POV DARTO
Aku kaget saat Mayang menutup pintu dengan keras, “Huh!” Darto menghempaskan tubuhnya di kasur, Aku memijit pelipis dan mengelus-elus memarnya, yang sekarang membesar membentuk benjolan, aku sediki terjengit saat merabanya, “waduh benjol, bagaimana ini kalau nggak kempes pas hari H” seru seruku spontan, “ aah sia*” aku mengumpat sendiri, belum juga kumpul dalam satu rumah, sudah kacau begini, bagaimana kalau Ninik di sini, rumit juga ya orang Poligami itu, ibarat kata menjadi Pawang dua Singa, “Huff” akuk menghempaskan nafasku, berusaha memejamkan mata dan melupakan sejenak semua beban pikiran, biar besok aku selesaikan
Akhirnya aku tertidur dengan hati masih terasa gondok.
“Darto!”
Lamat-lamat aku mendengar suara Mas Jaka Kakaknya Ninik, aku segera bangit, kepalaku terasa pening, mungkin efek kepala benjol ini kali yah, aku gegas turun, tanpa memperhatikan penampilan lagi, aku takut ke
POV AUTHOR Saat Darato gelisah dengan situasi itu, dari arah dalam ada kunci melayang, dengan berbunyi khas gesekan dua logam, yah itu kunci motor yang di bawa Mayang, tentu saja nampak melayang, kemudian diserahkan ketangan Darto, Darto terbengong, kemudian dia sadar, dan agak malu, dia tadi salah mengira, dikiranya pintu diganjal Mayang, tidak tahunya memang masih terkunci, Darto menimang kunci itu, memastikan benar itu kunci rumahnya “Maaf Yang, aku telah salah sangka” ujar Darto dengan suara lembut, Mayang tidak menjawabnya, mungkin bukunya tertinggal di dapur, dan tidak sempat mengambilnya, kemudian Darto berbalik menghadap pintu, dimaskkannya kunci kelubangnya, Ceklek, “Ah syukurlah” Darto bergumam sendiri “Yang kau berangkat ya!” Darto berpamitan, seperti biasa tidak ada jawaban, Darto segera pergi *** Tujuan pertama adalah Toko Hand Phone, dia memaju motornya standart, tidak ngebut juga tidak pelan, dia harus berhati-hati, agar
POV DartoAkhirnya selesai semua, berkas-berkas dari KUA yang harus aku tanda tangani sudah selesai, tinggal besok diserahka ke kantor KUA, tugas itu di handle sama Kak Darman,“Makan gih, sudah ibu siapin, urap-urap ikan asin dan sambal teri” tawar ibuAku langsung menrima tawaran ibu, tentu saja, sehabis dari kulakan Spare Part langsung kesini, belum sempat isi perut, masakan ibu baagiku paling enak,” ingeh bu” jawab aku tanpa basa basi,Derrrt, derrrtSelagi makan, Hand Phone aku berdering, “Halo...!” seruku dngan HP di ku gepit di antara bahu dan telinga,“Mas, Cincinnya sudah jadi, sudah bisa diambil, kami tutup jam 9 malam mas, kalau ada waktu bisa segera diambil” suara wanita diseberang“Oh ok, segera saya ambil mbak, sebentar lagi saya akan meluncur kesana” jawabku semangat, ‘asik... aku bisa ketemu lagi dengan Ninik dong sekarang’ batin darto senang
”Keterlaluan sampean Mas” kata Nini sambil berurai air mata,Darto dan Kakak Ninik bingung dengan tingkah Ninik, apanya yang keterlaluan, apa nilainya kurang atau bagaiman?“Kamu kenapa toh Nik, apanya yang keterlaluan,” celutuk Ayu, Darto yang bingung merasa terwakili oleh perkataan Ninik“Ini_ini_terlalu mahal, aku merasa tidak enak sama Bulek, dikira saya meminta-minta” ceerocos Ninik sambil sesenggukanHaem, Darto dan Ayu merasa lega, dikira ada apa, Nik itu kan Bulek sendiri yang pilih, itu pertanda Buleksangat menghargaimu, Ayu mengelus pipi Ninik, melihat itu Darto menelan saliva, sebenarnya dia juga ingin mengelus pipi itu,“Itu benar Dek, Ibu yang memilihkan itu, dan aku menyetujui, karena Adek pantas menerimanya..., lagian aku juga nggak keberatan, dan mampu, jadi dek Ninik jangan merasa nggak enak” Darto menimpali dan tersenyum semanis mungkinNinik yang mendengar itu menjadi terdiam
