POV DARTO
GROBYAK PRANG TANG TANG TANG….
Aku terkaget, wah gawat, aku kembali ke kesadaranku, aku tau itu adalah Mayang yang sedang memberitahu kehadirannya, tidak biasanya dia berperilaku seperti itu, membanting sesuatu sepertinya pertanda dia sedang marah, seperti saat ibu kemari, dia menyampaikan rasa marahnya seperti itu, kebiasanya dia langsung memelukku dan langsung memagutku, dan biasanya dilanjutkan dengan bercinta, ya dalam setahun ini aku selalu bercinta dengannya hampir setiap hari,entah mengapa sesaat aku melupakannya sejak pulang dari acara ta’aruf tadi, mungkin dia bisa membaca gelagatku yang tidak seperti biasanya,
“Mayang,…!,” seruku terkaget
Gegas aku berlari kesumber suara, ternyata di dapur,
“Mayang…! Panggilku lembut,
berharap dia menghampiriku seperti biasanya, dia selalu menmpel padaku setiap aku di rumah, kecuali dia sedang mengerjakan tugas rumah.
“Mayang&helli
CKCKCKCKCKCicak-cicak di dinding menjadi saksi perbuatan laknat mereka***Hari persiapan pranikah, Darto lebih sering berada di rumah ibunya, dia harus stand Bay, apabila dibutuhkan biar cepat, sedangkan surat-surat untuk KUA juga diurusnya sendiri, dari RT, RW, Lurah, sampai KUA.Sedangkan yang menyangkut acara di handel oleh adiknya, dari Dekor, Perias Manten, sedangkan ibu kebagaian ngurus segala hal yang menyangkut hidangan atau permakanan, tidak ketinggalan, Kakaknya Darman dapat tugas menghubungi sanak keluarga, membuat undangan, kata orang jawa saat mantu itu ibarat, NGUMPULKE BALUNG KECECER alias moment mengumpulkan sanak saudara.“Darto, bagaimana baju-bajunya?, apa sudah kamu tanyakan sama mbak Monic, sudah apa belum jahitnya?” tanya ibu sedikit ada rasa khawatir kalau-kalau meleset jadwal jadinya.“Iya bu, aku hubungi Ninik dulu, kami akan lihat bersamaan kesana, rencananya nanti siang” jawab Darto
BRUAKKKKSemua orang kaget dan menoleh kearah suara yang gaduh itu, apalagi Darto, matanya melotot sampai hendak keluar, jantungnya berdetak amat kencang,‘Jangan-jangan mayang’ spontan dia berlari ke arah suara itu, matannya sibuk mengedar, dia suda under estimed takut Mayang beraksi ditempat itu“Aduhh” Seorang gadis sedang mengelus-elus panggulnya,Tante Monic membantu gadis itu berdiri“Kamu kenapa Tini, kog bisa jatuh?” tanya tante Monic khawatir,‘aku sedang memasang hiasan kepala di manekin tante” jawab gadis itu sambil meringis menahan ngilu di panggul,Manekinnya berdiri ditopang meja, jadi kalau mau pasang sesuatu harus naik kursi,“ya sudah hati-hati lain kali, duduk dulu sampai nyerinya reda”“iya tante terimakasih” sahut gadis ituDisisi lain Darto sangat tegang, dia jadi parno sendiri, matanay terus saja mengedar, dia curiga pada
Darto berlari ke arah dapur, dimuntahkannya makanan itu, dia hidupkan kran untuk membuang kotaorannya, darto berlompat-lompat kecil sambil tangannya mengipasi mulutnya yang mengap,“aduh pana, pedas, aduh_uh_ha_uh_ha_uh_ha” Suara Darto aneh, Mayang yang tanggap langsung mengambikan air minum, lalu disodorkan, darto meminumnya cepat, wajahnya memerah, matanya sampai mengeluarkan air mata, saking gak konsennya, sampai tidak tahu yang disendok dimasukkan mulutnya adalah sambal, super pedas lagi,Setelah reda Darto memakan seperti biasa, kali ini dia lebih memusatkan perhatian untuk makan, tidak mau kejadian tadi terulang,Usai makan malam, Darto lesehan di depan teve dia ingin melihat Motor GP yang sedang tayang, Darto menikmati tontonan itu sambil ngemil, piring jajanan dari arah dapur melayang-layang menuju meja depan Darto, tanpa terasa matanya memberat, akhirnya dia tertidurDalam tidur Darto bermimpi bertemu Ninik yang sedang tidak bercadar,
