperti kain yang dibulatkan dan diikat seperti buntelan kecil untuk bisa menutup botol itu,Uastad Reihan segera meraih benda itu, setelah tergenggam oleh tangan, dia membawanya dengan hati-hati, kemudian benda itu di dekatkan kewajahnya, diamati benda unik itu, demikian juga dengan ustad Danu yang juga berjongkok dihadapannya ikut mengamati, wajah mereka berdua nampak serius, kening berkerut-kerut, nampak berpikir keras,Benda itu berbentuk botol dengan leher yang panjang, dan transparan, setelah diamati tidak tampak sesutatu yang aneh, tidak ada isinya, hanya sebuah botol kosong yang usang, tapi tidak bagi mereka, mereka tahu itu botol apa, fungsinya apa, tapi sayang ilmu mereka belum cukup untuk bisa mendeteksi, atau mengetah