Setelah tersedaknya reda Ninik langksung mengklarifikasi menjawab ocehan pria itu yang ngawur“Ini memang Kak Ayu, sedangkan beliau adalah calon suami Nini Kak” ucap Ninik mengaskan“OoooH masih calon toh... sebelum janur kuning melengkung kan masih bebas, masih ada peluang toh...?” Tukas pria ituUHUKS UHUKSKini gantian Darto yang tersedak, untung, semburannya dia arahkan ke samping, hingga tidak mengenai meja, matanya mendelik, dia merasa kesal dengan pria ini, hampir memancing marahnya, tapi dia masih waras, tidak mau citra kasar tersemat gegara memukul orang di hadapan Ninik, tidak, dia tidak mau, Darto benar-benar kesal sekarang“Nih Kak, undangan kami, tolong datang ya... seminggu lagi,” Ninik mengambil kartu undangan dari dalam tas segera, dan memberikannya kepada pria itu, berharap dengan itu menghentikan kekonyolan pria itu,“Ooooh_masih satu minggu toh, dalam satu minggu masih ada waktu&rd
Setelah sampai dirumah, belum jam sepuluh malam, aku sudah lega Ninik dan Kakaknya sudah aman, dia mengiring sendiri sampai masuk rumah, dan dia hanya mampir ssejenak, hanya untuk berpamitan pada Ibu dan Ayah Ninik.Aku segera masuk rumah, disambut Mayang seperti biasanya, Mayang menggamit lenganku, menuntunnya ke meja makan, dia akan menyuguhkan segelas air, menyuruh aku bersandar, kemudian Mayang memijat pundak aku dengan lembut, pijitannya sungguh mantap, setelah lelah hilang, aku akan menyantap hidangan di meja, tentu dengan dilayani Mayang, yah itulah keseharian Mayang dalam melayani aku, sungguh aku merasa bagai Raja, itulah mengapa aku janji akan memperlakukan Mayang juga dengan baik, layaknya istriTiba-tiba aku merasa tubuh Mayang berada di pangkuannya, nampaknya Mayang ingin bermanja,*Hantu ternyata juga suka dimanja heheheTerasa ada bibir yang menempel di bibirnya, bibir Mayang dingin seperti es, tapi berselang sesaaat ak
Sesasmpai dirumah tasdi Ninik dan Ayu masuk ke kamar, sedangkan Darto hanya mampir untuk pamit doang, secara kan sudah malam, Ibu dan Ayah Ninik tidak berkenan Darto bertamu malam-malam, meski dia calon mantu, sebelum Ijab Sah, maka belum sasha juga berada di rumah itu seorang laki-laki asing, begitu prisip orang tua Ninik, memegang agamanya dengan kuat.Ninik yang sekarang sendirian teringat kejadian tadi di Mall, kejadian yang sangat menggetarkan jiwanya, bagaimana tidak orang yang pernah mengisi relung hatinya tiba-tiba ada di depannya, dalam kondisi dia akan segera menikah, dia sudah melupakan dengan susah payah perassaannya pada lelaki itu, tapi memang tidak mudah, manakala mendekap Darato tadi sebenarnya dia sedang menyalurkan rasa takut dan juga mencari perlindungan kenyamanan di dekapan Darto, dia seoalah merasa sedang terancam, seolah hatinya sudah berada di tangan lelaki tadi, dan siap di kunyah habis, sedang pikiran warasnya berada di genggaman Darto, Hati da