DWARRR, JSSSSDarto kaget, kedua makhluk spontan menghentikan aktifitasnya, Darto melepaskan diri dari Mayang, dia menghampiri arah suara itu, Hatinya sungguh bergetar, dan jantungnya berdegup kencang, bagaimana bisa? Hatinya penuh tanda tanya...Kacanya pecah berserakan, atasnya seperti lobang menganga terhantam Meteor, body tinggal separoh dan gosong, ada lelehan material, asap masih mengepul, tidak ada angin, tidak ada hujan, suara ledakannya seperti petir dikala hujan sangat lebat, Darto mengamati benda itu, dia tidak berani menyentuhnya, takut masih ada aliran listrik, Televisi yang sedari tadi menyala tiba-tiba meledak tanpa sebab,‘Apa ada yang konslet ya?’tanya Darto dalam hati, Darto terus mengamati bagian-bagian sisi belakang, barangkali dia bisa mengenali penyebabnya, sampai agak lama, Darto menyerah, dia tidak juga bisa mengungkap penyebabnya, di cabut kabel kontaknya, sehingga putus aliran listriknyaDarto belum akan membersihkan,
TOK TOK TOK“Ninik-Nik_!” Suara ibu memanggil-manggil, Ninik mengerjapkan matanya, dengan malas, dia bangkit, “ups sudah subuh” gumam Ninik segera bangkit dan melakssanakan kewajiban muslimTubuhnya masih terasa lemas, dia tadi barusan tertidur dibangunin, jadi badan terasa berat, tapi agak mendingan seger setelah diguyur air mandi dan wudlu tadi, dia terjengit teringat, sesuatu yang membuatnya tidak bisa tidur semalam, “Mas Darto” Ninik menyerukan nama Darto, gegas dia mengambil gawainya, kemudian dia menghubunginyaTUUUT TUUUTSuara panggilan Ninik tidak terjawab, Ninik makin gelisah, dia akan meminta tolong siapa? dengan alasan yang masuk akal apa? Dia jadi bingung sendiri, dia kan dalam posisi di pingit“Mbak ayu, aku pingin ngomong sebentar” bisik Ninik, saat ayu berpapasan dengannya hendak ke dapur, dari kemarin hingga hari pernikahan Ninik tepatnya seminggu lagi, keluarganya memang berkum
Darto berjalan dengan langkah lebar mendekati Jaka,“Maaf Kak, tidak dengar tadi, Kakak dari tadi?” tanya Darto, sedikit kikuk dengan penampilan berantakan“Tidak juga” Jaka mengamati penampilan Darto yang berantakan dengan Jidat benjol sebesar telur Bebek menjadi agak khawatir“Itu Jidatmu kenapa Dar...?” tanah Jaka dengan muka khawatirnya“Ah_tidak apa-apa Kak, cuma terbentur meja saat bersih-bersih” jawabnya“Kak Jaka ada perlukah?” sambung Darto“Ah_tidak, tadi Ninik meminta tolong padaku untuk mencari kabarmu, dia nampaknya punya firasat, dan itu benar, Jidatmu benjol, ah ya sudah, aku berangkat kerja dulu, lain kali hati-hati” sambil berbalik meninggalkan Darto“Baik Kak, hati-hati di jalan” samal untuk keluarga“Beres, nggak salam ke Ninik juga?” ujar Jaka setengah menggoda“Hehehe...iya jelaslah Kak”
POV DARTOAku kaget saat Mayang menutup pintu dengan keras, “Huh!” Darto menghempaskan tubuhnya di kasur, Aku memijit pelipis dan mengelus-elus memarnya, yang sekarang membesar membentuk benjolan, aku sediki terjengit saat merabanya, “waduh benjol, bagaimana ini kalau nggak kempes pas hari H” seru seruku spontan, “ aah sia*” aku mengumpat sendiri, belum juga kumpul dalam satu rumah, sudah kacau begini, bagaimana kalau Ninik di sini, rumit juga ya orang Poligami itu, ibarat kata menjadi Pawang dua Singa, “Huff” akuk menghempaskan nafasku, berusaha memejamkan mata dan melupakan sejenak semua beban pikiran, biar besok aku selesaikanAkhirnya aku tertidur dengan hati masih terasa gondok.“Darto!”Lamat-lamat aku mendengar suara Mas Jaka Kakaknya Ninik, aku segera bangit, kepalaku terasa pening, mungkin efek kepala benjol ini kali yah, aku gegas turun, tanpa memperhatikan penampilan lagi, aku takut ke
POV AUTHOR Saat Darato gelisah dengan situasi itu, dari arah dalam ada kunci melayang, dengan berbunyi khas gesekan dua logam, yah itu kunci motor yang di bawa Mayang, tentu saja nampak melayang, kemudian diserahkan ketangan Darto, Darto terbengong, kemudian dia sadar, dan agak malu, dia tadi salah mengira, dikiranya pintu diganjal Mayang, tidak tahunya memang masih terkunci, Darto menimang kunci itu, memastikan benar itu kunci rumahnya “Maaf Yang, aku telah salah sangka” ujar Darto dengan suara lembut, Mayang tidak menjawabnya, mungkin bukunya tertinggal di dapur, dan tidak sempat mengambilnya, kemudian Darto berbalik menghadap pintu, dimaskkannya kunci kelubangnya, Ceklek, “Ah syukurlah” Darto bergumam sendiri “Yang kau berangkat ya!” Darto berpamitan, seperti biasa tidak ada jawaban, Darto segera pergi *** Tujuan pertama adalah Toko Hand Phone, dia memaju motornya standart, tidak ngebut juga tidak pelan, dia harus berhati-hati, agar