Darto mengepak pakaiannya, dia memilih beberapa pakaian yang cocok, dia akan berangkat menikah besok, hari ini dia berangkat kerumah Ibunya, agar esok pagi bisa segera bersiap bersama keluarga untuk menuju kepernikahan, iring-iringan berangkat jam 6, perjalanan sekitar 1 jam, dan ijab kobul di pastikan jam 7,30, jadi dia sudah harus stand by subuh, usai mengepak semua pakaiannya, dia segera melangkah keluar kamar, menuruni anak tangga, hatinya sangat berbunga, tapi juga ada sedikit sedih mengingat Mayang, hatinya terasa ada yang teriiris juga, “Mayang_Yang,” kemana dia, Darto terus menuruni anak tangga, Darto celingukan, mengedarkan pandangan, kalau-kalau ada pergerakan Mayang, “Yang_Yang...!” suara Darato agak sedikit rasa khawatir, apakah Mayang marah, atau sedih, atau bagaimana, dia tidak pernah tahu ekspresi Mayang, “Yang_kemarilah” Darto merentangkan tangannya, “Yang_jangan begitu, aku kan sudah berjanji padamu, kita akan baik-baik saja” Darto be
Mayang menempelkan bibir dinginnya seperti es batu ke bibir Darto, dia tahu Mayang sedang sedih, jadi dia menghiburnya sebentar, dia menanggapi keinginan Mayang,DERRRT DERTPonsel Darto berbunyi, dia segera mengambil gawainya dari dalam saku, dilihatnya ibu memanggil, dia segera melapaskan diri dari Mayang, dan menerima panggilan ibu“Darto cepetan, ada yang harus segera dibahas sama Ayah Ninik, dia menunggumu, bahas acara besok biar, nggak kacau,” suara ibu keras, bahkan tanpa salam, mungkin saking keburunya,Darto terperanjat, dia sudah ada janji sama ayah Mayang, untuk membicarakan acaranya, “Ah kenapa aku lalai,” Darto menpuk jidaatnya,“Yang aku pergi dulu yah” pamit Darto, tentu saja tanpa jawaban, tega tidak tega dia harus segera pergi, Darto segera berlalu pergi***Akhirnya hari pernikahan tiba, Darto sudah sejak dari kemarin di rumah Ibunya, Darto didandani Make Up Artis, laki-laki dengan
Mereka melihat di depan ada seorang nenek dengan berkebaya kuno dan memakai jarik, yang berjalan tenang menyeberang jalan. Yai Sepuh menyipitkan matanya mengamati orang itu, sedetik kemudian matanya melebar, dadanya berdebar-debar. "Mungkinkah dia,?” batin yai Sepuh "Mbok Rah! " "Rah! " Darto dan yai sepuh berseru bersamaan. Darto kaget dengan seruan yai sepuh, demikian juga yai sepuh terkejut dengan seruan Darto, sontak mereka saling memandang "Kamu mengenalnya nak Darto?" "Ysi Sepuh mengenalnya? " Darto dan yai sepuh saling bertanya bersamaan "Ingeh yai beliau ikut dirumah kami beberapa bulan, kamarnya yang kita temukan botol keramat itu yai" Darto menjelaskan sedangkan yai sepuh manggut-manggut, sambil mengelus-elus janggutnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan mata membulat, "Kita harus menangkapnya!" teriak mereka Darto dan yai sepuh bersamaan, Tanpa komando mereka berdua segera melompat keluar dari mobil dan berlari mengejar orang yang di maksud, me
“LEMPAR...,” suaranya melengking tinggi, tapi tertelan suara ombak yang menderu-deru, meski demikian ustad Reyhan yang memegang botol sangat sigap, segera dia melempar botol itu, tepat saat percikan air laut sudah menghantam bibir batu karang tempat mereka berpijak, ombak itu seperti makhluk laut yang sangat besar dan mengerikan “ALLAHUAKBAR...,” teriak guru dan murid itu bersamaan. SWING... CLUNG Botol itu terlempar tepat di tengah ceruk omba, yai Sepuh dan ustad yang lain berdiri kokoh di bibir tebing, sarung mereka berkibar kibar, di tengah suara ombak yang menderu-deru, masih dengan posisi yang sama ombak itu seakan hendak mencaplok mereka, puncak ombak itu bertahan di atas kepala mereka tapi seolah ada yang manahan, ustad Daru mengalunkan adzan dengan nada yang indah, sedangkan yang lain memejamkan mata dan mendengar dengan khidmat, tidak mempedulikan sekitar dimana alam seolah sedang bergejolak, “......LAA ILAAHA ILLALLAAH” ustad Danu menyelesaikan adzan dan segera menengadah
"Botol itu, botol itu, botol itu," gagap ustad Reihan sambil jarinya menunjuk di tempat botol itu diletakkan,HA...!Semua orang dalam mobil itu tersentak, matanya membelalak, mulutnya melongo, Tak terkecuali Darto sangat terkejut, hatinnya sungguh tergetar, dia takut, kalau-kalau botol itu hilang, lalau terjatuh di tangan orang jahat, atau botol itu pecah lalu penghuninya bebas bergentayangan, dia jadi ngeri, bagaimana dengan nasibnya. ‘Astaghfirullahhaladzim, kalian itu diuji sedikit saja sudah melupakan Allah, kita pasrahkan dan minta sama Allah, ingat tak selembar daun jatuh tanpa seijin Allah, dan apabila botol itu benar-benar hilang, itu berarti memang seijin Allah, mari kita berdoa dan berikhtiar, tenangkan hati kalian, ayo kita cari dengan tenang, karena saat kita panik atau marah, setan menutup mata kita,” tutur yai Sepuh tenang dan bijak, ASTAGHFIRULLAHHAADZYM Seru semua orang itu bersamaan, kemudian dengan tanpa komando mereka semua mengatur nafas agar lebih tenang, “A
DUARRRR ASTAGFIRULLAHAADZIM ... ALLAHUAKBAR seru semua penumpang mobil Mobil bergetar hebat, Darto yang memegang kemudi sampai tangannya terasa kesemutan, Spontan Darto menginjak rem, Ciiiiiiiiit BRUAKKK BRAK BRAK Darto dan semua penumpang saling berpandangan, mata mereka tampak terkejut, "Bagaimana ini Yai sepuh?" tanya Darto dengan suara bergetar, hatinya masih berdebar karena kaget, sedangkan penumpang yang lain hanya terdiam, semua nampak tegang, yah nampaknya sedang terjadi tabrakan beruntun, "Sabar dulu, kita diam dulu, anak-anakku, mari kita berdoa sama-sama, mohon petunjuk dan perlindungan sama Allah SWT, agar kita deberi jalan keluar yang terbaik" titah Yai sepuh pada semua yang ada dalam mobil, "Siap Yai, laksanakan dawuh" serempak para ustad murid Yai Sepuh menjawab, Yai sepuh segera melaksanakan sholat sunah dalam mobil, diikuti oleh para santrinya itu, tak terkecualli Darto, seusai sholat Yai Sepuh memanjatkan doa, suasana namapak hening dan mencekam, nyaris tid
PRUANGSemua tersentakASTAGHFIRULLAHHAADZIMSeru mereka semua bersamaan dan menoleh kearah sumber suara, dan tanpa komando mereka semua menuju ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya mereka dengan apa yang, terjadiUstad Danu sedang terpaku melihat pecahan beling dengan kuah yang berserakan di lantai, sementara Susi berjongkok memunguti pecahan beling,“Ya ampun mbak Susi, kenapa, apa mbak Susi, kurang enak badan ...?” seru Ninik khawatir, ikutan jongkok, dia melihat wajah Susi pucat, bahkan dilihatnya tangannya bergetar,“Eh, oh, nggak mbak Ninik, sa ... sa ... sa ....” Susi gugup hingga sulit menyelesaikan kata-katanya.Dalam hati Susi sangat malu sekali dengan kejadian itu, tanpa mereka ketahui dalam hati Susi sangat merutuki kecerobohannya sendiri, hanya karena tadi tanpa sengaja berpapasan dengan ustad Danu yang keluar dari kamar kecil, dia jadi gugup, dadanya berdetak dengan kencang, entah masih shok dengan kejadian waktu adegan pusaka atau hal lain, yang jelas dia begitu
Yai Sepuh melihat gelagat Darto, dia bisa memahami gestur Darto yang salah tingkah,“Hmm, baiklah, saya akan bicara berdua dengan nak Darto,” ujar Yai Sepuh, sontak membuat tim rukyah mengernyitkan dahi, tapi mereka sangat percaya Yai Sepuh punya perhitungan dan alasan sendiri,“Apakah kita bisa bicara berdua Nak Darto, bisa kita disiapkan kamar?” lanjut Yai Sepuh,“Baik Yai, mari ikut saya” ujar Darto, dia sedikit terkejut dengan manuver Yai sepuh, seolah tahu apa yang diresahkan olehnya,Segera Yai Sepuh mengikuti langkah Darto menuju mushola keluarga yang, dan segera menutup pintunya, kemudian mereka bersila berhadapan,“Dek Darto, aku tahu, kamu mengenal wanita dalam lukisan itu bukan?” tanya yai Sepuh lembut tanpa penekanan, dia ingin Darto terbuka dengan suka rela,“I_ya Yai ... “ jawab Darto gagap sambil menunduk, ada perasaan campur aduk, dia malu sekali mengingat masa gelap itu“Apa hubungannya denganmu?” cecar Yai Sepuh lagi, tetap dengan mode lembut.“saya, saya ... “ Darto
Ustad Mamad terlihat menggerakkan tangannya ke arah kanvas, dengan mata tertutup ustad Mamad meraih cat dengan kuasnya, kemudian menyapukan kuas dengan gerakan yang cepat, gerakan mengambil cat lalu menyapukkan diatas kanvas terlihat seperti sedang menari-nari, sesekali ustad Mamad berhenti sejenak, kepalanya meleng-meleng, kemudian melanjutkan lagi lukisannya,Ustad Mamad terus saja beraksi, sketsa wajah sudah mulai nampak, walau belum selesai sepenuhnya, semua yang ada disitu sudah dapat menganalisa wajah itu, rambut setengah pirang, wajah oval dengan mata belok, bibir menawan, tinggal sentuhan terakhir gar lebih jelas siapa sosok itu, tiba-tiba ....UGH, AAAA, UGH, Usdat Mamad gerakannya terhenti, tangannya yang memegang kuas seakan ada yang menahannya, ustad Mamad berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tak terlihat itu, dia harus segera menyelesaikan tugasnya, tapi cengkeraman ghoib itu begitu kuat, Yai sepuh dan tim yang melihat itu tanpa komando, segera membentuk formasi mel
AAAAAAAAAAAAA Susi yang masih dalam posisi terduduk karena tabrakan dengan ustad Reihan tadi berteriak kencang, kedua telapak tangannya menutup wajahnya dengan menunduk, Ustad Danu dan ustad Reihan menoleh kearah Susi, dengan sorot mata penuh tanya, "Mbak ... mbak kenapa?" tanya ustad Reihan pada Susi, "itu ... itu...." Susi masih menutup wajahnya menunjuk-nunjuk ustad Danu yang masih dengan posisi berdiri dan membentangkan kain sarung menampung botol itu, Sontak ustad Reihan melihat apa yang ditunjuk oleh Susi, seketika matanya membulat, BUAHHHHHHHHHH HHHHHHH HHHHHH Ustad Reihan tertawa terbahak-bahak, sampai memegang perutnya, dia tidak berkata-kata apapun, hanya jarinya menunjuk-nunjuk dengna tertawa terbahak. Ustad Danu penasaran dengan apa yang bikin ustad Reihan tertawa lepas dan terbahak-bahak seperti itu, matanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh ustad Reihan dan Susi, seketika matanya membulat, wajahnya memerah, senyumnya kecil tersipu-sipu, segera dia berseimpuh denga
Ustad Danu ikutan berjongkok dan melongok ke bawah ranjang, matanya seketika melebar, dan kemuidan menyipit untuk menajamkan penglihatannya, dilihatnya sebuah benda seperti botol kuno, dengan bodi botol bulat di bawah, kemudian lehernya panjang, dengan tutup seperti kain yang dibulatkan dan diikat seperti buntelan kecil untuk bisa menutup botol itu,Uastad Reihan segera meraih benda itu, setelah tergenggam oleh tangan, dia membawanya dengan hati-hati, kemudian benda itu di dekatkan kewajahnya, diamati benda unik itu, demikian juga dengan ustad Danu yang juga berjongkok dihadapannya ikut mengamati, wajah mereka berdua nampak serius, kening berkerut-kerut, nampak berpikir keras,Benda itu berbentuk botol dengan leher yang panjang, dan transparan, setelah diamati tidak tampak sesutatu yang aneh, tidak ada isinya, hanya sebuah botol kosong yang usang, tapi tidak bagi mereka, mereka tahu itu botol apa, fungsinya apa, tapi sayang ilmu mereka belum cukup untuk bisa mendeteksi, atau mengetah